Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PENDAHULUAN DAN RESUME ASUHANKEPERAWATAN

PADA NY. T DENGAN JENISOPERASI OS PHACO + IOL PADA


KATARAK DI RUANG IBS RUMAH SAKIT BETHESDAYOGYAKARTA

DISUSUN OLEH:
KESYA FANYE MAMBRASAR
(2204079)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BETHESDA YAKKUM
YOGYAKARTA
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Keperawatan dengan judul “Resume Asuhan Keperawatan Pada


Ny.T dengan Jenis Operasi OS Phaco + IOLPada Katarak Di Ruang IBS Rumah
Sakit Bethesda Yogyakarta” ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing
klinik Rumah Sakit Bethesda dan Pembimbing akademik STIKES Bethesda
Yakkum Yogyakarta.

Yogyakarta, Februari 2023

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

Ns. Bayu Hendro Hastanto, S. Dwi Nugroho Heri Saputro, S. Kep.


Kep.,MARS., FISQua. Ns., M. Kep., Sp. Kep. MB., Ph.D., NS.

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Medis Katarak


1. Definisi Katarak
Menurut Ilyas (2016), katarak merupakan suatu kelainan mata berupa
kekeruhan pada lensa, disebabkan oleh pemecahan protein oleh proses
oksidasi dan foto-oksidasi. Kekeruhan itu terjadi akibat gangguan
metabolisme normal lensa yang dapat timbul biasanya mulai timbul usia
diatas 50 tahun. Katarak dapat terjadi pada saat perkembangan serat lensa
berhenti dalam perkembangannya dan telah memulai proses degenerasi.

2. Anatomi Fisiologi Lensa


Menurut Riorda-Eva & Augsburger (2015), lensa adalah suatu struktur
bikonveks, avaskular tak berwarna dan transparan dengan tebal sekitar 4
mm dan diameternya 10 mm. Dibelakang iris lensa digantung oleh zonula
(zonula Zinnii) yang menghubungkannya dengan korpus siliare, di sebelah
anterior lensa terdapat humor aquaeus dan disebelah posterior terdapat
vitreus. Lensa terdiri dari 65% air dan 35% protein, serta sedikit sekali
mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih
tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan
glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi serta tidak
ada serat nyeri, pembuluh darah ataupun saraf di lensa.

Gambar 1 Boyd, K. & Turbert, D. (2021)


Kapsul lensa adalah suatu membran semipermeabel yang dapat dilewati air
dan elektrolit. Disebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular.
Nukleus len lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya
usia, serat-serat lamelar subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-
kelamaan menjadi kurang elastic.
Struktur lensa yaitu :
a. Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang
berwarna putih dan relatif kuat. Sklera merupakan selaput jaringan ikat
yang kuat dan berada pada lapisan terluar mata yang berwarna putih
b. Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata
dan bagian luar sklera. Konjungtiva adalah membran tipis bening yang
melapisi permukaan bagian dalam kelopak mata dan dan menutupi
bagian depan sklera (bagian putih mata), kecuali kornea.Konjungtiva
mengandung banyak sekali pembuluh darah.
c. Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan
pembungkus dari iris, pupil dan bilik anterior serta membantu
memfokuskan cahaya. Kornea merupakan selaput yang tembus cahaya,
melalui kornea kita dapat melihat membran pupil dan iris.
d. Pupil : daerah hitam di tengah-tengah iris. Dari kornea, cahaya akan
diteruskan ke pupil. Pupil menentukan kuantitas cahaya yang masuk ke
bagian mata yang lebih dalam. Pupil mata akan melebar jika kondisi
ruangan yang gelap, dan akan menyempit jika kondisi ruangan terang.
e. Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di
belakang kornea dan di depan lensa; berfungsi mengatur jumlah
cahaya yang masuk ke mata dengan cara merubah ukuran pupil. Iris
merupakan diafragma yang terletak diantara kornea dan mata.
f. Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor
aqueus dan vitreus; berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke
retina. Lensa adalah organ focus utama, yang membiaskan berkas-
berkas cahaya yang terpantul dari benda-benda yang dilihat, menjadi
bayangan yang jelas pada retina Lensa berada dalam sebuah kapsul
yang elastic yang dikaitkan pada korpus siliare khoroid oleh
ligamentum suspensorium
g. Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang
bola mata; berfungsi mengirimkan pesan visual melalui saraf optikus
ke otak. Retina merupakan lapisan bagian dalam yang sangat halus dan
sangat sensitif terhadap cahaya. Pada retina terdapat
reseptor(fotoreseptor).
h. Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan
visual dari retina ke otak. Saraf yang memasuki sel tali dan kerucut
dalam retina, untuk menuju ke otak
i. Humor aqueus : cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa
dan kornea (mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber
makanan bagi lensa dan kornea; dihasilkan oleh prosesus siliaris.
Aquaeous humor atau cairan berair terdapat dibalik kornea.
Strukturnya sama dengan cairan sel, mengandung nutrisi bagi kornea
dan dapat melakukan difusi gas dengan udara luar melalui kornea.
j. Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di
depan retina (mengisi segmen posterior mata).
k. Macula : daerah kecil yang berbentuk bulat, terletak di bagian
belakang retina dengan jarak 3,5 mm dari temporal dan 0,5 mm lebih
inferior terhadap diskus
l. Fovea : bagian terkecil yang melekuk pada retina dan terletak di
tengah-tengan makula dan bertanggung jawab terhadap ketajaman
penglihatan
Fisiologi lensa :
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk
memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot- otot siliaris relaksasi,
menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior
lensa sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa diperkecil
sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke retina. Untuk
memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga
tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastik kemudian
mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya
biasnya. Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus siliaris, zonula, dan
lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai
akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa
perlahan-lahan berkurang.

3. Epidemiologi Katarak
Katarak merupakan penyebab utama kebutaan baik pada laki – laki
(71,7%) maupun perempuan (81,0%). Katarak atau kekeruhan lensa mata
merupakan penyebab utama kebutaan di lndonesia, 77,7% kebutaan
disebabkan oleh katarak, sedangkan prevalensi kebutaan akibat katarak
pada penduduk umur 50 tahun ke atas di Indonesia sebesar 1,9%
(Riskesdas, 2018).

