Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ASKEP KMB 3

“KATARAK”

Disusun Oleh

Kelompok 2 Kelas C sebagian B

Tarisa Fitriany Hamenda 841419


Adelina Adam 841419
Asmanadiah 841419
Deswita Nur Ekawaty H. Suleman 841419
Rahmi Wiranda Usali 841419
Ramlah P. Usman 841419127
Riyandri Antula 841419
Mohamad Prajab Baderan 841419
Indah Cahyani Mamu 841419

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
KATA PENGANTAR

Pujisyukur alhamdulillah kami panjatkan kehadira tTuhan Yang Maha Esa, karena telah

melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai

pada waktunya. Terimakasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi

dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa tersusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun

terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga

kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya

makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Gorontalo, 06 Oktober 2021

Penulis
KONSEP MEDIS

A. Definisi
Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang menyebabkan gangguan
penglihatan Category of Visual Impairment Level of Visual Acuity [Snellen). (Amin
H.2015)
B. Etiologi
Pada banyak kasus, penyebabnya tidak diketahui. Katarak biasanya terjadi pada
usia lanjut dan bisa diturunkan. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan,
seperti merokok atau bahan beracun fainnya. Katarak bisa disebabkan oleh: cedera mata
penyakit metabolik(misalnya diabetes) obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
Katarak kongenitalis adalah katarak yang ditemukan pada bayi ketika lahir (atau
beberapa saat kemudian). Katarak kongenitalis bisa merupakan penyakit keturunan
(diwariskan secara autosomal dominan) atau bisa disebabkan oleh:
- Infeksi kongenital, seperti campak Jerman
- Berhubungan dengan penyakit metabolik, seperti galaktosemia.
Faktor resiko terjadinya katarak kongenitalis adalah:
- Penyakit metabolik yang diturunkan
- Riwayat katarak dalam keluarga
- Infeksi virus pada ibu ketika bayi masih dalam kandungan: Katarak pada dewasa
biasanya berhubungan dengan proses penuaan.
Katarak pada dewasa dikelompokkan menjadi:
- Katarak immatur: lensa masih memiliki bagian yang jernih
- Katarak matur: lensa sudah seluruhnya keruh.
- Katarak hipermatur: bagian permukaan lensa yang sudah merembes melalui kapsul
lensa dan bisa menyebabkan peradangan pada struktur mata lainnya.
Banyak penderita katarak yang hanya mengalami gangguan penglihatan yang ringan dan
tidak sadar bahwa mereka menderita katarak. Faktor yang mempengaruhi terjadinya
katarak adalah:
- Kadar kalsium darah yang rendah
- Diabetes
- Pemakaian kortikosteroid jangka panjang
- Berbagai penyakit peradangan dan penyakit metabolic
- Faktor lingkungan (trauma, penyinaran, sinar ultraviolet). (Amin H.2016)
C. Manifestasi Klinis
1) Penglihatan akan suatu objek benda atau cahaya menjadi kabur, buram. Bayangan
benda terlihat seakan seperti bayangan semu atau seperti asap.
2) Kesulitan melihat ketika malam hari.
3) Mataterasa sensitif bila terkena cahaya.
4) Bayangan cahaya yang ditangkap seperti sebuah lingkaran.
5) Membutuhkan pasokan cahaya yang cukup terang untuk membaca atau beraktifitas
lainnya.
6) Sering mengganti kacamata atau lensa kontak karena merasa sudah tidak nyaman
menggunakannya.
7) Warna cahaya memudar dan cenderung berubah warna saat melihat misalnya cahaya
putih yang ditangkap menjadi cahaya kuning. 8. Jika melihat hanya dengan satu mata,
bayangan benda atau cahaya terlihat ganda. (Amin H.2016)
D. Patofisiologi
Katarak pada umumnya merupakan penyakit usia lanjut dan pada usia diatas 70
tahun, dapat diperkirakan adanya katarak dalam berbagai derajat, namun katarak dapat
juga
diakibatkan oleh kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun. Secara
kimiawi, pembentukan katarak ditandai oleh berkurangnya ambilan oksigen dan
bertambahnya kandungan air yang kemudian diikuti dengan dehidrasi. Kandungan
natrium
dan kalsium bertambah, sedangkan kandungan kalium, asam askorbat dan protein
berkurang. Lensa yang mengalami katarak tidak megandung glutation. Usaha
mempercepat atau memperlambat perubahan kimiawi ini dengan cara pengobatan belum
berhasil, dan penyebab maupun implikasinya tidak diketahui. Akhir-akhir ini, peran
radiasi sinar ultraviolet sebagai salah satu faktor dalam pembentukan katarak senil,
tampak lebih nyata. Penyelidikan epidemiologi menunjukkan bahwa di daerah-daerah
yang sepanjang tahun selalu ada sinar matahari yang kauat, insiden kataraknya meningkat
pada usia 65 tahun atau lebih. Pada penelitian lebih lanjut, ternyata ada sinar ultraviolet
memang mempunyai efek terhadap lensa. Pengobatan katarak adalah dengan tindakan
pembedahan. Setelah pembedahan, lensa diganti dengan kacamata afakia, lensa kontak
atau lensa tanam intraokular.
E. Klasifikasi
a) Klasifikasi berdasarkan usia :
- Katarak kongenital
Sepertiga kasus katarak kongenital adalah diturunkan, sepertiga berkaitan dengan
penyakit sistemik, dan sisanya idiopatik. Separuh katarak kongenital disertai anomali
mata lainnya, seperti PHPV (Primary Hyperplastic Posterior Vitreous), aniridia,
koloboma, mikroftalmos, dan buftalmos (pada glaukoma infantil)
- Katarak senilis
Seiring berjalannya usia, lensa mengalami kekeruhan, penebalan, serta penurunan daya
akomodasi, kondisi ini dinamakan katarak senilis. Katarak senilis merupakan 90% dari
semua jenis katarak. Terdapat tiga jenis katarak senilis berdasarkan lokasi kekeruhannya
yaitu :
1) Katarak nuklearis
Katarak nuklearis ditandai dengan kekeruhan sentral dan perubahan warna lensa menjadi
kuning atau cokelat secara progresif perlahan-lahan yang mengakibatkan turunnya tajam
penglihatan. Derajat kekeruhan lensa dapat dinilai menggunakan slitlamp. Katarak jenis
ini biasanya terjadi bilateral, namun dapat juga asimetris. Perubahan warna
mengakibatkan penderita sulit untuk membedakan corak warna. Katarak nuklearis secara
khas lebih mengganggu gangguan penglihatan jauh daripada penglihatan dekat.1 Nukleus
lensa mengalami pengerasan progresif yang menyebabkan naiknya indeks refraksi,
dinamai miopisasi. Miopisasi menyebabkan penderita presbiopia dapat membaca dekat
tanpa harus mengenakan kacamata, kondisi ini disebut sebagai second sight.
2) Katarak kortikal
Katarak kortikal berhubungan dengan proses oksidasi dan presipitasi protein pada sel-sel
serat lensa. Katarak jenis ini biasanya bilateral, asimetris, dan menimbulkan gejala silau
jika melihat ke arah sumber cahaya. Tahap penurunan penglihatan bervariasi dari lambat
hingga cepat. Pemeriksaan slitlamp berfungsi untuk melihat ada tidaknya vakuola
degenerasi hidropik yang merupakan degenerasi epitel posterior, dan menyebabkan lensa
mengalami elongasi ke anterior dengan gambaran seperti embun.
3) Katarak subkapsuler
Katarak ini dapat terjadi di subkapsuler anterior dan posterior. Pemeriksaannya
menggunakan slitlamp dan dapat ditemukan kekeruhan seperti plak di korteks
subkapsuler posterior. Gejalanya adalah silau, penglihatan buruk pada tempat terang, dan
penglihatan dekat lebih terganggu daripada penglihatan jauh. (Amin H.2016)
F. Prognosis
Prognosis katarak sangat bergantung pada derajat keparahan serta intervensi yang
dilakukan yang akan berpengaruh pada kualitas hidup pasien.Jika katarak tidak ditangani
dan dibiarkan untuk berprogresi, katarak dapat menyebabkan kebutaan fungsional.
Operasi katarak pada umumnya dapat mengembalikan penglihatan seperti pada saat
prekatarak jika tidak terdapat proses penyakit posterior mata lainnya.
G. Pemeriksaan Penunjang
1) Kartu mata snellen / mesin telebinokuler: mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf,
penglihatan ke retina.
2) Lapang Penglihatan penurunan mungkin karena massa tumor, karotis, glukoma.
3) Pengukuran Tonografi: TIO (12-25 mmHg)
4) Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
5) Tes Provokatif :menentukan adanya/ tipe glaukoma
6) Oftalmoskopi mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema,
perdarahan.
7) Darah lengkap, LED: menunjukkan anemi sistemik/infeksi.
8) EKG, kolesterol serum, lipid, Tes toleransi glukosa: kotrol DM. (Amin H.2016)
H. Penatalaksanaan
Meski telah banyak usaha yang dilakukan untuk memperlambat progresivitas atau
mencegah terjadinya katarak, tatalaksana masih tetap dengan pembedahan. (Vaughan DG
& Arif, Mansjoer)
a) Penataksanaan Non-Bedah
1) Terapi Penyebab Katarak
Pengontrolan diabetes melitus, menghentikan konsumsi obat-obatan yang bersifat
kataraktogenik seperti kortikosteroid, fenotiasin, dan miotik kuat, menghindari
iradiasi (inframerah atau sinar-X) dapat memperlambat atau mencegah terjadinya
proses kataraktogenesis.
2) Memperlambat Progresivitas
3) Penilaian terhadap perkembangan Visus pada Katarak insipien dan Imatur
- Refraksi; dapat berubah sangat cepat, sehingga harus sering dikoreksi.
- Pengaturan pencahayaan; pasien dengan kekeruhan di bagian perifer lensa (area pupil
masih jernih) dapat diinstruksikan menggunakan pencahayaan yang terang. Berbeda
dengan kekeruhan pada bagian sentral lensa, cahaya remang yang ditempatkan di
samping dan sedikit di belakang kepala pasien akan memberikan hasil terbaik.
- Penggunaan kacamata gelap; pada pasien dengan kekeruhan lensa di bagian sentral,
hal ini akan memberikan hasil yang baik dan nyaman apabila beraktivitas di luar
ruangan.
- Midriatil dilatasi pupil akan memberikan efek positif pada lataral aksial dengan
kekeruhan yang sedikit. Midriatil seperti fenilefrin 5% atau tropikamid 1% dapat
memberikan penglihatan yang jelas, Pembedahan Katarak
Indikasi penatalaksanaan bedah pada kasus katarak mencakup:
1. Indikasi visus; merupakan indikasi paling sering.
2. Indikasi medis
3. Indikasi kosmetik. (Amin H.2016)
I. Komplikasi
Komplikasi menurut ( Kimberly A.J. Bilotta., 2014)
- Kehilangan penglihatan total
- Komplikasi pembedahan yang mungkin terjadi :
a. Penurunan cairan viterus
b. Dehisens luka
c. Hifema
d. Glukoma yang menyumbat pupil
e. Ablasio retina
f. Infeksi
J. Pencegahan
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah katarak, antara lain:
1. Memeriksakan mata secara teratur pada dokter spesialis mata.
2. Melindungi mata dari benturan dan cahaya matahari yang terlalu lama, dengan
menggunakan kacamata yang melindungi dari sinar ultraviolet baik UVA dan UVB.
3. Mempertahankan kadar gula darah agar tetap normal, pada pengidap diabetes.
4. Membatasi kebiasaan menyetir di malam hari.
5. Memperbaiki pencahayaan di rumah.
6. Menggunakan kaca pembesar saat membaca. (Amin H.2016)
BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama : Tidak Terkaji
Usia : Tidak Terkaji
Jenis kelamin : Tidak Terkaji
Agama : Tidak Terkaji
Alamat : Tidak Terkaji
Pendidikan : Tidak Terkaji
Pekerjaan : Tidak Terkaji
Suku Bangsa : Tidak Terkaji
Tanggal masuk : Tidak Terkaji
Tanggal Keluar : Tidak Terkaji
No. Registrasi : Tidak Terkaji
Diagnosa Medis : Katarak
2. Identitas Penganggung Jawab
Nama : Tidak Terkaji
Umur : Tidak Terkaji
Hubungan dengan Pasien : Tidak Terkaji
Pekerjaan : Tidak Terkaji
Alamat : Tidak Terkaji
3. Keluhan Utama
Biasanya mengeluhkan penglihatan menjadi kabur dan buram serta melihat bayangan
terlihat seakan seperti bayangan semu atau seperti asap
4. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan lainnya berupa kesulitan melihat ketika malam hari, sensitive
terhadap cahaya, harus membutuhkan pasokan cahaya yang cukup terang
untuk membaca atau beraktifitas, sering mengganti kacamata atau lensa
kontak karena tidak nyaman, serta melihat warna yang memudar dan
cenderung berubah.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Mengalami infeksi kongenital, infeksi virus pada ibu ketika bayi masih dalam
kandungan, mengalami cedera mata oleh penyakit metabolik seperti diabetes
atau obat-obatan tertentu seperti kortikosteroid
c. Riwayat kesehatan keluarga
Terdapat riwayat katarak dalam keluarga

5. Pola Kebutuhan Dasar


a. Aktifitas /istirahat
Terdapat perubahan aktifitas pada kegiatan yang berhubungan dengan
gangguan penglihatan
b. Eliminasi
Tidak terkaji
c. Makanan/cairan
Tidak terkaji
d. Nyeri/kenyamanan
Ketidaknyamanan ringan/mata berair, nyeri tiba-tiba yang menetap atau
tekanan pada atau sekitar mata, nyeri kepala
e. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Merasa gelisah akibat fungsi pernglihatan yang menurun
f. Interaksi sosial
Terhambatnya komunikasi karen gangguan penglihatan
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Gelisah
b. Tanda-tanda Vital
HR : Tidak terkaji
RR : Tidak terkaji
Suhu : Tidak terkaji
TD : Tidak terkaji
c. Keadaan fisik
1) Kepala
a) Rambut : Tidak terkaji
b) Wajah : Tidak terkaji
c) Mata : Terdapat penglihatan kabur/berawan, sensitive
terhadap cahaya, perubahan persepsi warna, tampak kecoklatan atau putih
susu pada pupil, atau kornea berawan
d) Hidung : Tidak terkaji
e) Mulut : Tidak terkaji
2) Leher : Tidak terkaji
3) Dada/pernapasan
a) Inspeksi : Tidak terkaji
b) Palpasi : Tidak terkaji
c) Perkusi : Tidak terkaji
d) Auskultasi : Tidak terkaji
4) Jantung
a) Inspeksi : Tidak terkaji
b) Palpasi : Tidak terkaji
c) Perkusi : Tidak terkaji
d) Auskultasi : Tidak terkaji
5) Abdomen
a) Inspeksi : Tidak terkaji
b) Auskultasi : Tidak terkaji
c) Palpasi : Tidak terkaji
d) Perkusi : Tidak terkaji
6) Genitourinaria : Tidak terkaji
7) Ekstermitas : Tidak terkaji
8) Integumen : Tidak terkaji
9) Neurologi : Terdapat gangguan penglihatan berupa penglihatan
kabur, sensitive terhadap cahaya, serta perubahan persepsi warna
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Kartu mata snellen / mesin telebinokuler: mungkin terganggu dengan
kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit
sistem saraf, penglihatan ke retina.
b. Lapang Penglihatan penurunan mungkin karena massa tumor, karotis,
glukoma.
c. Pengukuran Tonografi: TIO (12-25 mmHg)
d. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glukoma.
e. Tes Provokatif :menentukan adanya/ tipe glaukoma
f. Oftalmoskopi mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, h.(2015).Aplikasi Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi

Revisi Jilid 2.Jokjakarta:Mediaction Publishing

Kimberly A.J. Bilotta (2014). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan

Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai