Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

KATARAK

OLEH :
GISTARIA NIATI BULU { 2018610088 }

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
UNIVERSITAS TRIBUHWANA TUNGGADEWI MALANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  latar Belakang
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang mengakibatkan
pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam mata, seperti melihat air
terjun.

 
Jenis katarak yang paling sering ditemukan adalah katarak senilis dan katarak senilis ini
merupakan proses degeneratif (kemunduran ).Perubahan yang terjadi bersamaan dengan
presbiopi, tetapi disamping itu juga menjadi kuning warnanya dankeruh,yang akan
mengganggu pembiasan cahaya.Walaupun disebut katarak senilis tetapi perubahan tadi dapat
terjadi pada umur pertengahan, pada umur 70 tahun sebagian individu telah mengalami
perubahan lensa walau mungkin hanya menyebabkan sedikit gangguan penglihatan.

1.2  RUMUSAN MASALAH
       Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah:
      1. Apa yang di maksud dengan katarak?
      2. Apa saja etiologinya?
      3. Bagaimana klasifikasinya?
      4. Bagaimana penatalaksanaannya?
      5. Bagaimana asuhan keperawatannya?

3. TUJUAN
    Tujuan umum
    Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit katarak
   Tujuan khusus
    1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan Katarak
    2. Untuk mengetahui apa saja etiologinya.
    3. Untuk mengetahui klasifikasinya.
    4. Untuk mengetahui penatalaksanaanya

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat TUHAN, karena penulis telah dapat
menyelesaikan makalah tentang Asuhan Keperawatan Dengan Katarak
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak terutama kepada yang
terhormat dosen pembimbing Mata kuliah KMB dan  rekan-rekan di kelas
Keperawatan  yang telah banyak membantu dan memberi dorongan dalam penyelesaian
makalah ini.
Hasil makalah ini tentunya belum sempurna, namun bagi penulis hasil ini sangatlah
berarti terutama dapat memberikan dorongan dan sekaligus tantangan untuk terus berkarya
sebagai pengisi kegiatan dan aktifitas yang dituntut untuk terus berkarya dan berkreasi
mengisi masa depan yang penuh tantangan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati,
penulis mohon saran dan kritik demi kesempurnaan makalah ini.

                                                                              Malang, 01 desesmber 2020


                                                           
                                                                                          Penulis
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Teori

1. Anatomi Fisiologi  

Anatomi Mata
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti
kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar.  Lensa mengandung tiga komponen
anatomis.  Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi
keduanya adalah kapsula anterior dan posterior.  Dengan bertambahnya usia, nukleus
mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan .  Di sekitar opasitas terdapat
densitas seperti duri di anterior dan poterior nukleus.  Opasitaspada kapsul poterior
merupakan bentuk aktarak yang paling bermakna seperti kristal salju.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.  Perubahan
dalam serabut halus multipel (zonula) yang memaenjang dari badan silier ke sekitar daerah di
luar lensa.  Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina.  Salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini
mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain
mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. 
Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan
pasien yang menderita katarak. Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian
trauma atau sistemis (diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang
normal.  Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar
UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin anti oksidan yang kurang dalam jangka
waktu yang lama.

2. Pengertian Katarak
Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di
dalam kapsul lensa (Sidarta Ilyas, 1998)
Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa,
umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65 tahun
(Marilynn Doengoes, dkk. 2000).
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat proses
penuaan dapat timbul pada saat kelahiran (katarak congenital). Dapat juga berhubungan
dengan trauma mata tajam maupun tumpul, penggunaan kortikosteroid jangka panjang,
penyakit sistemis seperti diabetes mellitus atau hipoparatiroidisme, pemejanan radiasi,
pemajanan yang lama sinar mata hari (sinar ultra violet), atau kelainan mata lain seperti
uveitis anterior. (Brunner & suddart, 2001)
3. Etiologi
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang.
Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas. Akan tetapi, katarak
dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat hamil muda. Penyebab
katarak lainnya meliputi:
a. Faktor keturunan.
b. Cacat bawaan sejak lahir.
c. Masalah kesehatan, misalnya diabetes.
d. Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.
e. Gangguan metabolisme seperti DM (Diabetus Melitus)
f. Gangguan pertumbuhan,
g. Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.
h. Rokok dan Alkohol
i. Operasi mata sebelumnya.
j. Trauma (kecelakaan) pada mata.
k. Faktor-faktor lainya yang belum diketahui.

