Anda di halaman 1dari 29

KATARAK PRE-POST BEDAH

Di susun oleh :

1. Agnestian Daeli (202111002)


2. Cecillia widya (202111005)
3. Petrus Narahawarin (202111040)
4. Sevika VeronikA Br Bangun (202111049)
5. Tina Septiyanti D Nababan (202111050)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SINT CAROLUS


S1 KEPERAWATAN A
TAHUN AJARAN 2022/2023
BAB I

KONSEP MEDIK

A. DEFINISI

Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa katarak akibat penuaan


merupakan penyebab umum gangguan penglihatan.gangguan penglihatan di seluruh
dunia pada tahun 2010 adalah 285 juta orang dan 39 juta orang diantaranya menderita
kebutaan.

Katarak merupakan penyebab gangguan penglihatan terbanyak di seluruh


dunia kedua ( 33%) setelah gangguan refraksi yang tidak terkoreksi ( 42% ). Berbagai
studi cross-sectional melaporkan jumlah prevalensi katarak pada individu berusia 65-
74 tahun sebanyak 50%. Jumlah prevalensi ini meningkat hingga 70% pada individu
diatas 75 tahun (Vaughan, 2017) Katarak terjadi sekitar usia 65-74 tahun.( Vaughan,
2017). Menurut Ilyas Sidarta (2015).

Katarak berasal dari Yunani katarrhakies, dalam bahasa inggris cataract dan
dalam bahasa latin cataracta yang berarti air terjun.Katarak adalah setiap keadaan
kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi ( penambahan cairan ) lensa,
denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya. Biasanya kekeruhan terjadi pada
kedua mata dan berjalan progresif.
B. PATOFISIOLOGI

Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis, pada zona sentral terdapat nucleus, diperifer
ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior,
dengan bertambahnya usia, nekleus mengalami perubahan warna menjadi coklat
kekuningan. Disekitar opasitaster terdapat densitas seperti duri dianterior dan
posterior nucleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang
paling bermakna nampak seperti kristal salju pada jendela. Perubahan fisik dan kimia
dalam lensa menyebabkan hilangnya transparansi.

Perubahan pada serabut halus multiple (zunula) yang memanjang dari badan
silier di sekitar daerah di luar lensa dapat menyebabkan penglihatan mengalami
distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi,
sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina.
Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influis
air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar (Suhardjo, 2012)

Teori lain menyebutkan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam


melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya
usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang penderita katarak. Katarak biasanya
terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda. Dapat disebabkan oleh
kejadian trauma maupun sistematis seperti diabetes, namun sebenarnya merupakan
konsekuensi dari proses penuaan yang normal (Ilyas and Yulianti, 2017).
C. ANATOMI FISIOLOGI

a. Iris

Terletak di antara lensa mata dan korne, iris merupakan jaringan mata
yang terdiri dari serat otot dan berfungsi mengatur lebar pupil, agar cahaya
yang masuk tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit, sehingga ketajaman
pandang kita menjadi optimal. Warna iris pada setiap orang dapat berbeda-
beda.

b. Kornea

Merupakan bagian paling luar dari bola mata, kornea adalah jaringan
mata berbentuk kubah bening(transparan) yang berfungsi
membiaskan(refraksi) cahaya ke lensa mata.

c. Lensa Mata

Terletak tepat di belakang iris, lensa mata adalah bagian mata yang
berfungsi untuk membiaskan cahaya yang masuk ke bola mata melalui pupil
ke retina. Lensa mata berdifat elastis dan berfungsi untuk mengatur fokus
bayangan yang diterima oleh retina.

Bila jarak benda terlalu dekat dengan mata kita, lensa mata akan
menipis, sedangkan bila jarak benda terlalu jauh, lensa mata akan menebal.
Menebal atau menipisnya lensa mata ini dimasudkan untuk memfokuskan
cahaya yang masuk tepat di makula retina. Lensa mata dapat menjadi semakin
keruh seiring dengan bertambahnya usia. Lensa mata yan menjadi keruh itulah
yang di sebut katarak.

d. Makula Retina

Bagian retina yang paling sensitif terhadap cahaya. Bila cahaya yang
dipantulkan dari berbagai benda yang kita lihat bisa difokuskan pada makula,
benda tersebut akan terlihat tajam.
e. Pupil

Terletak ditengan iris, pupil merupakan celah yang berfungsi mengatur


intensitas cahaya yang masuk ke dalam bola mata. Ketika cahaya yang datang
terlalu terang, pupil akan mengecil, sedangkan bila cahaya terlalu redup, pupil
akan melebar. Melebar dan mengecilnya pupil diatur oleh iris.

f. Retina

Terletak dibagian paling dalam pada bola mata, retina merupakan


lapisan tipis yang berfungsi menangkap bayangan yang dibentuk oleh lensa
mata dan mengubahnya menjadi sinyal syaraf. Sinyal inilah yang oleh syaraf
optik(syaraf penglihatan) akan diteruskan ke otak,sehingga kita mengerti apa
yang kita lihat.

