Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Defenisi
Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih menjadi
keruh, asal katarak dari bahasa yunani cataracta yang artinya air terjun. Hal ini disebabkan
karena pasien katarak seakan akanmelihat sesuatu seperti tertutup oleh air terjun di depan
matanya (ilyas 208).
Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran
yang di proyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab umum kehilangan pandangan
secara bertahap (Istiqomah, 2003)
Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa
didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses penuaan yang terjadi pada semua orang
yang berusia lebih dari 65 tahun. (Muttaqin, 2008).

B. Jenis – jenis Katarak


Jenis- jenis katarak menurut (Vaughan, 2000)
1. Katarak terkait usia (katarak senilis)
Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai. Satusatunya
gejala adalah distorsi penglihatan dan penglihatan yang semakin
kabur.
2. Katarak anak- anak
Katarak anak- anak dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
a. Katarak kongenital, yang terdapat sejak lahir atau segera sesudahnya.
Banyak katarak kongenital yang tidak diketahui penyebabnya
walaupun mungkin terdapat faktor genetik, yang lain disebabkan oleh
penyakit infeksi atau metabolik, atau beerkaitan dengan berbagai
sindrom
b. Katarak didapat, yang timbul belakangan dan biasanya terkait dengan
sebab-sebab spesifik. Katarak didapat terutama disebabkan oleh
trauma, baik tumpul maupun tembus. Penyyebab lain adalah uveitis,
infeksi mata didapat, diabetes dan obat.
3. Katarak traumatik
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di
lensa atau trauma tumpul terhadap bola mata. Lensa menjadi putih segera
setelah masuknya benda asing karena lubang pada kapsul lensa
menyebabkan humor aqueus dan kadang- kadang korpus vitreum masuk
kedalam struktur lensa.
4. Katarak komplikata
Katarak komplikata adalah katarak sekunder akibat penyakit intraokular
pada fisiologi lensa. Katarak biasanya berawal didaerah sub kapsul
posterior dan akhirnya mengenai seluruh struktur lensa. Penyakit- penyakit
intraokular yang sering berkaitan dengan pembentukan katarak adalah
uveitis kronik atau rekuren, glaukoma, retinitis pigmentosa dan pelepasan
retina.
5. Katarak akibat penyakit sistemik
Katarak bilateral dapat terjadi karena gangguan- gangguan sistemik
berikut: diabetes mellitus, hipoparatiroidisme, distrofi miotonik, dermatitis
atropik, galaktosemia, dan syndrome Lowe, Werner atau Down.
6. Katarak toksik
Katarak toksik jarang terjadi. Banyak kasus pada tahun 1930-an sebagai
akibat penelanan dinitrofenol (suatu obat yang digunakan untuk menekan
nafsu makan). Kortokosteroid yang diberikan dalam waktu lama, baik
secara sistemik maupun dalam bentuk tetes yang dapat menyebabkan
kekeruhan lensa.
7. Katarak ikutan
Katarak ikutan menunjukkan kekeruhan kapsul posterior akibat katarak
traumatik yang terserap sebagian atau setelah terjadinya ekstraksi katarak
ekstrakapsular.

C. Etiologi
Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Anak bisa mengalami katarak yang
biasanya merupakan penyakit yang diturunkan, peradangan di dalam kehamilan, keadaan ini
disebut sebagai katarak kongenital. Lensa mata mempunyai bagian yang disebut pembungkus
lensa atau kapsul lensa, korteks lensa yang terletak antara nukleus lensa atau inti lensa dengan
kapsul lensa. Pada anak dan remaja nukleus bersifat lembek sedang pada orang tua nukleus ini
menjadi keras. Katarak dapat mulai dari nukleus, korteks, dan subkapsularis lensa. Dengan
menjadi tuanya seseorang maka lensa mata akan kekurangan air dan menjadi lebih padat.
Lensa akan menjadi keras pada bagian tengahnya, sehingga kemampuannya memfokuskan
benda dekat berkurang. Hal ini mulai terlihat pada usia 45 tahun dimana mulai timbul
kesukaran melihat dekat (presbiopia). Pada usia 60 tahun hampir 60% mulai mengalami
katarak atau lensa keruh. Katarak biasanya berkembang pada kedua mata akan tetapi
progresivitasnya berbeda. Kadang-kadang penglihatan pada satu mata nyata berbeda dengan
mata yang sebelahnya. Perkembangan katarak untuk menjadi berat memakan waktu dalam
bulan hingga tahun. Berbagai faktor dapat mengakibatkan tumbuhnya katarak lebih cepat.
Faktor lain dapat mempengaruhi kecepatan berkembangnya kekeruhan lensa sepertidiabetes
melitus, obat tertentu, sinar ultra violet B dari cahaya matahari, efek racun dari merokok, dan
alkohol, gizi kurang vitamin E, dan radang menahun di dalam bola mata. Obat tertentu dapat
mempercepat timbulnya katarak seperti betametason, klorokuin, klorpromazin, kortison,
ergotamin, indometasin, medrison, neostigmin, pilokarpin dan beberapa obat lainnya.
Penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti diabetes melitus dapat mengakibatkan
timbulnya kekeruhan lensa yang akan menimbulkan katarak komplikata (Ilyas, 2006) .
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun memiliki kecepatan yang berbeda. Dapat
disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemik, seperti diabetes. Namun kebanyakan
merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak berkembang
secara kronik ketika seseorang memasuki dekade ketujuh. Katarak dapat bersifat kongenital
dan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan
kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya
katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obatobatan, alkohol, merokok, diabetes, dan
asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama (Smeltzer, 2001).

D. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk
seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga
komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang
mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia,
nukleus
mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas
seperti duri di anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan
bentuk katarak yang paling bermakna, Nampak seperti kristal salju pada jendela. Perubahan
fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan pada serabut
halus multipel (zunula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah diluar lensa,
misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalamui distorsi. Perubahan kimia dalam
protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan
menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein
lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa
yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim
mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun
dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.

E. Manifestasi Klinik
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya, pasien melaporkan
penurunan ketajaman fungsi penglihatan, silau, dan gangguan fungsional sampai derajat
tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan tadi, temuan objektif biasanya
meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak
dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan
bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya
adalah pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi
bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam, akan tampak
kekuningan, abu-abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun ,
dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang lebih kuat pun tak akan
mampu memperbaiki penglihatan. Orang dengan katarak secara khas selalu mengembangkan
strategi untuk menghindari silau yang menjengkel yang disebabkan oleh cahaya yang salah
arah. Misalnya, ada yang mengatur ulang perabotan rumahnya sehingga sinar tidak akan
langsung menyinari mata mereka. Ada yang mengenakan topi berkelepak lebar atau kaca
mata hitam dan menurunkan pelindung cahaya
saat mengendarai mobil pada siang hari (Smeltzer, 2001).

F. Penatalaksanaan
Sampai saat ini belum ditemuka n obat yang dapat mencegah katarak. Beberapa
penelitian sedang dilakukan untuk memperlambat proses bertambah keruhnya lensa untuk
menjadi katarak (Ilyas, 2006). Meski telah banyak usaha yang dilakukan untuk memperlambat
progresifitas atau mencegah terjadinya katarak, tatalaksana masih dengan pembedahan
(James, 2006). Untuk menentukan waktu katarak dapat dibedah ditentukan oleh keadaan
tajam penglihatan dan bukan oleh hasil pemeriksaan. Tajam penglihatan dikaitkan dengan
tugas sehari-hari penderita. Digunakan nama insipien, imatur, matur, dan hipermatur
didasarkan atas kemungkinan terjadinya penyulit yang dapat terjadi (Prof. Dr Sidarta Ilyas,
dkk, 2002).