4. Patofisiologi
Lensa mata mengandung tiga komponen anatomis: nucleus, korteks dan kapsul. Nukleus
mengalami perubahan warna coklat kekuningan seiring dengan bertambahnya usia. Disekitar
opasitas terdapat densitas seperti duri dianterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul
posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna. Perubahan fisik dan kimia dalam
lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Salah satu teori menyebutkan terputusnya
protein lensa normal terjadi disertai infulks air kedalam lensa proses ini mematahkan serabut
lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu
enzim mempunyai peranan dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan
menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien menderita
katarak.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparasi. Perubahan pada
serabut halus multipel (zunula) yang memanjangdari badan silier sekitar daerah di luar lensa,
misalnya, dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam
protein lensa dapat menyebabkan kogulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan
menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein
lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa
yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim
mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun
denga bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda. Dapat
disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis, seperti diabetes, namun sebenarnya
merupakan konsekwensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak berkembang
secara kronik dan “matang” ketika orang memasuki dekadeke tujuh. Katarak dapat bersifat
kongenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan
ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling sering yang berperan
dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alkohol, merokok,
diabetes, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama.
2.8 patway

5. Manifestasi Klinis
Biasanya gejala berupa keluhan penurunan tajam pengelihatan secara progresif (seperti rabun
jauh memburuk secara progresif). Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata
seakan akan bertambah putih. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak
benar-benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif (-). Bila Katarak
dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan dapat menimbulkan komplikasi
berupa glaukoma dan uveitis.
Gejala umum gangguan katarak meliputi :
1.    Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek
2.    Peka terhadap sinar atau cahaya
3.    Dapat melihat dobel pada satu mata
4.    Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca
5.    Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu

6. Klasifikasi
v   Katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :
Ø  Katarak perkembangan (developmenta!) dan degeneratif.
Ø  Katarak kongenital, juvenil, dan senil.
Ø  Katarak komplikata.
Ø  Katarak traumatik.
Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :
Ø  katarak kongenital, katarak yang terlihat pada usia di bawah 1 tahun
 Katarak kongenital merupakan kekeruhan lensa yang didapatkan sejak
lahir, dan terjadi akibat gangguan perkembangan embrio intrauterin.
Biasanya kelainan ini tidak meluas mengenai seluruh lensa
 Letak kekeruhan sangat tergantung pada saat terjadinya gangguan
metabolisme serat lensa
  Katarak kongenital yang terjadi sejak perkembangan serat lensa
terlihat segera setelah bayi Iahir sampai berusia 1 tahun
  Katarak ini terjadi karena gangguan metabolisme serat-serat lensa
pada saat pembentukan serat lensa akibat infeksi virus atau gangguan
metabolisme jaringan lensa pada saat bayi masih di dalam kandungan,
dan gangguan metabolisme oksigen
  Pada bayi dengan katarak kongenital akan terlihat bercak putih di
depan pupil yang disebut sebagai leukokoria (pupil berwarna putih).
 Setiap bayi dengan leukokoria sebaiknya dipikirkan diagnosis
bandingnya seperti retinoblastorrma, endoftalmitis, fibroplasi
retrolental, hiperplastik vitreus primer, dan miopia tinggi di samping
katarak sendiri
 Katarak kongenital merupakan katarak perkembangan sehingga sel-sel
atau serat lensa masih muda dan berkonsistensi cair.
 Umumnya tindakan bedah dilakukan dengan disisio lentis atau
ekstraksi linear.
 Tindakan bedah biasanya dilakukan pada usia 2 bulah untuk mencegah
ambliopia eks-anopsia.
 Pasca bedah pasien memerlukan koreksi untuk kelainan refraksi
matanya yang telah menjadi afakia
Ø  katarak juvenil, katarak yang terlihat pada usia di atas 1 tahun dan di bawah 40 tahun
 Katarak juvenil yang terlihat setelah usia 1 tahun à lanjutan katarak
kongenital yang makin nyata,
  Penyulit penyakit lain, katarak komplikata, yang dapat terjadi akibat
penyakit lokal pada satu mata, seperti akibat uveitis anterior.
glaukoma, ablasi retina, miopia tinggi, ftisis bulbi, yang mengenai satu
mata, penyakit sistemik, seperti diabetes, hipoparatiroid, dan akibat
trauma tumpul.
  Biasanya katarak juvenil ini merupakan katarak yang didapat dan
banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor
Ø  katarak presenil, yaltu katarak sesudah usia 30 - 40  tahun
 Katarak senil biasanya mulai pada usia 50 tahun, kecuali bila disertai
dengan penyakit lainnya seperti diabetes melitus yang akan terjadi
lebih cepat.
 Kedua mata dapat terlihat dengan derajat kekeruhan yang sama
ataupun berbeda.
  Proses degenerasi pada lensa dapat terlihat pada beberapa stadium
katarak senil.
 Pada katarak senil akan terjadi degenerasi lensa secara perlahan-lahan.
 Tajam penglihatan akan menurun secara berangsur-angsur.
 Katarak senil merupakan katarak yang terjadi akibat terjadinya
 

degenerasi serat lensa karena proses penuaan

katarak senil, yaitu katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun
Ø  Stadium insipien,
 di mana mulai timbul katarak akibat proses degenerasi lensa.
  Kekeruhan lensa berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak
teratur.
  Pasien akan mengeluh gangguan penglihatan seperti melihat ganda
dengan satu matanya.
  Pada stadium ini., proses degenerasi belum menyerap cairan mata ke
dalam lensa sehingga akan terlihat bilik mata depan dengan kedalaman
yang normal, iris dalam posisi biasa disertai dengan kekeruhan ringan
pada lensa.
  Tajam penglihatan pasien belum terganggu.
Ø  Stadium imatur,
 Lensa yang degeneratif mulai menyerap cairan mata ke dalam lensa
sehingga lensa menjadi cembung. 
 Terjadi pembengkakan lensa yang disebut sebagai katarak intumesen.
P
 Terjadi miopisasi akibat lensa mata menjadi cembung à pasien
menyatakan tidak perlu kacamata sewaktu membaca dekat.
 Akibat lensa yang bengkak, iris terdorong ke depan, bilik mata dangkal
dan sudut bilik mata akan sempit atau tertutup.
  Pada stadium ini dapat terjadi glaukoma sekunder.
  Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau shadow test akan terlihat
bayangan iris pada lensa. Uji bayangan iris positif
Ø  Stadium matur
 Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. 
 Terjadi kekeruhan seluruh lensa.
 Tekanan cairan di dalam lensa sudah dalam keadaan seimbang dengan
cairan dalam mata sehingga ukuran lensa akan menjadi normal
kembali.
 Pada pemeriksaan terlihat iris dalam posisi normal, bilik mata depan
normal, sudut bilik mata depan terbuka normal, uji bayangan iris
negatif.
 Tajam penglihatan sangat menurun dan dapat hanya tinggal proyeksi
sinar positif
Ø  Stadium hipermatur
 terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat mencair
sehingga nukleus lensa tenggelam dalam korteks lensa (katarak
Morgagni).
 Pada stadium ini jadi juga degenerasi kapsul lensa sehingga bahan
lensa ataupun korteks yang cair keluar dan masuk ke dalam bilik mata
depan.
 Pada stadium matur akan terlihat lensa yang lebih kecil daripada
normal, yang akan mengakibatkan iris tremulans, dan bilik mata depan
terbuka.
 Pada uji bayangan iris terlihat positif walaupun seluruh lensa telah
keruh sehingga stadium ini disebut uji bayangan iris pseudopositif.
 Akibat bahan lensa keluar dari kapsul, maka akan timbul reaksi
jaringan uvea berupa uveitis.
 Bahan lensa ini juga dapat menutup jalan keluar cairan bilik mata
sehingga timbul glaukoma fakolitik.
Ø  Katarak komplikata, terjadi sebagai akibat langsung dari penyakit intraokuler, misalnya
akibat uveitis, glaukoma, retinitis pigmentossa & ablatio retinae. Biasanya bersifat unilateral
& prognosis tidak sebaik katarak senilis.
 Katarak komplikata terjadi akibat gangguan keseimbangan susunan sel
lensa oleh faktor fisik atau kimiawi sehingga terjadi gangguan
kejernihan lensa.
 Katarak komplikata dapat terjadi akibat iridosiklitis, koroiditis, miopia
tinggi, ablasio retina, dan glaukoma.
 Katarak komplikata dapat terjadi akibat kelainan sistemik yang akan
mengenai kedua mata atau kelainan lokal yang akan mengenai satu
mata
Ø  Katarak Trauma: Katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata

7. Pemeriksaan Diagnostik
1.      Keratometri
2.      Pemeriksaan lampu slit
3.      Oftalmoskopis
4.      A-scan ultrasound (echography)
5.      Hitung sel endotel sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya bila
dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan. Dengan hitung sel endotel 2000
sel/mm3, pasien ini merupakan kandidat yang baik untuk dilakukan fakoemulsifikasi
dan implantasi IOL.

8. Penatalaksanaan
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke titik
di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya
konservatif. Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut
untuk bekerja ataupun keamanan.  Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan
yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandang
mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi segmen posterior sangat
perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina atau sarf optikus, seperti
diabetesdanglaukoma.
Ada 2 macam teknik pembedahan ;
1.   Ekstraksi katarak intrakapsuler Adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu
kesatuan.
2.   Ekstraksi katarak ekstrakapsuler Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai
sampai 98 % pembedahan katarak.  Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata
selama pembedahan.

9.  Pengobatan
          Satu-satunya adalah dengan cara pembedahan ,yaitu lensa yang telah keruh diangkat
dan sekaligus ditanam lensa intraokuler sehingga pasca operasi tidahgk perlu lagi memakai
kaca mata khusus (kaca mata aphakia). Setelah operasi harus dijaga jangan sampai terjadi
infeksi.
            Pembedahan dilakukan bila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa
sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila telah menimbulkan penyulit seperi
glaukoma dan uveitis. Teknik yang umum dilakukan adalah ekstraksi katarak ekstrakapsular,
dimana isi lensa dikeluarkan melalui pemecahan atau perobekan kapsul lensa anterior
sehingga korteks dan nukleus lensa dapat dikeluarkan melalui robekan tersebut. Namun
dengan tekhnik ini dapat timbul penyulit katarak sekunder. Dengan tekhnik ekstraksi katarak
intrakapsuler tidak terjadi katarak sekunder karenaseluruh lensa bersama kapsul dikeluarkan,
dapat dilakukan pada yang matur dan zonula zinn telah rapuh, namun tidak boleh dilakukan
pada pasien berusia kurang dari 40 tahun, katarak imatur, yang masih memiliki zonula zinn.
Dapat pula dilakukan teknik ekstrakapsuler dengan fakoemulsifikasi yaitu fragmentasi
nukleus lensa dengan gelombang ultrasonik, sehingga hanya diperlukan insisi kecil, dimana
komplikasi pasca operasi lebih sedikit dan rehabilitasi penglihatan pasien meningkat.

10.  Komplikasi
Ambliopia sensori, penyulit yg terjadi berupa visus tdk akan mencapai 5/5. Komplikasi yang
terjadi yaitu nistagmus dan strabismus

BAB
III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
 Nama                          
 ;Ny. W
 Umur                          : 50 th
 Jenis Kelamin             :Perempuan
 Agama                        :  islam
 Status Perkawinan     :  kawin
 Suku Bangsa              :  Indonesia
 Pendidikan                 : SMA
 Pekerjaan                    : swasta
 Tgl masuk RS             : 01 desember 2020
 No. Register               : 15665
Penanggung Jawab
  Nama                          : Tn. F 
 Umur                          : 56 th
  Pekerjaan                    : swasta
 Alamat                       : Hibrida 10

2. Keluhan utama           
Klien mengalami penglihatan kabur. Klien mengalami penglihatan kabur, kesulitan melihat
dari jarak jauh ataupun dekat.

3. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan Sekarang
Pasien datang kerumah sakit dengan keluhan pusing dan penglihatannya kabur, penglihatan
kabur dirasakan sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu. Penglihatan kabur/tidak jelas dan
seperti ada kabut serta terkadang pasien merasa silau saat melihat cahaya. Klien juga
mengalami kesulitan melihat pada jarak jauh atau dekat, pandangan ganda, susah melihat
pada malam hari. Setelah dilakukan pengkajian pupil berwarna putih dan ada dilatasi pupil,
nucleus pada lensa menjadi coklat kuning, lensa menjadi opak, retina sulit dilihat, terdapat
gangguan keseimbangan pada susunan sel lensa oleh factor fisik dan kimiawi sehingga
kejernihan lensa berkurang.klien disarankan oleh dokter untuk dilakukan tindakan
pembedahan atau dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke titik di mana
pasien melakukan aktivitas sehari-hari.klien jg mengalami hiperglikemia karena panyakit
diabetis yang dideritanya.

b) Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus, didiagnosis sejak kurang lebih  1 tahun
yang lalu.

c) Riwayat Penyakit Keluarga


Ada dari keluarga pasien yang menderita penyakit Diabetes Melitus /gejala-gejala yang sama
seperti yang diderita oleh pasien saat ini.

4. Pemeriksaan Fisik
a.    Pola fungsi kesehatan
1)      Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan :
Keuarga klien takut akan penyakit yang diderita klien, dan berharap agar bisa cepat
sembuh
Penggunaan tembakau (bungkus/hari, pipa, cerutu, berapa lama, kapan berheti) : tidak
menggunakan tembakau
Alkohol : tidak mengkonsmsi alkohol
Alergi (obat-obatan, makanan, plster dll) : makanan
2)     Pola nutrisi dan metabolisme
Diet/suplemen khusus : tidak ada
Nafsu makan : menurun
Penurunan sensasi kecap, mual-muntah, stomatitis : mual muntah
Fluktuasi BB 6 bulan terakhir (naik/turun) : turun
Kesulitan menelan (disfagia) : disfagia
Gigi : Lengkap
Frekuensi makan : 1-2x sehari
Jenis makanan : nasi, sayur, buah-buahan
Pantangan/alergi : ikan
3)      Pola eliminasi
BAB :
Frekuensi : lebih dari 3x sehari
Warna : kuning
Waktu : tidak teratur
Konsistensi : cair
Kesulitan (diare, konstipasi, inkontinensia) : inkontinensia
BAK :
Frekuensi : lebih dari 8x perhari jika dalam keadaan kejang
Kesulitan : inkotinensia
4)      Pola aktivitas dan latihan
Kekuatan otot : penurunan kekuatan/tonus otot secara menyeluruh
Kemampuan ROM : ada keterbatasan rentang gerak
Keluhan saat beraktivitas : mudah lelah, dan lemas saat berktivitas
5)      Pola istirahat dan tidur
Lama tidur : 4-6 jam sehari
Waktu : malam
6)      Pola kognitif dan persepsi
Status mental : penurunan kesadaran
Bicara : aphasia ekspresif
Kemampuan memahami : tidak
Tingkt ansietas : berat
Penglihatan : pandangan kabur
Ketidaknyamanan/nyeri : nyeri kronik
7)      Persepsi diri dan konsep diri
Perasaan klien tentang masalah kesehatan ini : klien merasa malu dan minder
8)      Pola peran hubungan
Pekerjaan : swasta
Sistem pendukung : keluarga
9)      Pola koping dan toleransi aktivitas
Hal yang dilakukan saat ada masalah : cerita dengan orang terdekat atau keluarga
Penggunaan obat untuk menghilangkan stress : ada
Keadaan emosi dalam sehari-hari : tegang
10)  Keyakinan dan kepercayaan
Agama : islam
Pengaruh agama dalam kehidupan : segala sesuatu dalam kehidupannya diserahkan pada
agamanya

1.      Pemeriksaan fisik
1)      Keadaan umum : tampak gelisah dan bingung
Penampilan umum : bersih dan rapi
Kliean tampak sehat/sakit/sakit berat : sakit
Kesadaran :
BB : 50 kg
TB  : 155 cm
2)      Tanda-tanda vital
TD : 150/ 110mmHg
ND : 90 x/i
RR :22 1x/i
S     : 36,5 derajat celcius
3)      Kulit
Warna kulit : tidak sianosis
Kelembapan : kering
Turgor kulit : elastic berkurang
Ada/tidaknya oedema :  ada oedema
4)      Kepala :
Inspeksi : rambut bersih
Palpasi :tidak Ada benjolan
5)      Mata
Inspeksi : kekeruhan, berkabut atau opak pada lensa mata. Pada inspeksi visual katarak
Nampak abu-abu atau putih susu. Pada inspeksi pada lampu senter, tidak timbul refeksi
merah.
Fungsi penglihatan : gangguan penglihatan
Ukuran pupil : pupil dilatasi
Konjungtiva : anemis
Sklera : putih
6)      Telinga
Fungsi pendengaran :tidak ada  gangguan pendengaran
Kebersihan : bersih
Sekret : tidak ada
7)      Hidung dan sinus
Fungsi penciuman : baik
Pembegkakan : tidak ada                                                        Perdarahan : tidak ada
Kebersihan : bersih                                                                  sekret : tidak ada
8)      Mulut dan tenggokan
Membran mukosa : kering                                                       kebesihan mulut : bersih
Keadaan gigi : lengkap
Tanda radang : Lidah
Trismus :tidak ada
Kesulitan menelan : tidak ada, disfagia tidak ada
9)      Leher
Trakea : simetris
Kelenjar limfe : ada
Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran
10)  Thorak/paru
Inspeksi : dada simetris dan tidak  menggunakan otot bantu pernafasan
Perkusi :tidak  ada massa, dengan tidak adanya peningkatan produksi mukus
Auskulktasi : pernafasan stridor (ngorok)
11)  Jantung
Inspeksi : iktus kordis terlihat
12)  Abdomen
Inspeksi : simetris
Auskultasi : peristaltik usus
Palpasi : tidak ada benjolan atau massa, tidak ada ascites
13)  Ekstremitas
Ekstremitas atas : pergerakan  normal
Ekstremitas bawah : pergerakan  normal
ROM :
Kekuatan otot : penurunan kekuatan tonus otot
14)  Neurologis
Kesadaran (GCS) :
Status mental : penurunan kesadaran
Motorik : kejang
Sensorik : gangguan pada sistem penglihatan,mata kabur ,pengelihatan silau dan gangguan
pendengaran.
Refleks fisiologis : mengalami penurunan terhadap respon stimulus

3. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS: perdarahan intra Resio tinggi terhadap
- klien mengatakan pusing dan okuler(dikoreksi cidera  
penglihatannya kabur, penglihatan dengan dilator pupil)
kabur dirasakan sejak kurang lebih
1 tahun yang lalu.
- klien mengatakan bahwa dokter
menyarakan untuk dilakukan
tindakan yaitu dikoreksi dengan
dilator pupil.
DO:
- Pupil berwarna putih dan ada
dilatasi pupil
- nucleus pada lensa menjadi coklat
kuning, lensa menjadi opak, retina
sulit dilihat
2 DS: bedah pengangkatan Resiko tinggi
- klien mengatakan kesulitan katarak terhadap infeksi
melihat pada jarak jauh atau dekat,
pandangan ganda, susah melihat
pada malam hari.
-klien mengatakan bahwa dia juga
mnderita penyakit diabetis mellitus
DO:
- terdapat gangguan keseimbangan
pada susunan sel lensa oleh factor
fisik dan kimiawi sehingga
kejernihan lensa berkurang.
- Hiperglikemia
3 DS: gangguan Gangguan sensori
- klien mengatakan mengalami penerimaan persepsi(penglihatan)
penglihatan kabur. sensori/status organ
-Klien mengatakan mengalami indra penglihatan
penglihatan kabur, kesulitan melihat
dari jarak jauh ataupun dekat
DO:
- pupil berwarna putih dan ada
dilatasi pupil, nucleus pada lensa
menjadi coklat kuning, lensa
menjadi opak, retina sulit dilihat

4. Diagnosa keperawatan yang muncul


 Resio tinggi terhadap cidera   b/d perdarahan intra okuler(dikoreksi dengan dilator pupil)
 Resiko tinggi terhadap infeksi b/d bedah pengangkatan katarak
 Gangguan sensori persepsi(penglihatan) b/d gangguan penerimaan sensori/status organ
indra penglihatan

3. Nursing Care Planning


N Kriteria
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
o hasil
1 Resio tinggi Setelah Menunjukka Mandiri :
cidera  berhubu dilakukan n perubahan1.     Diskusikan apa1.     Membantu
ngan dengan intervesi  se perilaku, yang  terjadi megurangi rasa
perdarahan lama 3x24 pola hidup pada pasca takut an
intra okuler jam untuk dikoreksi tentang meningkatkan
diharapkan menurunka nyeri, kerja
perdrahan faktor pembatasan sama  dalam
intra okuler resiko dan aktivitas, pembatasan yang
dapat segera untuk  melid penampilan dan diperlukan
diatasi ungi diri balutan mata
dari cedera.2.     Batasi aktivitas2.     Menurunkan
seperti stres pada area
megerakkan pengikisan/menu
kepala tiba-tiba, runkan TIO
menggaruk mata,
membongkok
3.     Dorong napas
dalam batuk
untuk bershan 3.     Batuk
nafas berihan meningkatkan
paru TIO
4.     Pertahankan
perlindungan
mata sesuai 4.     Digunaknuntuk
indikasi melindungi dari
cedera dan
5.     Minta pasien menurunkan
untuk gerakan mata
membedakan 5.     Ketidak
antara amanan mungkin
ketidakyamanan karena prosedur
dan nyeri mata pembedahan,
tajam tiba-tiba, nyeri akut
selidiki menunjukkan
kegelisaan,disori TIO dan atau
entasi, gangguan perdarahan yang
balutan terjadi karena
regangan dan
atau tak diketahui
penyebabnya.

Kolaborasi:
1.    berikan obat
sesuai indikasi
·      antiemetik
contoh
proklorprazin ·       mual, muntah
dapat
meningkatkan
TIO,
memerlukan
tindakan segera
untuk mencega
·      asetazolamid(di cedera okuler
omox) ·       diberikan untuk
menurun TIO
bila terjadi
peningkatan,
membatasi kerja
enzim pada
produksi akueus
·      analgesik humor
contoh empirin ·       digunakan
dengam kodein, untuk ketidak
asetaminofen nyamanan
(tynol) ringan, mencega
gelisah yang
dapat
mempengaruhi
TIO
2 Resiko tinggi Setelah -     Meningkat Mandiri
terhadap dilakukan kan 1.     Diskusikan 1.     Menurunkan
infeksi intervesi  se penyembuh pentingnya jumlah bakteri
berhubungan lama 3x24 an luka mencuci tangan pada tangan,
dengan bedah jam tepat waktu sebelum mencega
pengangkatan diharapkan -     bebas menyentu atau kontaminasi area
katarak factor drainase mengobati mata operasi
resiko purulen dan2.     Gunakan atau 2.     Tehnik aseptic
infeksi eritema tunjukan tehnik menurunkan
dapat yang tepat untuk resiko
diatasi membersihkan penyebaran
mata dari dalam bakteri dan
keluar dengan kontaminasi
tisu basah atau silang
bola kapas untuk
tiap usapan ganti
balutan dan
masukkan lensa
kontak bila
menggunakan
3.     Tekankan
pentingnya
untuk  tidak 3.     Mencegah
menyentuh atau kontaminasi dan
menggarut mata kerusakan sisi
yang di operasi operasi
4.     Obserpasi tanda
terjadinya infeksi
contah 4.     Infeksi mata
kemerahan, terjadi 2-3 hari
kelopak mata setelah prosedur
bengkak, dan memerlukan
drainase purulen. upaya intervensi
Kolaborasi: yang tepat
1.    Berikan obat
sesuai indikasi
·      antibiotik(topic
al, perenteral, ·       sediakan
atau topical yang
subkunjungival) digunakan sevara
profilaksis,
dimana
terapi lebih akres
if diperlukan bila
terjadi infeksi.
Catatan steroid
mungkin
ditambahkan
pada antibiotic
topical bila
·      steroid pasien
mengalami
implantasi.
·       Digunakan
untuk
menurunkan
implamasi
3 Gangguan Setelah -     Dapat Mandiri
sensori dilakukan meningkatk 1.    Tentukann 1.    kebutuhan
persepsi(pengli intervesi  se an ketajaman individu dan
hatan) lama 3x24 ketajaman penglihatan, catat pilihan intervensi
berhubungan jam penglihatan apakah 1 atau 2 bervariasi sebab
dengan diharapkan batas situasi mata terlibat kehilangan
gangguan gangguan individu penglihatan
penerimaan sensori -     Memperba terjadi lambat
sensori/status persepsi iki potensi dan progresif.
organ indra dapat bahaya Bila bilateral tiap
penglihatan diatasi dalam mata dapat
lingkunga berlangjut pada
laju yang berbeda
tetapi biasa nya
hanya 1 mata
diperbaiki
perprosedur.
2.    memberikan
2.    Orientasikan peningkatan
pasien terhadap kenyamanan dan
lingkungan,stap, kekeluargaan,
orang lain di area menurunkan cem
nya as dab
disorientasi pasca
operasi
3.    terbangun dan
lingkungan tak
3.   Observasi dikenal dan
tanda-tanda dan mengalami
gejala- gejala tetbatasan
disorientasi, penglihatan dapat
pertahankan mengakibatkan
pagar tempat bingung pada
tidur sampai orang tua.
benar-benar Menurunkan
senbuh dari resiko jatuh bila
anastesia pasien bingung
atai tak kenal
ukuran tempat
tidur

4.    Memberikan
4.   Pendekatan dari rangsangan
sisi yang tak sensori tepat
dioperasi , bicara, terhadap isolasi
dan menyentuh dan menurunkan
sering, dorong bingung
orang terdekat
tinggal dengan
pasien
5.    Gangguan
5.   Perhatikan penglihatan atau
tentang suram iritasi dapat
atau penglihatan berakhir  1-2 jam
kabur dan iritasi setelah diberikan
mata pengobatan tetapi
secara bertahap
menurunkan
dengan pengguna
an.
Catatan :
Iritasi local harus
dilaporkan ke
dokter tetapi
jangan hentikan
penggunaan obat
6. Ingatkan pasien sementara
menggunakan 6.    perubahan
kacamata ketajaman dan
katarakyang kedalaman
tujuannya persepsi dapat
memperbesar menyebabkan
kurang lebih 25% bingung
penglihatan penglihatan atau
perifer hilang dan meningkatkan
resiko cedera
buta titik sampai pasien
mungkin ada belajar untuk
mengkompensasi
.

3.4. Catatan Perkembangan


No Diagnose Keperawatan Implementasi Evaluasi
1. Resiko tinggi Jam 08.00 wib Jam 12.00 wib
cidera  berhubungan Mandiri : S:  klien meengatakan
dengan perdarahan intra1.    Mendiskusikan apa nyeri pasca dikoreksi
okuler yang  terjadi pada pasca sudah berkurang.
dikoreksi tentang nyeri, O:  klien tampak rileks
pembatasan aktivitas, pasca dikoreksi,tetapi
penampilan dan balutan aktivitas klien masih
mata dibatasi,seperti terlalu
2. 1.   Membatasi aktivitas banyak menggerkkan
seperti megerakkan kepala kapala dan menggaruk
tiba-tiba, menggaruk mata, mata
membongkok A: Masalah teratasi
3.  2.  Mendorong napas sebagian,aktivitas klien
dalam batuk untuk bershan masih dibatasi untuk
nafas berihan paru melindungi mata pasca
4.   3. Mempertahankan dikoreksi
perlindungan mata sesuai P: Intervensi dilanjutkan
indikasi 1.      Batasi aktivitas klien
5.    4.  Meminta pasien untuk seperti megerakkan kepala
membedakan antara tiba-tiba, menggaruk mata,
ketidakyamanan dan nyeri membongkok
mata tajam tiba-tiba, 2.   Mempertahankan
selidiki perlindungan mata sesuai
kegelisaan,disorientasi, indikasi
gangguan balutan 3.  Meminta pasien untuk
Kolaborasi: membedakan antara
1.   5. Memberikan obat ketidakyamanan dan nyeri
sesuai indikasi mata tajam tiba-tiba,
·      antiemetik contoh selidiki
proklorprazin kegelisaan,disorientasi,
·      asetazolamid(diomox) gangguan balutan

2. Resiko tinggi terhadap Jam 08.00 wib Jam 12.00wib


infeksi berhubungan Mandiri S: Klien mengatakan dapat
dengan bedah 1.    Mendiskusikan beristrahat dengan baik
pengangkatan katarak pentingnya mencuci tangan tanpa terasa nyeri pasca
sebelum menyentu atau operasi pengangkatan
mengobati mata katarak
2.    Menggunakan atau O: klien dapat beristirahat
tunjukan tehnik yang tepat dengan tenang dan lebih
untuk membersihkan mata rilek serta tidak terdapat
dari dalam keluar dengan tanda-tanda terjadinya
tisu basah atau bola kapas infeksi pada mata klien
untuk tiap usapan ganti A: Masalah klien teratasi
balutan dan masukkan sebagian,tidak terjadi
lensa kontak bila infeksi pada mata klien
menggunakan pasca operasi.
3.    Menekankan pentingnya P: Intervensi dilanjutkan
untuk  tidak menyentuh 1.      Tekankan pentingnya
atau menggarut mata yang untuk  tidak menyentuh
di operasi atau menggarut mata yang
4.    Mengobserpasi tanda di operasi
terjadinya infeksi contah 2.      obserpasi tanda
kemerahan, kelopak mata terjadinya infeksi contah
bengkak, drainase purulen. kemerahan, kelopak mata
Kolaborasi: bengkak, drainase purulen
1.    Memberikan obat sesuai
indikasi
·      antibiotik(topical,
perenteral, atau
subkunjungival)
·      Steroid
3. Gangguan sensori Jam 08.00 wib Jam 12.00 wib
persepsi(penglihatan) Mandiri S: klien mengatakan
berhubungan dengan 1.        Menentukann ketajaman setelah dilakukan operasi
gangguan penerimaan penglihatan, catat apakah 1 matannya sudah dapat
sensori/status organ atau 2 mata terlibat melihat walaupun tanpa
indra penglihatan 2.        Mengorientasikan pasien bantuan kaca mata katarak
terhadap lingkungan,stap, O: klien sudah dapat
orang lain di area nya melihat benda-benda
3.        Mengobservasi tanda- disekitarnya
tanda dan gejala- gejala A: Masalah teratasi
disorientasi, pertahankan P: Intervensi dihentikan
pagar tempat tidur sampai
benar-benar sembuh dari
anastesia
4.        Pendekatan dari sisi
yang tak dioperasi , bicara,
dan menyentuh sering,
dorong orang terdekat
tinggal dengan pasien
5.        Memperhatikan tentang
suram atau penglihatan
kabur dan iritasi mata
6.        Mengingatkan pasien
menggunakan kacamata
katarakyang tujuannya
memperbesar kurang lebih

BAB
IV
PENUTUP
4.1  Kesimpulan
              Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang mengakibatkan
pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam mata, seperti melihat air
terjun.
menjadi kabur atau redup, mata silau yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan
susah melihat Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif.  Biasanya klien
melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai
derajat tertentu yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.  Temuan objektif biasanya
meliputi pengembunann seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak
dengan oftalmoskop.
              Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina.  Hasilnya adalah
pendangan di malam hari.Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih.

4.2  Saran
            Katarak adalah suatu penyakit degeneraf karena bertambahnya faktor usia,jadi untuk
mencegah terjadinya ppenyakit katarak ini dapat dilakukan dengan pola hidup yang sehat
seperti tidak mengkonsumsi alcohol dan minum minuman keras yang dapat memicu
timbulnya katarak.dan salalu mengkonsumsi buah-buahan serta sayuran yang lebih banyak
untuk menjaga kesehatan mata.

Daftar pustaka
Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I Made Kariasa.
Jakarta . EGC
Long, C Barbara. 1996.Perawatan Medikal Bedah : 2.Bandung. Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan Pajajaran
Margaret R. Thorpe. Perawatan Mata. Yogyakarta . Yayasan Essentia Medica
Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa : Setiawan Sari.
Jakarta. EGC
Sidarta Ilyas. 2001. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. FKUI
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Alih bahasa : Agung Waluyo. Jakarta. EGC.

Anda mungkin juga menyukai