Anda di halaman 1dari 15

ASKEP KATARAK

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

Febiola Putri

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSSITAS SAIN CUT NYAK DIEN LANGSA

2022-2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Data yang dilansir dari World Health Organitation (WHO)
menunjukkan bahwa sebanyak 45 juta orang di dunia menderita kebutaan.
Indonesia termasuk negara dengan pevelensi kebutaan yang tinggi di wilayah
Asia Tenggara. Lima negara dengan prevelensi kebutaan tertinggi dengan buta
dan gangguan penglihatan baik berat maupun sedang yaitu Afghanistan
dengan prevelensi 9,09%, Nepal sebanyak 8,17%, Laos dengan presentase
sebanyak 7,71%, Eritrea 7,66% dan Pakistan dengan prevelensi data sebanyak
7,54%. Sementara itu, India, China, Indonesia, Pakistan, dan Amerika Serikat
merupakan lima negara dengan prevelensi gangguan penglihatan terbanyak
(Ismandari, 2018).
Kelainan pada mata seperti katarak dapat mengakibatkan penglihatan
seseorang menjadi berkabut/buram. Katarak adalah penyebab paling umum
kelainan mata pada orang yang berusia diatas 40 tahundan merupakan
penyebab utama kebutaan yang terjadi di dunia. Kebutaan adalah puncak dari
kelainan yang terjadi pada mata (Suranto, 2012)

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Pembahasan

a. Mampu menjelaskan konsep dasar penyakit (yaitu pengertian,


etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, dan
penatalaksanaan medis).
b. Mampu menjelaskan konsep dasar asuhan keperawatan (meliputi
pengkajian, diagnose, intervensi, implementasi dan evaluasi).
c. Mampu menyimpulkan pengkajian keperawatan pada pasien dengan
katarak.
BAB II

A. Pengertian

Katarak diambil dari bahasa Yunani “kataarrhakies” yang artinya


air terjun. Katarak berarti bular dimana penglihatannya seperti terhalang
air terjun yang diakibatkan karena lensa yang mengalami kekeruhan.
Katarak yaitu kekeruhan yang terjadi pada lensa mata yang disebabkan
karena hidrasi lensa atau adanya penambahan cairan, dan adanya
denaturasi protein pada lensa, atau hasil keduanya (Tamsuri, 2011).
Katarak menyebabkan cahaya tergantung pada bola mata,
sehingga penglihatan menjadi kabur, dan dapat mengakibatkan kebutaan
(Ilyas, 2014). Dengan keruhnya lensa pada kasus katarak, menyebabkan
bayangan yang diproyeksikan pada retina berubah. Katarak merupakan
salah satu penyebab umum dari kehilangan pengihatan secara bertahap
(Springhouse Co), derajat kestabilan akibat katarak dipengerahui oleh
lokasi dan kepadatan opasitas (Indriana & Istiqomah, 2012).

B. Tanda dan Gejala


1.Kehilangan pengelihatan secara bertahap dan tidak nyeri.
2.Pengelihatan baca yang buruk.
3.Pandangan seilau yang mengganggu dan pengelihatan buruk pada sinar matahari
yang terang.
4.Pandangan silau yang membutakan akibat lampu sorot mobil pada pengemudi
dimalam hari.
5.Kemungkinan memiliki pengelihatan pada cahaya yang redup dibandingkan
dengan cahaya yang terang.
6.Area putih keabu – abuan dibelakang pupil.

C. Etiologi
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Corwin,2000) :
1. Usia lanjut dan proses penuaan
2. Congenital atau bisa diturunkan.
3. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau
bahan beracun lainnya.
4. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya
diabetes) dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti :
1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.
2. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti: penyakit/gangguan
metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes melitus.
3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
4. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti
kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
5. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik.

D. Manifestasi Klinis
Katarak dapat ditemukan dalam keadaan tanpa adanya kelainan mata atau sitemik
atau kelainan (katarak senil dan juvenil) atau kelainan kongenital mata. Lensa yang sedang
dalam proses pembentukan katarak ditandai adanya sembab lensa, perubahan protein,
nekrosis, dan terganggunya kesinabungan normal serabut-serabut lensa. Pada umumnya,
terjadinya perubahan lensa sesuai dengan tahap perkembangan katarak. Kekeruhan lensa
pada katarak imatur (insipien) tipis. Akan tetapi, pada katarak matur,(perkembangan agak
lanjut) kekeruhan lensa sudah sempurna dan agak sembab. Jika kandungan airnya maksimal
dan kapsul lensa teregang, katarak ini dinamakan intumesens (sembab). Katarak hipermatur
(katarak lanjut) ditandai keluarnya air meninggalkan lensa yang relatif mengalami dehidrasi,
sangat keruh, dan kapsulnya keriput. Sebagian besar katarak tidak dapat dilihat oleh
pengamat yang awam sampai kekeruhannya sudah cukup padat (matur atau hipermatur)
yang menyebabkan kebutaan. Walaupun demikian, katarak stadium dini dapat dipantau
dengan oftalmoskop, lup, atau lampu celah dengan pupil yang telah dilebarkan. Semakin
padat kekeruhan lensa, semakin sulit memantau fundus okuli, sampai akhinya refleks
fundus negatif. Pada tahap ini, katarak sudah masak dan pupilnya tampak putih.
Klien katarak mengeluh pengelihatan seperti berasap dan tajam penglihatan
menurun secara progresif. Kekeruhan lensa ini mengakibatkan lensa tidak transparan
sehingga pupil berwarna putih atau abu-abu. Pada mata, akan tampak kekeruhan lensa
dalam beragam bentuk dan tingkat. Kekeruhan ini juga ditemukan pada berbagai lokasi di
lensa seperti koretks dan nukleus. Pemeriksaan yang dilakukan pada klien katarak adalah
pemeriksaan dengan lampu celah (splitlamp), funduskopi pada kedua mata bila mungkin,
dan tonometer selain pemeriksaan prabedah yang diperlukan lainnya.
E. Komplikasi
1. Glaucoma
2. Uveitis
3. Kerusakan endotel kornea
4. Sumbatan pupil
5. Edema macula sistosoid
6. Endoftalmitis
7. Fistula luka operasi
8. Pelepasan koroid
9. Bleeding