Operasi katarak terdiri dari pengangkatan sebagian besar lensa dan penggantian lensa dengan
implant plastik. Saat ini pembedahan semakin banyak dilakukan dengan anestesi lokal
daripada anestesi umum. Anestesi lokal diinfiltrasikan di sekitar bola mata dan kelopak mata
atau diberikan secara topikal. Operasi dilakukan dengan insisi luas pada perifer kornea atau
sklera anterior, diikuti oleh ekstraksi (lensa diangkat dari mata) katarak ekatrakapsular. Insisi
harus dijahit. Likuifikasi lensa menggunakan probe ultrasonografi yang dimasukkan melalui
insisi yang lebih kecil dari kornea atau sklera anterior (fakoemulsifikasi).

G. Komplikasi
1. Hilangnya vitreous. Jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama
operasi maka gel vitreous dapat masuk ke dalam bilik anterior, yang
merupakan resikoterjadinya glaucoma atau traksi pada retina. Keadaan ini
membutuhkan pengangkatan dengan satu instrument yang mengaspirasi
dan mengeksisi gel (virektomi). Pemasanagan lensa intraocular sesegera
mungkin tidak bias dilakukan pada kondisi ini.
2. Prolaps iris. Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada
periode pasca operasi dini. Terlihat sebagai daerah berwarna gelap pada
lokasi insisi. Pupil mengalami distorsi. Keadaan ini membutuhkan
perbaikan segera dengan pembedahan.
3. Endoftalmitis. Komplikasi infeksi ekstraksi katarak yang serius, namun
jarang terjadi.

Pengkajian Fokus
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal yang
penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit maupun selama
pasien dirawat di rumah sakit.
1. Biodata
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/ bangsa,
pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor register.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Penurunan ketajaman penglihatan dan silau.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan pendahuluan pasien diambil untuk menemukan masalah primer
pasien, seperti: kesulitan membaca, pandangan kabur, pandangan ganda, atau hilangnya
daerah penglihatan soliter. Perawat harus menemukan apakah masalahnya hanya
mengenai satu mata atau dua mata dan berapa lama pasien sudah menderita kelainan ini.
Riwayat mata yang jelas sangat penting. Apakah pasien pernah mengalami cedera mata
atau infeksi mata, penyakit apa yang terakhir diderita pasien.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Eksplorasi keadaan atau status okuler umum pasien. Apakah ia mengenakan kacamata
atau lensa kontak?, apakah pasien mengalami kesulitan melihat (fokus) pada jarak dekat
atau jauh?, apakah ada keluhan dalam membaca atau menonton televisi?, bagaimana
dengan
masalah membedakan warna atau masalah dengan penglihatan lateral atau perifer?
d. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga derajat pertama atau
kakek-nenek.
3. Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil
sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop (Smeltzer, 2002). Katarak terlihat
tampak hitam terhadap refleks fundus ketika mata diperiksa dengan oftalmoskop direk.
Pemeriksaan slit lamp memungkinkan pemeriksaan katarak secara rinci dan identifikasi
lokasi opasitas dengan tepat. Katarak terkait usia biasanya terletak didaerah nukleus,
korteks, atau subkapsular. Katarak terinduksi steroid umumnya terletak di subkapsular
posterior. Tampilan lain yang menandakan penyebab okular katarak dapat ditemukan,
antara lain deposisi pigmen pada lensa menunjukkan inflamasi sebelumnya atau kerusakan
iris menandakan trauma mata sebelumnya (James, 2005).
4. Perubahan pola fungsi
Data yang diperoleh dalam kasus katarak, menurut (gordon) adalah
sebagai berikut :
a) Persepsi tehadap kesehatan
Bagaimana manajemen pasien dalam memelihara kesehatan, adakah kebiasaan
merokok, mengkonsumsi alkohol,dan apakah pasien mempunyai riwayat alergi
terhadap obat, makanan atau yang lainnya.
b) Pola aktifitas dan latihan
Bagaimana kemampuan pasien dalam melakukan aktifitas atau perawatan diri,
dengan skor : 0 = mandiri, 1= dibantu sebagian, 2= perlu bantuan orang lain, 3=
perlu bantuan orang lain dan alat, 4= tergantung/ tidak mampu.
c) Pola istirahat tidur
Berapa lama waktu tidur pasien, apakah ada kesulitan tidur seperti insomnia atau
masalah lain. Apakah saat tertidur sering terbangun.
d) Pola nutrisi metabolik
Adakah diet khusus yang dijalani pasien, jika ada anjuran diet apa yang telah
diberikan. Kaji nafsu makan pasien sebelum dan setelah sakit mengalami
perubahan atau tidak, adakah keluhan mual dan muntah, adakah penurunan berat
badan yang drastis dalam 3 bulan terakhir.
e) Pola eliminasi
Kaji kebiasaan BAK dan BAB pasien, apakah ada gangguan atau kesulitan. Untuk
BAK kaji warna, bau dan frekuensi sedangkan untuk BAB kaji bentuk, warna, bau
dan frekuensi.
f) Pola kognitif perseptual
Status mental pasien atau tingkat kesadaran, kemampuan bicara, mendengar,
melihat, membaca serta kemampuan pasien berinteraksi. Adakah keluhan nyeri
karena suatu hal, jika ada kaji kualitas nyeri.
g) Pola konsep diri
Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan menerimanya seperti harga diri, ideal
diri pasien dalam hidupnya, identitas diri dan gambaran akan dirinya.
h) Pola koping
Masalah utama pasien masuk rumah sakit, cara pasien menerima dan menghadapi
perubahan yang terjadi pada dirinya dari sebelum sakit hingga setelah sakit.
i) Pola seksual reproduksi
Pola seksual pasien selama di rumah sakit, menstruasi terakhir dan adakah masalh
saat menstruasi.
j) Pola peran hubungan
Status perkawinan pasien, pekerjaan, kualitas bekerja, sistem pendukung dalam
menghadapi masalah, dan bagaiman dukungan keluarga selama pasien dirawat di
rumah sakit.
k) Pola nilai dan kepercayaan
Apa agama pasien, sebagai pendukung untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan
atas sakit yang diderita.
5. Pemeriksaan Diagnostik
Selain uji mata yang biasanya dilakukan menggunakan kartu snellen, keratometri,
pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopi, maka Ascan ultrasound (echography) dan hitung
sel endotel sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya bila dipertimbangkan akan
dilakukan pembedahan. Dengan hitung sel endotel 2000 sel/mm3, pasien ini merupakan
kandidat yang baik untuk dilakukan fakoemulsifikasi dan implantasi IOL (Smeltzer, 2001).
Fokus Intervensi & Rasional
1. Pre Operasi
a. Diagnosa keperawatan : cemas (ansietas) berhubungan dengan kerusakan sensori dan
kurangnya pemahaman mengenai tindakan operasi yang akan dilakukan.
Tujuan : menurunkan stress emosional, ketakutan dan depresi, penenmaan pembedahan dan
pemahaman instruksi.
Kriteria hasil: mengucapkan pemahaman mengenai informasi.
Rencana tindakan :
1) Kaji derajat dan durasi gangguan visual. Dorong percakapan untuk mengetahui
keprihatinan pasien, perasaan, dan tingkat pemahaman. Jawab pertanyaan, beri dukungan
dan bantu pasien dengan metode koping.
Rasional : informasi dapat menghilangkan ketakutan yang tidak diketahui.Mekanisme
koping dapat membantu pasien berkompromi dengan kegusaran, ketakutan, depresi, tegang
keputusasaan, kemarahan dan penolakan
2) Orientasikan pasien pada lingkungan yang baru.
Rasional: pengenalan terhadap lingkungan membantu mengurangi
ansietas dan meningkatkan keamanan.
3) Jelaskan rutinitas persiapan operasi dan tindakan operasi yang akan dilakukan
Rasional: Pasien yang telah mendapat banyak informasi akan lebih mudah menerima
pemahaman dan mematuhi instruksi.
4) Perkenalkan diri anda pada setiap interaksi, terjemahkan setiap suara asing, pergunakan
sentuhan untuk membantu komunikasi verbal.
Rasional: Pasien yang mengalami gangguan visual bergantung pada masukan indera yang
lain untuk mendapatkan informasi.
5) Dorong untuk menjalankan kebiasaan hidup sehari-hari bila mampu.Pasan makanan yang
bisa dimakan dengan tangan bagi mereka yang tak dapat melihat dengan baik atau tidak
memiliki keterampilan koping untuk mempergunakan peralatan makan.
Rasional: Perawatan diri dan kemandirian akan meningkatkan rasa
sehat.
6) Dorong partisipasi keluarga atau orang yang berarti daiam perawatan pasien.
Rasional: Pasien mungkin tak mampu melakukan semua tugas sehubungan dengan
penanganan dan perawatan diri.
7) Dorong partisipasi dalam aktivitas sosial dan pengalihan bila memungkinkan
Rasional: Isolasi sosial dan waktu luang yang terlalu lama dapat menimbulkan perasaan
negative.
b. Resiko Cedera berhubungan dengan kerusakan penglihatan.
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
cedera dapat dicegah.
Kriteria hasil : Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor resiko
dan melindungi diri dari cedera.
Rencana tindakan :
1) Bantu pasien ketika mampu melakukan ambulasi, pre operasi sampai stabil, dan mencapai
penglihatan dan keterampilan koping yang memadai. Gunakan teknik bimbingan
penglihatan.
Rasional : Menurunkan resiko jatuh atau cedera ketika langkah sempoyongan atau tidak
mempunyai keterampilan koping untuk kerusakan penglihatan.
2) Bantu pasien menata lingkungan. Jangan mengubah penataan meja kursi tanpa orientasi
terlebih dahulu.
Rasoinal : Memfasilitasi kemandirian dan menurunkan resiko cedera.
3) Orientasikan pasien pada ruangan.
Rasional : Meningkatkan keamanan mobilitas dalam lingkungan.
4) Bahas perlunya penggunaan persisai metal atau kacamata bila
diperintahkan
Rasional : Tameng logam atau kacamata melindungi mata
terhadap cedera.
5) Gunakan prosedur yang memadai ketika memberikan obat mata.
Rasional : Cedera dapat terjadi bila wadah obat menyentuh mata.
C. Gangguan sensori persepsi: penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/
perubahan status organ indera.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan dapat meningkatkan ketajaman
penglihatan dalam batas situasi individu.
Kriteria hasil : Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan,
mengidentifikasi atau memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
Rencana tindakan :
1) Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau kedua mata terlibat.
Rasional : Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi, sebab kehilangan
penglihatan terjadi secara lambat dan progresif. Bila bilateral, tiap mata dapat berlanjut
pada laju yang berbeda. Tetapi biasanya hanya satu mata diperbaiki per prosedur
2) Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain disekitarnya.
Rasional : Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan, menurunkan cemas
dan disorientasi pasca operasi.
3) Observasi tanda dan gejala disorientasi. Pertahankan pagar tempat tidur sampai benar-
benar sembuh.
Rasional : Terbangun dalam lingkungan tidak dikenal dan mengalami keterbatasan
penglihatan dapat mengakibatkan bingung pada orang tua. Meningkatkan resiko jatuh bila
bingung/tidak tahu ukuran tempat tidur.
4) Pendekatan dari sisi yang tidak dioperasi, bicara dan menyentuh sering, dorong orang
terdekat tinggal dengan pasien.
Rasional : Memberikan rangsang sensori tepat terhadap isolasi dan menurunkan bingung.
5) Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata dimana dapat terjadi bila
menggunakan obat teles mata.
Rasional : Gangguan penglihatan/ iritasi dapat berakhir 1-2 jam setelah tetesan mata tetapi
secara bertahap menurun dengan penggunaan.
6) Ingatkan pasien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar ± 25%,
penglihatan perifer hilang, dan buta titik mungkin ada.
Rasional : Perubahan ketajaman dan kedalaman persepsi dapat menyebabkan bingunng
penglihatan/ meningkatkan resiko cedera sampai pasien belajar untuk mengkompensasi.

Post Operasi
a. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasive.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil : Meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu, bebas drainase purulen,
eritema, dan demam.
Rencana tindakan :
1) Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh/mengobati mata.
Rasional : Menurunkan jumlah bakteri pada tangan, mencegah kontamenasi area operasi.
2) Gunakan/tunjukkan teknik yang tepat untuk membersihkan mata dari dalam dengan kapas
basah/bola kapas untuk tiap usapan, ganti balutan dan masukkan lensa kontak bila
menggunakan.
Rasional : Teknik aseptik menurunkan resiko penyebaran bakteri dan kontaminasi silang.
3) Tekankan pentingnya tidak menyentuh/menggaruk mata yang dioperasi.
Rasional : Mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi.
4) Observasi/diskusikan tanda terjadinya infeksi, contoh : kemerahan,kelopak bengkak,
drainase purulen.
Rasional : Infeksi mata terjadi 2 sampai 3 hari setelah prosedur dan memerlukan upaya
intervensi.
5) Berikan obat sesuai indikasi. Antibiotic (topical, parenteral, subkonjungtiva) dan steroid.
Rasional : Sediaan topical digunakan secara profilaksis, dimana terapi lebih agresif
diperlukan bila terjadi infeksi. Steroid digunakan untuk menurunkan inflamasi.
B. Gangguan sensori perceptual : penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori
/ status organ indera.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan dapatmeningkatkan ketajaman
penglihatan dalam batas situasi individu.
Kriteria hasil : Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan,
mengidentifikasi atau memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
Rencana tindakan :
1) Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau kedua mata terlibat.
Rasional : Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi, sebab kehilangan
penglihatan terjadi secara lambat danprogresif. Bila bilateral, tiap mata dapat berlanjut
pada
laju yang berbeda
2) Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain disekitarnya.
Rasional : Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan, menurunkan cemas
dan disorientasi pasca operasi.
3) Observasi tanda dan gejala disorientasi.
Rasional : Berada dalam lingkungan baru dengan mengalamiketerbatasan penglihatan
dapat mengakibatkan bingung.
4) Pertahankan pagar tempat tidur sampai benar-benar sembuh dan penglihatan bisa
digunakan dengan maksimal.
Rasional : Meningkatkan resiko jatuh bila bingung/tidak terbiasa dengan keadaan di rumah
sakit.
5) Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata dimana dapat terjadi bila
menggunakan obat teles mata.
Rasional : Gangguan penglihatan/ iritasi dapat berakhir 1-2 jam setelah tetesan mata tetapi
secara bertahap menurun dengan penggunaan.
6) Ingatkan pasien untuk menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar
±25%, penglihatan perifer hilang, dan buta titik mungkin ada.
Rasional : Perubahan ketajaman dapat menyebabkan gangguan penglihatan/ meningkatkan
resiko cedera sampai pasien belajar untuk mengkompensasi.
C. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan tindakan operasi
yang akan dilakukan.
Tujuan : Mendemonstrasikan berkurangnya ketidaknyamanan mata.
Kriteria hasil : Menyangkal ketidaknyamanan mata, tak ada merintih, ekspresi wajah
rileks.
Rencana tindakan :
1) Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan karakteristik nyeri, misalnya terus-menerus,
sakit, menusuk, terbakar. Buat rentang intesitas pada skala 0-10.
Rasional : Memberikan informasi untuk membantu dalam menentukan pilihan/ keefektifan
intervensi.
2) Berikan analgesik resep sesuai pesanan dan mengevaluasi keefektifan. Beri tahu dokter bila
nyeri mata menetap atau memburuk setelah pemberian pengobatan.
Rasional : Analgesik memblokir jaras nyeri. Ketidaknyamanan mata berat menandakan
perkembangan komplikasi dan perlunya perhatian medis segera. Ketidaknyamanan ringan
diperkirakan
3) Berikan anti inflamasi dan agen anti infeksi oftalmik yang diresepkan.
Rasional : Untuk menurunkan bengkak dan mencegah infeksi.
4) Berikan kompres dingin sesuai pesanan dengan menggunakan teknik aseptik. Ajarkan
pasien bagaimana memberikan kompres dengan menggunakan teknik aseptik dalam
persiapan pulang.Tekankan pentingnya mencuci tangan sebelum perawatan mata di rumah.
Rasional : Dingin membantu menurunkan bengkak. Kerusakan jaringan
mempredisposisikan pasien pada invasi bakteri.

Anda mungkin juga menyukai