4. Etiologi Katarak
Menurut Ilyas (2016), etiologi atau faktor risiko katarak yaitu :
a. Umur
Katarak pada umumnya terjadi karena proses penuaan. Besarnya
jumlah penderita katarak berbanding lurus dengan jumlah penduduk
umur lanjut. Proses penuaan menyebabkan lensa mata menjadi keras
dan keruh, umumnya terjadi pada umur diatas 50 tahun.
b. Trauma Mata
Trauma mata menyumbang sebagian besar bertambahnya jumlah
penderita katarak. Katarak terjadi akibat trauma mata dapat terjadi
pada semua umur. Trauma atau cedera pada mata mengakibatkan
terjadinya erosi epitel pada lensa. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi
korteks hingga lensa mencembung dan mengeruh.
c. Diabetes Melitus
Penyakit diabetes melitus pun ikut menyumbang terhadap tingginya
jumlah penderita katarak, sejalan dengan bertambahnya jumlah kasus
penderita diabetes melitus. Pembentukan katarak yang terkait dengan
diabetes sering terjadi karena kelebihan kadar sorbitol (gula yang
terbentuk dari glukosa), yang membentuk penumpukan dalam lensa
dan akhirnya membentuk kekeruhan lensa.
d. Hipertensi
Hipertensi memainkan peranan penting terhadap perkembangan
katarak. Hipertensi bisa menyebabkan konformasi struktur perubahan
protein dalam kapsul lensa, sehingga memperburuk pembentukan
katarak, sehingga dapat memicu katarak.
e. Genetika
Faktor genetik atau keturunan merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan terjadinya katarak. Sebab beberapa kelainan genetik
yang diturunkan dapat menyebabkan gangguan kesehatan lainnya yang
dapat meningkatkan resiko katarak, seperti kelainan kromosom mampu
mempengaruhi kualitas lensa mata sehingga dapat memicu katarak.
f. Merokok
Merokok secara signifikan meningkatkan resiko katarak dibandingkan
non-perokok. Sebab merokok dapat mengubah sel-sel lensa melalui
oksidasi, merokok dapat juga menyebabkan akumulasi logam berat
seperti cadmium dalam lensa sehingga dapat memicu katarak.
g. Alkohol
Meminum minuman beralkohol secara berlebihan juga dapat memicu
terkena penyakit katarak. Alkohol dapat mengganggu homeostasis
kalsium dalam lensa dan meningkatkan proses seperti kerusakan
membran sehingga dapat memicu katarak.
h. Radiasi Ultraviolet
Radiasi sinar ultraviolet pada siang hari cukup tinggi dan paparannya
untuk jangka waktu yang lama dapat menjadi pemicu katarak. Sebab
sinar ultraviolet mampu merusak jaringan mata, dapat merusak saraf
pusat penglihatan serta makula dan dapat merusak bagian kornea dan
lensa.

5. Manifestasi Katarak
Menurut Nugraha (2014), tanda dan gejala dari katarak adalah :
a. Penglihatan akan suatu objek benda atau cahaya menjadi kabur atau
buram serta bayangan benda terlihat seakan seperti bayangan semu
atau seperti asap.
b. Pada pupil terdapat bercak putih
c. Kesulitan melihat ketika malam hari.
d. Mata terasa sensitif bila terkena cahaya atau rasa silau saat melihat
lampu mobil, matahari, atau lampu
e. Bayangan cahaya yang ditangkap seperti sebuah lingkaran.
f. Membutuhkan pasokan cahaya yang cukup terang untuk membaca atau
beraktifitas lainnya
g. Sering mengganti kacamata atau lensa kontak karena merasa sudah
tidak nyaman menggunakannya.
h. Warna cahaya memudar dan cenderung beubah warna saat melihat,
misalnya cahaya putih yang ditangkap menjadi cahaya kuning.
i. Jika melihat hanya dengan satu mata, bayangan benda atau cahaya
terlihat ganda

6. Klasifikasi Katarak
Menurut Ilyas (2016), klasifikasi dari katarak yaitu :
a. Katarak Kongenital
Katarak Kongenital adalah katarak yang mulai terjadi segera setelah
bayi lahir hingga bayi berusia kurang dari 1 tahun.
b. Katarak Juvenil
Katarak juvenil merupakan katarak yang diderita oleh orang muda,
pada usia lebih dari 1 tahun. Katarak juvenil biasaanya merupakan
penyulit dari penyakit sistemik maupun metabolik, contohnya katarak
diabetik, katarak galaktosemia, katarak hipokalsemik, katarak
defisiensi besi, katarak aminoasiduria, penyakit wilson, katarak karena
distrofi miotonik, katarak traumatik dan katarak komplikata.
c. Katarak Senilis
Katarak Senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terjadi pada orang
usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun. Tingkat kekerasan lensa pada
katarak senilis bisa dinagi menjadi 5 grade, yaitu :
1) Grade 1: nukleus lunak ditandai dengan lensa yang tampak sedikit
keruh, biasanya visus lebih baik dari 6/12, reflex fundus masih
mudah diperoleh.
2) Grade 2 : nukleus dengan kekerasan ringan ditandai dengan
nukleus yang tampak kekuningan, biasanya visus diantara 6/12
hingga 6/30 dan refleks fundus juga masih mudah diperoleh.
3) Grade 3 : nukleus dengan kekerasan sedang/medium ditandai
dengan warna nukleus kuning, korteks keruh berwarna keabu-
abuan, biasanya visus diantara 6/30 hingga 1/60.
4) Grade 4 : nukleus keras ditandai dengan nukleus yang keras dan
berwarna kuning kecoklatan, biasanya visus diantara 3/60 hingga
1/60, usia pasien diatas 65 tahun dan reflek fundus sudah sulit
diperoleh.
5) Grade 5 : nukleus sangat keras ditandai dengan nukleus yang
sangat keras berwarna coklat hingga kehitaman, biasanya visus
1/60 atau lebih buruk. Biasanya disebut brusmescent cataract atau
katarak hitam.
d. Katarak traumatic
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di
lensa atau trauma tumpul terhadap bola mata. Lensa menjadi putih
segera setelah masuknya benda asing karena lubang pada kapsul lensa
menyebabkan humor aqueus dan kadang-kadang korpus vitreum
masuk kedalam struktur lensa.
e. Katarak komplikata
Katarak komplikata adalah katarak sekunder akibat penyakit
intraocular pada fisiologi lensa. Katarak biasanya berawal di daerah
sub kapsul posterior dan akhirnya mengenai seluruh struktur lensa.
Penyakit-penyakit intraokular yang sering berkaitan dengan
pembentukan katarak adalah uveitis kronik atau rekuren, glaukoma,
retinitis pigmentosa dan pelepasan retina.
f. Katarak akibat penyakit sistemik
Katarak bilateral dapat terjadi karena gangguan- gangguan sistemik
berikut: diabetes mellitus, hipoparatiroidisme, distrofi miotonik,
dermatitis atropik, galaktosemia, dan syndrome Lowe, Werner atau
Down.
g. Katarak toksik
Katarak toksik jarang terjadi. Banyak kasus pada tahun 1930-an
sebagai akibat penelanan dinitrofenol (suatu obat yang digunakan
untuk menekan nafsu makan). Kortokosteroid yang diberikan dalam
waktu lama, baik secara sistemik maupun dalam bentuk tetes yang
dapat menyebabkan kekeruhan lensa.
h. Katarak ikutan
Katarak ikutan menunjukkan kekeruhan kapsul posterior akibat
katarak traumatik yang terserap sebagian atau setelah terjadinya
ekstrak katarak
7. Pathway

8. Pemeriksaan Diagnostik Katarak


Menurut Nugraha (2014), pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan
yaitu :
a. Kartu nama snellen/mesin telebinokuler (tes ketajaman penglihatan
dan sentral penglihatan) mungkin terganggu dengan kerusakan kornea,
lensa, akveus atau vitreus humor, kesalahan refraksi atau penyakit
sistem saraf atau penglihatan keretina atau jalan optik.
b. Lapang penglihatan.
Penurunan mungkin disebabkan oleh cairan cerebro vasikuler, massa
tumor pada hipofisis otak, karotis atau patologis arteri serebral,
glaukoma.
c. Pengukuran tonografi
Mengkaji tekanan intraokuler (TIO) normalnya 12- 25 mmHg.
Tekanan bola mata juga harus diukur, karena pada lensa katarak bagian
anteroposterior lensa lebih memanjang sehingga penekanan ke arah
anterior sering terjadi. Hal ini dapat meningkatkan tekanan bola mata.
d. Pemeriksaan oftalamoskopi, mengkaji struktur internal okuler,
mencatat atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan
mikroaneurisma, dilatasi dan pemeriksaan belahan lampu, memastikan
diagnosa katarak.
e. Darah lengkap, laju sedimentasi (LED) menunjukkan anemia sistemik
atau infeksi
f. EKG, kolesterol serum dan pemeriksaan lipid dilakukan untuk
memastikan aterosklerosis
g. Tes toleransi glukosa (FBS) yaitu menunjukkan adanya atau kontrol
diabetes.

9. Penatalaksanaan Katarak
Menurut Ilyas (2016), penatalaksanaan untuk pasien dengan katarak
meliputi :
a. Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE)
Merupakan tekhnik bedah yang digunakan sebelum adanya bedah
katarak ekstrakapsular. Seluruh lensa bersama dengan pembungkus
atau kapsulnya dikeluarkan. Diperlukan sayatan yang cukup luas dan
jahitan yang banyak (14-15mm). Prosedur tersebut relatif beresiko
tinggi disebabkan oleh insisi yang lebar dan tekanan pada badan
vitreus. Metode ini sekarang sudah ditinggalkan. Kerugian tindakan ini
antara lain, angka kejadian Cystoid macular edema dan retinal
detachment setelah operasi lebih tinggi, insisi yang sangat lebar dan
astigmatisma yang tinggi. Resiko kehilangan vitreus selama operasi
sangat besar.
b. Ekstra Capsular Cataract Extraction (ECCE)
Merupakan tekhnik operasi katarak dengan melakukan pengangkatan
nucleus lensa dan korteks melalui pembukaan kapsul anterior yang
lebar 9-10mm, dan meninggalkan kapsul posterior.
c. Small Incision Cataract Surgery (SICS)
Pada tekhnik ini insisi dilakukan di sklera sekitar 5.5mm – 7.0mm.
Keuntungan insisi pada sklera kedap air sehingga membuat katup dan
isi bola mata tidak prolaps keluar, dan karena insisi yang dibuat
ukurannya lebih kecil dan lebih posterior, kurvatura kornea hanya
sedikit berubah.
d. Phacoemulsification
Merupakan salah satu tekhnik ekstraksi katarak ekstrakapsuler yang
berbeda dengan ekstraksi katarak ekstrakapsular standar (dengan
ekspresi dan pengangkatan nukleus yang lebar). Sedangkan
fakoemulsifikasi menggunakan insisi kecil, fragmentasi nukleus secara
ultrasonik dan aspirasi korteks lensa dengan menggunakan alat
fakoemulsifikasi.

10. Komplikasi Katarak


Menurut Tamsuri (2015), komplikasi yang dapat terjadi karena katarak
adalah :
a. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk
jaringan uvea, sehingga menimbulkan reaksi radang/alergi.
b. Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata
sehingga mengganggu aliran cairan bilik mata depan.
c. Kerusakan retina
Kerusakan retina ini dapat terjadi setelah pasca bedah, akibat ada
robekan pada retina, cairan masuk ke belakang dan mendorong retina
atau terjadi penimbunan eksudat dibawah retina terangkat
d. Endoftalmitis termasuk komplikasi pasca operasi katarak yang jarang,
namun sangat berat. Gejala endoftalmitis terdiri atas nyeri ringan
hingga berat, hilangnya penglihatan, floaters, fotofobia, inflamasi
vitreus, edem palpebra atau periorbita, injeksi siliar, kemosis, reaksi
bilik mata depan, hipopion, penurunan tajam penglihatan, edema
kornea, serta perdarahan retina. Gejala muncul setelah 3 sampai 10
hari operasi katarak. Penyebab terbanyak adalah Staphylococcus
epidermidis, Staphylococcus aureus, dan Streptococcus
e. Edema stromal atau epitelial dapat terjadi segera setelah operasi
katarak. Kombinasi dari trauma mekanik, waktu operasi yang lama,
trauma kimia, radang, atau peningkatantekanan intraokular (TIO),
dapat menyebabkan edema kornea
f. Pendangkalan kamera okuli anterior
Pada saat operasi katarak, pendangkalan kamera okuli anterior (KOA)
dapat terjadi karena cairan yang masuk ke KOA tidak cukup,
kebocoran melalui insisi yang terlalu besar, tekanan dari luar bola
mata, tekanan vitreus positif, efusi suprakoroid, atau perdarahan
suprakoroid.
11. Pencegahan Katarak
Menurut Nugraha (2014), pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak
terkena katarak yaitu :
a. Memeriksakan kondisi mata secara rutin
Orang dewasa dianjurkan untuk memeriksakan mata ke dokter tiap dua
tahun sekali sampai usia 50 tahun. Di atas usia 50 tahun. Sementara
bagi orang dengan riwayat diabetes yang lebih berisiko mengalami
penyakit mata, disarankan untuk lebih sering memeriksakan kondisi
mata.
b. Melindungi mata dari paparan sinar UV
Paparan sinar ultraviolet (UV) pada mata dapat meningkatkan risiko
terjadinya mata katarak. Selain itu, sinar UV juga membuat katarak
yang sebelumnya sudah dialami menjadi makin parah. Hal ini karena
sinar ultraviolet (UV) dapat merusak protein di lensa mata. Untuk
mencegah mata katarak, hindari mata dari paparan sinar matahari
langsung dengan menggunakan kacamata hitam atau topi lebar,
terutama saat sedang beraktivitas di bawah terik matahari langsung.
c. Mengkonsumsi makanan bergizi
Konsumsi makanan yang mengandung senyawa antioksidan, seperti
lutein dan zeaxanthin, vitamin C (jeruk, tomat, stroberi, brokoli,
melon, dan kiwi), dan vitamin E (minyak sayuran, kacang almond, dan
bayam), berdampak signifikan dalam menurunkan risiko tejadinya
katarak. Antioksidan diketahui dapat menghentikan kerusakan protein
pada lensa mata, sehingga mencegah katarak.
d. Menjaga BB ideal
Kelebihan berat badan atau obesitas dapat meningkatkan risiko terkena
diabetes, yang merupakan salah satu faktor risiko mata katarak. Oleh
karena itu, menjaga berat badan ideal dengan menjalani pola makan
yang sehat dan mengonsumsi makanan bergizi seimbang, serta rutin
berolahraga.
12. Prognosis Katarak
Menurut Riorda-Eva & Augsburger (2015), prognosis penglihatan untuk
pasien anak-anak yang memerlukan pembedahan tidak sebaik prognosis
untuk pasien katarak senilis. Adanya ambliopia dan kadang-kadang
anomali saraf optikus atau retina membatasi tingkat pencapaian
pengelihatan pada kelompok pasien ini. Prognosis untuk perbaikan
ketajaman pengelihatan setelah operasi paling buruk pada katarak
kongenital unilateral dan paling baik pada katarak kongenital bilateral
inkomplit yang proresif lambat.

B. Konsep Dasar Keperawatan


Menurut Tamsuri (2015), pengkajian fokus keperawatan yang perlu
diperhatikan pada pasien dengan katarak yaitu :
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Umur
Katarak terjadi pada semua umur tapi umumnya pada lanjut usia.
2) Riwayat trauma
Trauma tumpul atau tidak tembus dapat merusak kapsul lensa.
3) Riwayat pekerjaan pada pekerjaan yang berhubungan dengan
bahan kimia atau terpapar sinar radioaktif / sinar x.
4) Riwayat penyakit misalnya penyakit mata yang lain dan penyakit
sistematik.
5) Riwayat pengunaan obat – obatan.
b. Pemeriksaan fisik :
1) Klien mengeluhkan penurunan pandangan bertahap dan tidak
nyeri.
2) Pandangan kabur, berkabut atau pandangan ganda.
3) Klien juga memberikan keluhan bahwa warna mnjadi kabur atau
tampak kekuningan.
4) Jika klien mengalami kekeruhan sentral klien mungkin
melaporkandapat melihat lebih baik pada cahaya suram dari pada
terang karena pada saat di latasi klien dapat melihat dari sekeliling
kekeruhan.
5) Kaji visus, terdapat penurunan signifikan.
6) Inspeksi dengan penlight menunjukkan pupil putih susu dan pada
katarak lanjut terdapat area putih ke abu – abuan.
Pada pengkajian ini akan di dapatkan kecemasan dan ketakutan kehilangan
pandangan :
a. Aktivitas dan istrahat
Gejala : perubahan aktivitas biasanya/hobi atau sehubungan dengan
gangguan penglihatan.
b. Makanan dan cairan
Gejala : mual/muntah.
c. Persepsi tehadap kesehatan Bagaimana manajemen pasien dalam
memelihara kesehatan, adakah kebiasaan merokok, mengkonsumsi
alkohol,dan apakah pasien mempunyai riwayat alergi terhadap obat,
makanan atau yang lainnya.
d. Pola konsep diri
Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan menerimanya seperti harga
diri, ideal diri pasien dalam hidupnya, identitas diri dan gambaran akan
dirinya.
e. Neurosensory
Gejala : Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang
menyebabkan silau dengan kehilangan berharap penglihatan parifer,
kesulitan mengfokuskan kerja dengan dekat/merasa di ruangan gelap.
f. Perubahan kecamata atau pengobatan untuk tidak memperbaiki
penglihatan. Tanda : tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil.
g. Peningkatan air mata.
2. Diagnosa keperawatan
Menurut Tamsuri (2015), diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien
katarak yaitu (disesuaikan dengan diagnosa pada SDKI) :
a. Pre operasi
1) Gangguan persepsi sensori b/d gangguan pengelihatan : katarak
2) Ansietas b/d kurang terpapar informasi
3) Risiko jatuh dibuktikan dengan faktor risiko gangguan
pengelihatan : katarak
b. Post operasi
1) Nyeri akut b/d agen pencedera fisik : prosedur oprasi
2) Risiko infeksi dibuktikan dengan faktor risiko efek prosedur
invasif
3) Risiko jatuh dibuktikan dengan faktor risiko kondisi pasca operasi
4) Defisit pengetahuan b/d kurang terpapar informasi
3. Rencana tindakan keperawatan
Rencana Tindakan keperawatan Rasional
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Krite
Intervensi
ria Hasil
1. Tgl :... jam : Tgl :... jam : Tgl :... jam : 1. Mengetahui status mental, status
D.0085 Persepsi Sensori L.09083 Minimalisasi Rangsangan sensori dan tingkat kenyamanan
Gangguan persepsi sensori b/d Setelah dilakukan tindakan I.08241 merupakan hal yang penting
gangguan pengelihatan : katarak keperawatan selama ... x24 1. Periksa status mental, untuk mengetahui intervensi
jam Gangguan persepsi status sensori dan yang sesuai dengan kebutuhan
Ttd sensori dapat teratasi tingkat kenyamanan klien
dengan kriteria hasil: 2. Batasi stimulus ruangan 2. Mengatur dan meminimalisasi
1. Verbalisasi melihat (cahaya) rangsang yang mengganggu klien
bayangan meningkat 3. Ajarkan cara 3. Mengurangi rangsang yang
2. Respon sesuai stimulus meminimalisasi stimulus memicu seperti cahaya
membaik (mengatur pencahayaan 4. Obat persepsi sensori dapat
3. Konsentrasi membaik ruangan) mengontrol atau
4. Kolaborasi pemberian meminimalisasikan gangguan
Ttd obat yang persepsi stimulus yang dirasakan
mempengaruhi persepsi klien
stimulus
Ttd
2. Tgl :... jam : Tgl :... jam : Tgl :... jam : 1. Mengetahui seberapa berat
D.0080 Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas I.09314 ansietas yang pasien alami.
Ansietas b/d kurang L.09093 1. Identifikasi saat tingkat 2. Mengetahui tanda-tanda
terpapar informasi Setelah dilakukan tindakan ansietas berubah ansietas secara verbal berupa
keperawatan selama ... x24 (kondisi, waktu, ungkapan khawatir, cemas dan
Ttd jam Ansietas dapat teratasi stresor). takut sedangkan secara non
dengan kriteria hasil: 2. Monitor tanda-tanda verbal dapat ditunjukkan
Rencana Tindakan keperawatan Rasional
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Krite
Intervensi
ria Hasil
1. Perilaku gelisah ansietas (verbal dan melalui gesture atau perilaku
menurun nonverbal). pasien yang gelisah, tremor,
2. Perilaku tegang 3. Temani pasien untuk berkeringat
menurun mengurangi kecemasan. 3. Memberikan perasaan didukung
3. Verbalisasi khawatir 4. Dengarkan dengan atau merasa tidak sendirian saat
akibat kondisi yang penuh perhatian. ditemani oleh orang lain.
dihadapi menurun 5. Latih teknik relaksasi 4. Mendengarkan dengan penuh
4. Verbalisasi nafas dalam perhatian dapat memberikan
kebingungan menurun kenyamanan bagi pasien
Ttd sehingga dapat mengurangi
Ttd kecemasan
5. Relaksasi nafas dalam dapat
merilekskan otot-otot yang
kaku saat mengalami
kecemasan
Ttd
3. Tgl :... jam : Tgl :... jam : Tgl :... jam : 1. Mengetahui lokasi, karakteristik,
D.0077 Tingkat Nyeri L.08066 Manajemn durasi, frekuensi, kualitas,
Nyeri Akut berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri intensitas nyeri dan skala nyeri
agen pencedera fisik : prosedur keperawatan selama ... x24 I.08238 merupakan hal yang penting
oprasi jam Nyeri Akut dapat 1. Identifikasi lokasi, untuk mengetahui intervensi
teratasi dengan kriteria karakteristik, durasi, yang sesuai dengan kebutuhan
Ttd hasil: frekuensi, kualitas, klien
1. Keluhan nyeri intensitas nyeri dan skala 2. Terapi nonfarmakologis dapat
menurun (skala 1-2) nyeri setiap 2 jam membantu mengurangi nyeri
Rencana Tindakan keperawatan Rasional
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Krite
Intervensi
ria Hasil
2. Meringis menurun 2. Berikan teknik klien
3. Sikap proyektif nonfarmakologis untuk 3. Teknik distraksi dapat membantu
menurun mengurangi rasa nyeri mengurangi nyeri sehingga klien
4. Gelisah menurun 3. Ajarkan teknik dapat mengalihkan perhatianya
5. Kesulitan tidur nonfarmakologis untuk 4. Obat analgetik merupakan yang
menurun mengurangi rasa nyeri : dapat digunakan untuk
6. Frekuensi nadi distraksi mengurangi nyeri dengan cara
membaik 4. Kolaborasi dengan dokter menghalangii pembentukan
terkait pemberian rangsang dalam reseptor nyeri,
Ttd analgetik saraf sensoris dan SSP.

Ttd
4. Dischage Planning Katarak
Menurut Yulian (2021), dischage planning untuk pasien katarak yaitu :
a. Anjurkan mengkonsumsi teh hijau 2-3 kali sehari karena teh hijau memberikan antioksidan yang
dibutuhkan untuk kesehatan mata dan menurunkan risiko masalah terkait pengelihatan.
b. Anjurkan mengkonsumsi alpukat karena kaya karoten dan nutrisi yang bermanfaat bagimata seperti beta-
karoten, vitamin B6, C dan E
c. Edukasi klien agar tidak merokok karena rokok dapat meningkatkan risiko munculnya penyakit katarak
dan kerusakan saraf optik.
d. Anjurkan klien untuk menghindari mata dari paparan debu, air dan angin terutama 1 minggu pertama
setelah operasi
e. Edukasi klien untuk menghindari mengusap mata atau membersihkan mata dengan penekanan kuat
f. Anjurkan klien menghindari posisi kepala menunduk dan batuk terlalu keras serta mengedan.
ASUHANKEPERAWATANPERIOPERATIF
DIKAMAROPERASI

PENGKAJIANPERI-OPERATIF

Dilaksanakanoleh :K e s y a F . M a m b r a s a r NIM.:2204079
Hari/Tanggal :Kamis, 23/02/2023Pkl: 09.50 WIB.

A. PENGKAJIANPRE-OPERATIF
1. IdentitasPasien:
Nama :Ny. T
Jeniskelamin : Perempuan Umur: 71 thn/ 14 hr./9 bln
Alamat :Sleman

Agama : Islam
RuangRawat :ORJ

No.RM/Register:020xxx
Op.mulaipukul:10.00 Dr.Bedah/Operator :Dr. Edy W
Op.selesaipukul:10.30 Dr.Anestesi :Dr. Kristina

No.OK :5 Prwt.Ast.Bedah :Ns. Ali


No.urutoperasi :9 Prwt. Ast.Anestesi :Ns. Edy S

(diOKterkait) Perawatinstrumen :Ns. Luluk

Perawatsirkulasi :Ns. Datik

ASA : 2
Jenisanesthesi : Lokal
Premedikasi :P a n t o c a i n 0 , 5 % Pkl.:0 9 . 5 5

Dx.Medis :Katarak

JenisTindakan/Op.:OS Phaco + IOL

SifatOperasi : Elektif/Terencana
Kls.Kontaminasi: Bersih

2. DataSubjektif:
Pasien mengatakan tidak ada alergi obat, pasien mengatakan mata kiri kabur dan sulit untuk melihat

3. DataObjektif
a. TingkatKesadaran
-Kualitatif :Composmentis
-Kuantitatif(GCS) :E:4 V: 5 M: 5
b. TinggiBadan: 155 cm
c. BeratBadan: 50 kg
d. KemampuanPenglihatan :mata kiri pasien katarak
e. Puasa : Ya,12Jam, mulaipukul 11.00 WIB
f. Lavement : Tidak
g. Tanda-tandaVital
- Tekanandarah: 130/95 mm.Hg
- Nadi: 80x/mnt
h. Kulit - Respirasi :18 x/mnt.
- Suhu
:36oC.
-Warna : tidak tampak sianosis
-Lesi di :tidak ada lesi
- Cukur : Tidak
- Makeup : Tidak
i. Mulut
- Gigipalsu(validasi) : Tidakada
-Kondisigigi :tampak baik tidak ada gangguan

-Acesoris :tidak ada

j. Alergi :Tidakada
-Jenis :tidak ada

-Reaksi :tidak ada

k. Perhiasan/brng.berharga: Tidakada
l. Alatkesehatanterpasang:
- Infus(IVline) : Ya,dg.IVNo. 22 terpasangditangan kiri
- NazoGastricTube : Tidak
- DowerCatheter : Tidak
m. Kondisikhusus
-Gangguanpendengaran :tidak ada
-Buta :mata kiri pasien katarak
- Gangguangerak/lumpuh: Ekstremitasatas Ekstremitasbawah: tidak ada gangguan
-Hambatankomunikasi :tidak

-Retardasimental :tidak

-Kelainanjiwa :tidak

4. PengkajianPsikologis:
a.Perasaanklienmenghadapitindakanoperasi:sedikit takut

b.Upayayangdilakukanuntukmengurangikecemasan:memotivasi pasien untuk semangat agar segera dapat


diobati sakitnya

c.Siapayangdiharapkanbisadihubungibilaterjadisesuatu padaklien:keluarga

5. DataPenunjang
Tanggal : 22/02/2023

a. Laboratorium
b. RontgenFoto
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Tidak
Hemoglobin 14,2 g/dL 11.7 – 15.5
c. EKG
Tidak

d. PermanenPacemaker
Tidak

e. USG
Tidak
ANALISADATAPREOPERATIF

Data Masalah Etiologi

DS: pasien mengatakan Ansietas Kurang terpapar informasi


sedikit takut

DO: pasien tampak gelisah

DS: pasien mengatakan Gangguan persepsi sensori Gangguan penglihatan


pandangan mata kiri kabur
berwarna putih

DO: mata kiri pasien tampak


selaput putih menutupi pupil
mata

DS: pasien mengatakan tidak Gangguan rasa nyaman Gejala penyakit


nyaman saat melihat karena
seperti ada benda asing pada
mata

DO: pasien tampak gelisah

DIAGNOSAKEPERAWATANPREOPERATIF

N Diagnosa Keperawatan
o

1. Ansietas b. d Kurang terpapar informasi

2.
Gangguan persepsi sensori b.d Gangguan penglihatan

3. Gangguan rasa nyaman b.d Gejala penyakit


RENCANAKEPERAWATANPREOPERATIF
DiagnosaK Rencana
Waktu eperawatan Tujuan Tindakan Rasional

09.55 1. Untuk
Tgl: 23/02/2023 Jam: Tgl: Tgl: 23/02/2023 mengetahui tingkat
09.55 23/02/2023 Jam: 09.55 ansietas pasien
Jam: 09.55
2. 2. memberikan
D.0080
Ansietas b. d Kurang Tingkat lingkungan dan
terpapar informasi ansietas suasan yang
Reduksi ansietas
(L.09093) nyaman
(I.09314):
3. Memberikan
Setelah O: Monitor tanda-
kebebasasan
dilakukan tanda ansietas
ekspresi pada
tindakan T: ciptakan suasana pasien
keperawatan terapeutik untuk
1x30 menit 4. Membantu
menumbuhkan
diharapkan menurunkan
kepercayaan
tingkat ansietas ansietas pasien
menurun E: -anjurkan
dengan kriteria mengungkapkan
hasil: perasaan dan
persepsi
1. Perilaku
geisah menurun - latih teknik
relaksasi
2. Tekanan
darah menurun

3. Pucat
menurun

09.55 1. Untuk
Tgl: 23/02/2023 Jam: Tgl: Tgl: 23/02/2023 mengetahui status
09.55 23/02/2023 Jam: 09.55 mental pasien
Jam: 09.55
2. Agar pasien
(D.0085) merasa nyaman
(L.09083) dengan lingkungan
Gangguan persepsi (I.08241)
sensori b.d Gangguan persepsi 3. Agar pasien
penglihatan sensori. Minimalisasi
mampu mengatasi
rangsangan
stimulus yang
Setelah
dilakukan O: periksa status
tindakan mental status dirasakan
keperawatan sesnori dan
1x30 menit kenyamanan
diharapkan misalnya nyeri
persepsi sensori kelelahan
membaik
dengan kriteria T: batasi stimulus
hasil: lingkungan

1. Verbalisasi E: ajarkan cara


melihat meminimalisasi
bayangan stimulus
meningkat K:kolaborasi
2. Konsentrasi pemberian obat
membaik yang
mempengaruhi
persepsi stimulus

09.00 1. Untuk
Tgl: 23/02/2023 Jam: Tgl: Tgl: 23/02/2023 mengetahui gejala
09.55 23/02/2023 Jam: 09.55 tidak nyaman yang
Jam: 09.55 dirasakan pasien

D.0074 (I.08245) 2. Agar pasien


(L.08064) Perawatan merasa nyaman
Gangguan rasa Status Kenya kenyamanan:
nyaman b.d Gejala manan. 3. Agar pasien
penyakit O: identifikasi merasa rileks
Setelah gejala yang tidak
dilakukan menyenangkan
tindakan
keperawatan T: berikan posisi
1x30 menit yang nyaman
diharapkan
E: ajarkan terapi
status
relaksasi
kenyamanan
meningkat K: kolaborasi
dengan kriteria pemberian
hasil: analgesik,
antipruritas,
1. Kesejahteraa
antihistamin jika
n fisik
perlu
meningkat

2. Kesejahteraa
n psikologis
meningkat

3. Rileks
meningka

4. Keluhan
tidak nyaman
menurun

TINDAKANKEPERAWATANPREOPERATIF
DiagnosaKeperawatan Implementasi Evaluasi

Ansietas b. d Kurang terpapar S: pasien mengatakan sudah


informasi merasa sedikit tenang
Reduksi ansietas
O: pasien tampak tenang
1. Memonitor tanda-tanda
ansietas A: Ansietas

1. Menciptakan suasana P: Reduksi ansietas


terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan

2. Mengananjurkan
mengungkapkan perasaan
dan persepsi

3. Melatih teknik relaksasi

Gangguan persepsi sensori b.d Minimlisasi rangsangan S: pasien mengatakan mata kiri
Gangguan penglihatan kabur
1.Memeriksa status mental
status sensori dan O: mata kiri pasien tampak selaput
kenyamanan misalnya nyeri putih menutupi pupil mata
kelelahan
A: gangguan persepsi sensori
2. Membatasi stimulus
lingkungan P: minimalisasi rangsangan

3. Mengajarkan cara
meminimalisasi stimulus

4. Berkolaborasi pemberian
obat yang mempengaruhi
persepsi stimulus

Gangguan rasa nyaman b.d Perawatan kenyamanan: S: pasien mengatakan masih


Gejala penyakit merasa tidak nyaman karena mata
1. Mengidentifikasi gejala kiri yang kabur
yang tidak menyenangkan
O: pasien tampak gelisah
2. Memberikan posisi yang
nyaman A: gangguan rasa nyaman

3. Mengajarkan terapi P: perawatan kenyamanan


relaksasi

4. Berkolaborasi pemberian
analgesik, antipruritas,
antihistamin jika perlu
B. PENGKAJIANINTRAOPERATIF

1. Posisipasiendimejaop. : Supinasi

2. Desinfeksikulitdengan : PovidoneIodine

3. PeralatanElectroMedic :
a. MesinAnestesi : Ya
b. BedSideMonitor : Ya, mansetdipasangdi :kiri
Tidak

c. Couter/ESU :
Tidak

d. Suctionpump : Ya Tidak
e. Torniquet : Ya,mansetdipasangdi :tangan kanan
Dengan tekanan:130/90 mm.Hg.MulaiPukul:0 9 . 0 0 W I B

4. AlkesTerpasang :
a. Infus(IVline) : Ya,dg.IVNo.: 22 terpasangditangankiri
b. NazoGastricTube : Tidak
c. DowerCatheter : Tidak
d. EndotrachealTube : Ya,dengan ET No.: 6
e. Mayo/Gudel : Tidak
f. Lain-lain :

5. Bahanhabispakai:
a. Sarungtangansterile:No: 7,0Jumlah: 2/2 pasang.
b. Bisturi(pisauop.) :No: 2.75Jumlah: 2 buah.
c. Alkohol 20 cc.
d. PovidoneIodine 70 cc.
e. Kassastandar :20 Bendel.
f. Kassasedang :25 Lembar.
g. Popok/ DarmKassa :4 Lembar.
h. Benangyangdipakai: atraumatik
1) Siede : No. Jumlah:
2) Catgut Plain : No. 2/0 Jumlah: 1
6. Alkes/Implant yangditanam/dipasang: tidak ada

7. Obat-obatselamaoperasi:
- asam traneksamat 500 mg
- ondansetron 4mg
- tramadol 100 mg
- ketorolak 30 mg

8. MonitoringVitalSignIntraOperatif:
Aspek Pukul
Dipant
au
Tensi

Nadi

Resp.
SaO2

EKG

9. Penghitunganbahansertaalatsebelumdansesudahoperasi:Yad
ilakukan

10. Penutupanluka:
a. Cairanantiseptic : PovidoneIodine
b. Penutupluka : Kassa sterile
c. PemasanganDrain : Tidak
11. Kejadianpentingselamaoperasi:-

Tambahkan
C. PENGKAJIANPOSTOPERATIF

1.PasientibadiRuangPulihSadar (RecoveryRoom)pukul 10.35 WIB.

2.PosisipasiendiRR :pasien sudah sadar

3. PenghisapanLendir :Tidak
4. Oksigenasidengan :Canule oksigen
5. DosispemberianO2 :6 liter/menit.
6. MonitoringVitalSignPostOperatif(diRR):
Aspek Pukul
Dipant
au

Tensi

Nadi

Resp.
SaO2

EKG

7. AldreteScore :
- aktivitasotot 1
- pernafasan 2
- sirkulasi 1
- kesadaran 2
- warnakulit 2

Jumlah : 8

8. BromageScore(SpinalAnestesi): 1
- GerakanPenuh:0
- Takmampuekstensitungkai:1
- Takmampufleksilutut:2
- Takmampufleksipergelangankaki:3

9. Pesan-pesanposoperasi:
a. Pesan-pesandokterbedah: tidak ada
b. Pesan-pesandokteranestesi: tidak ada
10. Serahterimaposoperasi:
a. BerkasRekamMedik : Lengkap
b. Produksoperasi :
- Adaproduksoperasi : Tidak
- Dilakukanlabelisasi : Ya
- Adaserahterima : Ya
- AdapemeriksaanPA : Tidak
- Formpemeriksaan : Tidak
ANALISADATAPERIOPERATIF

Data Masalah Etiologi

DS: - Risiko infeksi Efek prosedur invasif

DO: mata kiri pasien tertutup


kassa karena bekas operasi
katarak

DS: pasien mengatakan nyeri Nyeri akut Agen pencedera fisik


saat kening diangkat

DO: pasien tampak meringis

DIAGNOSAKEPERAWATANPERIOPERATIF

N Diagnosa Keperawatan
o

1. Risiko infeksi b.d Efek prosedur invasif

2. Nyeri akut b.d Agen pencedera fisik

RENCANAKEPERAWATANPERIOPERATIF
DiagnosaK Rencana
Waktu eperawatan Tujuan Tindakan Rasional

10.35 Tgl:23/02/2023 Tgl:23/02/2023 Tgl:23/02/2023 1. Untuk memntau


Jam:10.35 Jam:10.35 Jam:10.35 ada tidaknya gejala
infeksi

2. menjaga agar
D.0142 (L.14137) (I.12406) tidak terjadi infeksi
Tingkat pada luka pasien
Risiko infeksi b.d Efek Infeksi: Pencegahan
prosedur invasif. Infeksi: 3. Memastikan
Setelah pasien paham
DS: - dialkukan O: Monitor tanda
dan gejala infeksi kondisi luka operasi
DO: mata kiri pasien tindakan
lokal dan sistematik
tertutup kassa karena keperawatan
bekas operasi katarak 1x30 menit T: cuci tangan
diharapkan sebelum dan
tingkat infeksi sesudah kontak
dapat teratasi dengan pasien dan
dengan kriteria lingkungan pasien
hasil:
E: ajarkan cara
1. Kebersihan memeriksa kondisi
tangan luka dan luka
meningkat operasi
2. Kebersihan K:-
badan
meningkat

3. Nyeri
menurun

10.35 Tgl:23/02/2023 Tgl:23/02/2023 Tgl:23/02/2023 1. Untuk


Jam:10.35 Jam:10.35 Jam:10.35 mengetahui
karakterisitik nyeri

2. Untuk memenuhi
kebutuan nyaman
D.0077 (L.08066) (I.08243) pasien
Tingkat Nyeri: 3. Membantu pasien
Nyeri akut b.d Agen Pemberian
memahami efek
TINDAKANKEPERAWATANPERIOPERATIF
DiagnosaKeperawatan Implementasi Evaluasi

Risiko infeksi b.d Efek Pencegahan infeksi: S: pasien mengatakan akan


prosedur invasif. menjaga agar tidak terjadi infeksi
1Memonitor tanda dan gejala pada area operasi
DS: - infeksi lokal dan sistematik
O: mata kiri pasien tertutup kassa
DO: mata kiri pasien tertutup 2.Mencuci tangan sebelum
kassa karena bekas operasi dan sesudah kontak dengan A: Risiko infeksi
katarak pasien dan lingkungan
pasien P: pencegahan infeksi

3. Mengajarkan cara
memeriksa kondisi luka dan
luka operasi

Nyeri akut b.d Agen Pemberian analgesik: S: pasien mengatakan masih


pencedera fisik merasa nyeri seperti cenut-cenut di
1. Mengidentifikasi mata
karakterisitik nyeri
O: pasien tampak meringis
DS: pasien mengatakan nyeri 2. Mendiskusikan jenis
saat kening diangkat analgesik yang disukai untuk A: Nyeri akut
mencapai analgesia optimal
DO: pasien tampak meringis P: Pemberian analgesik
3. Menjelaskan efek terapi
dan efek samping obat

4. Berkolaborasi pemberian
dosis dan jenis analgesik
sesuai indikasi
DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, S. 2016. Ilmu Penyakit Mata Edisi 4. Jakarta : Balai penerbit FKUI
Nugraha, Dwi Antara. (2018). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Penglihatan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Riorda-Eva & Augsburger. 2015. General Ophthalmology. 16th ed. USA:
McGraw-Hill Companies.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI tahun 2018. Diakses pada tanggal 10Agustus
2022melalui
https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/
Hasil-riskesdas-2018_1274.pdf
Tamsuri, Anas. 2015. Klien dengan Gangguan Mata dan Pengelihatan. Jakarta :
EGC
Yulian, Helvana. 2021. Makanan yang bisa turut membantu menangkal katarak.
Diakses pada tanggal 10Agustus 2022melalui https://amp-kontan-co-
id.cdn.ampproject.org/v/s/amp.kontan.co.id/news/5-makanan-yang-bisa-
turut-membantu-menangkal-katarak?
amp_gsa=1&amp_js_v=a9&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#amp_tf=Dari%20%251%24s&aoh=16493434245954&referrer=https
%3A%2F%2Fwww.google.com
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik (Cetakan III Edisi 1). Jakarta: Dewan
Pengurus PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(Cetakan II Edisi 1). Jakarta. Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(Cetakan II Edisi 1). Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.

Anda mungkin juga menyukai