Anda di halaman 1dari 38

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang Katarak


merupakan penyakit pada usia lanjut akibat proses penuaan, saat kelahiran
(katarak kongenital) dan dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam
maupun tumpul, penggunaan kortikosteroid dalam jangka panjang, adanya
penyakit sistemik seperti diabetes atau hipoparatiroidisme (Tamsuri, 2010).
Pembentukan katarak ditandai adanya sembab lensa, perubahan protein,
nekrosis, dan terganggunya keseimbangan normal serabut-serabut lensa.
Kekeruhan lensa ini juga mengakibatkan lensa transparan sehingga pupil
akan berwarna putih atau abu-abu, yang mana dapat ditemukan pada
berbagai lokalisasi di lensa seperti korteks dan nukleus. Katarak dapat
mengakibatkan bermacam-macam komplikasi pada penyakit mata seperti
glaukoma ablasio, uveitis, retinitis pigmentosa, dan kebutaan (Ilyas, 2010).
World Health Organization (WHO) mengumpulkan data kebutaan dan
gangguan penglihatan yang ditetapkan melalui Global Action Plan (GAP)
2014-2019 merupakan survey berbasis populasi untuk penderita kebutaan dan
gangguan penglihatan dan layanan perawatan mata pada orang-orang berusia
50 tahun keatas. Hasil survey ini melalui Rapid Assessment of Avoidable
Blindness (RAAB) memberikan hasil prevalensi kebutaan sekitar 85% terdapat
pada usia 50 tahun. Hasil survey ini juga menemukan bahwa gangguan
penglihatan tersebut penyebab utamanya adalah output dan kualitas layanan
perawatan mata, cakupan bedah katarak dan indikator lain dari layanan
perawatan mata didaerah geografis tertentu. Di Indonesia, katarak merupakan
penyebab utama kebutaan, prevalensi kebutaan pada usia 55-65 tahun
sebesar 1,1%, usia 65-75 tahun sebesar 3,5%, dan usia 75 tahun keatas
8,4%. Prevalensi kebutaaan diusia lanjut masih jauh diatas 0,5% yang berarti
masih menjadi masalah kesehatan (Kompasiana, 2014). Propinsi Sumatera
Barat sekitar 4.512.369 penduduk sekitar 0,4% mengalami kebutaan dan
setiap tahunnya akan muncul insiden baru bertambah 0,1% dari jumlah
penduduk. Sehingga diperkirakan setiap tahunnya akan bertambah penderita
katarak di Sumatera Barat sebanyak 4.700 orang, hal ini menyebabkan
terjadinya penumpukan kasus katarak dari tahun ke tahun (Kompasiana,
2014). Kebutaan karena katarak merupakan masalah kesehatan masyarakat.
Untuk mengatasi masalah katarak ini tidak ada terapi obat tetes, salaf tertentu
dalam pengobatan kecuali melalui operasi (pembedahan). Pembedahan
diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja
ataupun untuk keamanan, yang mana pembedahan katarak paling sering
dilakukan orang berusia lebih dari 65 tahun (Brunner & Suddarth, 2001). Dari
survey yang dilakukan di RSUD Prof.DR.MA Hanafiah SM Batusangkar
bagian poliklinik mata pada tahun 2013 jumlah kunjungan poliklinik mata 4.310
orang, 479 orang (11 %) adalah pasien katarak, dan 295 orang (61 %), pasien
katarak telah melakukan operasi. Pada tahun 2014 jumlah kunjungan poliklinik
5.282 orang, 710 orang (13 %) adalah pasien katarak, dan 329 orang (46 %)
telah melakukan operasi. Dapat dilihat terjadi peningkatan dalam jumlah
pasien katarak. (Laporan tahunan RSUD Prof.DR.MA hanafiah SM
Batusangkar).

Askep,,,
Jumat, 01 November 2013

askep KATARAK
MAKALAH SISTEM SENSORI DAN PERSEPSI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
KATARAK
KELOMPOK I
NAMA:
ELI FAHMIATI (1026010216)
LENA RACHMAWATI (1026010182)
MARLINA (1026010230)
RIA OKTARI (1026010236)
TITIN MARLENA (1026010225)
WENNY AFRIMEDENI .P (1026010264)
OKI ALEXANDER (1026010086)

KEPERAWATAN VII
Dosen Pembimbing : IRHAN , S.Kep, NS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar Belakang
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang mengakibatkan
pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam mata, seperti melihat air
terjun.

Jenis katarak yang paling sering ditemukan adalah katarak senilis dan katarak senilis ini
merupakan proses degeneratif (kemunduran ).Perubahan yang terjadi bersamaan dengan
presbiopi, tetapi disamping itu juga menjadi kuning warnanya dankeruh,yang akan
mengganggu pembiasan cahaya.Walaupun disebut katarak senilis tetapi perubahan tadi dapat
terjadi pada umur pertengahan, pada umur 70 tahun sebagian individu telah mengalami
perubahan lensa walau mungkin hanya menyebabkan sedikit gangguan penglihatan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Apa yang di maksud dengan katarak?
2. Apa saja etiologinya?
3. Bagaimana klasifikasinya?
4. Bagaimana penatalaksanaannya?
5. Bagaimana asuhan keperawatannya?

3. TUJUAN
Tujuan umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit katarak
Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan Katarak
2. Untuk mengetahui apa saja etiologinya.
3. Untuk meng

etahui klasifikasinya.
4. Untuk mengetahui penatalaksanaanya.

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena penulis telah dapat
menyelesaikan makalah tentang Asuhan Keperawatan Dengan Katarak
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak terutama kepada yang
terhormat dosen pembimbing Ns Irhan S.Kep dan rekan-rekan di kelas Keperawatan yang
telah banyak membantu dan memberi dorongan dalam penyelesaian makalah ini.
Hasil makalah ini tentunya belum sempurna, namun bagi penulis hasil ini sangatlah
berarti terutama dapat memberikan dorongan dan sekaligus tantangan untuk terus berkarya
sebagai pengisi kegiatan dan aktifitas yang dituntut untuk terus berkarya dan berkreasi
mengisi masa depan yang penuh tantangan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati,
penulis mohon saran dan kritik demi kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu, Oktober 2013

Penulis

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Konsep Dasar Teori
2.1.1. Anatomi Fisiologi

Anatomi Mata
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti
kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen
anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi
keduanya adalah kapsula anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus
mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan . Di sekitar opasitas terdapat
densitas seperti duri di anterior dan poterior nukleus. Opasitaspada kapsul poterior
merupakan bentuk aktarak yang paling bermakna seperti kristal salju.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan
dalam serabut halus multipel (zonula) yang memaenjang dari badan silier ke sekitar daerah di
luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori
GGG’’menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa.
Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain
mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada
kebanyakan pasien yang menderita katarak. Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan
oleh kejadian trauma atau sistemis (diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses
penuaan yang normal. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi
radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin anti oksidan yang
kurang dalam jangka waktu yang lama.
2.1.2. Pengertian Katarak
Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di
dalam kapsul lensa (Sidarta Ilyas, 1998)
Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa,
umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65 tahun
(Marilynn Doengoes, dkk. 2000).
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat proses
penuaan dapat timbul pada saat kelahiran (katarak congenital). Dapat juga berhubungan
dengan trauma mata tajam maupun tumpul, penggunaan kortikosteroid jangka panjang,
penyakit sistemis seperti diabetes mellitus atau hipoparatiroidisme, pemejanan radiasi,
pemajanan yang lama sinar mata hari (sinar ultra violet), atau kelainan mata lain seperti
uveitis anterior. (Brunner & suddart, 2001)
2.1.3. Etiologi
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang.
Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas. Akan tetapi, katarak
dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat hamil muda. Penyebab
katarak lainnya meliputi:
a.Faktor keturunan.
b.Cacat bawaan sejak lahir.
c. Masalah kesehatan, misalnya diabetes.
d. Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.
e. Gangguan metabolisme seperti DM (Diabetus Melitus)
f. Gangguan pertumbuhan,
g. Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.
h.Rokok dan Alkohol
i.Operasi mata sebelumnya.
j.Trauma (kecelakaan) pada mata.
k. Faktor-faktor lainya yang belum diketahui
2.1.4. Patofisiologi
Lensa mata mengandung tiga komponen anatomis: nucleus, korteks dan kapsul. Nukleus
mengalami perubahan warna coklat kekuningan seiring dengan bertambahnya usia. Disekitar
opasitas terdapat densitas seperti duri dianterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul
posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna. Perubahan fisik dan kimia dalam
lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Salah satu teori menyebutkan terputusnya
protein lensa normal terjadi disertai infulks air kedalam lensa proses ini mematahkan serabut
lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu
enzim mempunyai peranan dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan
menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien menderita
katarak.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparasi. Perubahan pada
serabut halus multipel (zunula) yang memanjangdari badan silier sekitar daerah di luar lensa,
misalnya, dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam
protein lensa dapat menyebabkan kogulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan
menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein
lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa
yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim
mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun
denga bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda. Dapat
disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis, seperti diabetes, namun sebenarnya
merupakan konsekwensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak berkembang
secara kronik dan “matang” ketika orang memasuki dekadeke tujuh. Katarak dapat bersifat
kongenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan
ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling sering yang berperan
dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alkohol, merokok,
diabetes, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama.
2.1.4. Manifestasi Klinis
Biasanya gejala berupa keluhan penurunan tajam pengelihatan secara progresif (seperti rabun
jauh memburuk secara progresif). Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata
seakan akan bertambah putih. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak
benar-benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif (-). Bila Katarak
dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan dapat menimbulkan komplikasi
berupa glaukoma dan uveitis.
Gejala umum gangguan katarak meliputi :
1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek
2. Peka terhadap sinar atau cahaya
3. Dapat melihat dobel pada satu mata
4. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca
5. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu
2.1.6. Klasifikasi
 Katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :
 Katarak perkembangan (developmenta!) dan degeneratif.
 Katarak kongenital, juvenil, dan senil.
 Katarak komplikata.
 Katarak traumatik.
 Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :
 katarak kongenital, katarak yang terlihat pada usia di bawah 1 tahun
 Katarak kongenital merupakan kekeruhan lensa yang didapatkan sejak lahir, dan terjadi akibat
gangguan perkembangan embrio intrauterin. Biasanya kelainan ini tidak meluas mengenai
seluruh lensa
 Letak kekeruhan sangat tergantung pada saat terjadinya gangguan metabolisme serat lensa
 Katarak kongenital yang terjadi sejak perkembangan serat lensa terlihat segera setelah bayi
Iahir sampai berusia 1 tahun
 Katarak ini terjadi karena gangguan metabolisme serat-serat lensa pada saat pembentukan serat
lensa akibat infeksi virus atau gangguan metabolisme jaringan lensa pada saat bayi masih di
dalam kandungan, dan gangguan metabolisme oksigen
 Pada bayi dengan katarak kongenital akan terlihat bercak putih di depan pupil yang disebut
sebagai leukokoria (pupil berwarna putih).
 Setiap bayi dengan leukokoria sebaiknya dipikirkan diagnosis bandingnya seperti
retinoblastorrma, endoftalmitis, fibroplasi retrolental, hiperplastik vitreus primer, dan miopia
tinggi di samping katarak sendiri
 Katarak kongenital merupakan katarak perkembangan sehingga sel-sel atau serat lensa masih
muda dan berkonsistensi cair.
 Umumnya tindakan bedah dilakukan dengan disisio lentis atau ekstraksi linear.
 Tindakan bedah biasanya dilakukan pada usia 2 bulah untuk mencegah ambliopia eks-anopsia.
 Pasca bedah pasien memerlukan koreksi untuk kelainan refraksi matanya yang telah menjadi
afakia
 katarak juvenil, katarak yang terlihat pada usia di atas 1 tahun dan di bawah 40 tahun
 Katarak juvenil yang terlihat setelah usia 1 tahun  lanjutan katarak kongenital yang makin
nyata,
 Penyulit penyakit lain, katarak komplikata, yang dapat terjadi akibat penyakit lokal pada satu
mata, seperti akibat uveitis anterior. glaukoma, ablasi retina, miopia tinggi, ftisis bulbi, yang
mengenai satu mata, penyakit sistemik, seperti diabetes, hipoparatiroid, dan akibat trauma
tumpul.
 Biasanya katarak juvenil ini merupakan katarak yang didapat dan banyak dipengaruhi oleh
beberapa faktor
 katarak presenil, yaltu katarak sesudah usia 30 - 40 tahun
 Katarak senil biasanya mulai pada usia 50 tahun, kecuali bila disertai dengan penyakit lainnya
seperti diabetes melitus yang akan terjadi lebih cepat.
 Kedua mata dapat terlihat dengan derajat kekeruhan yang sama ataupun berbeda.
 Proses degenerasi pada lensa dapat terlihat pada beberapa stadium katarak senil.
 Pada katarak senil akan terjadi degenerasi lensa secara perlahan-lahan.
 Tajam penglihatan akan menurun secara berangsur-angsur.
 Katarak senil merupakan katarak yang terjadi akibat terjadinya degenerasi serat lensa karena
proses penuaan

 katarak senil, yaitu katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun
 Stadium insipien,
o di mana mulai timbul katarak akibat proses degenerasi lensa.
o Kekeruhan lensa berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur.
o Pasien akan mengeluh gangguan penglihatan seperti melihat ganda dengan satu matanya.
o Pada stadium ini., proses degenerasi belum menyerap cairan mata ke dalam lensa sehingga
akan terlihat bilik mata depan dengan kedalaman yang normal, iris dalam posisi biasa disertai
dengan kekeruhan ringan pada lensa.
o Tajam penglihatan pasien belum terganggu.
 Stadium imatur,
o Lensa yang degeneratif mulai menyerap cairan mata ke dalam lensa sehingga lensa menjadi
cembung.
o Terjadi pembengkakan lensa yang disebut sebagai katarak intumesen. P
o Terjadi miopisasi akibat lensa mata menjadi cembung  pasien menyatakan tidak perlu
kacamata sewaktu membaca dekat.
o Akibat lensa yang bengkak, iris terdorong ke depan, bilik mata dangkal dan sudut bilik mata
akan sempit atau tertutup.
o Pada stadium ini dapat terjadi glaukoma sekunder.
o Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau shadow test akan terlihat bayangan iris pada lensa. Uji
bayangan iris positif
 Stadium matur
o Merupakan proses degenerasi lanjut lensa.
o Terjadi kekeruhan seluruh lensa.
o Tekanan cairan di dalam lensa sudah dalam keadaan seimbang dengan cairan dalam mata
sehingga ukuran lensa akan menjadi normal kembali.
o Pada pemeriksaan terlihat iris dalam posisi normal, bilik mata depan normal, sudut bilik mata
depan terbuka normal, uji bayangan iris negatif.
o Tajam penglihatan sangat menurun dan dapat hanya tinggal proyeksi sinar positif
 Stadium hipermatur
o terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat mencair sehingga nukleus lensa
tenggelam dalam korteks lensa (katarak Morgagni).
o Pada stadium ini jadi juga degenerasi kapsul lensa sehingga bahan lensa ataupun korteks yang
cair keluar dan masuk ke dalam bilik mata depan.
o Pada stadium matur akan terlihat lensa yang lebih kecil daripada normal, yang akan
mengakibatkan iris tremulans, dan bilik mata depan terbuka.
o Pada uji bayangan iris terlihat positif walaupun seluruh lensa telah keruh sehingga stadium ini
disebut uji bayangan iris pseudopositif.
o Akibat bahan lensa keluar dari kapsul, maka akan timbul reaksi jaringan uvea berupa uveitis.
o Bahan lensa ini juga dapat menutup jalan keluar cairan bilik mata sehingga timbul glaukoma
fakolitik.
 Katarak komplikata, terjadi sebagai akibat langsung dari penyakit intraokuler, misalnya akibat
uveitis, glaukoma, retinitis pigmentossa & ablatio retinae. Biasanya bersifat unilateral &
prognosis tidak sebaik katarak senilis.
o Katarak komplikata terjadi akibat gangguan keseimbangan susunan sel lensa oleh faktor fisik
atau kimiawi sehingga terjadi gangguan kejernihan lensa.
o Katarak komplikata dapat terjadi akibat iridosiklitis, koroiditis, miopia tinggi, ablasio retina,
dan glaukoma.
o Katarak komplikata dapat terjadi akibat kelainan sistemik yang akan mengenai kedua mata
atau kelainan lokal yang akan mengenai satu mata
 Katarak Trauma: Katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata
2.1.7. Pemeriksaan Diagnostik
1. Keratometri
2. Pemeriksaan lampu slit
3. Oftalmoskopis
4. A-scan ultrasound (echography)
5. Hitung sel endotel sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya bila dipertimbangkan
akan dilakukan pembedahan. Dengan hitung sel endotel 2000 sel/mm3, pasien ini merupakan
kandidat yang baik untuk dilakukan fakoemulsifikasi dan implantasi IOL.

2.1.8. Penatalaksanaan
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke titik
di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya
konservatif. Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut
untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan
yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandang
mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi segmen posterior sangat
perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina atau sarf optikus, seperti
diabetesdanglaukoma.
Ada 2 macam teknik pembedahan ;
1. Ekstraksi katarak intrakapsuler Adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan.
2. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai
98 % pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata selama
pembedahan.
2.1.9. Pengobatan
Satu-satunya adalah dengan cara pembedahan ,yaitu lensa yang telah keruh
diangkat dan sekaligus ditanam lensa intraokuler sehingga pasca operasi tidak perlu lagi
memakai kaca mata khusus (kaca mata aphakia). Setelah operasi harus dijaga jangan sampai
terjadi infeksi.
Pembedahan dilakukan bila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian
rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila telah menimbulkan penyulit seperi
glaukoma dan uveitis. Teknik yang umum dilakukan adalah ekstraksi katarak ekstrakapsular,
dimana isi lensa dikeluarkan melalui pemecahan atau perobekan kapsul lensa anterior
sehingga korteks dan nukleus lensa dapat dikeluarkan melalui robekan tersebut. Namun
dengan tekhnik ini dapat timbul penyulit katarak sekunder. Dengan tekhnik ekstraksi katarak
intrakapsuler tidak terjadi katarak sekunder karenaseluruh lensa bersama kapsul dikeluarkan,
dapat dilakukan pada yang matur dan zonula zinn telah rapuh, namun tidak boleh dilakukan
pada pasien berusia kurang dari 40 tahun, katarak imatur, yang masih memiliki zonula zinn.
Dapat pula dilakukan tekhnik ekstrakapsuler dengan fakoemulsifikasi yaitu fragmentasi
nukleus lensa dengan gelombang ultrasonik, sehingga hanya diperlukan insisi kecil, dimana
komplikasi pasca operasi lebih sedikit dan rehabilitasi penglihatan pasien meningkat.
2.1.10. Komplikasi
Ambliopia sensori, penyulit yg terjadi berupa visus tdk akan mencapai 5/5. Komplikasi yang
terjadi yaitu nistagmus dan strabismus.
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1. Pengkajian
3.1.1. Identitas Klien
 Nama : Ny. W
 Umur : 50 th
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Agama : islam
 Status Perkawinan : kawin
 Suku Bangsa : Indonesia
 Pendidikan : SMA
 Pekerjaan : swasta
 Tgl masuk RS : 01 Januari 2012
 No. Register : 15665

Penanggung Jawab
 Nama : Tn. F
 Umur : 56 th
 Pekerjaan : swasta
 Alamat : Hibrida 10

3.1.2. Keluhan utama


Klien mengalami penglihatan kabur. Klien mengalami penglihatan kabur, kesulitan melihat
dari jarak jauh ataupun dekat.
3.1.3. Riwayat Kesehatan
 Riwayat kesehatan Sekarang

Pasien datang kerumah sakit dengan keluhan pusing dan penglihatannya kabur, penglihatan kabur
dirasakan sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu. Penglihatan kabur/tidak jelas dan seperti ada kabut
serta terkadang pasien merasa silau saat melihat cahaya. Klien juga mengalami kesulitan melihat
pada jarak jauh atau dekat, pandangan ganda, susah melihat pada malam hari. Setelah dilakukan
pengkajian pupil berwarna putih dan ada dilatasi pupil, nucleus pada lensa menjadi coklat kuning,
lensa menjadi opak, retina sulit dilihat, terdapat gangguan keseimbangan pada susunan sel lensa
oleh factor fisik dan kimiawi sehingga kejernihan lensa berkurang.klien disarankan oleh dokter untuk
dilakukan tindakan pembedahan atau dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke titik
di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari.klien jg mengalami hiperglikemia karena panyakit
diabetis yang dideritanya.
 Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus, didiagnosis sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu.
 Riwayat Penyakit Keluarga
Ada dari keluarga pasien yang menderita penyakit Diabetes Melitus /gejala-gejala yang sama seperti
yang diderita oleh pasien saat ini.

3.1.4. Pemeriksaan Fisik


a. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan :
Keuarga klien takut akan penyakit yang diderita klien, dan berharap agar bisa cepat sembuh
Penggunaan tembakau (bungkus/hari, pipa, cerutu, berapa lama, kapan berheti) : tidak menggunakan
tembakau
Alkohol : tidak mengkonsmsi alkohol
Alergi (obat-obatan, makanan, plster dll) : makanan
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Diet/suplemen khusus : tidak ada
Nafsu makan : menurun
Penurunan sensasi kecap, mual-muntah, stomatitis : mual muntah
Fluktuasi BB 6 bulan terakhir (naik/turun) : turun
Kesulitan menelan (disfagia) : disfagia
Gigi : Lengkap
Frekuensi makan : 1-2x sehari
Jenis makanan : nasi, sayur, buah-buahan
Pantangan/alergi : ikan
3) Pola eliminasi
BAB :
Frekuensi : lebih dari 3x sehari
Warna : kuning
Waktu : tidak teratur
Konsistensi : cair
Kesulitan (diare, konstipasi, inkontinensia) : inkontinensia
BAK :
Frekuensi : lebih dari 8x perhari jika dalam keadaan kejang
Kesulitan : inkotinensia
4) Pola aktivitas dan latihan
Kekuatan otot : penurunan kekuatan/tonus otot secara menyeluruh
Kemampuan ROM : ada keterbatasan rentang gerak
Keluhan saat beraktivitas : mudah lelah, dan lemas saat berktivitas
5) Pola istirahat dan tidur
Lama tidur : 4-6 jam sehari
Waktu : malam
6) Pola kognitif dan persepsi
Status mental : penurunan kesadaran
Bicara : aphasia ekspresif
Kemampuan memahami : tidak
Tingkt ansietas : berat
Penglihatan : pandangan kabur
Ketidaknyamanan/nyeri : nyeri kronik
7) Persepsi diri dan konsep diri
Perasaan klien tentang masalah kesehatan ini : klien merasa malu dan minder
8) Pola peran hubungan
Pekerjaan : swasta
Sistem pendukung : keluarga
9) Pola koping dan toleransi aktivitas
Hal yang dilakukan saat ada masalah : cerita dengan orang terdekat atau keluarga
Penggunaan obat untuk menghilangkan stress : ada
Keadaan emosi dalam sehari-hari : tegang
10) Keyakinan dan kepercayaan
Agama : islam
Pengaruh agama dalam kehidupan : segala sesuatu dalam kehidupannya diserahkan pada
agamanya
1. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : tampak gelisah dan bingung
Penampilan umum : bersih dan rapi
Kliean tampak sehat/sakit/sakit berat : sakit
Kesadaran :
BB : 50 kg
TB : 155 cm
2) Tanda-tanda vital
TD : 150/ 110mmHg
ND : 90 x/i
RR :22 1x/i
S : 36,5 derajat celcius
3) Kulit
Warna kulit : tidak sianosis
Kelembapan : kering
Turgor kulit : elastic berkurang
Ada/tidaknya oedema : ada oedema
4) Kepala :
Inspeksi : rambut bersih
Palpasi :tidak Ada benjolan
5) Mata
Inspeksi : kekeruhan, berkabut atau opak pada lensa mata. Pada inspeksi visual katarak Nampak
abu-abu atau putih susu. Pada inspeksi pada lampu senter, tidak timbul refeksi merah.
Fungsi penglihatan : gangguan penglihatan
Ukuran pupil : pupil dilatasi
Konjungtiva : anemis
Sklera : putih
6) Telinga
Fungsi pendengaran :tidak ada gangguan pendengaran
Kebersihan : bersih
Sekret : tidak ada
7) Hidung dan sinus
Fungsi penciuman : baik
Pembegkakan : tidak ada Perdarahan : tidak ada
Kebersihan : bersih sekret : tidak ada
8) Mulut dan tenggokan
Membran mukosa : kering kebesihan mulut : bersih
Keadaan gigi : lengkap
Tanda radang : Lidah
Trismus :tidak ada
Kesulitan menelan : tidak ada, disfagia tidak ada
9) Leher
Trakea : simetris
Kelenjar limfe : ada
Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran
10) Thorak/paru
Inspeksi : dada simetris dan tidak menggunakan otot bantu pernafasan
Perkusi :tidak ada massa, dengan tidak adanya peningkatan produksi mukus
Auskulktasi : pernafasan stridor (ngorok)
11) Jantung
Inspeksi : iktus kordis terlihat
12) Abdomen
Inspeksi : simetris
Auskultasi : peristaltik usus
Palpasi : tidak ada benjolan atau massa, tidak ada ascites
13) Ekstremitas
Ekstremitas atas : pergerakan normal
Ekstremitas bawah : pergerakan normal
ROM :
Kekuatan otot : penurunan kekuatan tonus otot
14) Neurologis
Kesadaran (GCS) :
Status mental : penurunan kesadaran
Motorik : kejang
Sensorik : gangguan pada sistem penglihatan,mata kabur ,pengelihatan silau dan
gangguanpendengaran
Refleks fisiologis : mengalami penurunan terhadap respon stimulus

3.2. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 DS: perdarahan intra Resio tinggi terhadap
-klien mengatakan pusing dan okuler(dikoreksi cidera
penglihatannya kabur, penglihatan dengan dilator pupil)
kabur dirasakan sejak kurang lebih 1
tahun yang lalu.
-klien mengatakan bahwa dokter
menyarakan untuk dilakukan
tindakan yaitu dikoreksi dengan
dilator pupil.
DO:
- Pupil berwarna putih dan ada
dilatasi pupil
-nucleus pada lensa menjadi coklat
kuning, lensa menjadi opak, retina
sulit dilihat
2 DS: bedah pengangkatan Resiko tinggi terhadap
-klien mengatakan kesulitan melihat katarak infeksi
pada jarak jauh atau dekat, pandangan
ganda, susah melihat pada malam
hari.
-klien mengatakan bahwa dia juga
mnderita penyakit diabetis mellitus
DO:
- terdapat gangguan keseimbangan
pada susunan sel lensa oleh factor
fisik dan kimiawi sehingga kejernihan
lensa berkurang.
-Hiperglikemia
3 DS: gangguan penerimaan Gangguan sensori
-klien mengatakan mengalami sensori/status organ persepsi(penglihatan)
penglihatan kabur. indra penglihatan
-Klien mengatakan mengalami
penglihatan kabur, kesulitan melihat
dari jarak jauh ataupun dekat
DO:
- pupil berwarna putih dan ada
dilatasi pupil, nucleus pada lensa
menjadi coklat kuning, lensa menjadi
opak, retina sulit dilihat

Diagnosa keperawatan yang muncul


 Resio tinggi terhadap cidera b/d perdarahan intra okuler(dikoreksi dengan dilator pupil)
 Resiko tinggi terhadap infeksi b/d bedah pengangkatan katarak
 Gangguan sensori persepsi(penglihatan) b/d gangguan penerimaan sensori/status organ indra
penglihatan
3.3. Nursing Care Planning

N
Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional
o
1 Resio tinggi Setelah Menunjukka Mandiri :
cidera berhubung dilakukan n perubahan 1. Diskusikan apa 1. Membantu
an dengan intervesi sela perilaku, yang terjadi pada megurangi rasa
perdarahan intra ma 3x24 jam pola hidup pasca dikoreksi takut an
okuler diharapkan untuk tentang nyeri, meningkatkan
perdrahan menurunka pembatasan kerja
intra okuler faktor resiko aktivitas, sama dalam
dapat segera dan penampilan dan pembatasan
diatasi untuk melidu balutan mata yang diperlukan
ngi diri dari 2. Batasi aktivitas
cedera. seperti 2. Menurunkan
megerakkan stres pada area
kepala tiba-tiba, pengikisan/men
menggaruk mata, urunkan TIO
membongkok
3. Dorong napas
dalam batuk
untuk bershan
nafas berihan 3. Batuk
paru meningkatkan
4. Pertahankan TIO
perlindungan
mata sesuai
indikasi 4. Digunaknuntuk
melindungi dari
5. Minta pasien cedera dan
untuk menurunkan
membedakan gerakan mata
antara 5. Ketidak amanan
ketidakyamanan mungkin karena
dan nyeri mata prosedur
tajam tiba-tiba, pembedahan,
selidiki nyeri akut
kegelisaan,disorie menunjukkan
ntasi, gangguan TIO dan atau
balutan perdarahan yang
terjadi karena
regangan dan
atau tak
diketahui
Kolaborasi: penyebabnya.
1. berikan obat
sesuai indikasi
 antiemetik
contoh
proklorprazin

 mual, muntah
dapat
meningkatkan
TIO,
memerlukan
tindakan segera
 asetazolamid(dio untuk mencega
mox) cedera okuler
 diberikan untuk
menurun TIO
bila terjadi
peningkatan,
membatasi kerja
enzim pada
 analgesik contoh produksi akueus
empirin dengam humor
kodein,  digunakan
asetaminofen(tyn untuk ketidak
ol) nyamanan
ringan, mencega
gelisah yang
dapat
mempengaruhi
TIO
2 Resiko tinggi Setelah - Meningkat Mandiri
terhadap infeksi dilakukan kan 1. Diskusikan 1. Menurunkan
berhubungan intervesi sela penyembuha pentingnya jumlah bakteri
dengan bedah ma 3x24 jam n luka tepat mencuci tangan pada tangan,
pengangkatan diharapkan waktu sebelum mencega
katarak factor resiko - bebas menyentu atau kontaminasi
infeksi dapat drainase mengobati mata area operasi
diatasi purulen dan 2. Gunakan atau 2. Tehnik aseptic
eritema tunjukan tehnik menurunkan
yang tepat untuk resiko
membersihkan penyebaran
mata dari dalam bakteri dan
keluar dengan kontaminasi
tisu basah atau silang
bola kapas untuk
tiap usapan ganti
balutan dan
masukkan lensa
kontak bila
menggunakan
3. Tekankan
pentingnya
untuk tidak 3. Mencegah
menyentuh atau kontaminasi dan
menggarut mata kerusakan sisi
yang di operasi operasi
4. Obserpasi tanda
terjadinya infeksi
contah 4. Infeksi mata
kemerahan, terjadi 2-3 hari
kelopak mata setelah prosedur
bengkak, drainase dan memerlukan
purulen. upaya intervensi
Kolaborasi: yang tepat
1. Berikan obat
sesuai indikasi
 antibiotik(topical,
perenteral, atau  sediakan topical
subkunjungival) yang digunakan
sevara
profilaksis,
dimana
terapilebih akres
if diperlukan
bila terjadi
infeksi. Catatan
steroid mungkin
ditambahkan
pada antibiotic
 steroid topical bila
pasien
mengalami
implantasi.
 Digunakan
untuk
menurunkan
implamasi
3 Gangguan Setelah - Dapat Mandiri
sensori dilakukan meningkatka1. Tentukann 1. kebutuhan
persepsi(penglih intervesi sela n ketajaman ketajaman individu dan
atan) ma 3x24 jam penglihatan penglihatan, catat pilihan
berhubungan diharapkan batas situasi apakah 1 atau 2 intervensi
dengan gangguan individu mata terlibat bervariasi sebab
gangguan sensori - Memperbaiki kehilangan
penerimaan persepsi potensi penglihatan
sensori/status dapat diatasi bahaya terjadi lambat
organ indra dalam dan progresif.
penglihatan lingkunga Bila bilateral
tiap mata dapat
berlangjut pada
laju yang
berbeda tetapi
biasa nya hanya
1 mata
diperbaiki
2. Orientasikan perprosedur.
pasien terhadap 2. memberikan
lingkungan,stap, peningkatan
orang lain di area kenyamanan
nya dan
kekeluargaan,
menurunkancem
as dab
disorientasi
3. Observasi tanda- pasca operasi
tanda dan gejala- 3. terbangun dan
gejala lingkungan tak
disorientasi, dikenal dan
pertahankan mengalami
pagar tempat tetbatasan
tidur sampai penglihatan
benar-benar dapat
senbuh dari mengakibatkan
anastesia bingung pada
orang tua.
Menurunkan
resiko jatuh bila
pasien bingung
atai tak kenal
4. Pendekatan dari ukuran tempat
sisi yang tak tidur
dioperasi , bicara,
dan menyentuh 4. Memberikan
sering, dorong rangsangan
orang terdekat sensori tepat
tinggal dengan terhadap isolasi
pasien dan menurunkan
bingung
5. Perhatikan
tentang suram
atau penglihatan
kabur dan iritasi 5. Gangguan
mata penglihatan atau
iritasi dapat
berakhir 1-2 jam
setelah
diberikan
pengobatan
tetapi secara
bertahap
menurunkan
denganpenggun
aan.
Catatan :
6. Ingatkan pasien Iritasi local
menggunakan harus dilaporkan
kacamata ke dokter tetapi
katarakyang jangan hentikan
tujuannya penggunaan
memperbesar obat sementara
kurang lebih 25%6. perubahan
penglihatan ketajaman dan
perifer hilang dan kedalaman
buta titik persepsi dapat
mungkin ada menyebabkan
bingung
penglihatan atau
meningkatkan
resiko cedera
sampai pasien
belajar untuk
mengkompensas
i.

3.4. Catatan Perkembangan

No Diagnose Keperawatan Implementasi Evaluasi


1. Resiko tinggi Jam 08.00 wib Jam 12.00 wib
cidera berhubungan Mandiri : S: klien meengatakan nyeri
dengan perdarahan intra 1. Mendiskusikan apa pasca dikoreksi sudah
okuler yang terjadi pada pasca berkurang.
dikoreksi tentang nyeri, O: klien tampak rileks
pembatasan aktivitas, pasca dikoreksi,tetapi
penampilan dan balutan aktivitas klien masih
mata dibatasi,seperti terlalu
2. Membatasi aktivitas seperti banyak menggerkkan
megerakkan kepala tiba- kapala dan menggaruk mata
tiba, menggaruk mata, A: Masalah teratasi
membongkok sebagian,aktivitas klien
3. Mendorong napas dalam masih dibatasi untuk
batuk untuk bershan nafas melindungi mata pasca
berihan paru dikoreksi
4. Mempertahankan P: Intervensi dilanjutkan
perlindungan mata sesuai 1. Batasi aktivitas klien
indikasi seperti megerakkan kepala
5. Meminta pasien untuk tiba-tiba, menggaruk mata,
membedakan antara membongkok
ketidakyamanan dan nyeri 2. Mempertahankan
mata tajam tiba-tiba, perlindungan mata sesuai
selidiki indikasi
kegelisaan,disorientasi, 3. Meminta pasien untuk
gangguan balutan membedakan antara
Kolaborasi: ketidakyamanan dan nyeri
1. Memberikan obat sesuai mata tajam tiba-tiba,
indikasi selidiki
 antiemetik contoh kegelisaan,disorientasi,
proklorprazin gangguan balutan
 asetazolamid(diomox)

2. Resiko tinggi terhadap Jam 08.00 wib Jam 12.00wib


infeksi berhubungan Mandiri S: Klien mengatakan dapat
dengan bedah 1. Mendiskusikan pentingnya beristrahat dengan baik
pengangkatan katarak mencuci tangan sebelum tanpa terasa nyeri pasca
menyentu atau mengobati operasi pengangkatan
mata katarak
2. Menggunakan atau O: klien dapat beristirahat
tunjukan tehnik yang tepat dengan tenang dan lebih
untuk membersihkan mata rilek serta tidak terdapat
dari dalam keluar dengan tanda-tanda terjadinya
tisu basah atau bola kapas infeksi pada mata klien
untuk tiap usapan ganti A: Masalah klien teratasi
balutan dan masukkan lensa sebagian,tidak terjadi
kontak bila menggunakan infeksi pada mata klien
3. Menekankan pentingnya pasca operasi.
untuk tidak menyentuh atau P: Intervensi dilanjutkan
menggarut mata yang di 1. Tekankan pentingnya
operasi untuk tidak menyentuh
4. Mengobserpasi tanda atau menggarut mata yang
terjadinya infeksi contah di operasi
kemerahan, kelopak mata 2. obserpasi tanda terjadinya
bengkak, drainase purulen. infeksi contah kemerahan,
Kolaborasi: kelopak mata bengkak,
1. Memberikan obat sesuai drainase purulen
indikasi
 antibiotik(topical,
perenteral, atau
subkunjungival)
 Steroid
3. Gangguan sensori Jam 08.00 wib Jam 12.00 wib
persepsi(penglihatan) Mandiri S: klien mengatakan setelah
berhubungan dengan 1. Menentukann ketajaman dilakukan operasi matannya
gangguan penerimaan penglihatan, catat apakah 1 sudah dapat melihat
sensori/status organ indra atau 2 mata terlibat walaupun tanpa bantuan
penglihatan 2. Mengorientasikan pasien kaca mata katarak
terhadap lingkungan,stap, O: klien sudah dapat
orang lain di area nya melihat benda-benda
3. Mengobservasi tanda-tanda disekitarnya
dan gejala- gejala A: Masalah teratasi
disorientasi, pertahankan P: Intervensi dihentikan
pagar tempat tidur sampai
benar-benar sembuh dari
anastesia
4. Pendekatan dari sisi yang
tak dioperasi , bicara, dan
menyentuh sering, dorong
orang terdekat tinggal
dengan pasien
5. Memperhatikan tentang
suram atau penglihatan
kabur dan iritasi mata
6. Mengingatkan pasien
menggunakan kacamata
katarakyang tujuannya
memperbesar kurang lebih

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang mengakibatkan
pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam mata, seperti melihat air
terjun.
menjadi kabur atau redup, mata silau yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan
susah melihat Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya klien
melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai
derajat tertentu yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi. Temuan objektif biasanya
meliputi pengembunann seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak
dengan oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah
pendangan di malam hari.Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih.

4.2 Saran
Katarak adalah suatu penyakit degeneraf karena bertambahnya faktor usia,jadi untuk
mencegah terjadinya ppenyakit katarak ini dapat dilakukan dengan pola hidup yang sehat
seperti tidak mengkonsumsi alcohol dan minum minuman keras yang dapat memicu
timbulnya katarak.dan salalu mengkonsumsi buah-buahan serta sayuran yang lebih banyak
untuk menjaga kesehatan mata.

Daftar pustaka
Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I Made Kariasa.
Jakarta . EGC
Long, C Barbara. 1996.Perawatan Medikal Bedah : 2.Bandung. Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan Pajajaran
Margaret R. Thorpe. Perawatan Mata. Yogyakarta . Yayasan Essentia Medica
Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa : Setiawan Sari.
Jakarta. EGC
Sidarta Ilyas. 2001. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. FKUI
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Alih bahasa : Agung Waluyo. Jakarta. EGC.
Diposting oleh eli fahmiati di 11.30

Reaksi:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Search

Home
About
Archives
Sallindry Widyasari
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KATARAK
undefinedundefined

A. Definisi Katarak
Katarak menyebabkan penglihatan menjadi berkabut/buram. Katarak merupakan
keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau
denaturasi protein lensa, sehingga pandangan seperti tertutup air terjun atau kabut merupakan
penurunan progresif kejernihan lensa, sehingga ketajaman penglihatan berkurang (Corwin,
2000).

B. Etiologi Katarak
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Corwin,2000):
1. Usia lanjut dan proses penuaan
2. Congenital atau bisa diturunkan.
3. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau
bahan beracun lainnya.
4. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya diabetes) dan
obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:
1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.
2. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti:
penyakit/gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes melitus.
3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
4. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang,
seperti kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
5. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik (Admin,2009).

C. Patofisiologi
D. Manifestasi Klinis
Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:
1. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan
fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.
2. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari
Gejala objektif biasanya meliputi:
1. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan
oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah
pandangan menjadi kabur atau redup. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu
atau putih. Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan
bertambah putih.
2. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar putih.
Gejala umum gangguan katarak meliputi:
1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
2. Gangguan penglihatan bisa berupa:
 Peka terhadap sinar atau cahaya.
 Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
 Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
 Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
 Kesulitan melihat pada malam hari
 Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan mata
 Penurunan ketajaman penglihatan ( bahkan pada siang hari )
E. Klasifikasi Katarak
Katarak dapat diklasifikasikan menurut umur penderita:
1. Katarak Kongenital, sejak sebelum berumur 1 tahun sudah terlihat disebabkan oleh infeksi
virus yang dialami ibu pada saat usia kehamilan masih dini (Farmacia, 2009). Katarak
kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi
berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan pada bayi
yang cukup berarti terutama akibat penanganannya yang kurang tepat.
Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita
penyakit rubela, galaktosemia, homosisteinuri, toksoplasmosis, inklusi sitomegalik,dan
histoplasmosis, penyakit lain yang menyertai katarak kongenital biasanya berupa penyakit-
penyakt herediter seperti mikroftlmus, aniridia, koloboma iris, keratokonus, iris
heterokromia, lensa ektopik, displasia retina, dan megalo kornea. Untuk mengetahui
penyebab katarak kongenital diperlukan pemeriksaan riwayat prenatal infeksi ibu seperti
rubela pada kehamilan trimester pertama dan pemakainan obat selama kehamilan. Kadang-
kadang terdapat riwayat kejang, tetani, ikterus, atau hepatosplenomegali pada ibu hamil. Bila
katarak disertai uji reduksi pada urine yang positif, mungkin katarak ini terjadi akibat
galaktosemia. Sering katarak kongenital ditemukan pada bayi prematur dan gangguan sistem
saraf seperti retardasi mental.
Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu dilakukan karena ada hubungan katarak
kongenital dengan diabetes melitus, fosfor, dan kalsium. Hampir 50 % katarak kongenital
adalah sporadik dan tidak diketahui penyebabnya. Pada pupil bayi yang menderita katarak
kongenital akan terlihat bercak putih atau suatu leukokoria.
2. Katarak Juvenil, Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai
terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya
merupakan kelanjutan katarak kongenital. Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit
penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit lainnya
3. Katarak Senil, setelah usia 50 tahun akibat penuaan. Katarak senile biasanya berkembang
lambat selama beberapa tahun, Kekeruhan lensa dengan nucleus yang mengeras akibat usia
lanjut yang biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. (Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit
Mata, ed. 3). Katarak Senil sendiri terdiri dari 4 stadium, yaitu:
a) Stadium awal (insipien).
Pada stadium awal (katarak insipien) kekeruhan lensa mata masih sangat minimal, bahkan
tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa. Pada saat ini seringkali penderitanya tidak
merasakan keluhan atau gangguan pada penglihatannya, sehingga cenderung diabaikan.
Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior (
katarak kortikal ). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Katarak sub kapsular posterior,
kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan
dan korteks berisi jaringan degenerative(benda morgagni)pada katarak insipient kekeruhan
ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua
bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.
(Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).
b) Stadium imatur.
Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum
mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa. Pada
stadium ini terjadi hidrasi kortek yang mengakibatkan lensa menjadi bertambah cembung.
Pencembungan lensa akan mmberikan perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi
mioptik. Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris kedepan sehingga bilik
mata depan akan lebih sempit.( (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).
c) Stadium matur.
Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama-sama hasil
desintegrasi melalui kapsul. Didalam stadium ini lensa akan berukuran normal. Iris tidak
terdorong ke depan dan bilik mata depan akan mempunyai kedalaman normal kembali.
Kadang pada stadium ini terlihat lensa berwarna sangat putih akibatperkapuran menyeluruh
karena deposit kalsium ( Ca ). Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negatif.( Ilyas,
Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).
d) Stadium hipermatur. Katarak yang terjadi akibatkorteks yang mencair sehingga masa lensa
ini dapat keluar melalui kapsul. Akibat pencairan korteks ini maka nukleus "tenggelam"
kearah bawah (jam 6)(katarak morgagni). Lensa akan mengeriput. Akibat masa lensa yang
keluar kedalam bilik mata depan maka dapat timbul penyulit berupa uveitis fakotoksik atau
galukoma fakolitik (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).
4) Katarak Intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa degenerative
yang menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa disertai pembengkakan lensa menjadi
bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding
dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaucoma.
Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan
miopi lentikularis. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga akan mencembung
dan daya biasnya akan bertambah, yang meberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp
terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa. (Ilyas, Sidarta : Katarak
Lensa Mata Keruh, ed. 2,)
5) Katarak Brunesen. Katarak yang berwarna coklat sampai hitam (katarak nigra) terutama pada
lensa, juga dapat terjadi pada katarak pasien diabetes militus dan miopia tinggi. Sering tajam
penglihatan lebih baik dari dugaan sebelumnya dan biasanya ini terdapat pada orang berusia
lebih dari 65 tahun yang belum memperlihatkan adanya katarak kortikal posterior. (Ilyas,
Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3)

Tabel 1.1 Perbedaan karakteristik Katarak (Ilyas, 2001)


Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan Lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata depan Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow test (-) (+) (-) +/-
Visus (+) < << <<<
Penyulit (-) Glaukoma (-) Uveitis+glaukoma
Klasifikasi katarak berdasarkan lokasi terjadinya:
1. Katarak Inti ( Nuclear )
Merupakan yang paling banyak terjadi. Lokasinya terletak pada nukleus atau bagian tengah
dari lensa. Biasanya karena proses penuaan.
2. Katarak Kortikal
Katarak kortikal ini biasanya terjadi pada korteks. Mulai dengan kekeruhan putih mulai dari
tepi lensa dan berjalan ketengah sehingga mengganggu penglihatan. Banyak pada penderita
DM.
3. Katarak Subkapsular.
Mulai dengan kekeruhan kecil dibawah kapsul lensa, tepat pada lajur jalan sinar masuk. DM,
renitis pigmentosa dan pemakaian kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama dapat
mencetuskan kelainan ini. Biasanya dapat terlihat pada kedua mata.

F. Penatalaksanaan katarak
Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat dibantu dengan
menggunakan kacamata, lensa pembesar, cahaya yang lebih terang, atau kacamata yang dapat
meredamkan cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan tindakan operasi.
Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki lensa
mata, tetapi tidak semua kasus katarak memerlukan tindakan operasi. Operasi katarak perlu
dilakukan jika kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam pengelihatan sedemikian rupa
sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari. Operasi katarak dapat dipertimbangkan untuk
dilakukan jika katarak terjadi berbarengan dengan penyakit mata lainnya, seperti uveitis
yakni adalah peradangan pada uvea. Uvea (disebut juga saluran uvea) terdiri dari 3 struktur:
1. Iris : Cincin berwarna yang melingkari pupil yang berwarna hitam.
2. Badan silier : Otot-otot yang membuat lensa menjadi lebih tebal.
3. Koroid : Lapisan mata bagian dalam yang membentang dari ujung otot silier ke
saraf optikus di bagian belakang mata.
Sebagian atau seluruh uvea bisa mengalami peradangan. Peradangan yang terbatas pada iris
disebut iritis, jika terbatas pada koroid disebut koroiditis. Juga operasi katarak akan dilakukan
bila berbarengan dengan glaukoma, dan retinopati diabetikum. Selain itu jika hasil yang
didapat setelah operasi jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan risiko operasi yang
mungkin terjadi. Pembedahan lensa dengan katarak dilakukan bila mengganggu kehidupan
social atau atas indikasi medis lainnya.( Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3). Indikasi
dilakukannya operasi katarak :
1. Indikasi sosial : Jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan
dalam melakukan rutinitas pekerjaan.
2. Indikasi medis : Bila ada komplikasi seperti glaucoma.
3. Indikasi optic : Jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari jarak
3m didapatkan hasil visus 3/60.
Ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu:
1. ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction)
Yaitu dengan mengangkat semua lensa termasuk kapsulnya. Sampai akhir tahun 1960 hanya
itulah teknik operasi yg tersedia.
2. ECCE (Ekstra Capsular Cataract Extraction) terdiri dari 2 macam yakni:

1. Standar ECCE atau planned ECCE dilakukan dengan mengeluarkan lensa


secara manual setelah membuka kapsul lensa. Tentu saja dibutuhkan sayatan
yang lebar sehingga penyembuhan lebih lama.
2. Fekoemulsifikasi (Phaco Emulsification). Bentuk ECCE yang terbaru dimana
menggunakan getaran ultrasonic untuk menghancurkan nucleus sehingga
material nucleus dan kortek dapat diaspirasi melalui insisi ± 3 mm. Operasi
katarak ini dijalankan dengan cukup dengan bius lokal atau menggunakan
tetes mata anti nyeri pada kornea (selaput bening mata), dan bahkan tanpa
menjalani rawat inap. Sayatan sangat minimal, sekitar 2,7 mm. Lensa mata
yang keruh dihancurkan (Emulsifikasi) kemudian disedot (fakum) dan diganti
dengan lensa buatan yang telah diukur kekuatan lensanya dan ditanam secara
permanen. Teknik bedah katarak dengan sayatan kecil ini hanya memerlukan
waktu 10 menit disertai waktu pemulihan yang lebih cepat.

Pascaoperasi pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka pendek. Kacamata
baru dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika bekas insisi telah sembuh.
Rehabilitasi visual dan peresepan kacamata baru dapat dilakukan lebih cepat dengan metode
fakoemulsifikasi. Karena pasien tidak dapat berakomodasi maka pasien akan membutuhkan
kacamata untuk pekerjaan jarak dekat meski tidak dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh.
Saat ini digunakan lensa intraokular multifokal. Lensa intraokular yang dapat berakomodasi
sedang dalam tahap pengembangan
Apabila tidak terjadi gangguan pada kornea, retina, saraf mata atau masalah mata lainnya,
tingkat keberhasilan dari operasi katarak cukup tinggi, yaitu mencapai 95%, dan kasus
komplikasi saat maupun pasca operasi juga sangat jarang terjadi. Kapsul/selaput dimana lensa
intra okular terpasang pada mata orang yang pernah menjalani operasi katarak dapat menjadi
keruh. Untuk itu perlu terapi laser untuk membuka kapsul yang keruh tersebut agar
penglihatan dapat kembali menjadi jelas.

G. Pemeriksaan Fisik

Tehnik yang biasanya dipergunakan dalam pemeriksaan oftalmologis adalah inspeksi dan
palpasi. Inspeksi visual dilakukan dengan instrumen oftalmik khusus dan sumber cahaya.
Palpasi bisa dilakukan untuk mengkaji nyeri tekan mata dan deformitas dan untuk
mengeluarkan cairan dari puncta. Palpasi juga dilakukan untuk mendeteksi secara kasar (jelas
terlihat) tingkat tekanan intraokuler.
Seperti pada semua pemeriksaan fisik, perawat menggunakan pendekatan sitematis,
biasanya dari luar ke dalam. Struktur eksternal mata dan bola mata di evaluasi lebih dahulu,
kemudian diperiksa struktur internal. Struktur eksternal mata diperiksa terutama dengan
inspeksi. Struktur ini meliputi alis, kelopak mata, bulu mata, aparatus maksilaris,
konjungtiva, kornea, kamera anterior, iris, dan pupil.
Ketika melakukan pemeriksaan dari luar ke dalam, yang dilakukan perawat adalah :
a. Melakukan obsevasi keadaan umum mata dari jauh.
b. Alis diobsevasi mengenai kuantitas dan penyebaran rambutnya. Kelopak
mata diinspeksi warna, keadaan kulit, dan ada tidaknya serta arahnya tumbuhnya
bulu mata.
c. Catat adanya jaringan parut, pembengkakan, lepuh, laserasi, cedera lain dan adanya benda
asing.
H. PemeriksaanDiagnostik

1. Kartu mata snellen/mesin telebinokular (test ketajaman penglihatan dan


sentral penglihatan)
2. Lapang penglihatan
3. Pengukuran tonografi
4. Test provokatif
5. Pemeriksaanoftalmoskopi
6. Darah lengkap, laju sedimentasi (LED)
7. Test toleransi glaukosa/ FBS

I. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi dari penyakit katarak, yaitu : nistagmus dan strabismus dan bila
katarak dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan menimbulkan komplikasi
penyakit berupa glukoma dan uveitis.

J. Pencegahan Katarak
a. Mengontrol penyakit yang berhubungan dengan katarak dan menghindari faktor faktor yang
mempercepat terbentuknya katarak.
b. Menggunakan kaca mata hitam ketika berada di luar ruangan pada siang hari bisa
mengurangi jumlah sinar ultraviolet yang masuk ke dalam mata.
c. Berhenti merokok bisa mengurangi resiko terjadinya katarak.
d. Mengkonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung vit C, vit A dan vit E

1. Asuhan keperawatan katarak


PENGKAJIAN
1. Data Demografi
Nama klien : Tn. B
Umur : 45 Tahun
Diagnosa Medik : Katarak
Tanggal Masuk : 13 – 05 - 2013
Alamat : Kampung rawa
Suku : Sulawesi
Agama : islam
Pekerjaan : PNS
Status perkawinan: Menikah

2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama
Klien mengeluh penglihatan kabur seperti berawan, padahal Tn. B sudah
menggunakan kaca mata plus 1dan minus 2,5 pada obita dextra dan sinistra. Pemeriksaan
fisik dengan Opthalmoscope bagian kornea ada selaput putih. Sudah 2 tahun ini Tn. B
dinyatakan menderita diabetes mellitus, dan menjalankan pengobatan secara teratur. Oleh
dokter spesialis mata Tn. B dinyatakan katarak. Tn. B dipersiapkan untuk dilakukan operasi
katarak 2 hari lagi jika kadar gula darahnya sudah normal. TTV saat ini
a. TD : 140/90 mmhg
b. Nadi : 84 x/menit
c. Suhu : 37,40 C
d. RR : 24x/menit
DATA FOKUS
Data Subjektif Data Objektif
1. Klien mengatakan penglihatan kabur 1. Hasil pemeriksaan fisik dengan
seperti berawan, padahal sudah opthalmoscope bagian kornea ada
menggunakan kaca mata plus 1 dan selaput putih
minus 2.5 pada orbita dextra dan sinistra.2. Vital sign :
2. Klien mengatakan sudah 2 tahun ini a) TD : 140/90 mmHg
mempunyai Diabetes Melitus, dan b) N: 84x/menit
menjalankan pengobatan secara teratur c) T :37,4 0c
3. Klien mengatakan tidak mengerti kenapa d) RR: 24x/menit
sampai mengalami katarak 3. Hasil pemeriksaan : BB : 78 kg dan
4. Kemungkinan klien mengatakan cemas 4. GDS terakhir 210
memikirkan biaya untuk operasinya. 5. Kemungkinan klien terlihat sulit
5. Kemungkinan klien mengatakan untuk beraktivitas.
kesulitan untuk beraktivitas 6. Kemungkinan klien wajahnya tampak
6. Kemungkinan klien mengatakan gelisah
penglihatannya tidak jelas 7. Kemungkinan klienterlihat terus
7. Kemungkinan klien mengatakan jika bertanya-tanya dengan pertanyaan
terkena sinar/paparan matahari yang sama.
menyilaukan mata 8. Kemungkinan klienterlihat bingung.
8. Kemungkinan klien mengatakan jika 9. Kemungkinan klienterlihat cemas.
melihat sesuatu berbayang- 10. Kemungkinan klien terlihat takut
bayang/menjadi dua bayangan. 11. Kemungkinan klien terlihat tegang.
9. Kemungkinan klien mengatakan takut 12. Kemungkinan klien terlihat
akan kondisinya. memfokuskan pada dirinya sendiri.
10. Kemungkinan klien mengatakan tidak 13. Kemungkinan skla nyeri (6)
tahu sama sekali tentang penyakitnya. 14. Kemungkinan klien terlihat menahan
11. Kemungkinan klien mengatakan cemas rasa sakit.
takut tidak berhasil menjalankan 15. Kemungkinan klien terlihat merintih
operasinya. kesakitan ( nyeri )
12. Kemungkinan klien mengatakan gelisah 16. Kemungkinan terlihat pada bagian
13. Kemungkinan klien mengatakan cemas luka oprasi klien terdapat kemerahan.
terhadap penyakit yang dideritanya. 17. Kemungkinan terlihat pada bagian
14. apakah sembuh/tidak. luka klien mengalami iritasi.
15. Kemungkinan klien mengatakan pada 18. Kemungkinan klien dan keluarganya
bagian mata nyeri. tampak masih bingung dengan
16. Kemungkinan klien mengatakan tidak perawatan luka post operasi.
tahan terhadap nyerinya.
17. Kemungkinan klien mengatakan
badannya panas sehabis operasi beberapa
hari kemudian.
18. Kemungkinan klien mengatakan tidak
tahu dengan cara perawatan luka post
operasi.
19. Kemungkinan klien mengatakan berasal
dari keluarga kurang mampu.
ANALISA DATA
N Tanggal Data Fokus Masalah Etiologi P
o. Ditemu Keperawat ar
kan an af
PRE OPERASI
1 DS : Gangguan Gangguan
 Klien mengatakan penglihatan persepsi penerimaan
kabur seperti berawan, padahal sensori- sensori/status
Tn.B sudah menggunakan kaca perseptual organ
mata plus 1 dan minus 2.5 penglihatan. inderaditandai
pada orbita dextra dan sinistra dengan menur
 Kemungkinan klien unnya
mengatakan kesulitan untuk ketajaman
beraktivitas penglihatan.
 Kemungkinan klien
mengatakan penglihatannya
tidak jelas
 Kemungkinan klien
mengatakan jika terkena
sinar/paparan matahari
menyilaukan mata
 Kemungkinan klien
mengatakan jika melihat
sesuatu berbayang-
bayang/menjadi dua bayangan

DO:
 Hasil pemeriksaan fisik
dengan opthalmoscope bagian
kornea ada selaput putih
 Kemungkinan klien terlihat
sulit untuk beraktivitas.
2 DS Ansietas. Perubahan
 Klien mengatakan cemas pada status
memikirkan biaya untuk kesehatan.
operasinya.
 Kemungkinan klien
mengatakan cemas takut tidak
berhasil menjalankan
operasinya
 Kemungkinan klien
mengatakan gelisah
 Kemungkinan klien
mengatakan cemas terhadap
penyakit yang dideritanya.

DO
 Kemungkinanterlihat wajahkli
en tampak gelisah.
 Kemungkinan klien terlihat
tegang.
 Kemungkinan klien terlihat
memfokuskan pada diri
sendiri.
 Kemungkinan klien terlihat
cemas.
 Kemungkinan klien terlihat
takut
3 DS : Kurang kurang
 Klien mengatakan tidak Pengetahua informasi
mengerti kenapa sampai n. tentang
mengalami katarak penyakit.
 Kemungkinan klien
mengatakan takut akan
kondisinya.
 Kemungkinan klien
mengatakan tidak tahu sama
sekali tentang penyakitnya.
 Kemungkinan klien
mengatakan cemas terhadap
penyakit yang dideritanya
apakah sembuh/tidak
DO:
 Kemungkinan wajah tampak
gelisah
 Kemungkinan klien terlihat
terus bertanya-tanya dengan
pertanyaan yang sama.
 Kemungkinan klien terlihat
bingung.
POST OPERASI
4 DS : Nyeri. Luka pasca
 Kemungkinan klien operasi.
mengatakan nyeri pada bagian
mata pasca operasi.

 Kemungkinan klien
mengatakan tidak tahan
ternhadap nyerinya
DO :
 Vital sign :
a) TD : 140/90 mmHg
b) N: 84x/menit
c) T :37,4 0c
d) RR: 24x/menit

 Kemungkinan skla nyeri (6)

 Kemungkinan klien terlihat


menahan rasa sakit.

 Kemungkinan klien terlihat


merintih kesakitan ( nyeri )

5 DS Resiko Keterbatasan
 Klien mengatakan penglihatan tinggi penglihatan.
kabur seperti berawan, padahal terhadap
sudah menggunakan kaca mata cidera.
plus 1 dan minus 2.5 pada
orbita dextra dan sinistra
 Kemungkinan klien
mengatakan kesulitan untuk
beraktivitas
 Kemungkinan klien
mengatakan penglihatannya
tidak jelas
 Kemungkinan klien
mengatakan jika melihat
sesuatu berbayang-
bayang/menjadi dua bayangan
6 DS : Risiko Prosedur
 Kemungkinan klien infeksi. invasif
mengatakan badannya panas (operasi
sehabis operasi beberapa hari katarak).
kemudian
DO :
 Vital sign :
a) TD : 140/90 mmHg
b) N: 84x/menit
c) T :37,4 0c
d) RR: 24x/menit
7 DS : Resiko kurang
 Kemungkinan klien ketidak pengetahuan,
mengatakan tidak tahu dengan efektifan kurang sumber
cara perawatan luka post penatalaksa pendukung.
operasi. naan
 Kemungkinan klien regimen
mengatakan berasal dari terapeutik.
keluarga kurang mampu.
DO :
 Kemungkinan klien dan
keluarganya tampak masih
bingung dengan perawatan
luka post operasi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
No. Diagnosa keperawatan Tanggal Tanggal
ditemukan Teratasi
1. Gangguan persepsi sensori-perseptual 12 – 05 / 2013 15 – 05 / 2013
penglihatan b.d Gangguan penerimaan
sensori/status organ indera ditandai
dengan menurunnya ketajaman.
2. Ansietas b.d Perubahan pada status 12 – 05 / 2013 15 – 05 / 2013
kesehatan.
3. Kurang pengetahuan b.d Kurang informasi 12 – 05 / 2013 12 – 05 / 2013
tentang penyakit
4. Nyeri b.d Luka pasca operasi. 15 – 05 / 2013 18 – 05 / 2013
5. Resiko tinggi terhadap cidera 15 – 05 / 2013 18 – 05 / 2013
b.d Keterbatasan penglihatan.
6. Risiko infeksi b.d Prosedur invansif ( operasi 15 – 05 / 2013 18 – 05 / 2013
katarak )
7. Resiko ketidakefektifan penatalaksanaan 15 – 05 / 2013 18 – 05 / 2013
regimen terapeutik b.d kurang pengetahuan,
kurang sumber pendukung.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


No. Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi
Keperawatan
1. Gangguan Setelah  Mengenal 1. Kaji ketajaman 1. Ke
persepsi dilakukan gangguan sensori penglihatan, catat apakah dan
sensori- tindakan danber satu atau dua mata ber
perseptual keperawatan kompensasi terlibat. keh
penglihatanb.d selama 3x24 jam terhadap 2. Orientasikan klien terj
Gangguan diharapkan perubahan. tehadaplingkungan. pro
penerimaan masalah 3. Observasi tanda- 2. Me
sensori/status presepsi sensori  Mengidentifik tandadisorientasi. pen
organ penglihatan asi/memperbai 4. Pendekatan dari sisi yangtak dan
inderaditandai teratasi ki potensial dioperasi, bicaradengan me
dengan menur bahaya dalam menyentuh. diso
unnya lingkungan. 5. Ingatkan klien 3. Ter
ketajaman menggunakan ling
penglihatan. kacamata katarak dik
yang tujuannya me
memperbesar kurang pen
lebih 25%, me
penglihatan perifer gan
hilang. 4. Me
6. Letakkan barang yang ran
dibutuhkan/posisi bel pemanggil terh
dalam jangkauan/posisi yang me
sehat. 5. Perubahan keta
persepsi dap
bingung pen
meningkatk
sampai pasi
mengkomp
6. Mem
ungkink
an
pasienm
elihat
objek
lebih
mudah
dan
memud
ahkan
panggil
an
untuk
pertolon
gan
biladipe
rlukan.
2. Ansietasb.d Pe Setelah  Pasien 1. Kaji tingkat kecemasan pasien1. De
rubahan pada dilakukan mengungkapkan dan catat adanya tanda- tanda dip
status tindakan dan verbal dan nonverbal. info
kesehatan. keperawatan mendiskusikan 2. Beri kesempatan pasien untuk dite
selama 3x24 jam rasa mengungkapkan isipikiran dan 2. Me
diharapkan : cemas/takutnya. perasaan takutnya. tak
tidak terjadi 3. Observasi tanda vital dim
kecemasan pada  Pasien tampak danpeningkatan respon fisik ditu
klien dan tidak rileks tidak pasien. 3. Me
ada perubahan tegangdan 4. Beri penjelasan pasien tentang fisi
status kesehatan. melaporkan prosedur tindakan operasi, diti
kecemasannya harapandan akibatnya. kec
berkurang sampai 5. Lakukan orientasi 4. Me
pada tingkat dapat danperkenalan pasienterhadap pen
diatasi. ruangan,petugas, dan dal
peralatanyang akan digunakan. me
6. Beri penjelasan dansuport pada dan
pasien padasetiap melakukan 5. Me
prosedurtindakan. dan
pen
6. Me
tak
3. Kurang Setelah  Klien 1. Kaji informasi tentang kondisi 1. me
pengetahuan dilakukan menyatakan individu, prgnosis, tipe pem
b.d Kurang tindakan pemahaman prosedur/lensa. me
informasi keperawatan mengenai 2. Informasikan pasien untuk den
tentang selama 3x24 jam kondisi/proses menghindari tetes mata yang 2. Da
penyakit. diharapkan : penyakit & dijual bebas. sila
Klien lebih pengobatan. 3. Tekankan pentingnya evaluasi oba
mengerti akan perawatan rutin. Beri tahu untuk 3. pen
penyakitnya melaporkan penglihatan me
berawan. kom
4. Anjurkan pasien menghindari 4. akt
membaca, berkedip; mengangkat me
berat, mengejan saat defekasi, lela
membongkok pada panggul, Val
meniup hidung. me
me
bed
per
4. Nyeri b.d Luka Setelah  Nyeri berkuran. 1. Dorong pasien untuk 1. Ny
pasca operasi. dilakukan melaporkan tipe, lokasi dan dim
tindakan  Klien terlihat intensitas nyeri, rentang skala. dito
keperawatan lebih rileks 2. Pantau TTV. ind
selama 3x24 jam 3. Berikan tindakan kenyamanan. 2. Ke
diharapkan : 4. Beritahu pasien bahwa wajar bia
nyeri berkurang, saja , meskipun lebih baik untuk kar
hilang dan meminta analgesik segera 3. me
terkontrol. setelah ketidaknyamanan 4. ada
menjadi dilaporkan. me
oto
Kolaborasi : sirk
5. Berikan obat sesuai indikasi pro
me
5. Ra
me
ade
teg
5. Resiko tinggi Setelah  Menyatakan 1. Diskusikan apa yang terjadi 1. Me
terhadap cidera dilakukan pemahaman pada pascaoperasi tentang nyeri, rasa
b.d Keterbatas tindakan factor yang pembatasan aktivitas, me
an penglihatan. keperawatan terlibat dalam penampilan, balutan mata. dal
selama 3x24 jam kemungkinancede2. Beri pasien posisi bersandar, dip
diharapkan ra kepala tinggi atau miring ke sisi 2. Isti
: cedera dapat yang tak sakit sesuai keinginan. me
dicegah  Mengubah 3. Batasi aktivitas seperti jam
lingkungan sesuai menggerakkan kepala tiba-tiba, jala
indikasi untuk menggaruk mata, membongkok. sem
meningkatkan 4. Ambulasi dengan bantuan; kom
keamanan berikan kamar mandi khusus bila tek
sembuh dari anastesi. sak
risi
stre
terb
3. Me
area
TIO
4. Me
reg
pen
dap
TIO
6. Risiko infeksi Setelah  Tidak ada tanda- 1. Diskusikan pentingnya mencuci 1. Me
b.d efek dilakukan tanda infeksi tangan sebelum menyentuh / bak
samping tindakan seperti kemerahan mengobati mata. me
prosedur keperawatan dan iritasi. 2. Gunakan / tunjukkan tekhnik area
invasive. selama 3x24 jam yang tepat untuk membersihkan 2. Tek
diharapkan bola mata. me
: tidak terjadi 3. Tekankan pentingnya tidak pen
infeksi. menyentuh / menggaruk mata kon
yang dioperasi. 3. Me
4. Berikan obat sesuai indikasi. dan
ope
Kolaborasi : 4. Dig
5. Berikan obat sesuai indikasi. me
5. Sed
dig
pro
leb
terj
7. Resiko Setelah  Klien mampu 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien 1. Seb
ketidakefektifa dilakukan mengidentifikasi tentang perawatan paska pem
n tindakan kegiatan hospitalisasi. kes
penatalaksanaa keperawatan keperawatan 2. Terangkan cara penggunaan per
n regimen selama 3x24 jam rumah (lanjutan) obat-obatan. 2. Kli
terapeutik b.d diharapkan: yang diperlukan 3. Berikan kesempatan bertanya. me
kurang perawatan  Keluarga 4. Tanyakan kesiapan klien paska atau
pengetahuan, rumah berjalan menyatakan siap hospitalisasi. 3. Me
kurang sumber efektif. untuk 5. Identifikasi kesiapan keluarga per
pendukung. mendampingi dalam perawatan diri klien paska me
Yang ditandai klien dalam hospitalisasi. pem
dengan, pertan melakukan 6. Terangkan berbagai kondisi yan
yan atau perawatan yang perlu dikonsultasikan. dip
peryataan 4. Re
salah konsepsi, me
tak akurat klie
mengikuti hos
instruksi, 5. Ke
terjadi me
komplikasi ber
yang dapat dal
dicegah pem
tug
klie
pel
6. Ko
seg
• Nye
ma
me
• Seti
ber
pen
• Nye
me
kel
dan
• Nye
• Per
pen
pan
sela
pen

DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth.(2001).Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. EGC : Jakarta


Barbara C, Long.(1996). Perawatan medikal bedah. EGC : Jakarta
Corwin, J Elizabeth.(2000). “buku saku patofisiologi”. EGC : Jakarta
Doenges, E. Marilynn. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai