Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di
dalam kapsul lensa. Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa
atau kapsul lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih
dari 65 tahun. Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya
terjadi akibat proses penuaan dapat timbul pada saat kelahiran (katarak congenital). Dapat
juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul, penggunaan kortikosteroid
jangka panjang, penyakit sistemis seperti diabetes mellitus atau hipoparatiroidisme,
pemejanan radiasi, pemajanan yang lama sinar mata hari (sinar ultra violet), atau kelainan
mata lain seperti uveitis anterior.
Katarak menyebabkan penglihatan menjadi berkabut/buram. Katarak merupakan
keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau
denaturasi protein lensa, sehingga pandangan seperti tertutup air terjun atau kabut merupakan
penurunan progresif kejernihan lensa, sehingga ketajaman penglihatan berkurang .

B. Etiologi
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang.
Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas. Akan tetapi, katarak
dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat hamil muda. Penyebab
katarak lainnya meliputi:
a) Faktor keturunan.
b) Cacat bawaan sejak lahir.
c) Masalah kesehatan, misalnya diabetes.
d) Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.
e) Gangguan metabolisme seperti DM (Diabetus Melitus)
f) Gangguan pertumbuhan,
g) Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.
h) Rokok dan Alkohol
i) Operasi mata sebelumnya.

1
j) Trauma (kecelakaan) pada mata.
k) Faktor-faktor lainya yang belum diketahui

C. Patofisiologi
Lensa mata mengandung tiga komponen anatomis: nucleus, korteks dan kapsul.
Nukleus mengalami perubahan warna coklat kekuningan seiring dengan bertambahnya usia.
Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri dianterior dan posterior nukleus. Opasitas
pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna. Perubahan fisik dan
kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Salah satu teori menyebutkan
terputusnya protein lensa normal terjadi disertai infulks air kedalam lensa proses ini
mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain
mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peranan dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada
kebanyakan pasien menderita katarak.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparasi.
Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjangdari badan silier sekitar
daerah di luar lensa, misalnya, dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi.
Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan kogulasi, sehingga mengabutkan
pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan
terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini
mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain
mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi.
Jumlah enzim akan menurun denga bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien
yang menderita katarak.
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda. Dapat
disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis, seperti diabetes, namun sebenarnya
merupakan konsekwensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak berkembang
secara kronik dan “matang” ketika orang memasuki dekadeke tujuh. Katarak dapat bersifat
kongenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan
ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling sering yang berperan

2
dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alkohol, merokok,
diabetes, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama.

Pathway

3
D. Manifestasi Klinis

4
Biasanya gejala berupa keluhan penurunan tajam pengelihatan secara progresif (seperti
rabun jauh memburuk secara progresif). Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil
mata seakan akan bertambah putih. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan
tampak benar-benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif (-). Bila
Katarak dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan dapat menimbulkan
komplikasi berupa glaukoma dan uveitis.
Gejala umum gangguan katarak meliputi :
1) Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek
2) Peka terhadap sinar atau cahaya
3) Dapat melihat dobel pada satu mata
4) Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca
5) Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu

E. Klasifikasi
Katarak dapat diklasifikasikan menurut umur penderita:
1) Katarak Kongenital, sejak sebelum berumur 1 tahun sudah terlihat disebabkan oleh
infeksi virus yang dialami ibu pada saat usia kehamilan masih dini (Farmacia, 2009).
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir
dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan
pada bayi yang cukup berarti terutama akibat penanganannya yang kurang tepat.
Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang
menderita penyakit rubela, galaktosemia, homosisteinuri, toksoplasmosis, inklusi
sitomegalik,dan histoplasmosis, penyakit lain yang menyertai katarak kongenital
biasanya berupa penyakit-penyakt herediter seperti mikroftlmus, aniridia, koloboma iris,
keratokonus, iris heterokromia, lensa ektopik, displasia retina, dan megalo kornea. Untuk
mengetahui penyebab katarak kongenital diperlukan pemeriksaan riwayat prenatal infeksi
ibu seperti rubela pada kehamilan trimester pertama dan pemakainan obat selama
kehamilan. Kadang-kadang terdapat riwayat kejang, tetani, ikterus, atau
hepatosplenomegali pada ibu hamil. Bila katarak disertai uji reduksi pada urine yang
positif, mungkin katarak ini terjadi akibat galaktosemia. Sering katarak kongenital
ditemukan pada bayi prematur dan gangguan sistem saraf seperti retardasi mental.

5
Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu dilakukan karena ada hubungan katarak
kongenital dengan diabetes melitus, fosfor, dan kalsium. Hampir 50 % katarak kongenital
adalah sporadik dan tidak diketahui penyebabnya. Pada pupil bayi yang menderita
katarak kongenital akan terlihat bercak putih atau suatu leukokoria.
2) Katarak Juvenil, Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai
terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil
biasanya merupakan kelanjutan katarak kongenital. Katarak juvenil biasanya merupakan
penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit lainnya
3) Katarak Senil, setelah usia 50 tahun akibat penuaan. Katarak senile biasanya berkembang
lambat selama beberapa tahun, Kekeruhan lensa dengan nucleus yang mengeras akibat
usia lanjut yang biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. (Ilyas, Sidarta: Ilmu
Penyakit Mata, ed. 3). Katarak Senil sendiri terdiri dari 4 stadium, yaitu:
a) Stadium awal (insipien).
Pada stadium awal (katarak insipien) kekeruhan lensa mata masih sangat
minimal, bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa. Pada saat ini
seringkali penderitanya tidak merasakan keluhan atau gangguan pada penglihatannya,
sehingga cenderung diabaikan. Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji
menuju korteks anterior dan posterior ( katarak kortikal ). Vakuol mulai terlihat di
dalam korteks. Katarak sub kapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior
subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan dan korteks berisi
jaringan degenerative(benda morgagni)pada katarak insipient kekeruhan ini dapat
menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua
bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.
b) Stadium imatur
Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak
atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang
jernih pada lensa. Pada stadium ini terjadi hidrasi kortek yang mengakibatkan lensa
menjadi bertambah cembung. Pencembungan lensa akan mmberikan perubahan
indeks refraksi dimana mata akan menjadi mioptik. Kecembungan ini akan
mengakibatkan pendorongan iris kedepan sehingga bilik mata depan akan lebih
sempit.

6
c) Stadium matur
Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama-sama
hasil desintegrasi melalui kapsul. Didalam stadium ini lensa akan berukuran normal.
Iris tidak terdorong ke depan dan bilik mata depan akan mempunyai kedalaman
normal kembali. Kadang pada stadium ini terlihat lensa berwarna sangat putih
akibatperkapuran menyeluruh karena deposit kalsium ( Ca ). Bila dilakukan uji
bayangan iris akan terlihat negatif.( Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed.
2,).
d) Stadium hipermatur. Katarak yang terjadi akibatkorteks yang mencair sehingga masa
lensa ini dapat keluar melalui kapsul. Akibat pencairan korteks ini maka nukleus
"tenggelam" kearah bawah (jam 6)(katarak morgagni). Lensa akan mengeriput.
Akibat masa lensa yang keluar kedalam bilik mata depan maka dapat timbul penyulit
berupa uveitis fakotoksik atau galukoma fakolitik (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa
Mata Keruh, ed. 2,).
4) Katarak Intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa
degenerative yang menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa disertai
pembengkakan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga
bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini
akan dapat memberikan penyulit glaucoma.
5) Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan
miopi lentikularis. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga akan
mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang meberikan miopisasi. Pada
pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat
lensa. (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,)
6) Katarak Brunesen. Katarak yang berwarna coklat sampai hitam (katarak nigra) terutama
pada lensa, juga dapat terjadi pada katarak pasien diabetes militus dan miopia tinggi.
Sering tajam penglihatan lebih baik dari dugaan sebelumnya dan biasanya ini terdapat
pada orang berusia lebih dari 65 tahun yang belum memperlihatkan adanya katarak
kortikal posterior. (Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3)

7
Tabel Perbedaan karakteristik Katarak (Ilyas, 2001)

Insipien Imatur Matur Hipermatur

Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif

Cairan Lensa Normal Bertambah Normal Berkurang

Iris Normal Terdorong Normal Tremulans

Bilik mata depan Normal Dangkal Normal Dalam

Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka

Shadow test (-) (+) (-) +/-

Visus (+) < << <<<

Penyulit (-) Glaukoma (-) Uveitis+glaukom


a

Klasifikasi katarak berdasarkan lokasi terjadinya:


1) Katarak Inti ( Nuclear )
Merupakan yang paling banyak terjadi. Lokasinya terletak pada nukleus atau bagian
tengah dari lensa. Biasanya karena proses penuaan.
2) Katarak Kortikal
Katarak kortikal ini biasanya terjadi pada korteks. Mulai dengan kekeruhan putih mulai
dari tepi lensa dan berjalan ketengah sehingga mengganggu penglihatan. Banyak pada
penderita DM.
3) Katarak Subkapsular.
Mulai dengan kekeruhan kecil dibawah kapsul lensa, tepat pada lajur jalan sinar masuk.
DM, renitis pigmentosa dan pemakaian kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama
dapat mencetuskan kelainan ini. Biasanya dapat terlihat pada kedua mata.

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Keratometri
2. Pemeriksaan lampu slit

8
3. Oftalmoskopis
4. A-scan ultrasound (echography)
5. Hitung sel endotel sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya bila
dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan. Dengan hitung sel endotel 2000 sel/mm3,
pasien ini merupakan kandidat yang baik untuk dilakukan fakoemulsifikasi dan
implantasi IOL.

G. Penatalaksanaan
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke titik
di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya konservatif.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja
ataupun keamanan.  Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang
dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandang mempengaruhi
keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi segmen posterior sangat perlu untuk
mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina atau sarf optikus, seperti
diabetesdanglaukoma.
Ada 2 macam teknik pembedahan ;
1. Ekstraksi katarak intrakapsuler Adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan.
2. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai
sampai 98 % pembedahan katarak.  Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata
selama pembedahan.

H. Pengobatan
Satu-satunya adalah dengan cara pembedahan ,yaitu lensa yang telah keruh diangkat
dan sekaligus ditanam lensa intraokuler sehingga pasca operasi tidak perlu lagi memakai
kaca mata khusus (kaca mata aphakia). Setelah operasi harus dijaga jangan sampai terjadi
infeksi.
Pembedahan dilakukan bila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa
sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila telah menimbulkan penyulit seperi
glaukoma dan uveitis. Teknik yang umum dilakukan adalah ekstraksi katarak ekstrakapsular,
dimana isi lensa dikeluarkan melalui pemecahan atau perobekan kapsul lensa anterior

9
sehingga korteks dan nukleus lensa dapat dikeluarkan melalui robekan tersebut. Namun
dengan tekhnik ini dapat timbul penyulit katarak sekunder. Dengan tekhnik ekstraksi katarak
intrakapsuler tidak terjadi katarak sekunder karenaseluruh lensa bersama kapsul dikeluarkan,
dapat dilakukan pada yang matur dan zonula zinn telah rapuh, namun tidak boleh dilakukan
pada pasien berusia kurang dari 40 tahun, katarak imatur, yang masih memiliki zonula zinn.
Dapat pula dilakukan tekhnik ekstrakapsuler dengan fakoemulsifikasi yaitu fragmentasi
nukleus lensa dengan gelombang ultrasonik, sehingga hanya diperlukan insisi kecil, dimana
komplikasi pasca operasi lebih sedikit dan rehabilitasi penglihatan pasien meningkat.

I. Komplikasi
Ambliopia sensori, penyulit yg terjadi berupa visus tdk akan mencapai 5/5. Komplikasi
yang terjadi yaitu nistagmus dan strabismus.

10
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Anamnesa
Anamnesa yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah :
1) Identitas / Data demografi
Berisi nama, usia (Katarak bisa terjadi pada semua umur tetapi pada umumnya pada
usia lanjut dan Pada pasien dengan katarak konginetal biasanya sudah terlihat pada
usia di bawah 1 tahun, sedangakan pasien dengan katarak juvenile terjadi pada usia <
40 tahun, pasien dengan katarak presenil terjadi pada usia sesudah 30-40 tahun, dan
pasien dengan katark senilis terjadi pada usia > 40 tahun), jenis kelamin, pekerjaan
yang sering terpapar sinar matahari secara langsung atau Pada pekerjaan laboratorium
atau yang berhubungan dengan bahan kimia atau terpapar radioaktif/sinar-X, tempat
tinggal sebagai gambaran kondisi lingkungan dan keluarga,  dan keterangan lain
mengenai identitas pasien.
2) Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama pasien katarak biasanya antara lain :
 Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala utama katarak).
 Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah.
 Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film.
 Perubahan daya lihat warna.
 Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan
mata.
 Lampu dan matahari sangat mengganggu.
 Sering meminta ganti resep kaca mata.
 Lihat ganda.
 Baik melihat dekat pada pasien rabun dekat (hipermetropia).
 Gejala lain juga dapat terjadi pada kelainan mata lain.
11
3) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang dimiliki oleh pasien seperti :
 DM
 Hipertensi
 Pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya memicu resiko
katarak.
4) Aktifitas istirahat
Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas biasanya atau
hobi yang berhubungan dengan gangguan penglihatan.
5) Neurosensori
Gejala yang terjadi pada neurosensori adalah gangguan penglihatan kabur/tidak jelas,
sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer,
kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat atau merasa di ruang gelap. Penglihatan
berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi di sekitar sinar, perubahan kaca
mata, pengobatan tidak memperbaiki penglihatan, fotophobia (glukoma akut). Gejala
tersebut ditandai dengan mata tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil
(katarak), pupil menyempit dan merah atau mata keras dan kornea berawan (glukoma
berat dan peningkatan air mata)
6) Nyeri/kenyamanan
Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan/atau mata berair. Nyeri tiba-tiba/berat
menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit kepala.
7) Pembelajaran/pengajaran
Pada pengkajian klien dengan gangguan mata (katarak) kaji riwayat keluarga apakah
ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat stress, alergi,
gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena, ketidakseimbangan endokrin
dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin.
b. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : Dalam inspeksi, bagian-bagian mata yang perlu di amati adalah dengan melihat
lensa mata melalui senter tangan (penlight), kaca pembesar, slit lamp, dan oftalmoskop
sebaiknya dengan pupil berdilatasi. Dengan penyinaran miring (45 derajat dari poros
mata) dapat dinilai kekeruhan lensa dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang

12
keruh (iris shadow). Bila letak bayangan jauh dan besar berarti kataraknya imatur, sedang
bayangan kecil dan dekat dengan pupil terjadi pada katarak matur.

c. Pemeriksaan Diagnostik
1) Kartu mata Snellen/mesin telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan): mungkin terganggu dengan kerusakan lensa, system saraf atau
penglihatan ke retina ayau jalan optic.
2) Pemeriksaan oftalmoskopi: mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi
lempeng optic, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisme.
3) Darah lengkap, laju sedimentasi (LED) : menunjukkan anemi sistemik/infeksi.
4) EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: dilakukan untuk memastikan
aterosklerosis.
5) Tes toleransi glukosa / FBS : menentukan adanya/ control diabetes.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre Operatif
1) Gangguan sensori-perseptual: penglihatan b/d gangguan penerima sensori/status
organ indera, lingkungan secara terapeutik dibatasi.
2) Resiko cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan-kehilangan
vitreus, pandangan kabur
3) Kecemasan b/d kurang terpapar terhadap informasi tentang prosedur tindakan
pembedahan
b. Post Operatif
1) Nyeri akut berhubungan dengan trauma insisi
2) Gangguan persepsi sensori- perceptual penglihatan berhubungan dengan fungsi mata
terpasang bebat
3) Kurang pengetahuan berhubungan dengan prognosis, pengobatan, kurang terpajan
informasi, keterbatasan kognitif.
4) Risiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasif (bedah pengangkatan katarak).

13
3. Intervensi
a. Pre-Operatif
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Setelah dilakukan asuhan Mandiri Mandiri
keperawatan selama 3x24jam
1)    Kaji ketajaman peng-
1)    Kebutuhan tiap
diharapkan dapat meningkatkan lihatan, catat apakah individu dan pilihan
ketajaman penglihatan dalam satu atau dua mata intervensi bervariasi
batas situasi individu dengan terlibat. sebab kehilangan
Kriteria Hasil : penglihatan terjadi
     Mengenal gangguan sensori lambat dan progresif.
dan berkompensasi terhadap
2)    Orientasikan klien
2)    Memberikan
perubahan. tehadap lingkungan. peningkatan
     kenyamanan dan
Mengidentifikasi/memperbaiki kekeluargaan, menurun-
potensial bahaya dalam kan cemas dan
lingkungan. disorientasi pasca
operasi.
3)    Observasi tanda-
3)    Terbangun dalam
tanda disorientasi. lingkungan yang tidak
di kenal dan mengalami
keterbatasan penglihatan
dapat mengakibatkan
kebingungan terhadap
orang tua .
4)    Memberikan rangsang
sensori tepat terhadap
4)    Pendekatan dari sisi isolasi dan menurunkan
yang tak dioperasi, bingung.

14
bicara dengan
5)    Perubahan ketajaman
menyentuh. dan kedalaman persepsi
5)    Ingatkan klien dapat menyebabkan
menggunakan bingung penglihatan dan
kacamata katarak yang meningkatkan resiko
tujuannya cedera sampai pasien
memperbesar kurang belajar untuk
lebih 25 persen, mengkompensasi.
penglihatan perifer
6)    Memungkinkan pasien
hilang dan buta titik melihat objek lebih
mungkin ada. mudah dan
6)    Letakkan barang memudahkan panggilan
yang untuk pertolongan bila
dibutuhkan/posisi bel diperlukan.
pemanggil dalam
jangkauan/posisi yang
tidak dioperasi.
2 Setelah dilakukan asuhan Mandiri: Mandiri:
keperawatan selama 3x24jam
1)    Diskusikan apa yang
1)    Membantu mengurangi
diharapkan tidak terjadi cedera terjadi pada rasa takut dan
dengan criteria hasil: pascaoperasi tentang meningkatkan kerja
     Menyatakan pemahaman nyeri, pembatasan sama dalam pembatasan
faktor yang terlibat dalam aktivitas, penampilan, yang diperlukan.
kemungkinan cedera. balutan mata. 2)    Menurunkan tekanan
     Mengubah lingkungan sesuai
2)    Beri pasien posisi pada mata yang sakit,
indikasi untuk meningkatkan bersandar, kepala meminimalkan risiko
keamanan. tinggi, atau miring ke perdarahan atau stress
sisi yang tak sakit pada jahitan/jahitan
sesuai keinginan. terbuka.
3)    Menurunkan stress
pada area

15
3)    Batasi aktivitas operasi/menurunkan
seperti menggerakkan TIO.
kepala tiba-tiba,
menggaruk mata,
membongkok. 4)    Memerlukan sedikit
4)    Ambulasi dengan regangan daripada
bantuan; berikan penggunaan pispot,
kamar mandi khusus yang dapat
bila sembuh dengan meningkatkan TIO.
anastesi. 5)    Meningkatkan relaksasi
5)    Anjurkan dan koping,
menggunakan teknik menurunkan TIO.
manajemen stres
contoh, bimbingan
imajinasi, visualisasi,
nafas dalam, dan
latihan relaksasi. 6)    Digunakan untuk
6)    Pertahankan melindungi dari cedera
perlindungan mata kecelakaan dan
sesuai indikasi. menurunkan gerakan
mata.
7)    Menunjukkan prolaps
7)    Observasi iris atau rupture luka
pembekakan luka, disebabkan oleh
bilik anterior kempis, kerusakan jahitan atau
pupil berbentuk buah tekanan mata.
pir.
Kolaborasi:
Kolaborasi: 8)    Mual/muntah dapat
8)    Berikan obat sesuai meningkatkan TIO.
indikasi: Memerlukan tindakan

16
Antiemetic, contoh segera untuk mencegah
proklorperazin cedera okuler.
(Compazine), Diberikan untuk
Asetazolamid menurunkan TIO bila
terjadi peningkatan.
Membatasi kerja enzim
pada produksi akueus
humor

17
3 Setelah dilakukan asuhan
1)    Kaji tingkat
1)    Derajat kecemasan
keperawatan 2x24 jam kecemasan pasien dan akan dipengaruhi
diaharapkan kecemasan px catat adanya tanda- bagaimana informasi
berkurang dengan criteria hasil: tanda verbal dan tersebut diterima oleh
     Pasien mengungkapkan dan nonverbal. individu.
mendiskusikan rasa
cemas/takutnya. 2)    Beri kesempatan
2)    Mengungkapkan rasa
     Pasien tampak rileks tidak pasien untuk takut secara terbuka
tegang dan melaporkan mengungkapkan isi dimana rasa takut dapat
kecemasannya berkurang sampai pikiran dan perasaan ditujukan.
pada tingkat dapat diatasi. takutnya.
     Pasien dapat mengungkapkan
3)    Observasi tanda vital
3)    Mengetahui respon
pemahaman mengenai informasi dan peningkatan fisiologis yang
pembedahan yang diterima. respon fisik pasien. ditimbulkan akibat
kecemasan.
4)    Beri penjelasan
4)    Meningkatkan
pasien tentang pengetahuan pasien
prosedur tindakan dalam rangka
operasi, harapan dan mengurangi kecemasan
akibatnya. dan kooperatif.

5)    Mengurangi kecemasan


5)    Beri penjelasan dan dan meningkatkan
suport pada pasien pengetahuan.
pada setiap melakukan
prosedur tindakan 6)    Mengurangi perasaan
6)    Lakukan orientasi takut dan cemas.
dan perkenalan pasien
terhadap ruangan,
petugas, dan peralatan
yang akan digunakan.

18
b. Post Operatif
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Setelah diberikan asuhan
1)    Kaji tngkat nyeri 1) skala nyeri yang
keperawatan selama 3 x 24 jam pasien dengan tinggi dan disertai
diharapkan nyeri pasien dapat menggunakan skala peningkatan nadi
berkurang / hilang nyeri dan pengukuran dapat
Kriteria hasil : TTV menggambarkan
- klien dapat mengontrol tingkat nyeri yang di
nyerinya 2)    Berikan kompres rasakan oleh pasien
Skala nyeri 0 (0-10) dingin sesuai dengan 2) mengurangi edema
permintaan untuk akan mengurangi
trauma tumpul nyeri
3)    Kurangi tingkat
pencahayaan

4)    Berikan obat untuk 3) cahaya yang kuat


mengontrol nyeri dan menyebabkan rasa
TIO sesuai dengan tak nyaman
resep 4) pemakaian sesuai
resep akan
mengurangi nyeri dan
TIO
2 Setelah dilakukan asuhan Mandiri Mandiri
keperawatan selama 3x24jam
1.    Kaji ketajaman peng-
1.    Kebutuhan tiap
diharapkan dapat meningkatkan lihatan, catat apakah individu dan pilihan
ketajaman penglihatan dalam satu atau dua mata intervensi bervariasi
batas situasi individu dengan terlibat. sebab kehilangan
Kriteria Hasil : penglihatan terjadi
     Mengenal gangguan sensori lambat dan progresif.
dan berkompensasi terhadap
2.    Orientasikan klien
2.    Memberikan
perubahan. tehadap lingkungan. peningkatan

19
     kenyamanan dan
Mengidentifikasi/memperbaiki kekeluargaan,
potensial bahaya dalam menurun-kan cemas
lingkungan. dan disorientasi pasca
3.    Observasi tanda-tanda operasi.
disorientasi. 3.    Terbangun dalam
lingkungan yang
tidak di kenal dan
mengalami
keterbatasan
penglihatan dapat
mengakibatkan
kebingungan terhadap
4.    Pendekatan dari sisi orang tua .
yang tak dioperasi,
4.    Memberikan
bicara dengan rangsang sensori
menyentuh. tepat terhadap isolasi
5.    Ingatkan klien dan menurunkan
menggunakan bingung.
kacamata katarak yang
tujuannya 5.    Perubahan ketajaman
memperbesar kurang dan kedalaman
lebih 25 persen, persepsi dapat
penglihatan perifer menyebabkan
hilang dan buta titik bingung penglihatan
mungkin ada. dan meningkatkan
6.    Letakkan barang yang resiko cedera sampai
dibutuhkan/posisi bel pasien belajar untuk
pemanggil dalam mengkompensasi.
jangkauan/posisi yang
tidak dioperasi. 6.    Memungkinkan

20
pasien melihat objek
lebih mudah dan
memudahkan
panggilan untuk
pertolongan bila
diperlukan.
3 Setelah dilakukan asuhan Mandiri : Mandiri:
keperawatan selama 3x24jam
1)      Kaji informasi
1)    Meningkatkan
diharapkan pengetahuan px tentang kondisi, pemahaman dan
bertambah dengan criteria hasil: prognosis, tipe meningkatkan kerja
     Menyatakan pemahaman prosedur/lensa. sama dengan program
kondisi/proses penyakit dan pasca operasi.
pengobatan. 2)    Pengawasan periodik
Melakukan dengan prosedur
2)      Tekankan pentingnya menurunkan resiko
benar dan menjelaskan alasan evaluasi perawatan komplikasi serius.
tindakan. rutin. Beritahu untuk Pada beberapa pasien
melaporkan kapsul posterior dapat
penglihatan berawan. menebal atau menjadi
berkabut dalam dua
minggu sampai
beberapa tahun pasca
operaasi, memerlukan
terapi laser untuk
memperbaiki defisit
penglihatan.
3)    Dapat bereaksi
silang/campur dengan
3)      Informasikan pasien obat yang diberikan.
untuk menghindari
tetes mata yang dijual
4)    Penggunaan obat
bebas. mata topikal, contoh

21
4)      Diskusikan agen
kemungkinan efek atau simpatomimetik,
interaksi antara obat penyekat beta, dan
mata dan masalah agen anti kolinergik
medis pasien, contoh dapat menyebabkan
peningkatan hipertensi, TD meningkat pada
PPOM, diabetes. pasien hipertensi;
Ajarkan metode yang pencetus dispnea
tepat memasukkan obat pada pasien PPOM;
tetes untuk gejala krisis
meminimalkan efek hipoglikemik pada
sistemik. diabetes tergantung
pada insulin.
Tindakan benar dapat
membatasi absorbsi
dalam sirkulasi
sistemik,
meminimalkan
masalah seperti
interaksi obat dan
efek sistemik tak
5)      Anjurkan pasien diinginkan.
menghindari membaca,
5)    Aktivitas yang
berkedip: mengangkat menyebabkan mata
berat, mengejan saat lelah atau regang,
defekasi, membongkok manufer Valsalva,
pada panggul, meniup atau meningkatkan
hidung; penggunaan TIO dapat
sprei, bedak bubuk, mempengaruhi hasil
merokok (sendiri/orang bedah dan
lain). mencetuskan

22
pendarahan. Catatan:
6)      Dorong aktivitas iritasi pernafasan
pengalih seperti yang menyebabkan
mendengar radio, batuk/bersin dapat
berbincang-bincang, meningkatkan TIO.
menonton televisi.
6)    Memberikan
masukan sensori,
mempertahankan rasa
normalitas, melalui
waktu lebih mudah
bila tak mampu
menggunakan
penglihatan secara
penuh. Catatan:
menonton televisi
frekuensi sedang
7)      Anjurkan pasien menuntut sedikit
memeriksa ke dokter gerakan mata dan
tentang aktivitas sedikit menimbulkan
seksual. stres dibanding
8)      Tekankan kebutuhan membaca.
untuk menggunakan
7)    Dapat meningkatkan
kaca pelindung selama TIO, menyebabkan
hari cedera kecelakaan
pembedahan/penutup pada mata.
pada malam. 8)    Mecegah cedera
kecelakaan pada mata
9)      Anjurkan pasien dan menurunkan
tidur terlentang, resiko peningkatan
mengatur intensitas TIO sehubungan

23
lampu dan dengan berkedip atau
menggunakan kaca posisi kepala.
mata gelap bila
9)    Mencegah cedera
keluar/dalam ruangan kecelakaan pada
terang, keramas dengan mata.
kepala kebelakang
(bukan kedepan), batuk
dengan mulut/mata
terbuka.
10)  Anjurkan mengatur
posisi pintu sehingga
mereka terbuka atau
tertutup penuh: pindah
kan perabot dari lalu
lalang.

11)  Dorong pemasukan


10) Menurunkan
cairan adekuat, makan penglihatan perifer
berserat atau kasar: atau gangguan
gunakan pelunak feses kedalaman persepsi
yang dijual bebas bila dapat menyebabkan
diindikasikan. pasien jalan ke dalam
12)  Identifikasi pintu yang terbuka
tanda/gejala sebagian atau
memerlukan upaya menabrak perabot.
evaluasi medis, contoh
11) Mempertahankan
nyeri tajam tiba-tiba, konsistensi feses
penurunan penglihatan, untuk menghindari
kelopak bengkak, mengejan.
drainase purulen,
kemerahan, mata

24
berair, fotofobia.

12) Intervensi dini dapat


mencegah terjadinya
komplikasi serius,
kemungkinan
kehilangan
penglihatan.

4 Setelah dilakukan asuhan Mandiri Mandiri


keperawatan selama 3x24jam
1)    Diskusikan
1)    Menurunkan jumlah
diharapkan tidak terjadi infeksi pentingnya mencuci bakteri pada tangan,
dengan criteria hasil : tangan sebelum mencegah
  Meningkatkan penyembuhan menyentuh/mengobati kontaminasi area
luka tepat waktu, bebas drainase mata. operasi.
purulen, eritema dan demam 2)    Gunakan/tunjukkan
  Mengidentifikasi intervensi teknik yang tepat untuk
2)    Teknik aseptik
untuk mencegah/menurunkan membersihkan mata menurunkan risiko
risiko infeksi. dari dalam ke luar penyebaran bakteri
dengan tisu basah/bola dan kontaminasi
kapas untuk tiap silang.
usapan, ganti balutan
dan masukan lensa
kontak bila
menggunakan.
3)    Tekankan pentingnya
tidak menyentuh/
menggaruk mata yang
dioperasi. 3)    Mencegah
Kolaborasi: kontaminasi dan
4)    Berikan obat sesuai kerusakan sisi

25
indikasi : operasi.
        Antibiotic (topical,
parenteral,atau Kolaborasi:
subkonjungtival). 4)    Sediaan topical
        Steroid digunakan secara
profilaksis, dimana
terapi lebih agresif
diperlukan bila terjadi
infeksi. Catatan:
steroidmungkin
ditambahkan pada
antibiotic topical bila
pasien mengalami
implantasi IOL.

4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan atau implementasi keperawatan terhadap pasien yang
mengalami katarak disesuaikan dengan intervensi yang telah dirancang atau disusun
sebelumnya.

5. Evaluasi Keperawatan
Hasil Asuhan Keperawatan pada klien yang menderita katarak adalah sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan pada intervensi. Evaluasi ini berdasarkan pada hasil yang di harapkan
atau perubahan yang terjadi.

ASKEP KASUS
A. Pengkajian
a) Identitas Klien

26
 Nama : Ny. W
 Umur : 50 th
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Agama : islam
 Status Perkawinan: kawin
 Suku Bangsa : Indonesia
 Pendidikan : SMA
 Pekerjaan : swasta
 Tgl masuk RS : 01 Januari 2012
 No. Register : 15665
b) Penanggung Jawab
 Nama : Tn. F
 Umur : 56 th
 Pekerjaan : swasta
 Alamat : Hibrida 10
c) Keluhan utama
Klien mengalami penglihatan kabur. Klien mengalami penglihatan kabur, kesulitan
melihat dari jarak jauh ataupun dekat.
d) Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan Sekarang
Pasien datang kerumah sakit dengan keluhan pusing dan penglihatannya kabur,
penglihatan kabur dirasakan sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu. Penglihatan
kabur/tidak jelas dan seperti ada kabut serta terkadang pasien merasa silau saat
melihat cahaya. Klien juga mengalami kesulitan melihat pada jarak jauh atau dekat,
pandangan ganda, susah melihat pada malam hari. Setelah dilakukan pengkajian pupil
berwarna putih dan ada dilatasi pupil, nucleus pada lensa menjadi coklat kuning,
lensa menjadi opak, retina sulit dilihat, terdapat gangguan keseimbangan pada
susunan sel lensa oleh factor fisik dan kimiawi sehingga kejernihan lensa
berkurang.klien disarankan oleh dokter untuk dilakukan tindakan pembedahan atau
dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke titik di mana pasien

27
melakukan aktivitas sehari-hari.klien jg mengalami hiperglikemia karena panyakit
diabetis yang dideritanya.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus, didiagnosis sejak kurang lebih 1
tahun yang lalu.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Ada dari keluarga pasien yang menderita penyakit Diabetes Melitus /gejala-gejala
yang sama seperti yang diderita oleh pasien saat ini.
e) Pemeriksaan Fisik
a. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : Keuarga klien takut akan penyakit
yang diderita klien, dan berharap agar bisa cepat sembuh.
Penggunaan tembakau (bungkus/hari, pipa, cerutu, berapa lama, kapan berheti) :
tidak menggunakan tembakau
Alkohol : tidak mengkonsmsi alcohol
Alergi (obat-obatan, makanan, plster dll) : makanan
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Diet/suplemen khusus : tidak ada
Nafsu makan : menurun
Penurunan sensasi kecap, mual-muntah, stomatitis : mual muntah
Fluktuasi BB 6 bulan terakhir (naik/turun) : turun
Kesulitan menelan (disfagia) : disfagia
Gigi : Lengkap
Frekuensi makan : 1-2x sehari
Jenis makanan : nasi, sayur, buah-buahan
Pantangan/alergi : ikan

3) Pola eliminasi

BAB :
Frekuensi : lebih dari 3x sehari
Warna : kuning
Waktu : tidak teratur

28
Konsistensi : cair
Kesulitan (diare, konstipasi, inkontinensia) : inkontinensia
BAK :
Frekuensi : lebih dari 8x perhari jika dalam keadaan kejang
Kesulitan : inkotinensia

4) Pola aktivitas dan latihan


Kekuatan otot : penurunan kekuatan/tonus otot secara menyeluruh
Kemampuan ROM : ada keterbatasan rentang gerak
Keluhan saat beraktivitas : mudah lelah, dan lemas saat berktivitas
5) Pola istirahat dan tidur

Lama tidur : 4-6 jam sehari


Waktu : malam

6) Pola kognitif dan persepsi

Status mental : penurunan kesadaran


Bicara : aphasia ekspresif
Kemampuan memahami : tidak
Tingkt ansietas : berat
Penglihatan : pandangan kabur
Ketidaknyamanan/nyeri : nyeri kronik

7) Persepsi diri dan konsep diri


Perasaan klien tentang masalah kesehatan ini : klien merasa malu dan minder
8) Pola peran hubungan

Pekerjaan : swasta
Sistem pendukung : keluarga

9) Pola koping dan toleransi aktivitas

Hal yang dilakukan saat ada masalah : cerita dengan orang terdekat atau keluarga
Penggunaan obat untuk menghilangkan stress : ada
Keadaan emosi dalam sehari-hari : tegang

10) Keyakinan dan kepercayaan

29
Agama : islam
Pengaruh agama dalam kehidupan : segala sesuatu dalam kehidupannya
diserahkan pada agamanya

b. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : tampak gelisah dan bingung

Penampilan umum : bersih dan rapi


Kliean tampak sehat/sakit/sakit berat : sakit
Kesadaran :
BB : 50 kg
TB : 155 cm

2. Tanda-tanda vital

TD : 150/ 110mmHg
ND : 90 x/i
RR :22 1x/i
S : 36,5 derajat celcius

3. Kulit

Warna kulit : tidak sianosis


Kelembapan : kering
Turgor kulit : elastic berkurang
Ada/tidaknya oedema : ada oedema

4. Kepala :

Inspeksi : rambut bersih


Palpasi :tidak Ada benjolan

5. Mata

Inspeksi : kekeruhan, berkabut atau opak pada lensa mata. Pada inspeksi visual
katarak Nampak abu-abu atau putih susu. Pada inspeksi pada lampu senter, tidak
timbul refeksi merah.
Fungsi penglihatan : gangguan penglihatan
Ukuran pupil : pupil dilatasi

30
Konjungtiva : anemis
Sklera : putih

6. Telinga

Fungsi pendengaran :tidak ada gangguan pendengaran


Kebersihan : bersih
Sekret : tidak ada

7. Hidung dan sinus

Fungsi penciuman : baik


Pembegkakan : tidak ada Perdarahan : tidak ada
Kebersihan : bersih sekret : tidak ada

8. Mulut dan tenggokan

Membran mukosa : kering kebesihan mulut : bersih


Keadaan gigi : lengkap
Tanda radang : Lidah
Trismus :tidak ada
Kesulitan menelan : tidak ada, disfagia tidak ada

9. Leher

Trakea : simetris
Kelenjar limfe : ada
Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran

10. Thorak/paru

Inspeksi : dada simetris dan tidak menggunakan otot bantu pernafasan


Perkusi :tidak ada massa, dengan tidak adanya peningkatan produksi mukus
Auskulktasi : pernafasan stridor (ngorok)

11. Jantung
Inspeksi : iktus kordis terlihat

31
12. Abdomen

Inspeksi : simetris
Auskultasi : peristaltik usus
Palpasi : tidak ada benjolan atau massa, tidak ada ascites

13. Ekstremitas

Ekstremitas atas : pergerakan normal


Ekstremitas bawah : pergerakan normal
ROM :
Kekuatan otot : penurunan kekuatan tonus otot

14. Neurologis

Kesadaran (GCS) :
Status mental : penurunan kesadaran
Motorik : kejang
Sensorik : gangguan pada sistem penglihatan,mata kabur ,pengelihatan silau dan
gangguanpendengaran
Refleks fisiologis : mengalami penurunan terhadap respon stimulus

B. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS: perdarahan intra Resio tinggi terhadap
-klien mengatakan pusing dan okuler(dikoreksi cidera
penglihatannya kabur, penglihatan dengan dilator pupil)
kabur dirasakan sejak kurang lebih 1
tahun yang lalu.
-klien mengatakan bahwa dokter
menyarakan untuk dilakukan tindakan
yaitu dikoreksi dengan dilator pupil.
DO:
- Pupil berwarna putih dan ada dilatasi
pupil

32
-nucleus pada lensa menjadi coklat
kuning, lensa menjadi opak, retina
sulit dilihat
2 DS: bedah pengangkatan Resiko tinggi
-klien mengatakan kesulitan melihat katarak terhadap infeksi
pada jarak jauh atau dekat, pandangan
ganda, susah melihat pada malam hari.
-klien mengatakan bahwa dia juga
mnderita penyakit diabetis mellitus
DO:
- terdapat gangguan keseimbangan
pada susunan sel lensa oleh factor fisik
dan kimiawi sehingga kejernihan lensa
berkurang.
-Hiperglikemia
3 DS: gangguan penerimaan Gangguan sensori
-klien mengatakan mengalami sensori/status organ persepsi(penglihatan)
penglihatan kabur. indra penglihatan
-Klien mengatakan mengalami
penglihatan kabur, kesulitan melihat
dari jarak jauh ataupun dekat
DO:
- pupil berwarna putih dan ada dilatasi
pupil, nucleus pada lensa menjadi
coklat kuning, lensa menjadi opak,
retina sulit dilihat

C. Diagnosa keperawatan yang muncul


1) Resio tinggi terhadap cidera b/d perdarahan intra okuler(dikoreksi dengan dilator pupil)

33
2) Resiko tinggi terhadap infeksi b/d bedah pengangkatan katarak
3) Gangguan sensori persepsi(penglihatan) b/d gangguan penerimaan sensori/status organ
indra penglihatan

D. Nursing Care Planning


No Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional
1 Resio Setelah Menunjukkan Mandiri :
tinggi dilakukan perubahan 1.     Diskusikan apa1.     Membantu
cidera intervesi perilaku, pola yang terjadi pada megurangi rasa takut
berhubung selama hidup untuk pasca dikoreksi an meningkatkan
an dengan 3x24 jam menurunka tentang nyeri, kerja sama dalam
perdarahan diharapkan faktor resiko pembatasan aktivitas, pembatasan yang
intra perdrahan dan untuk penampilan dan diperlukan
okuler intra okuler melidungi balutan mata
dapat segera diri dari2.     Batasi aktivitas2.     Menurunkan stres
diatasi cedera. seperti megerakkan pada area
kepala tiba-tiba, pengikisan/menurun
menggaruk mata, kan TIO
membongkok
3.     Dorong napas
dalam batuk untuk
bershan nafas berihan
paru 3.     Batuk
4.     Pertahankan meningkatkan TIO
perlindungan mata
sesuai indikasi
4.     Digunaknuntuk
5.     Minta pasien untuk melindungi dari
membedakan antara cedera dan
ketidakyamanan dan menurunkan gerakan
nyeri mata tajam tiba- mata

34
tiba, selidiki5.     Ketidak amanan
kegelisaan,disorientas mungkin karena
i, gangguan balutan prosedur
pembedahan, nyeri
akut menunjukkan
TIO dan atau
perdarahan yang
Kolaborasi: terjadi karena
1.    berikan obat sesuai regangan dan atau
indikasi tak diketahui
      antiemetik contoh penyebabnya.
proklorprazin

       mual, muntah


      dapat meningkatkan
asetazolamid(diomox TIO, memerlukan
) tindakan segera
untuk mencega
cedera okuler
       diberikan untuk
menurun TIO bila
terjadi peningkatan,
membatasi kerja
      analgesik contoh enzim pada produksi
empirin dengam akueus humor
kodein,        digunakan untuk
asetaminofen(tynol) ketidak nyamanan

35
ringan, mencega
gelisah yang dapat
mempengaruhi TIO
2 Resiko Setelah -     Meningkat Mandiri
tinggi dilakukan kan 1.     Diskusikan1.     Menurunkan
terhadap intervesi penyembuha pentingnya mencuci jumlah bakteri pada
infeksi selama n luka tepat tangan sebelum tangan, mencega
berhubung 3x24 jam waktu menyentu atau kontaminasi area
an dengan diharapkan -     bebas mengobati mata operasi
bedah factor drainase 2.     Gunakan atau2.     Tehnik aseptic
pengangkat resiko purulen dan tunjukan tehnik yang menurunkan resiko
an katarak infeksi eritema tepat untuk penyebaran bakteri
dapat membersihkan mata dan kontaminasi
diatasi dari dalam keluar silang
dengan tisu basah
atau bola kapas untuk
tiap usapan ganti
balutan dan
masukkan lensa
kontak bila
menggunakan
3.     Tekankan
pentingnya untuk3.     Mencegah
tidak menyentuh atau kontaminasi dan
menggarut mata yang kerusakan sisi
di operasi operasi
4.     Obserpasi tanda
terjadinya infeksi
contah kemerahan,4.     Infeksi mata terjadi
kelopak mata 2-3 hari setelah
bengkak, drainase prosedur dan

36
purulen. memerlukan upaya
Kolaborasi: intervensi yang tepat
1.    Berikan obat sesuai
indikasi
      antibiotik(topical,
perenteral, atau       sediakan topical
subkunjungival) yang digunakan
sevara profilaksis,
dimana terapi lebih
akresif diperlukan
bila terjadi infeksi.
Catatan steroid
mungkin
ditambahkan pada
antibiotic topical
bila pasien
mengalami
      steroid implantasi.
       Digunakan untuk
menurunkan
implamasi
3 Gangguan Setelah -     Dapat Mandiri
sensori dilakukan meningkatka 1.    Tentukann1.    kebutuhan individu
persepsi(pe intervesi n ketajaman ketajaman dan pilihan
nglihatan) selama penglihatan penglihatan, catat intervensi bervariasi
berhubung 3x24 jam batas situasi apakah 1 atau 2 mata sebab kehilangan
an dengan diharapkan individu terlibat penglihatan terjadi
gangguan gangguan -     lambat dan
penerimaa sensori Memperbaiki progresif. Bila
n persepsi potensi bilateral tiap mata
sensori/stat dapat bahaya dalam dapat berlangjut

37
us organ diatasi lingkunga pada laju yang
indra berbeda tetapi biasa
penglihata nya hanya 1 mata
n diperbaiki
perprosedur.
2.    memberikan
peningkatan
kenyamanan dan
2.    Orientasikan pasien kekeluargaan,
terhadap menurunkan cemas
lingkungan,stap, dab disorientasi
orang lain di area nya pasca operasi
3.    terbangun dan
lingkungan tak
dikenal dan
mengalami
3.   Observasi tanda- tetbatasan
tanda dan gejala- penglihatan dapat
gejala disorientasi, mengakibatkan
pertahankan pagar bingung pada orang
tempat tidur sampai tua. Menurunkan
benar-benar senbuh resiko jatuh bila
dari anastesia pasien bingung atai
tak kenal ukuran
tempat tidur

4.    Memberikan
rangsangan sensori
4.   Pendekatan dari sisi tepat terhadap isolasi
yang tak dioperasi , dan menurunkan
bicara, dan bingung

38
menyentuh sering,
dorong orang
terdekat tinggal
dengan pasien 5.    Gangguan
penglihatan atau
5.   Perhatikan tentang iritasi dapat berakhir
suram atau 1-2 jam setelah
penglihatan kabur diberikan
dan iritasi mata pengobatan tetapi
secara bertahap
menurunkan dengan
penggunaan.
Catatan :
Iritasi local harus
dilaporkan ke dokter
tetapi jangan
hentikan
penggunaan obat
sementara
6.    Ingatkan pasien6.    perubahan
menggunakan ketajaman dan
kacamata kedalaman persepsi
katarakyang dapat menyebabkan
tujuannya bingung penglihatan
memperbesar kurang atau meningkatkan
lebih 25% resiko cedera sampai
penglihatan perifer pasien belajar untuk
hilang dan buta titik mengkompensasi.
mungkin ada
E. Catatan Perkembangan
No Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi

39
1. Resiko tinggi cidera Jam 08.00 wib Jam 12.00 wib
berhubungan dengan Mandiri : S: klien meengatakan nyeri
perdarahan intra okuler 1.    Mendiskusikan apa yang pasca dikoreksi sudah
terjadi pada pasca dikoreksi berkurang.
tentang nyeri, pembatasan O: klien tampak rileks pasca
aktivitas, penampilan dan dikoreksi,tetapi aktivitas
balutan mata klien masih dibatasi,seperti
2.    Membatasi aktivitas seperti terlalu banyak menggerkkan
megerakkan kepala tiba-tiba, kapala dan menggaruk mata
menggaruk mata, A: Masalah teratasi
membongkok sebagian,aktivitas klien
3.    Mendorong napas dalam masih dibatasi untuk
batuk untuk bershan nafas melindungi mata pasca
berihan paru dikoreksi
4.    Mempertahankan P: Intervensi dilanjutkan
perlindungan mata sesuai
1.      Batasi aktivitas klien
indikasi seperti megerakkan kepala
5.    Meminta pasien untuk tiba-tiba, menggaruk mata,
membedakan antara membongkok
ketidakyamanan dan nyeri
2. Mempertahankan
mata tajam tiba-tiba, selidiki perlindungan mata sesuai
kegelisaan,disorientasi, indikasi
gangguan balutan 3. Meminta pasien untuk
Kolaborasi: membedakan antara
1.    Memberikan obat sesuai ketidakyamanan dan nyeri
indikasi mata tajam tiba-tiba, selidiki
      antiemetik contoh kegelisaan,disorientasi,
proklorprazin gangguan balutan
      asetazolamid(diomox)
2. Resiko tinggi terhadap Jam 08.00 wib Jam 12.00wib
infeksi berhubungan Mandiri S: Klien mengatakan dapat

40
dengan bedah1.    Mendiskusikan pentingnya beristrahat dengan baik tanpa
pengangkatan katarak mencuci tangan sebelum terasa nyeri pasca operasi
menyentu atau mengobati pengangkatan katarak
mata O: klien dapat beristirahat
2.    Menggunakan atau tunjukan dengan tenang dan lebih rilek
tehnik yang tepat untuk serta tidak terdapat tanda-
membersihkan mata dari tanda terjadinya infeksi pada
dalam keluar dengan tisu mata klien
basah atau bola kapas untuk A: Masalah klien teratasi
tiap usapan ganti balutan dan sebagian,tidak terjadi infeksi
masukkan lensa kontak bila pada mata klien pasca
menggunakan operasi.
3.    Menekankan pentingnya P: Intervensi dilanjutkan
untuk tidak menyentuh atau
1.      Tekankan pentingnya
menggarut mata yang di untuk tidak menyentuh atau
operasi menggarut mata yang di
4.    Mengobserpasi tanda operasi
terjadinya infeksi contah
2.      obserpasi tanda terjadinya
kemerahan, kelopak mata infeksi contah kemerahan,
bengkak, drainase purulen. kelopak mata bengkak,
Kolaborasi: drainase purulen
1.    Memberikan obat sesuai
indikasi
      antibiotik(topical,
perenteral, atau
subkunjungival)
      Steroid
3. Gangguan sensori Jam 08.00 wib Jam 12.00 wib
persepsi(penglihatan) Mandiri S: klien mengatakan setelah
berhubungan dengan
1.        Menentukann ketajaman dilakukan operasi matannya
gangguan penerimaan penglihatan, catat apakah 1 sudah dapat melihat

41
sensori/status organ indra atau 2 mata terlibat walaupun tanpa bantuan kaca
penglihatan 2.        Mengorientasikan pasien mata katarak
terhadap lingkungan,stap, O: klien sudah dapat melihat
orang lain di area nya benda-benda disekitarnya
3.        Mengobservasi tanda-tanda A: Masalah teratasi
dan gejala- gejala P: Intervensi dihentikan
disorientasi, pertahankan
pagar tempat tidur sampai
benar-benar sembuh dari
anastesia
4.        Pendekatan dari sisi yang
tak dioperasi , bicara, dan
menyentuh sering, dorong
orang terdekat tinggal dengan
pasien
5.        Memperhatikan tentang
suram atau penglihatan kabur
dan iritasi mata
6.        Mengingatkan pasien
menggunakan kacamata
katarakyang tujuannya
memperbesar kurang lebih

DAFTAR PUSTAKA

42
Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I Made Kariasa.
Jakarta .EGC
Long, C Barbara. 1996.Perawatan Medikal Bedah : 2.Bandung. Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan Pajajaran
Margaret R. Thorpe. Perawatan Mata. Yogyakarta . Yayasan Essentia Medica
Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa : Setiawan Sari. Jakarta.
EGC
Sidarta Ilyas. 2001. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. FKUI
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih
bahasa : Agung Waluyo. Jakarta. EGC.

43

Anda mungkin juga menyukai