OLEH :
Mengetahui,
1
KONSEP TEORI GERONTIK
A. Pengertian Lanjut Usia
Proses menua merupakan sesuatu yang fisiologis, yang akan dialami setiap
orang. Proses menua (aging process) merupakan suatu proses biologis yang tidak
dapat dihindarkan yang akan dialami oleh setiap orang. Menurut Pares
Constantinides (1994), menua adalah suatu proses menghilangnya secara berlahan-
lahan (gradul) kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti dan
mempertahankan struktur dan fungsi secara normal, ketahanan terhadap injury
(termasuk infeksi) tidak seperti pada saat kelahirannya.
B. Batasan Umum Lanjut Usia
Menurut WHO, lanjut usia meliputi:
1. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
2. Lanjut usia (elderly) antara 60-74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) antara 75-90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) antara di atas 90 tahun
Menurut Depkes, membagi lansia sebagai berikut:
1. Kelompok menjelang usia lanjut (45 – 54 tahun) sebagai masa vibrisitas
2. Kelompok usia lanjut (55 – 64 tahun) sebagai masa presenium
3. Kelompok usia lanjut (>65 tahun) sebagai masa senrum
C. Ciri- Ciri Lansia
Ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut:
1. Lansia merupakan periode kemunduran
2. Lansia memiliki status kelompok minoritas
3. Menua membutuhkan perubahan peran
4. Penyesuaian yang buruk pada lansia
D. Perubahan- Perubahan Yang Terjadi pada Lansia
Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara
degeneratif yang akan berdampak pada perubahan- perubahan pada diri manusia,
tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan sosial
(Azizah dan Lilik M, 2011)
2
a. Klien lansia yang masih aktif dan memiliki keadaan fisik yang masih mampu
bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga dalam kebutuhannya sehari-hari
masih mampu melalukannya sendiri.
b. Klien lansia yang pasif, keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit.
Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien ini terutama yang berkaitan
dengan kebersihan perseorangan untuk mempertahankan kesehatan.
2. Pendekatan Psikologis
Perawat mempunyai peran penting untuk mengadakan pendekatan
edukatif pada lansia. Perawat dapat berperan sebagai pendukung terhadap
segala sesuatu yang asing, penampung rahasia pribadi dan sahabat yang akrab.
Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberi
kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk
keluhan agar lansia merasa puas. Perawat harus memegang prinsip triple S
yaitu: Sabar, Simpatik, dan Service.
3. Pendekatan Sosial
Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita merupakan salah satu upaya
perawat dalam melakukan pendekatan sosial. Pendekatan sosial ini merupakan
pegangan bagi perawat bahkan lansia adalah makhluk sosial yang
membutuhkan orang lain. Dalam pelaksanaannya perawat dapat menciptakan
hubungan sosial baik antar lansia maupun lansia dengan perawat. Perawat
memberi kesempatan seluas-luasnya kepada lansia untuk mengadakan
komunikasi dan melakukan rekreasi. Lansia perlu dimotivasi untuk membaca
surat kabar dan majalah.
F. Prinsip Etika Pada pelayanan Kesehatan Lansia
1. Empati
2. Nonmaleficence dan beneficence
3. Otonomi
4. Keadilan
5. Kesungguhan Hati
3
DAFTAR PUSTAKA
Azizah & Lilik Ma’rifatul (2011). Keperawatan Lanjut usia, edisi I. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Depkes RI (2005). Pedoman Pembinaan Kesehatan Lanjut Usia. Jakarta
Tantut Susanto (2013). Keperawatan Gerontik. Digital Repository. Universitas
Jember
Nugroho, Wahyudi (2000). Keperawatan Gerontik. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Darmoso RB, Mariono, HH (2004). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) edisi ke-3.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI
4
KONSEP TEORI PENYAKIT KATARAK
A. Pengertian Katarak
Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau
bahan lensa didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses penuaan yang
terjadi pada semua orang yang berusia lebih dari 65 tahun. (Muttaqin, 2008).
B. Etiologi Katarak
Katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti (Tamsuri, 2008) :
1. Fisik
2. Kimia
3. Penyakit predisposisi
4. Genetik dan gangguan perkembangan
5. Infeksi virus di masa pertumbuhan janin
6. Usia
C. Klasifikasi Katarak
Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Katarak congenital, katarak yang sudah terlihat pada usia kurang dari 1 tahun.
2. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.
3. Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun
Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi :
1. Katarak Traumatika
Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma tumpul
maupun tajam. Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak pada satu mata
(katarak monokular). Penyebab katarak ini antara lain karena radiasi sinar - X,
Radioaktif, dan benda asing.
2. Katarak Toksika
Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan
kimia tertentu. Selain itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat
seperti kortikosteroid dan chlorpromazine.
3. Katarak Komplikata
Katarak terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu. Selai
itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti diabetes
mellitus, hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan local seperti uveitis,
glaucoma, dan miopia atau proses degenerasi pada satu mata lainnya.
Berdarakan stadium, katarak senile dapat dibedakan menjadi :
1. Katarak Insipient
Merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa masih berbentuk
bercak – bercak kekeruhan yang tidak teratur.
5
2. Katarak Imatur
Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung,
menyebabkan terjadinya myopia, dan iris terdorong kedepan serta bilik mata
depan menjadi dangkal.
3. Katarak Matur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi
kekeruhan lensa.
4. Katarak Hipermatur
Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa
dapat mencair sehingga nucleus lensa tenggelam di dalam korteks lensa
(Tamsuri, 2008).
D. Manifestasi Klinik
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya pasien
mengalami penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional
sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan. Temuan
objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil
sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya
adalah pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan
distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam,
akan tampak kekuningan, abu - abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap
selama bertahun - tahun, dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi
yang lebih kuat pun tak akan mampu memperbaiki penglihatan (Suddarth, 2001).
E. Komplikasi
Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang mengalami
penyakit katarak adalah sebagai berikut :
a) Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan uvea,
sehingga menimbulkan reaksi radang / alergi.
b) Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata sehingga
mengganggu aliran cairan bilik mata depan (Istiqomah, 2003).
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Uji mata
2. Keratometri
3. Pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopis
4. A-scan ultrasound (echography)
5. Dan hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya
bila dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan (Suddarth, 2001).
6. Darah putih: dibawah 10.000 normal
G. Penatalaksanaan
1. Kaji efek katarak terhadap kehidupan sehari - hari pasien.
2. Mengkaji derajat gangguan fungsi sehari - hari, aktivitas, kemampuan bekerja,
ambulasi, dll.
6
3. Menentukan terapi mana yang paling cocok bagi masing - masing penderita.
4. Indikasi pembedahan dilakukan bagi yang membutuhkan.
a) Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)
c) Phakoemulsifikasi
H. Pencegahan
1. Menjaga Kadar Gula Darah Selalu Normal
2. Katarak Yang Disebabkan Oleh Faktor Resiko Lain Dapat Diusahakan
3. Menghindari Cedera Pada Mata Atau Prilaku Merokok Dan Minum Alkohol.
II. KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KATARAK
1. Pengkajian Keperawatan
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar
utama dan hal yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk
rumah sakit maupun selama pasien dirawat di rumah sakit.
a. Biodata
Dalam pengkajian biodata perawat mengkaji identitas klien seperti :
nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/ bangsa,
pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor telpon.
b. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Dalam pengkajian keluhan utama pasien katarak biasanya
ditemukan data atau keluhan pasien seperti : Penurunan ketajaman
penglihatan secara progresif (gejala utama katarak), silau, mata tidak
merasa sakit, gatal atau merah. Berkabut, berasap, penglihatan tertutup
film. Perubahan daya lihat warna. Gangguan mengendarai kendaraan
malam hari, lampu besar sangat menyilaukan mata. Lampu dan matahari
sangat mengganggu. Sering meminta ganti resep kaca mata, pengihatan
ganda.
Riwayat Kesehatan Dahulu
Dalam pengkajian riwayat kesehatan dahuluan dilakukan oleh
perawat pada pasien untuk menemukan masalah primer pasien, seperti:
kesulitan membaca, pandangan kabur, pandangan ganda, atau hilangnya
daerah penglihatan soliter.
Perawat harus menemukan apakah masalahnya hanya mengenai
satu mata atau dua mata dan berapa lama pasien sudah menderita
kelainan ini. Riwayat mata yang jelas sangat penting. Apakah pasien
pernah mengalami cedera mata atau infeksi mata, penyakit apa yang
terakhir diderita pasien.
Riwayat Kesehatan Sekarang
7
Dalam pengkajian riwayat kesehatan sekarang perawat bertanya
atau melihat, Apakah pasien mengenakan kacamata/ lensa kontak atau
tidak?, apakah pasien mengalami kesulitan melihat (fokus) pada jarak
dekat atau jauh?, apakah ada keluhan dalam membaca atau menonton
televisi?, bagaimana dengan masalah membedakan warna atau masalah
dengan penglihatan lateral atau perifer? Lalu tanyakan juga apakah ada
riwayat alergi.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam pengkajian riwayat kesehatan keluarga perawat menanyakan
apakah ada keluarga yang memeliki riwayat gangguan penglihatan
(katarak) atau penyakit yang lain yang memicu katarak seperti peyakit
degenerative (dm,hipertensi, dll).
c. Pemeriksaan Fisik
Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara
keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop
(Smeltzer, 2002). Katarak terlihat tampak hitam terhadap refleks fundus
ketika mata diperiksa dengan oftalmoskop direk. Pemeriksaan slit lamp
memungkinkan pemeriksaan katarak secara rinci dan identifikasi lokasi
opasitas dengan tepat.
Katarak terkait usia biasanya terletak didaerah nukleus, korteks, atau
subkapsular. Katarak terinduksi steroid umumnya terletak di subkapsular
posterior. Tampilan lain yang menandakan penyebab okular katarak dapat
ditemukan, antara lain deposisi pigmen pada lensa menunjukkan inflamasi
sebelumnya atau kerusakan iris menandakan trauma mata sebelumnya
(James, 2005).
d. Perubahan Pola Fungsi
Data yang diperoleh dalam kasus katarak, menurut (gordon) adalah
sebagai berikut :
Persepsi Tehadap Kesehatan
Bagaimana manajemen pasien dalam memelihara kesehatan, adakah
kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol,dan apakah pasien
mempunyai riwayat alergi terhadap obat, makanan atau yang lainnya.
Pola Aktifitas Dan Latihan
Bagaimana kemampuan pasien dalam melakukan aktifitas atau
perawatan diri, dengan skor : 0 = mandiri, 1= dibantu sebagian, 2= perlu
bantuan orang lain, 3= perlu bantuan orang lain dan alat, 4= tergantung/
tidak mampu. Skor dapat dinilai melalui : Aktifitas 0 1 2 3 4
Pola Istirahat Tidur
Dalam pengkajian pola istirahat dan tidur perawat menanyakan
berapa lama waktu tidur pasien, apakah ada kesulitan tidur seperti
insomnia atau masalah lain. Apakah saat tertidur sering terbangun atau
tidak.
Pola Nutrisi Metabolik
Dalam pengkajian pola nutrisi mtsbolik perawat mengkajia atau
mennyakan apakah ada diet khusus yang dijalani pasien, jika ada
anjuran diet apa yang telah diberikan. Kaji nafsu makan pasien sebelum
8
dan setelah sakit mengalami perubahan atau tidak, adakah keluhan mual
dan muntah, adakah penurunan berat badan yang drastis dalam 3 bulan
terakhir.
Pola Eliminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perawat mengkaji kebiasaan BAK
dan BAB pasien, apakah ada gangguan atau kesulitan. Untuk BAK kaji
warna, bau dan frekuensi sedangkan untuk BAB kaji bentuk, warna, bau
dan frekuensi.
Pola Kognitif Perseptual
Dalam pengkajian pola kognitif perseptual perawat harus mengkaji
status mental pasien atau tingkat kesadaran, kemampuan bicara,
mendengar, melihat, membaca serta kemampuan pasien berinteraksi.
Adakah keluhan nyeri karena suatu hal, jika ada kaji kualitas nyeri.
Pola Konsep Diri
Dalam pengkajian konsep diri, perawat harus mengkaji bagaimana
pasien mampu mengenal diri dan menerimanya seperti harga diri, ideal
diri pasien dalam hidupnya, identitas diri dan gambaran akan dirinya.
Pola koping
Dalam pengkajian pola koping perawat mengkaji masalah utama
pasien pada saat memiliki gangguan penglihatan, mengkaji cara pasien
menerima dan menghadapi perubahan yang terjadi pada dirinya dari
sebelum sakit hingga setelah sakit.
Pola Seksual Reproduksi
Dalam pengkajian Pola seksual reproduksi pasien, perawat
menanyakan tentang menstruasi terakhir dan adakah masalah saat
menstruasi atau sudah/ belum mengalami menopouse.
Pola Peran Hubungan
Dalam pengkajian pola peran hubungan pasien, perawat harus
mengkaji tentang status perkawinan pasien, pekerjaan, kualitas bekerja,
sistem pendukung dalam menghadapi masalah, dan bagaiman dukungan
keluarga selama pasien dirawat di rumah sakit.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan persepsi sensori b.d gangguan penglihatan.
b. Gangguan mobilitas fisik b.d kurang terpapar informasi tentang aktivitas
fisik.
9
3. Rencana/ Intervensi Keperawatan
Gangguan persepsi sensori b.d Setelah diberikan intervensi SIKI : Minimalisasi Rangsangan
gangguan penglihatan. keperawatan selama 3 x 24 jam,
Observasi:
diharapkan pasien mampu
DS: menunjukkan : 1. Periksa status mental, status
Pasien mengatakan sensori dan tingkat kenyamanan.
Terapeutik : 1. Untuk menjalin pendekatan perawat dan
pandangannya berbayang klien agar mudah mengelompokan
SLKI : Persepsi Sensori cukup 2. Batasi stimulus lingkungan.
saat melihat. masalah.
membaik 3. Jadwalkan aktivitas harian dan
Pasien mengatakan silau waktu istirahat.
2. Meningkatkan kenyamanan pasien dengan
berlebih saat melihat o Dipertahankan pada level : 2 Edukasi :
o Ditingkatkan pada level : 4 4. Ajarkan teknik relaksasi. menjaga pencahayan ruangan, menjaga
cahaya. agar tidak terlalu bising dalam lingkungan
1 = memburuk Kolaborasi :
2 = Cukup memburuk 5. Kolaborasi dalam meminimalkan dan mengatur suhu ruangan.
DO:
3 = Sedang prosedur/ tiindakann. 3. Menghindari aktivitas/ istirahat berlebih.
Pasien tampak tidak bisa 4 = cukup membaik
melihat. 5 =membaik 4. Meredakan nyeri, membantu rileksasi
Dengan kriteria hasil: tubuh, mengurangi stress yang dirasakan.
Pasien tampa tidak
konsentrasi saat berbicara Konsentrasi cukup membaik 5. Agar tidak menimbulkan gejala yang lain.
(1/2/3/4/5)
10
Orientasi cukup membaik
(1/2/3/4/5)
Gangguan mobilitas fisik b.d Setelah diberikan intervensi SIKI : Dukungan Mobilisasi
kurang terpaparnya informasi keperawatan selama 3 x 24 jam, Observasi
diharapkan pasien mampu
tentang aktivitas fisik menunjukkan : 1. Identifikasi adanya nyeri (pegal) 1. Untuk mengetahui seberapa beratnyanyeri
yang dirasakan klien. (pegal) yang dirasakan.
DS:
2. Monitor ttv 2. Mengontrol perubahan kondisi klien.
SLKI : Mobilitas Fisik
Mengeluh sulit
Meningkat Terapeutik 3. Menghindari cedera
menggerakkan ekstermitas
o Dipertahankan pada level : 3 3. Fasilitasi aktivitas mobilasi dengan 4. Agar pasien lebih bersemangat untuk
Mengeluh nyeri saat bergerak o Ditingkatkan pada level : 4
menggunakan tongkat. melakukan mobilisasi dengan ditemani
1 = Menurun keluarga.
DO : 2 = Cukup Menurun 4. Libatkan keluarga untuk membantu
Kekuatan otot menurun 3 = Sedang melakukan tindakan. 5. Agar pasien dan keluarga mengetahui
4 = Cukup Meningkat manfaat dilakukan tindakan.
Rentang gerak (ROM) 5 = Meningkat Edukasi
menurun Dengan kriteria hasil: 6. Agar mudah dilakukan mandiri.
Fisik Lemah 5. Jelaskan tujuan dan prosedur
Pergerakan ektermitas cukup mobilisasi
meningkat(1/2/3/4/5) 6. Ajarkan mobilisasi sederhana.
Kekuatan otot cukup
meningkat (1/2/3/4/5)
11
meningkat (1/2/3/4/5)
12
13
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, 2008. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. FKUI, Jakarta
Bedah.EGC : Jakarta
http://www.suaramedia.com/kesehatan/penyakit-katarak-menyerang-anamuda.ht
14
PENGKAJIAN KEPERAWATAN GERONTIK
PADA NY.I DI SUKA JADI RT 7 RW 3 PENURUNAN RATU SAMBAN
KOTA BENGKULU
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Nama : Ny. I
Jk : Perempuan
Pendidikan : SD
Suku : Sunda
Agama : Islam
Orang yang paling dekat dihubungi : Ny.R sebagai anak bungsu yang
merawatnya.
B. Riwayat Hidup
2.Nama : Ny.S
3.Nama : Ny.Ro
4.Nama : Ny.H
5.Nama : Tn.H
15
Bengkulu
6.Nama : Tn.S
7.Nama : Ny.R
C. Riwayat Pekerjaan
16
Rumah sakit/ puskesmas: puskesmas penurunan
Lain- lain : -
Jam 12.00 wib Ny.I pergi ke kamar mandi untuk BAK sekaligus mandi
dan wudhu lalu menunaikan sholat dzuhur. Sesudah itu Ny.I berdzikir hingga
ketiduran , kadang- kadang mendengarkan siaran tv karena mata Ny.I sudah
tidak jelas untuk melihat. Jam 16.00 wib Ny.I mandi dan wudhu untk sholat
asar. jam 17.00 Ny.I makan bubur kadang makan buah pisang. Jam 18.15 Ny.I
melakukan sholat magrib setelah sholat terkadang bergurau dengan anak atau
cucu nya. Ketika sudah capek Ny.I melakukan sholat isya lalu tidur.
H. Riwayat Kesehatan
P: penyebab dari pegal, lemah, letih, lesu adalah karena tidak memiliki
aktivitas lain selain tiduran.
17
Status kesehatan umum sejak 5 tahun yang lalu : Ny.I sudah mengalami
penurunan Fungsi pendengaran dan fungsi penglihatan sejak kurnag lebih 10
tahun.
Penyakit masa kanak-kanak : Tidak ada
Penyakit serius kronik : penurunan Fungsi organ- organ tubuh karena factor
usia.
Trauma: Ny.I mengatakan tidak ada Trauma apapun.
Perawatan di RS (catat alasan masuk, tanggal, tempat, lama rawat):
sekitar beberapa tahun yang lalu Ny.I dirawat di RS Kota Bengkulu selama
kurang lebih 1 minggu. Dengan diagnosa penurunan fungsi organ tubuh
karena factor usia.
Riwayat Operasi: (catat jenis, tanggal, tempat, alasan operasi): Tidak Ada
Status Obstetris: G7P7A0
Obat- Obatan
Nama obat dan dosis : obat alergi dan rematik
Bagaimana / kapan menggunakannya : ketika ny.i merasa tidak enak badan
Dokter yang menginstruksikan : tidak ada
Tanggal resep : tidak ada
Defisit (Uraikan jika ada keterbatasan dalam konsumsi obat) : tidak ada
Efek samping yang tidak menyenangkan : tidak ada
Persepsi keefektifan : tidak ada
Kesulitan memperoleh : tidak ada
Riwayat Alergi
Nutrisi
Uraikan jenis makanan untuk pagi, siang & malam : pagi minum air gula
hangat dengan roti gabing. Siang makan bubur nasi dengan garam, selingan
buah pisang dan sore makan bubur yang sama dengan yang dimakan disiang
hari.
BB saat ini: 32 kg
18
tahun
Frekuensi makan: 3 x sehari
Masalah-masalah yang mempengaruhi masukan makanan (mis:
pendapatan tidak adekuat, kurang transportasi, masalah menelan /
mengunyah, stress emosional : Gangguan menelan/ mengunyah makanan
yang menyebabkan Ny.I hanya makan bubur, roti dan buah pisang saja.
Kebiasaan sebelum, saat atau setelah makan : tidak ada
Keterangan :
: Meninggal
J. Tinjauan Sistem
19
TD : 120/80 mmHg P: 18 x/ Menit
N : 80 x/Menit S: 36,0 C
Beri tanda (√) untuk setiap tanda-gejala yang ditemukan, disertai keterangan
jika Ya.
Hemopoetik Ya Kepala Ya
Anemia _ Pusing _
Mata Ya
Kacamata/ lensa _
Nyeri _
Pruritus _
Floater _
Diplopia _
Kabur √(katarak)
Fotofobia _
Riwayat infeksi _
Tanggal pemeriksaan _
mata terakhir
Telinga Ya
20
usia)
Rabas _
Tinitus _
Vertigo _
Sensitivitas pendengaran _
Riwayat infeksi _
Tanggal pemeriksaan _
paling akhir
Riwayat infeksi _
Tanggal pemeriksaan _
gigi terakhir
Frekuensi menggosok √ (2 x
gigi sehari)
21
Masalah & kebiasaan _
membersihkan gigi palsu
Rinorea _ Batuk _
Epistaksis _ Hemoptysis _
Obstruksi _ Sputum _
Mendengkur _ Mengi _
Riwayat infeksi _
Penampilan kemampuan _
olfkatori
Murmur _ Polifagia _
Edema _ Polydipsia _
Varises _ Polyuria _
22
Kaki timpang _
Paresthesia _
Gastrointestinal Ya Perkemihan Ya
Hematemesis _ Polyuria _
Ulkus _ Inkontinensia _
Ikterik _ Batu _
Perubahan kebiasaan _
defekasi
Diare _
Konstipasi _
Melena _
Hemoroid _
Perdarahan rectum _
23
Rabas _ Kejang _
Infeksi _ Parestesia _
Musculoskeletal Ya Psikososial Ya
Kekakuan _ Depresi _
Deformitas _ Menangis _
Spasme _ Gugup _
Kram _ Takut _
24
fungsi
kognitif)
Yuliana dewi
25