DISUSUN OLEH:
KESYA FANYE MAMBRASAR
(2204079)
LAPORAN PENDAHULUAN
3. Epidemiologi Katarak
Katarak merupakan penyebab utama kebutaan baik pada laki – laki
(71,7%) maupun perempuan (81,0%). Katarak atau kekeruhan lensa mata
merupakan penyebab utama kebutaan di lndonesia, 77,7% kebutaan
disebabkan oleh katarak, sedangkan prevalensi kebutaan akibat katarak
pada penduduk umur 50 tahun ke atas di Indonesia sebesar 1,9%
(Riskesdas, 2018).
4. Etiologi Katarak
Menurut Ilyas (2016), etiologi atau faktor risiko katarak yaitu :
a. Umur
Katarak pada umumnya terjadi karena proses penuaan. Besarnya
jumlah penderita katarak berbanding lurus dengan jumlah penduduk
umur lanjut. Proses penuaan menyebabkan lensa mata menjadi keras
dan keruh, umumnya terjadi pada umur diatas 50 tahun.
b. Trauma Mata
Trauma mata menyumbang sebagian besar bertambahnya jumlah
penderita katarak. Katarak terjadi akibat trauma mata dapat terjadi
pada semua umur. Trauma atau cedera pada mata mengakibatkan
terjadinya erosi epitel pada lensa. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi
korteks hingga lensa mencembung dan mengeruh.
c. Diabetes Melitus
Penyakit diabetes melitus pun ikut menyumbang terhadap tingginya
jumlah penderita katarak, sejalan dengan bertambahnya jumlah kasus
penderita diabetes melitus. Pembentukan katarak yang terkait dengan
diabetes sering terjadi karena kelebihan kadar sorbitol (gula yang
terbentuk dari glukosa), yang membentuk penumpukan dalam lensa
dan akhirnya membentuk kekeruhan lensa.
d. Hipertensi
Hipertensi memainkan peranan penting terhadap perkembangan
katarak. Hipertensi bisa menyebabkan konformasi struktur perubahan
protein dalam kapsul lensa, sehingga memperburuk pembentukan
katarak, sehingga dapat memicu katarak.
e. Genetika
Faktor genetik atau keturunan merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan terjadinya katarak. Sebab beberapa kelainan genetik
yang diturunkan dapat menyebabkan gangguan kesehatan lainnya yang
dapat meningkatkan resiko katarak, seperti kelainan kromosom mampu
mempengaruhi kualitas lensa mata sehingga dapat memicu katarak.
f. Merokok
Merokok secara signifikan meningkatkan resiko katarak dibandingkan
non-perokok. Sebab merokok dapat mengubah sel-sel lensa melalui
oksidasi, merokok dapat juga menyebabkan akumulasi logam berat
seperti cadmium dalam lensa sehingga dapat memicu katarak.
g. Alkohol
Meminum minuman beralkohol secara berlebihan juga dapat memicu
terkena penyakit katarak. Alkohol dapat mengganggu homeostasis
kalsium dalam lensa dan meningkatkan proses seperti kerusakan
membran sehingga dapat memicu katarak.
h. Radiasi Ultraviolet
Radiasi sinar ultraviolet pada siang hari cukup tinggi dan paparannya
untuk jangka waktu yang lama dapat menjadi pemicu katarak. Sebab
sinar ultraviolet mampu merusak jaringan mata, dapat merusak saraf
pusat penglihatan serta makula dan dapat merusak bagian kornea dan
lensa.
5. Manifestasi Katarak
Menurut Nugraha (2014), tanda dan gejala dari katarak adalah :
a. Penglihatan akan suatu objek benda atau cahaya menjadi kabur atau
buram serta bayangan benda terlihat seakan seperti bayangan semu
atau seperti asap.
b. Pada pupil terdapat bercak putih
c. Kesulitan melihat ketika malam hari.
d. Mata terasa sensitif bila terkena cahaya atau rasa silau saat melihat
lampu mobil, matahari, atau lampu
e. Bayangan cahaya yang ditangkap seperti sebuah lingkaran.
f. Membutuhkan pasokan cahaya yang cukup terang untuk membaca atau
beraktifitas lainnya
g. Sering mengganti kacamata atau lensa kontak karena merasa sudah
tidak nyaman menggunakannya.
h. Warna cahaya memudar dan cenderung beubah warna saat melihat,
misalnya cahaya putih yang ditangkap menjadi cahaya kuning.
i. Jika melihat hanya dengan satu mata, bayangan benda atau cahaya
terlihat ganda
6. Klasifikasi Katarak
Menurut Ilyas (2016), klasifikasi dari katarak yaitu :
a. Katarak Kongenital
Katarak Kongenital adalah katarak yang mulai terjadi segera setelah
bayi lahir hingga bayi berusia kurang dari 1 tahun.
b. Katarak Juvenil
Katarak juvenil merupakan katarak yang diderita oleh orang muda,
pada usia lebih dari 1 tahun. Katarak juvenil biasaanya merupakan
penyulit dari penyakit sistemik maupun metabolik, contohnya katarak
diabetik, katarak galaktosemia, katarak hipokalsemik, katarak
defisiensi besi, katarak aminoasiduria, penyakit wilson, katarak karena
distrofi miotonik, katarak traumatik dan katarak komplikata.
c. Katarak Senilis
Katarak Senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terjadi pada orang
usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun. Tingkat kekerasan lensa pada
katarak senilis bisa dinagi menjadi 5 grade, yaitu :
1) Grade 1: nukleus lunak ditandai dengan lensa yang tampak sedikit
keruh, biasanya visus lebih baik dari 6/12, reflex fundus masih
mudah diperoleh.
2) Grade 2 : nukleus dengan kekerasan ringan ditandai dengan
nukleus yang tampak kekuningan, biasanya visus diantara 6/12
hingga 6/30 dan refleks fundus juga masih mudah diperoleh.
3) Grade 3 : nukleus dengan kekerasan sedang/medium ditandai
dengan warna nukleus kuning, korteks keruh berwarna keabu-
abuan, biasanya visus diantara 6/30 hingga 1/60.
4) Grade 4 : nukleus keras ditandai dengan nukleus yang keras dan
berwarna kuning kecoklatan, biasanya visus diantara 3/60 hingga
1/60, usia pasien diatas 65 tahun dan reflek fundus sudah sulit
diperoleh.
5) Grade 5 : nukleus sangat keras ditandai dengan nukleus yang
sangat keras berwarna coklat hingga kehitaman, biasanya visus
1/60 atau lebih buruk. Biasanya disebut brusmescent cataract atau
katarak hitam.
d. Katarak traumatic
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di
lensa atau trauma tumpul terhadap bola mata. Lensa menjadi putih
segera setelah masuknya benda asing karena lubang pada kapsul lensa
menyebabkan humor aqueus dan kadang-kadang korpus vitreum
masuk kedalam struktur lensa.
e. Katarak komplikata
Katarak komplikata adalah katarak sekunder akibat penyakit
intraocular pada fisiologi lensa. Katarak biasanya berawal di daerah
sub kapsul posterior dan akhirnya mengenai seluruh struktur lensa.
Penyakit-penyakit intraokular yang sering berkaitan dengan
pembentukan katarak adalah uveitis kronik atau rekuren, glaukoma,
retinitis pigmentosa dan pelepasan retina.
f. Katarak akibat penyakit sistemik
Katarak bilateral dapat terjadi karena gangguan- gangguan sistemik
berikut: diabetes mellitus, hipoparatiroidisme, distrofi miotonik,
dermatitis atropik, galaktosemia, dan syndrome Lowe, Werner atau
Down.
g. Katarak toksik
Katarak toksik jarang terjadi. Banyak kasus pada tahun 1930-an
sebagai akibat penelanan dinitrofenol (suatu obat yang digunakan
untuk menekan nafsu makan). Kortokosteroid yang diberikan dalam
waktu lama, baik secara sistemik maupun dalam bentuk tetes yang
dapat menyebabkan kekeruhan lensa.
h. Katarak ikutan
Katarak ikutan menunjukkan kekeruhan kapsul posterior akibat
katarak traumatik yang terserap sebagian atau setelah terjadinya
ekstrak katarak
7. Pathway
9. Penatalaksanaan Katarak
Menurut Ilyas (2016), penatalaksanaan untuk pasien dengan katarak
meliputi :
a. Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE)
Merupakan tekhnik bedah yang digunakan sebelum adanya bedah
katarak ekstrakapsular. Seluruh lensa bersama dengan pembungkus
atau kapsulnya dikeluarkan. Diperlukan sayatan yang cukup luas dan
jahitan yang banyak (14-15mm). Prosedur tersebut relatif beresiko
tinggi disebabkan oleh insisi yang lebar dan tekanan pada badan
vitreus. Metode ini sekarang sudah ditinggalkan. Kerugian tindakan ini
antara lain, angka kejadian Cystoid macular edema dan retinal
detachment setelah operasi lebih tinggi, insisi yang sangat lebar dan
astigmatisma yang tinggi. Resiko kehilangan vitreus selama operasi
sangat besar.
b. Ekstra Capsular Cataract Extraction (ECCE)
Merupakan tekhnik operasi katarak dengan melakukan pengangkatan
nucleus lensa dan korteks melalui pembukaan kapsul anterior yang
lebar 9-10mm, dan meninggalkan kapsul posterior.
c. Small Incision Cataract Surgery (SICS)
Pada tekhnik ini insisi dilakukan di sklera sekitar 5.5mm – 7.0mm.
Keuntungan insisi pada sklera kedap air sehingga membuat katup dan
isi bola mata tidak prolaps keluar, dan karena insisi yang dibuat
ukurannya lebih kecil dan lebih posterior, kurvatura kornea hanya
sedikit berubah.
d. Phacoemulsification
Merupakan salah satu tekhnik ekstraksi katarak ekstrakapsuler yang
berbeda dengan ekstraksi katarak ekstrakapsular standar (dengan
ekspresi dan pengangkatan nukleus yang lebar). Sedangkan
fakoemulsifikasi menggunakan insisi kecil, fragmentasi nukleus secara
ultrasonik dan aspirasi korteks lensa dengan menggunakan alat
fakoemulsifikasi.
Ttd
4. Dischage Planning Katarak
Menurut Yulian (2021), dischage planning untuk pasien katarak yaitu :
a. Anjurkan mengkonsumsi teh hijau 2-3 kali sehari karena teh hijau memberikan antioksidan yang
dibutuhkan untuk kesehatan mata dan menurunkan risiko masalah terkait pengelihatan.
b. Anjurkan mengkonsumsi alpukat karena kaya karoten dan nutrisi yang bermanfaat bagimata seperti beta-
karoten, vitamin B6, C dan E
c. Edukasi klien agar tidak merokok karena rokok dapat meningkatkan risiko munculnya penyakit katarak
dan kerusakan saraf optik.
d. Anjurkan klien untuk menghindari mata dari paparan debu, air dan angin terutama 1 minggu pertama
setelah operasi
e. Edukasi klien untuk menghindari mengusap mata atau membersihkan mata dengan penekanan kuat
f. Anjurkan klien menghindari posisi kepala menunduk dan batuk terlalu keras serta mengedan.
ASUHANKEPERAWATANPERIOPERATIF
DIKAMAROPERASI
PENGKAJIANPERI-OPERATIF
Dilaksanakanoleh :K e s y a F . M a m b r a s a r NIM.:2204079
Hari/Tanggal :Kamis, 23/02/2023Pkl: 09.50 WIB.
A. PENGKAJIANPRE-OPERATIF
1. IdentitasPasien:
Nama :Ny. T
Jeniskelamin : Perempuan Umur: 71 thn/ 14 hr./9 bln
Alamat :Sleman
Agama : Islam
RuangRawat :ORJ
No.RM/Register:020xxx
Op.mulaipukul:10.00 Dr.Bedah/Operator :Dr. Edy W
Op.selesaipukul:10.30 Dr.Anestesi :Dr. Kristina
ASA : 2
Jenisanesthesi : Lokal
Premedikasi :P a n t o c a i n 0 , 5 % Pkl.:0 9 . 5 5
Dx.Medis :Katarak
SifatOperasi : Elektif/Terencana
Kls.Kontaminasi: Bersih
2. DataSubjektif:
Pasien mengatakan tidak ada alergi obat, pasien mengatakan mata kiri kabur dan sulit untuk melihat
3. DataObjektif
a. TingkatKesadaran
-Kualitatif :Composmentis
-Kuantitatif(GCS) :E:4 V: 5 M: 5
b. TinggiBadan: 155 cm
c. BeratBadan: 50 kg
d. KemampuanPenglihatan :mata kiri pasien katarak
e. Puasa : Ya,12Jam, mulaipukul 11.00 WIB
f. Lavement : Tidak
g. Tanda-tandaVital
- Tekanandarah: 130/95 mm.Hg
- Nadi: 80x/mnt
h. Kulit - Respirasi :18 x/mnt.
- Suhu
:36oC.
-Warna : tidak tampak sianosis
-Lesi di :tidak ada lesi
- Cukur : Tidak
- Makeup : Tidak
i. Mulut
- Gigipalsu(validasi) : Tidakada
-Kondisigigi :tampak baik tidak ada gangguan
j. Alergi :Tidakada
-Jenis :tidak ada
k. Perhiasan/brng.berharga: Tidakada
l. Alatkesehatanterpasang:
- Infus(IVline) : Ya,dg.IVNo. 22 terpasangditangan kiri
- NazoGastricTube : Tidak
- DowerCatheter : Tidak
m. Kondisikhusus
-Gangguanpendengaran :tidak ada
-Buta :mata kiri pasien katarak
- Gangguangerak/lumpuh: Ekstremitasatas Ekstremitasbawah: tidak ada gangguan
-Hambatankomunikasi :tidak
-Retardasimental :tidak
-Kelainanjiwa :tidak
4. PengkajianPsikologis:
a.Perasaanklienmenghadapitindakanoperasi:sedikit takut
c.Siapayangdiharapkanbisadihubungibilaterjadisesuatu padaklien:keluarga
5. DataPenunjang
Tanggal : 22/02/2023
a. Laboratorium
b. RontgenFoto
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Tidak
Hemoglobin 14,2 g/dL 11.7 – 15.5
c. EKG
Tidak
d. PermanenPacemaker
Tidak
e. USG
Tidak
ANALISADATAPREOPERATIF
DIAGNOSAKEPERAWATANPREOPERATIF
N Diagnosa Keperawatan
o
2.
Gangguan persepsi sensori b.d Gangguan penglihatan
09.55 1. Untuk
Tgl: 23/02/2023 Jam: Tgl: Tgl: 23/02/2023 mengetahui tingkat
09.55 23/02/2023 Jam: 09.55 ansietas pasien
Jam: 09.55
2. 2. memberikan
D.0080
Ansietas b. d Kurang Tingkat lingkungan dan
terpapar informasi ansietas suasan yang
Reduksi ansietas
(L.09093) nyaman
(I.09314):
3. Memberikan
Setelah O: Monitor tanda-
kebebasasan
dilakukan tanda ansietas
ekspresi pada
tindakan T: ciptakan suasana pasien
keperawatan terapeutik untuk
1x30 menit 4. Membantu
menumbuhkan
diharapkan menurunkan
kepercayaan
tingkat ansietas ansietas pasien
menurun E: -anjurkan
dengan kriteria mengungkapkan
hasil: perasaan dan
persepsi
1. Perilaku
geisah menurun - latih teknik
relaksasi
2. Tekanan
darah menurun
3. Pucat
menurun
09.55 1. Untuk
Tgl: 23/02/2023 Jam: Tgl: Tgl: 23/02/2023 mengetahui status
09.55 23/02/2023 Jam: 09.55 mental pasien
Jam: 09.55
2. Agar pasien
(D.0085) merasa nyaman
(L.09083) dengan lingkungan
Gangguan persepsi (I.08241)
sensori b.d Gangguan persepsi 3. Agar pasien
penglihatan sensori. Minimalisasi
mampu mengatasi
rangsangan
stimulus yang
Setelah
dilakukan O: periksa status
tindakan mental status dirasakan
keperawatan sesnori dan
1x30 menit kenyamanan
diharapkan misalnya nyeri
persepsi sensori kelelahan
membaik
dengan kriteria T: batasi stimulus
hasil: lingkungan
09.00 1. Untuk
Tgl: 23/02/2023 Jam: Tgl: Tgl: 23/02/2023 mengetahui gejala
09.55 23/02/2023 Jam: 09.55 tidak nyaman yang
Jam: 09.55 dirasakan pasien
2. Kesejahteraa
n psikologis
meningkat
3. Rileks
meningka
4. Keluhan
tidak nyaman
menurun
TINDAKANKEPERAWATANPREOPERATIF
DiagnosaKeperawatan Implementasi Evaluasi
2. Mengananjurkan
mengungkapkan perasaan
dan persepsi
Gangguan persepsi sensori b.d Minimlisasi rangsangan S: pasien mengatakan mata kiri
Gangguan penglihatan kabur
1.Memeriksa status mental
status sensori dan O: mata kiri pasien tampak selaput
kenyamanan misalnya nyeri putih menutupi pupil mata
kelelahan
A: gangguan persepsi sensori
2. Membatasi stimulus
lingkungan P: minimalisasi rangsangan
3. Mengajarkan cara
meminimalisasi stimulus
4. Berkolaborasi pemberian
obat yang mempengaruhi
persepsi stimulus
4. Berkolaborasi pemberian
analgesik, antipruritas,
antihistamin jika perlu
B. PENGKAJIANINTRAOPERATIF
1. Posisipasiendimejaop. : Supinasi
2. Desinfeksikulitdengan : PovidoneIodine
3. PeralatanElectroMedic :
a. MesinAnestesi : Ya
b. BedSideMonitor : Ya, mansetdipasangdi :kiri
Tidak
c. Couter/ESU :
Tidak
d. Suctionpump : Ya Tidak
e. Torniquet : Ya,mansetdipasangdi :tangan kanan
Dengan tekanan:130/90 mm.Hg.MulaiPukul:0 9 . 0 0 W I B
4. AlkesTerpasang :
a. Infus(IVline) : Ya,dg.IVNo.: 22 terpasangditangankiri
b. NazoGastricTube : Tidak
c. DowerCatheter : Tidak
d. EndotrachealTube : Ya,dengan ET No.: 6
e. Mayo/Gudel : Tidak
f. Lain-lain :
5. Bahanhabispakai:
a. Sarungtangansterile:No: 7,0Jumlah: 2/2 pasang.
b. Bisturi(pisauop.) :No: 2.75Jumlah: 2 buah.
c. Alkohol 20 cc.
d. PovidoneIodine 70 cc.
e. Kassastandar :20 Bendel.
f. Kassasedang :25 Lembar.
g. Popok/ DarmKassa :4 Lembar.
h. Benangyangdipakai: atraumatik
1) Siede : No. Jumlah:
2) Catgut Plain : No. 2/0 Jumlah: 1
6. Alkes/Implant yangditanam/dipasang: tidak ada
7. Obat-obatselamaoperasi:
- asam traneksamat 500 mg
- ondansetron 4mg
- tramadol 100 mg
- ketorolak 30 mg
8. MonitoringVitalSignIntraOperatif:
Aspek Pukul
Dipant
au
Tensi
Nadi
Resp.
SaO2
EKG
9. Penghitunganbahansertaalatsebelumdansesudahoperasi:Yad
ilakukan
10. Penutupanluka:
a. Cairanantiseptic : PovidoneIodine
b. Penutupluka : Kassa sterile
c. PemasanganDrain : Tidak
11. Kejadianpentingselamaoperasi:-
Tambahkan
C. PENGKAJIANPOSTOPERATIF
3. PenghisapanLendir :Tidak
4. Oksigenasidengan :Canule oksigen
5. DosispemberianO2 :6 liter/menit.
6. MonitoringVitalSignPostOperatif(diRR):
Aspek Pukul
Dipant
au
Tensi
Nadi
Resp.
SaO2
EKG
7. AldreteScore :
- aktivitasotot 1
- pernafasan 2
- sirkulasi 1
- kesadaran 2
- warnakulit 2
Jumlah : 8
8. BromageScore(SpinalAnestesi): 1
- GerakanPenuh:0
- Takmampuekstensitungkai:1
- Takmampufleksilutut:2
- Takmampufleksipergelangankaki:3
9. Pesan-pesanposoperasi:
a. Pesan-pesandokterbedah: tidak ada
b. Pesan-pesandokteranestesi: tidak ada
10. Serahterimaposoperasi:
a. BerkasRekamMedik : Lengkap
b. Produksoperasi :
- Adaproduksoperasi : Tidak
- Dilakukanlabelisasi : Ya
- Adaserahterima : Ya
- AdapemeriksaanPA : Tidak
- Formpemeriksaan : Tidak
ANALISADATAPERIOPERATIF
DIAGNOSAKEPERAWATANPERIOPERATIF
N Diagnosa Keperawatan
o
RENCANAKEPERAWATANPERIOPERATIF
DiagnosaK Rencana
Waktu eperawatan Tujuan Tindakan Rasional
2. menjaga agar
D.0142 (L.14137) (I.12406) tidak terjadi infeksi
Tingkat pada luka pasien
Risiko infeksi b.d Efek Infeksi: Pencegahan
prosedur invasif. Infeksi: 3. Memastikan
Setelah pasien paham
DS: - dialkukan O: Monitor tanda
dan gejala infeksi kondisi luka operasi
DO: mata kiri pasien tindakan
lokal dan sistematik
tertutup kassa karena keperawatan
bekas operasi katarak 1x30 menit T: cuci tangan
diharapkan sebelum dan
tingkat infeksi sesudah kontak
dapat teratasi dengan pasien dan
dengan kriteria lingkungan pasien
hasil:
E: ajarkan cara
1. Kebersihan memeriksa kondisi
tangan luka dan luka
meningkat operasi
2. Kebersihan K:-
badan
meningkat
3. Nyeri
menurun
2. Untuk memenuhi
kebutuan nyaman
D.0077 (L.08066) (I.08243) pasien
Tingkat Nyeri: 3. Membantu pasien
Nyeri akut b.d Agen Pemberian
memahami efek
TINDAKANKEPERAWATANPERIOPERATIF
DiagnosaKeperawatan Implementasi Evaluasi
3. Mengajarkan cara
memeriksa kondisi luka dan
luka operasi
4. Berkolaborasi pemberian
dosis dan jenis analgesik
sesuai indikasi
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, S. 2016. Ilmu Penyakit Mata Edisi 4. Jakarta : Balai penerbit FKUI
Nugraha, Dwi Antara. (2018). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Penglihatan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Riorda-Eva & Augsburger. 2015. General Ophthalmology. 16th ed. USA:
McGraw-Hill Companies.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI tahun 2018. Diakses pada tanggal 10Agustus
2022melalui
https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/
Hasil-riskesdas-2018_1274.pdf
Tamsuri, Anas. 2015. Klien dengan Gangguan Mata dan Pengelihatan. Jakarta :
EGC
Yulian, Helvana. 2021. Makanan yang bisa turut membantu menangkal katarak.
Diakses pada tanggal 10Agustus 2022melalui https://amp-kontan-co-
id.cdn.ampproject.org/v/s/amp.kontan.co.id/news/5-makanan-yang-bisa-
turut-membantu-menangkal-katarak?
amp_gsa=1&_js_v=a9&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#amp_tf=Dari%20%251%24s&aoh=16493434245954&referrer=https
%3A%2F%2Fwww.google.com
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik (Cetakan III Edisi 1). Jakarta: Dewan
Pengurus PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(Cetakan II Edisi 1). Jakarta. Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(Cetakan II Edisi 1). Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.