F. Patofisiologi
Katarak pada umumnya merupakan penyakit usia lanjut dan pada usia di atas 70th,
dapat diperkirakaan adanya katarak dalam berbagai derajat, namun katarak dapat juga
diakibatkan oleh kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun.
Secara kimiawi, pembentukan katarak ditandai oleh berkurangnya ambilan oksigen
dan bertambahnya kandungan air yang kemudian diikuti dengan dehidrasi. Kandungan
natrium dan kalsium bertambah, sedangkan kandungan kalium, asam natrium dan kalsium
bertambah, sedangkan kandungan kalium, asam askorbat, dan protein berkurang. Lensa
yang mengalami katarak tidak mengandung glutation. Usaha mempercepat atau
memperlambat perubahan kimiawi ini dengan cara pengobatan belum berhasil, dan
penyebab maupun implikasinya tidak diketahui. Akhir-akhir ini, peran radiasi sinar
ultraviolet sebagai salah satu faktor dalam pembentukan katarak senil, tampak lebih nyata.
Penyelidikan epidemiologi menunjukkan bahwa di daerah-daerah yang sepanjang tahun
selalu ada sinar matahari yang kuat, insiden kataraknya meningkat pada usia 65th atau lebih.
Pada penelitian lebih lanjut, ternyata sinar ultraviolet memang mempunyai efek terhadap
lensa. Pengobatan katarak adalah dengan tindakan pembedahan. Setelah pembedahan, lensa
diganti dengan kacamata afakia, lensa kontak atau lensa tanam intraokular.
G. Patoflow
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Kartu mata snellen/mesin telebinokular (test ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan)
2. Lapang penglihatan
3. Pengukuran tonografi
4. Test provokatif
5. Pemeriksaan oftalmoskopi
6. Darah lengkap, laju sedimentasi (LED)
7. Test toleransi glaukosa/ FBS

I. Penatalaksanaan Medis
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke
titik di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya
konservatif. Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut
untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan
yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandang
mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi segmen posterior sangat
perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina atau sarf optikus, seperti
diabetes dan glaukoma. Ada 2 macam teknik pembedahan :
1. Ekstraksi katarak intrakapsuler Adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai
satu kesatuan.
2. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler Merupakan tehnik yang lebih disukai dan
mencapai sampai 98 % pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat
struktur mata selama pembedahan.
BAB III
CONTOH KASUS
A. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut (Tamsuri, 2011) pada pasien pre dan post operasi katarak terdapat
pengkajian fokus yang dilakukan diantaranya yaitu:
a. Kaji identitas pasien seperti Nama pasien, umur, jenis kelamin,
suku/bangsa, agama, pendidikan terakhir, alamat, pekerjaan.
b. Riwayat kesehatan pasien
1) Keluhan utama
2) Terdapat keluhan penurunan ketajaman penglihatan pasien, serta
pandangan berkabut/buram.
3) Riwayat kesehatan Lalu
Kaji pasien apakah mempunyai riwayat penyakit mata, konsumi
obat – obatan kortikosteroid, mempunyai penyakit bawaan seperti
diabetes mellitus, glukoma, hipotiroid dan uveitus, riwayat
pembedahan pada mata, dan terdapat trauma pada mata.
4) Riwayat kesehatan sekarang
5) Riwayat kesehatan keluarga
6) Adakah riwayat kelainan matapada keluarga.
c. Pengkajian fisik mata
1) Ditemukan kekeruhan pada lensa.
2) Pasien mengeluh pandangan berkabut dan buram.
3) Terjadi miopia atau penurunan ketajaman pada pasien.
4) Ditemukan tanda dan gejala glaukoma karena
komplikasi. Fokus pengkajian pada pasien pasca operasi katarak,
antara lain
a. Data subjektif
1) Kaji keluhan nyeri, mual, pusing kepala, diaphoresis, riwayat jatuh.
2) Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang regimen terapeutik,
kenyamanan lingkungan dan sitem pendukung pasien.
b. Data obyektif
Pengkajian pada tanda-tanda vital pasien,respon terhadap nyeri baik
verbal atau non verbal, tanda dan gejala infeksi, kaji ketajaman
penglihatan, resiko jatuh pada pasien, dan kaji tingkat pengetahuan
pasien dalam kesiapan menyerap informasi.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pra Operasi
1) Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan
penglihatan: katarak.
2) Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
b. Pasca operasi
Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada pasien pasca
operasii katarak menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)yaitu:
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik.
2) Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invansif.
3) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi tentang prosedur pembedahan.
4) Resiko jatuh berhubungan dengan gangguan penglihatan.
3. Intevensi Keperawatan
a. Intervesi Pra Operasi.
1) Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gagguan
penglihatan: katarak.
Intervensi:
a) Kaji ketajaman penglihatan.
b) Kaji kenyamanan lingkungan pasien.
c) Orientasikan pasien terhadap ruang rawat
d) Letakkan benda-benda penting di dekat pasien.
e) Berikan pencahayaan yang cukup.
f) Letakkan alat di tempat yang tetap dan dapat dijangkau oleh
pasien.
2) Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami
kegagalan. Intervensi:
Reduksi ansietas
a) Observasi
(1) Identifikasi tingkat ansietas
(2) Identifikasi kemampuan pasien dalam pengambilan stressor.
(3) Monitor tanda-tanda ansietas.
b) Terapeutik
(1) Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
kepercayaan.
(2) Pahami situasi yang membuat ansietas.
(3) Beri pendekatan yang tenang dan meyakinkan.
(4) Motivasi dan idetifikasi situasi yang memicu kekhawatiran
pasien.
(5) mendiskusikanperencananan realistis tentang peristiwa yang
akan datang pada pasien.
c) Edukasi
(1) Jelaskan prosedur yang akan dihadapi pasien.
(2) Informasikan secara detail dan benar mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis yang akan dihadapi pasien.
(3) Ajurkan keluarga untuk tetap bersama pasien.
(4) Latih kegiatan pengalihan pada pasien untuk mengurangi
ketegangan.
(5) Latih teknik relaksasi.
d) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat antisietas, jika diperlukan.
b. Intervensi Post Opera
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisik Intervensi :
Manajemen Nyeri
a) Observasi
(1) kaji lokasi, skala, intensitas, karakteristik, durasi, frekuensi
nyeri.
(2) Kaji respons nyeri pasien.
(3) Monitor efek samping penggunaan analgesik.
b) Terapeutik
(1) Berikan teknik nonfamokologis
(2) Melakukan kontrol lingkungan yang memeperberat rasa
nyeri.
(3) Beri fasilitasi istirahat dan tidur.
c) Edukasi
(1) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
(2) Ajarkan strategi meredakan nyeri dengan teknik
nonfarmakologis.
(3) Anjurkan melakukan monitoring nyeri secara mandiri.
d) Kolaborasi
Pemberian analgesik, jika diperlukan.
2) Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur
invansif. Intervensi :
Pencegahan infeksi
a) Observasi
(1) Monitor tanda dan gejala infeksi yang terrjadi baik lokal
dan sistemik.
b) Terapeutik
(1) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien.
(2) Berikan teknik aseptik pada pasien dengan resiko tinggi.
c) Edukasi
(1) Edukasi tentang tanda gejala infeksi
(2) Ajarkan cuci tangan dengan benar.
(3) Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi.
(4) Anjurkan meningkatkan asupannutrsi.

13
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang mengakibatkan pengurangan
visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam mata, seperti melihat air terjun.
menjadi kabur atau redup, mata silau yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman
penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan oleh kehilangan
penglihatan tadi. Temuan objektif biasanya meliputi pengembunann seperti mutiara keabuan pada pupil
sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan
tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pendangan di malam hari.Pupil yang
normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih.

B. Saran
Katarak adalah suatu penyakit degeneraf karena bertambahnya faktor usia,jadi untuk mencegah
terjadinya penyakit katarak ini dapat dilakukan dengan pola hidup yang sehat seperti tidak mengkonsumsi
alcohol dan minum minuman keras yang dapat memicu timbulnya katarak.dan salalu mengkonsumsi
buah-buahan serta sayuran yang lebih banyak untuk menjaga kesehatan mata.

14
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth.(2001).Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. EGC : Jakarta


Barbara C, Long.(1996). Perawatan medikal bedah. EGC : Jakarta
Corwin, J Elizabeth.(2000). “buku saku patofisiologi”. EGC : Jakarta
Doenges, E. Marilynn. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.EGC : Jakarta
Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I Made Kariasa. Jakarta . EGC
Long, C Barbara. 1996.Perawatan Medikal Bedah : 2.Bandung. Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Pajajaran Margaret R. Thorpe. Perawatan Mata. Yogyakarta . Yayasan Essentia Medica
Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa : Setiawan Sari. Jakarta. EGC
Sidarta Ilyas. 2001. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. FKUI Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa : Agung Waluyo. Jakarta. EGC

15

Anda mungkin juga menyukai