g. Sklera

Bagian putih mata yang berfungsi mempertahankan bentuk bola mata.

h. Syaraf Optik

Jaringan syaraf yang amat peka terhadap sinyal syaraf yang dihasilkan
oleh retina. Oleh syaraf ini sinyal tersebut diteruskan ke otak, sehingga
mengerti apa yang kita lihat
D. FAKTOR RISIKO

Faktor-faktor yang meningkatkan risiko katarak menurut (Rudi haryono &


maria putri sari utami, 2019) antara lain:

a. Penuaan usia

Seiring bertambahnya usia, lensa berkurang kebeningannya, keadaan


ini akan berkembang dengan bertambah beratnya katarak. Pada golongan usia
60 tahun hamper 2/3-nya mulai mengalami katarak. ensa mata sebagian besar
terdiri dari air dan protein. Dengan bertambahnya usia, lensa menjadi semakin
tebal dan tidak fleksibel.

b. Diabetes mellitus

Katarak, umumnya merupakan masalh bagi orang usia lanjut,tetapi


pada penderita Diabetes Mellitus yang tidak terkontrol dengan baik, katarak
dapat terjadi pada usia yang lebih muda. Diperkirakan bahwa proses terjadinya
katarak pada pederita Diabetes Mellitus adalah akibat penumpukan zat-zat sisa
metabolism gula oleh sel-sel lensa mata. Dalam keadaan kadar gula normal,
penumpukan zat-zat sisa ini tidak terjadi.

c. Paparan sinar matahari berlebihan

Sinar ultraviolet dari matahari dapat mempercepat kekeruhan pada


lensa mata. Seseorang dengan pekerjaan sehari-hari sering terpapar sinar
ultraviolet meningkatkan factor risiko katarak. Sinar ultraviolet akan diserap
oleh protein terutama asam amino aromatic, yaitu triptofan, fenil alanine dan
tirosin sehingga menimbulkan reaksi foto kimia dan menghasilkan fragmen
molekul yang disebut radikal bebas, seperti anion superoksid, hikdroksil dan
spesies oksigen reaktif seperti hydrogen peroksida yang semuanya bersifat
toksis.

Selanjutnya radikal bebas ini akan menimbulkan reaksi patologis dalam


jaringan lens dan senyawa toksis lainnya sehingga terjadi reaksi oksidatif pada
gugus sulfhidril protein. Reaksi oksidatif akan menggangu struktur protein
lensa sehingga terjadi cross link antar dan intra protein dan menambah jumlah
high molecular weight protein sehingga terjadi agregasi protein tersebut,
kemudian akan menimbulkan kekeruhan lensa yang disebut katarak

d. Merokok

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa perokok normal berisiko dua kali


lebih besar terkena katarak dibanding non-perokok, sementara bagi perokok
berat risikonya tiga kali lipat. Merokok mengurangi suplai antioksidan di mata
dan dapat menyebabkan terjadinya pembentukan katarak pada lensa mata

e. Kegemukan

Satu hal yang harus dihindari oleh penderita katarak karena makanan
yang digoreng mengandung lemak jenuh dan kolesterol yang bisa membuat
penumpukan plak pada pembuluh darah makula dan memperlambat aliran
darah di mata. Makanan mengandung Margarin atau minyak sayur dan juga
Memiliki kelebihan berat badan atau obesitas bisa meningkatkan risiko
terkena diabetes dan kondisi sistemik yang bisa menyebabkan seseorang bisa
kehilangan penglihatan

f. Tekanan darah tinggi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipertensi tidak menyebabkan secara


langsung terjadinya katarak pada lansia. Akan tetapi, hipertensi merupakan
salah satu faktor predisposisi penyakit katarak yang disebabkan proses
metabolisme darah tidak optimal, sehingga dapat menyebabkan kekeruhan
pada lensa mata. tekanan darah yang tinggi dalam waktu lama dapat
menyebabkan menebalnya pembuluh darah retina yang kemudian membatasi
darah untuk mencapai retina.

g. Cedera mata atau peradangan sebelumnya

Radang yang menyebabkan pembengkakan dan merusak jaringan mata.


Kondisi ini meliputi peradangan pada lapisan tengah mata yang disebut
saluran uveal atau uvea. Uvea penting karena mengandung banyak pembuluh
darah dan arteri yang mengantarkan darah ke bagian lain pada mata.

h. Operasi mata sebelumnya

Menurut faktor resikonya, tindakan operasi di bagi menjadi:


i. Minor

Menimbulkan trauma fisik yang minimal dengan resiko kerusakan


yang minim.

Contoh: incisi dan drainage kandung kemih, sirkumsisi

ii. Mayor

Menimbulkan trauma fisik yang luas, resiko kematian sangat serius.

Contoh: Total abdominal histerektomi, reseksi colon, dan lain- lain.

i. Penggunaan obat kortikosteroid berkepanjangan

Penggunaan steroid anti-inflamasi jenis kortikosteroid dalam jangka


panjang dapat meningkatkan risiko katarak. “Hal ini terjadi karena adanya
peningkatan tekanan pada mata

j. Minum alkohol dalam jumlah berlebihan

Katarak juga menyerang seseorang yang memiliki kebiasaan konsumsi


alkohol tinggi. Berdasarkan hasil studi, konsumsi alkohol berat dapat
menginduksi enzim mikrosom sitokrom di hati sehingga menghasilkan radikal
bebas yang dapat menyebabkan agregasi protein di lensa mata sehingga
menyebabkan terjadi katarak.

E. ETIOLOGI

Kebanyakan katarak berkembang ketika penuaan atau cedera mengubah


jaringan yang membentuk lensa mata. Protein dan serat di lensa mulai rusak,
menyebabkan penglihatan menjadi kabur atau keruh.

Beberapa kelainan genetik bawaan yang menyebabkan masalah kesehatan


lainnya dapat meningkatkan risiko katarak. Katarak juga bisa disebabkan oleh kondisi
mata lainnya, operasi mata sebelumnya atau kondisi medis seperti diabetes.
Penggunaan obat steroid jangka panjang juga dapat menyebabkan katarak
berkembang.
F. TANDA GEJALA

Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya, pasien


melaporkan penurunan ketajaman fungsi penglihatan, silau, dan gangguan fungsional
sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan tadi, temuan
objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga
retina tak akan tampak dengan oftalmoskop.

Ketika lensa sudah menjadi opak,cahaya akan dipendarkan dan bukannya


ditransmisikan Hasilnya adalah pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang
menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang
normalnya hitam, akan tampak kekuningan, abu-abu atau putih. Katarak biasanya
terjadi bertahap selama bertahun-tahun, dan ketika katarak sudah sangat memburuk,
lensa koreksi yang lebih kuat pun tak akan mampu memperbaiki penglihatan.

1) Penglihatan berkabut / buram


2) Penglihatan terkadang ganda
3) Sensitivitas terhadap cahaya (fotobia)
4) Terdapat bayangan seperti pelangi
5) Warna cahaya yang ditangkap cenderung memudar dan berubah warna
6) Lebih nyaman dengan kondisi redup

G. TEST DIAGNOSTIK

1. Visual acuity test

Tes ketajaman visual menggunakan bagan mata untuk mengukur seberapa


baik dapat membaca serangkaian huruf. Mata diuji satu per satu, sementara
mata lainnya ditutup. Menggunakan bagan atau alat penglihatan dengan huruf
yang semakin kecil, dokter mata menentukan apakah seseorang memiliki
penglihatan 20/20 atau jika penglihatan menunjukkan tanda-tanda gangguan.

2. Slit-lamp examination
Lampu celah memungkinkan dokter mata melihat struktur di bagian
depan mata dengan pembesaran. Mikroskop disebut lampu celah karena
menggunakan garis cahaya yang kuat, celah, untuk menerangi kornea, iris,
lensa, dan ruang antara iris dan kornea. Celah tersebut memungkinkan dokter
untuk melihat struktur ini dalam bagian-bagian kecil, yang membuatnya lebih
mudah untuk mendeteksi kelainan kecil apa pun.

3. Retinal Exam

Untuk mempersiapkan pemeriksaan retina, dokter mata akan memberikan


obat tetes pada mata untuk membuka lebar pupil mata (dilatasi). Hal ini
memudahkan untuk memeriksa bagian belakang mata (retina). Menggunakan
slit lamp atau alat khusus yang disebut ophthalmoscope, dokter mata Anda
dapat memeriksa lensa untuk mencari tanda-tanda katarak.

4. Applanation tonometry

Tes ini mengukur tekanan cairan di mata. Ada beberapa perangkat


berbeda yang tersedia untuk melakukan ini.

5. Oftalmoskopi Direk dan Indirek

Pemeriksaan oftalmoskopi pada katarak menunjukkan adanya


kelainan pada red reflex karena kekeruhan media refraksi tepatnya di lensa.
Setelah operasi, pemeriksaan ini juga dapat dilakukan untuk mengevaluasi
kondisi retina untuk mengeliminasi diagnosis banding dan menentukan
prognosis pasca operasi. Adanya kelainan retina yang menyertai katarak akan
memperburuk prognosis terkait visus pasien.

Pada anak dan orang dewasa yang tidak kooperatif dengan


pemeriksaan slit-lamp, observasi dan pemeriksaan red reflex menggunakan
oftalmoskop direk dapat membantu menilai derajat keparahan katarak. Selain
itu, pemeriksaan oftalmoskopi direk maupun indirek dapat membantu
mengevaluasi integritas dari polus posterior. Kelainan pada nervus optikus dan
retina dapat mempengaruhi prognosis pasien setelah ekstraksi lensa

6. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi penyakit
sistemik yang mungkin menyertai katarak, seperti pemeriksaan gula darah
untuk diabetes mellitus. Pemeriksaan darah lengkap mungkin tidak diperlukan
sebagai pemeriksaan laboratorium rutin preoperasi, karena tidak benefisial
sebagai skrining preoperasi.

7. Retinometri

Pemeriksaan menggunakan retinometer Heine dapat dilakukan setelah


operasi katarak untuk memperkirakan atau memprediksi ketajaman
penglihatan pasien dengan koreksi (best corrected visual acuity/BCVA).

8. Biometri

Pemeriksaan biometri dilakukan untuk menentukan kekuatan


Intraocular lens (IOL) yang akan digunakan. Pemeriksaan biometri membantu
menentukan kekuatan IOL dengan memeriksa kekuatan refraksi kornea,
effective lens position (ELP), kekuatan refraksi yang diinginkan (DPostRx),
Vertex distance (V), dan axial length.

H. PENATALAKSANAAN DAN PENGOBATAN ( PRE OP KATARAK DAN


POST OP )
a. Penatalaksanaan Non-Bedah
1. Terapi faktor risiko penyebab katarak

Terapi dilakukan dengan menghentikan pengobatan diabetes melitus,


konsumsi obat – obatan yang mempunyai sifat katarak togenik seperti
fenotiasin, kortokosteroid, dan miotik. Radiasi (inframerah atau sinar-X)
dihindari untuk mencegah terjadinya proses katarak genesis.

2. Memperlambat progevitas

Terdapat beberapa sediaan yang mempunyai kandungan kalium dan


kalsium yang dapat digunakan pada katarak stadium awal untuk mengurangi
perkembangannya, akan tetapi hingga saat ini belum ada kejelasan tentang
mekanisme kerja pada sediaan tersebut.

3. Penilaian perkembangan visus yang terjadi pada katarak imatur dan insipient
a. Refraksi harus sering diperbaiki, karenarefraksi mengalami perubahan
secara cepat.
b. Pengaturan pencahayaan, pencahayaan yang terang sebaiknya digunakan
untuk pasien dengan kekeruhan yang terdapat pada perifer lensa.
Sedangkan pasien dengan kekeruhan pada bagian sentral lensa, berikan
cahaya remang yang ditempatkan dengan posisi disamping dan sedikit di
belakang kepala pasien, pencahayaan remang akan memberikan hasil
terbaik.
c. Gunakan kacamata gelap. Memberikan kenyamanan pada pasien dengan
kekeruhan yang terdapat pada bagian sentral ketika beraktivitas di luar
ruangan
d. Midriatil, dengan kekeruhan yang sedikit, pupil akan memberikan efek
yang positif pada latraksial. Midriatil yang diberikan seperti 5% atau 1%
tropicamide dapat memberikan penglihatan yang lebih jelas pada pasien.
e. Penatalaksanaan pembedahan katarak

Indikasi penanganan bedah pada kasus katarak antara lain :

1. Indikasi visus dan indikasi medis

Indikasi penglihatan bersifat individu untuk semua orang,


tergantung dampak katrak yang terjadi dalam aktivitasnya. Untuk
alasan medis, pasien bisa tidak terganggu karena kekeruhan pada lensa,
tetapi mungkin terganggu oleh indikasi medist tertentu untuk
melakukan operasi katrak.

2. ECCE (Extra Capsular Catract Extraction)

Prosedur pembedahan dengam mengganti lensa yang keruh


dengan menggunasan lensa intraokular.

3. ICCE (Intra Capsular Cataract Extraction)

Operasi ini mengangkat semua lensa termasuk kapsulnya

4. Indikasi kosmetik
Mengacu dimana pasien dengan katrak matur yang
memerlukan pengangkatan katarak untuk mendapatkan pupil yang
hitam.

b. Penatalaksanaan pasca bedah

Perawatan yang dilakukakan pasca operasi katarak meliputi:

a. Kaji pengetahuan pasien dan keluarga tentang kemampuan pasien untuk


mengganti perban dan memberikan obat tetes mata mandiri.
b. Jika pasien atau anggota keluarga tidak memahami prosedur pengobatan,
mereka akan mendapatkan penyuluhan kesehatan tentang perawatan mata
di rumah, dan dianjurkan untuk memberikan obat tetes mata.
c. Anjurkan untuk memberikan obat tetes mata dan salep setiap hari
d. Usahakan untuk tidak membasahi mata atau perban selama dua minggu.
e. Jangan menyentuh atau menggosok mata dengan tangan saat beraktivitas
sehari-hari.
f. Tidak membungkuk selama dua minggu.
g. Tidak berbaring ke arah mata yang di operasi.
h. Hindari mengangkat benda berat serta menghindari benturan pada mata
i. Anjurkan memakai kacamata hitam saat di luar ruangan pada siang hari
j. Mengontrol dan menghindrai faktor yang mempercepat terbentuknya
katarak. (Soekardiet al,2013)

PENGOBATAN :

Katarak merupakan keadaan dimana lensa mata bersifat opasitas (tidak tembus
cahaya) dan merupakan penyebab dominan masalah sosio-medis yaitu kebutaan
diseluruh dunia.

Salah satu pengobatan katarak adalah pembedahan atau operasi. Pembedahan


dilakukan dengan membuat sayatan pada suatu bagian tubuh kemudian akan akan
dilakukan pemulihan dan diakhiri dengan jahitan atau tanpa dengan jahitan.

Pengobatan post-operasi katarak :


1. Kontrol Pasca Bedah Katarak

Pemeriksaan pasca operasi harus dilakukan untuk memastikan deteksi


dini dan pengelolaan komplikasi yang cepat untuk mengoptimalkan hasil akhir
operasi katarak. American Academy of Ophthalmology merekomendasikan
kunjungan hari pertama pasca operasi (POD1) harus dilakukan pada pasien
monokular, setelah operasi dengan adanya komplikasi intraoperatif, atau pada
pasien yang berisiko tinggi terjadi komplikasi pasca operasi segera seperti
peningkatan tekanan intraokular (IOP). Pasien tanpa risiko tinggi untuk
terjadinya komplikasi pasca operasi kontrol lanjutan pasca operasi dapat
dijadwalkan dalam waktu 48 jam.

Kontrol pasca bedah katarak dapat dibagi menjadi beberapa sesi


kontrol pada saat sehari setelah operasi (POD 1) yang dilakukan di rumah
sakit dan 4–8 minggu setelah operasi. Pemeriksaan pasca operasi meliputi
pengukuran tajam penglihatan pasca operasi katarak, tekanan intraokular,
pemeriksaan lampu celah untuk menilai inflamasi pasca operasi berupa edema
kornea dan reaksi peradangan pada bilik mata depan berupa flare dan sel serta
pemeriksaan fundus dengan oftalmoskop indirek pada pasien yang
membutuhkan penilaian segmen posterior.

2. Penggunaan Antibiotik

Antibiotik profilaksis adalah tindakan pencegahan infeksi pasca


operasi yang paling umum dilakukan. Variasi yang luas terdapat pada jenis
agen antibiotik yang digunakan (misalnya fluorokuinolon, aminoglikosida,
sefalosporin, dan kloramfenikol), rute pemberian antibiotik (topikal,
intraokular, subkonjungtival, dan oral), dan waktu pemberian antibiotik (pra
operasi, intraoperatif, perioperatif, dan pasca operasi). Bakteri penyebab yang
paling umum adalah spesies Gram-positif, seperti Streptococcus viridans atau
Staphylococcus aureus.

3. Penggunaan Obat Anti Inflamasi

Obat tetes mata anti inflamasi topikal baik steroid dan obat anti
inflamasi nonsteroid (NSAID) biasanya digunakan selama 1-3 bulan setelah
operasi. Obat ini bertujuan untuk menekan reaksi inflamasi dan mengurangi
nyeri dan ketidaknyamanan pasca operasi serta dapat mengurangi resiko
terjadinya komplikasi pasca bedah katarak seperti cystoid macular edema
(CME) dan opasifikasi kapsul posterior.

4. Edukasi Pasien

Edukasi pasien setelah selesai dilakukan operasi harus dilakukan


dengan jelas. Pasien harus mengetahui tentang bagaimana cara merawat mata
yang dioperasi saat mereka kembali ke rumah. Informasi diberikan secara
spesifik tentang kunjungan selanjutnya untuk jadwal kontrol pasien baik dari
tempat dan waktu untuk kontrol selanjutnya dan pastikan pasien tahu
bagaimana menghubungi klinik/ rumah sakit mata atau ahli bedah mereka jika
pasien memiliki tanda atau gejala yang dapat mengindikasikan komplikasi
(penglihatan yang semakin memburuk, rasa sakit yang tidak dapat ditahan
oleh pasien, kemerahan, bengkak atau keluarnya cairan).

I. KOMPLIKASI

Terjadinya komplikasi pada kasus katarak bergantung pada stadiumnya. Pada


stadium imatur dapat terjadi komplikasi glaukoma sekunder karena lensa yang
cembung yang menjadi penyebab iris dan aquaeous humor terhalang. Sedangkan
glaukoma sekunder dapat terjadi pada stadium hipermatur akibat penyumbatan yang
terjadi pada kanal aliran aquous humor karena masa lensa yang lisis, uveitisfakotoksi
juga dapat terjadi pada sttadium hipermatur(Astari, 2018).

Komplikasi selama operasi antara lain :

a. Pendangkalan kamera okuli anterior

Komplikasi terjadi karena kurangnya cairan yang masuk ke kamera


okuli anterior (KOA), kebocoran yang terlalu besar pada isisi, terdapat tekanan
dari luar bola mata, perdarahan suprakoroid, tekananpada avitreus positif, dan
terjadinya efusi suprakoroid.

b. Posterior CapsuleRupture (PCR)

Faktor resiko terjadinya komplikasi PCR yaitu miosis, floppy iris


syndrom, pseudoeksfoliasi, KOA dangkal, dan zonulopati.
c. Nucleus drop

Nucleus drop merupakan jatuhnya seluruh atau bagian dari nukleus


lensa ke rongga viteus. Lensa yang tertinggal jika tidak ditangani dengan baik
akan mengakibatkan peradangan intraokular berat, glaukoma sekunder,
dekompensasi endotel, ablasio retina, nyeri dan kebutaan.

Komplikasi setelah operasi antara lain:

a. Edema kornea

Edema kornea dapat terjadi karena kombinasi dari trauna mekanik,


trauma kimia, terjadinya radang atau peningkatan intraokular (TIO) dan waktu
proses operasi yang lama.

b. Perdarahan

Komplikasi yang mungkin terjadi pasca operasi katarak yaitu


terjadinya perdarahan retrobulbar, efusi suprakoroid, dan adanya hifema.

c. Edema MalukaKitoid (EMK)

EMK terjadi apabila terdapat penurunan visus pasca operasi, dan


terdapat gambaran penebalan yang terjadi pada retina saat pemeriksaan OCT.

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Intervensi
keperawatan HYD Keperawatan Rasional

1 Ansietas Setelah diberikan Reduksi Ansietas


berhubungan asuhan keperawatan
dengan stress selama 3 x 24 jam Observasi O

situasional akibat diharapkan tingkat  Identifikasi saat  Membantu


prosedur medis ansietas menurun tingkat ansietas memberikan
dengan kriteria berubah (mis. terapi
hasil: Kondisi, waktu,  Meningkatka
1. Verbalisasi stresor). n
kebingungan  Identifikasi pengetahuan
menurun kemampuan dan
2. Verbalisasi mengambil koping pasien
khawatir keputusan
akibat kondisi yang
dihadapi menurun T

3. Perilaku gelisah T:  Membantu

menurun  Ciptakan merelaksasika

4. Perilaku tegang suasana n

menurun terapeutik untuk perasaan

5. Keluhan pusing menumbuhkan pasien

menurun kepercayaa  Memberikan


6. Frekuensi nadi  Temani pasien rasa nyaman
membaik untuk kepada pasien
7. Tekanan darah mengurangi  Membantu
membaik kecemasan, jika untuk
memungkinkan memberikan
 Pahami situasi terapi
yang membuat  Membantu
ansietas meningkatkan
 Dengarkan rasa
dengan penuh aman pasien
perhatian  Membantu
 Gunakan meningkatkan
pendekatan yang rasa
tenang aman pasien
dan meyakinka  Membantu
 Motivasi mencari
mengidentifikasi solusi atau
situasi
yang memicu terapi
kecemasan

E:  Membantu
 Jelaskan mengidentifik
prosedur, asi
termasuk tingkat
sensasi yang ansietas
mungkin dialami pasien
 Informasikan  Membantu
secara faktual menjaga
mengenai perasaan
diagnosis, pasien
pengobatan  Melibatkan
dan prognosis keluarga
 Anjurkan untuk
keluarga untuk mengurangi
tetap ansietas
bersama pasien,  Membantu
jika perlu meningkatkan
 Anjurkan kemampuan
mengungkapka pasien
perasaan dan 5. Membantu
persepsi mengurangi
 Latih kegiatan ansietas
pengalihan  Meningkatka
untuk n
mengurangi pengetahuan
ketegangan pasien untuk
 Latih melakukanint
menggunakan ervensi
mekanisme mandiri
pertahanan diri jika ansietas
yang tepat terjadi
 Latih teknik
relaksasi
K

K:  Membantu
mengurangi
 Kolaborasi ansietas
pemberian obat pasien
antiansietas, jika
perlu

2. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan Manajemen


pencendera fisik intervensi kenyaman
(prosedur invasif ) kepeawatan selama limgkungan
3 X 24 jam maka
tingkat nyeri
menurun dengan O:
 Mengetahui
kriteria hasil :  Identifikasi
penyebab
1. Keluhan nyeri sumber
ganguan rasa
menurun ketidaknyaman
nyaman
2. Gelisah  Monitor kondisi
 Mengindetifi
menurun area mata
kasi adanya
3. Kemampuan
gejala
menuntaskan
aktivitas
memningkat
T:
 Fasilitasi  Memberikan

kenyaman rasa aman

lingkungan  Mencegah

(suhu ruangan, bahaya pada

kebersihan) luka op

 Hindari paparan
atau cedera dari
mata

E:  Mengindetifi

 Anjurkan kasi nyeri

memonitor nyeri secara

secara mandiri mandiri

 Jelaskan tujuan  Memaparkan

manajemen terkait

lingkungan informasi
intervensi

3 Risiko perdarahan Setelah dilakukan Pencegahan


b.d Perdarahan tindakan Perdarahan
keperawatan selama
3 x 24 jam Observasi : Observasi :

diharapkan, pasien  Monitor  Agar

tidak mengalami tanda dan mengetahui

risiko perdarahan gejala apa saja yang

dengan kriteria perdarahan menjadi tanda

hasil: area mata dan gejala

 Klien tidak  Monitor nilai dari

mengalami hematokrit/h terjadinya

perdarahan emoglobin perdarahan

pada area sebelum dan  Untuk

mata setelah mengetahui

 Klien tidak kehilangan apakah

mengalami darah terjadinya

perdarahan (apakah masalah

di sub- pasien terkait

konjungtiva/ mengalami hematocrit/he

konjungtiva anemis) moglobin

 Monitor sebelum dan

tanda-tanda setelah
vital kehilangan
ortostatik darah
(apakah  Untuk
pasien mengetahui
mengalami tanda-tanda
pusing) vita pasien
mengenai
orostatik

Terapeutik : Terapeutik :
 Batasi  Untuk
tindakan menghindari
invasif, jika infeksi
perlu

Edukasi : Edukasi :
 Jelaskan  Agar pasien
tanda dan dapat
gejala mengetahui
perdarahan tanda dan
 Anjurkan gejala
meningkatka terjadinya
n asupan perdarahan
cairan untuk  Agar asupan
menghindari cairan pasien
konstipasi dapat
 Anjurkan terpenuhi
segera untuk
melapor jika menghindari
terjadi terjadinya
perdarahan dehidrasi
pada area  Agar dapat
mata mengetahui
saat
terjadinya
perdarahan

Kolaborasi :
Kolaborasi : - Untuk
 Kolaborasi mengontrol
pemberian proses
obat terjadinya
pengontrol perdarahan
perdarahan, - Untuk
jika perlu meningkatkan
 Kolaborasi hemoglobin
pemberian
produk
darah, jika
perlu
4. Ganguan presepsi Setelah dilakukan Minimalisasi
sensori b.d. intervensi Rangsangan
Gangguan kepeawatan selama
penglihatan d.d. 3 X 24 jam maka 1. Observasi O

Distorsi sensori persepsi sensori


- Periksa status - Mengetahui
membaik dengan
sensori dan status sensori
kriteria hasil :
tingkat seperti apa
1. Verbalisasi
kenyamanan dan
melihat
(nyeri) mengetahui
bayangan
tingkat
menurun
kenyamanan
2. Distorsi sensori
pasien
menurun
3. Respons sesuai
2. Terapeutik T
stimulus
membaik
- Diskusikan - Mengetahui
4. Orientasi tingkat toleransi bagaimana
membaik terhadap beban beban sensori
sensori (bising, pasien seperti
terlalu terang) (bising,
- Batasi stimulasi pencahayaan)
lingkungan - Menjaga
(cahaya, suara, kenyamanan
aktivitas) pasien dengan
- Jadwalkan membatasi
aktivitas harian stimulasi
dan waktu lingkungan
istirahat - Agar tidak
- Kombinasikan membuat
prosedur pasien
tindakan dalam bingung akan
satu waktu tindakan yang
sesuai kebutuhan akan
dilakukan

E
3. Edukasi
- Menjaga
- Ajarkan kenyamanan
meminimalkan pasien dan
stimulus privasi pada
(mengatur pasien
pencahayaan
ruangan,
mengurangi
kebisingan,
membatasi
kunjungan)
K
4. Kolaborasi - Mengajak
pasien untuk
- Kolaborasi melakukan
meminimalkan satu persatu
prosedur/tindaka tindakan dan
n tidak
- Kolaborasi membuat
pemberian obat bingung serta
yang menghindari
mempengaruhi kelelahan
persepsi akan prosedur
stimulus yang
dilakukan
- Mencegah
persepsi
stimulus
semakin
parah
5. Risiko cedera b.d Setelah dilakukan
Penurunan intervensi Manajemen keselamatan
lingkungan
ketajaman mata keperwwatan
pandangan kabur selama 3 X 24 jam
dan seperti berkabut maka di harapakan
Observasi
pasien Tidak
 Identifikasi O
mengalami risiko
kebutuhan - Kaji apakah
cedera
keselamatan Klien
- Risiko jatuh saat
(mis. kondisi membutuhka
jalan menurun
fisik, fungsi n alat atau
-
kognitif dan bantuan
riwayat Dalam
penlaku) mobilitas
 Monitor - Kaji faktor
perubahan lingkungan
status klien apakah
Keselamatan aman untuk
lingkungan keselamatan
Terapeutik klien
 Hilangkan T
bahaya - pastikan klien
keselamatan berada di
lingkungan lingkungan yang
(mis. fisik, aman bagi diri
biologi, dan nya
kimia), jika - pastikan
memungkink lingkungan sudah
an. di persiapkan
 Modifikasi untuk klien aman
lingkungan - sediakan klien
untuk alat bantu agar
meminimalk bisa lebih
an bahaya membantu klien
dan risiko - agar klien dapat
 Sediakan alat terjaga keamanan
bantu nya dan terhindar
Keamanan dari jatuh
lingkungan - agar pergerakan
(mis. klien dapat lebih
commode leluasa dan aman
chair dan - agar dapat
pegangan mengetahui
tangan) apakah
 Gunakan lingkungan
perangkat sekitar klien
pelindung dapat
(mis. membayakan
pengekangan
fisik, rel
samping,
pintu
terkunci,
pagar)
 Fasilitasi
relokasi Ke
lingkungan
yang aman
 Lakukan
program
skrining
bahaya
lingkungan
(mis. timbal)
E
- Berikan
Edukasi edukasi
• Ajarkan individu, kepada
keluarga dan keluarga dan
Kelompok risiko klien tentang
tinggi bahaya risiko bahaya
lingkungan pada
lingkungan

Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan Pencegahan infeksi


efek prosedur intervensi selama 3
invasif X 24 jam maka O:
tingkat infeksi  Monitor tanda
 Mencegah
menurun dengan dan gejala
adanya
kriteria hasil : adanya infeksi
gejla
 Nyeri lokal atau
muncul
menurun sistemik
dini
 Bengkak
menurun T:
 Kemerahan  Berikan
menurun perawatan  Memperta
pada daerah hankan
mata kebersiha
 Pertahankan n
teknik  Mencegah
aseptik patogen
masuk

 Mencegah
E:
infeksi
 Ajarakan
 Melihat
cara mencuci
adanya
tanggan yg
gejala
benar
 Ajarakan
memeriksa
luka operasi

BAB III

KESIMPULAN

A. KESIMPULAN

Katarak merupakan penyebab utama kebutaan di seluruh dunia. Sebagian besar kasus
katarak berkaitan dengan usia. Operasi katarak bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi
penglihatan. Pemilihan teknik operasi berdasarkan pertimbangan dan pemeriksaan periodik
dilakukan untuk mencegah komplikasi operasi.

Penderita katarak akan mengalami gejala-gejala umum seperti penglihatan mulai


kabur, kurang peka dalam menangkap cahaya (fotofobia) sehingga cahaya yang dilihat hanya
berbentuk lingkaran semu, lambut laun akan terlihat seperti noda keruh berwarna putih di
bagian tengah lensa kemudian penderita katarak akan sulit menerima cahaya untuk mencapai
retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina.

Katarak bisa berada pada daerah nukleus bahkan hingga anterior lensa mata . Pada
operasi katarak proedur dilakukan beragam dari lanser hingga ekstraksi kapular. Katarak
adalah abnormalitas pada lensa mata berupa kekeruhan lensa yang menyebabkan tajam
penglihatan penderita berkurang. Katarak merupakan penyebab kebutaan nomor I di seluruh
dunia. Hal ini didukung oleh factor usia, radiasi dari sinar ultraviolet, kurangnya gizi dan

DAFTAR PUSTAKA

Andini Harahap, D. (2020). Pengkajian Dalam Proses Asuhan Keperawatan. Journal


Pengkajian Dalam Proses Asuhan Keperawatan.

Astari, P. (2018). Katarak: Klasifikasi, Tatalaksana, dan Komplikasi Operasi. Cermin Dunia
Kedokteran, 45(10), 748-753.
Ayuni, N. D. Q., & SKM, M. K. (2020). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga pada
Pasien Post Operasi Katarak. Pustaka Galeri Mandiri.

Ayuni, D. Q., & Dora, M. S. (2018). HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP


KELUARGA DENGAN PERAWATAN POST OPERASI KATRAK DI POLI MATA RSUD
PARIAMAN. 28–35.

Black joyce. M & Jane Hokanse Hawks. (2014). Medical Surgical Nursing (vol 2). Jakarta:
Salemba Medika.

Cataracts: An Overview. Mesut E, Simavli H, Bahri A. dalam: Handbook of Nutrition, Diet,


and the Eye. Preedy VR. Elsevier Science; 2014. Hlm. 231-44

Ilyas, S. (2014). Ilmu Penyakit Mata (Edisi 5). Jakarta: Badan Penerbit Fakultas kedokteran
Universitas Indonesia.

PRABOWATI, N. P. V. (2022). ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA PASIEN


DENGAN DIAGNOSA MEDIS KATARAK MATURE OPTIK DEXTRA DENGAN TINDAKAN
OPERASI ECCE (EXTRA CAPSULAR CATARACT EXTRACTION) DI RUMAH SAKIT YUKUM
MEDICAL CENTRE TAHUN 2022 (Doctoral dissertation, Poltekkes Tanjungkarang).

RAMADHANI, D. (2022). ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA PASIEN KATARAK


DENGAN TINDAKAN FAKOEMULSIFIKASI DI RS. MARDI WALUYO METRO (Doctoral
dissertation, Poltekkes Tanjungkarang).

Taba, J. A. P. (2021). Katarak Kongenital: Skrining dan Diagnosis. Cermin Dunia


Kedokteran, 48(7), 399-405.

Anda mungkin juga menyukai