Anda di halaman 1dari 13

KONSEP DASAR

SYARI’AH, IBADAH DAN SUMBER HUKUM

Oleh:

Ike Lutfita Dewi E.

Fera Anggita Sari

PRODI D3 FARMASI

AKADEMI KESEHATAN SUMENEP

PPLP PT PGRI SUMENEP

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmad dan karunia-Nya
saya dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Pendidikan Agama islam ini yang
berjudul “ Syariah, ibadah dan sumber hukum “.
            Saya telah berusaha dengan semaksimal mungkin agar dapat
menyelesaikan makalah ini dengan sebaik mungkin dan sebenar-benarnya. Saya
menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan baik materi, penganalisaan, dan
pembahasan. Semua hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan dan
pengalaman.
Saya berharap makalah ini dapat diterima dan dipahami bagi para
pembaca. Dan saya juga mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak
terutama yang bersifat membangun, guna terciptanya kesempurnaan makalah ini.
Dan bila didalamnya ada kesalahan dan kekurangan mohon dimaklumi dan
dimaafkan. Akhir kata Saya ucapkan terima kasih. Mudah-mudahan makalah ini
dapat berguna bagi semua pihak.

Sumenep, 05 Oktober 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman judul............................................................................................1

Kata pengantar...........................................................................................2

Daftar isi....................................................................................................3

Bab 1 Pendahuluan....................................................................................4

Bab 2 isi ....................................................................................................6

Bab 3 penutup............................................................................................13

Daftar pustaka

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah SWT.
Dengan segala pemberian-Nya manusia dapat mengecap segala kenikmatan
yang bisa dirasakan oleh dirinya. Tapi dengan anugerah tersebut kadangkala
manusia lupa akan dzat Allah SWT yang telah memberikannya. Untuk hal
tersebut manusia harus mendapatkan suatu bimbingan sehingga di dalam
kehidupannya dapat berbuat sesuai dengan bimbingan Allah SWT. Hidup
yang dibimbing syariah akan melahirkan kesadaran untuk berprilaku yang
sesuai dengan tuntutan dan tuntunan Allah dan Rasulnya yang tergambar
dalam hukum Allah yang Normatif dan Deskriptif (Quraniyah dan
Kauniyah).
Sebagian dari syariah terdapat aturan tentang ibadah, baik ibadah
khusus maupun ibadah umum. Sumber syariah adalah Al-Qur’an dan As-
Sunnah, sedangkan hal-hal yang belum diatur secara pasti di dalam kedua
sumber tersebut digunakan ra’yu (Ijtihad). Syariah dapat dilaksanakan
apabila pada diri seseorang telah tertanam Aqidah atau keimanan. Semoga
dengan bimbingan syariah hidup kita akan selamat dunia dan akhirat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari syari’ah?
2. Apa tujuan dari syri’ah?
3. Apa saja Ruang lingkup syari’ah?
4. Apa saja Sumber sumber dan klarifikasi syari’ah?
5. Apa sajaPrinsip prinsip syari’ah islam?
6. Apa yg dimaksud Ibadah?
7. Apa saja Macam-macam ibadah?
8. Apa saja Bentuk Ibadah?
9. Apa yang dimaksud sumber hukum islam?
10. Apa saja Bentuk sumber hukum islam?

4
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari syari’ah?
2. Untuk mengetahui tujuan dari syri’ah?
3. Untuk mengetahui Ruang lingkup syari’ah?
4. Untuk mengetahui Sumber sumber dan klarifikasi syari’ah?
5. Untuk mengetahui Prinsip prinsip syari’ah islam?
6. Untuk mengetahui Ibadah?
7. Untuk mengetahui Macam-macam ibadah?
8. Untuk mengetahui Bentuk Ibadah?
9. Untuk mengetahui sumber hukum islam?
10. Untuk mengetahui Bentuk sumber hukum islam?

1.4 Manfaat
1. Dapat mengetahui pengertian dari syari’ah?
2. Dapat mengetahui tujuan dari syri’ah?
3. Dapat mengetahui Ruang lingkup syari’ah?
4. Dapat mengetahui Sumber sumber dan klarifikasi syari’ah?
5. Dapat mengetahui Prinsip prinsip syari’ah islam?
6. Dapat mengetahui Ibadah?
7. Dapat mengetahui Macam-macam ibadah?
8. Dapat mengetahui Bentuk Ibadah?
9. Dapat mengetahui sumber hukum islam?
10. Dapat mengetahui Bentuk sumber hukum islam?

5
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Syari’ah
2.1.1 Definisi Syari’ah
Syariat adalah segala hal yang diturunkan oleh Allah SWT kepada
Nabi Muhammad SAW dalam bentuk wahyu yang ada dalam al-
Qur’an dan sunah. Semula kata ini berarti‚ jalan menuju kesumber
air‛, yakni jalan kearah sumber kehidupan. Kata kerjanya adalah
syara’a yang berarti‚ menandai atau mengambar jalan yang jelas
menuju sumber air‛ (Nina, 2005).
Kata syariat sering diungkapkan dengan syariat Islam, yaitu syariat
penutup untuk syariat agama-agama sebelumnya, karena itu syariat
Islam adalah Kata syariat sering diungkapkan dengan syariat Islam,
yaitu syariat penutup untuk syariat agama-agama sebelumnya, karena
itu syariat Islam adalah syariat yang paling lengkap dalam mengatur
kehidupan keagamaan dan kemasyarakatan, melalui ajaran Islam
tentang akidah, ibadah, muamalah dan akhlak (MKD IAIN Sunan
Ampel).
2.1.2 Tujuan syari’ah islam
Tujuan dari syariah adalah untuk kebaikan dan kemaslahatan
kehidupan kita.
1. Memelihara Kemaslahatan Agama (hifzh al-din)
Agama Islam harus dibela dari ancaman orang-orang yang tidak
bertanggung-jawab yang hendak merusak aqidah, ibadah dan
akhlak umat. Ajaran Islam memberikan kebebasan untuk memilih
agama, seperti ayat Al-Quran: “Tidak ada paksaan untuk
(memasuki) agama (Islam).” QS. Al-Baqarah:256.
2. Memelihara Jiwa (hifzh al-nafsi)
Agama Islam sangat menghargai jiwa seseorang. Oleh sebab itu,
diberlakukanlah hukum Qishash yang merupakan suatu bentuk
hukum pembalasan. Seseorang yang telah membunuh orang lain

6
akan dibunuh, seseorang yang telah mencederai orang lain, akan
dicederai, seseorang yang yang telah menyakiti orang lain, akan
disakiti secara setimpal. Dengan demikian seseorang akan takut
melakukan kejahatan.
3. Memelihara Akal (hifzh al-’aqli)
Kedudukan akal manusia dalam pandangan Islam amatlah penting.
Akal manusia dibutuhkan untuk memikirkan ayat-ayat Qauliyah
(Al-Quran) dan kauniah (sunnatullah) menuju manusia kamil.
Salah satu cara yang paling utama dalam memelihara akal adalah
dengan menghindari khamar (minuman keras) dan judi.
4. Memelihara Keturunan dan Kehormatan (hifzh al-nashli)
Islam secara jelas mengatur pernikahan, dan mengharamkan zina.
Didalam Syariah Islam telah jelas ditentukan siapa-siapa yang
boleh dinikai, dan siapa yang tidak boleh di nikahi. Syariah Islam
akan menghukum dengan tegas secara fisik (dengan cambuk) dan
emosional (dengan disaksikan banyak orang) agar para pezina
bertaubat.
5. Memelihara Harta Benda (hifzh al-mal)
Dengan adanya Syariah Islam, maka para pemilik harta benda
akan merasa lebih aman, karena Islam mengenal hukuman Had,
yaitu potong tangan dan/atau kaki. Dengan demikian Syariah
Islam akan menjadi andalan dalam menjaga suasana tertib
masyarakat terhadap berbagai tindak pencurian.
6. Melindungi kehormatan seseorang
Termasuk melindungi nama baik seseorang dan lain sebagainya,
sehingga setiap orang berhak dilindungi kehormatannya di mata
orang lain dari upaya pihak-pihak lain melemparkan fitnah,
misalnya. Kecuali kalau mereka sendiri melakukan kejahatan.
Karena itu betapa luarbiasa Islam menetapkan hukuman yang
keras dalam bentuk cambuk atau “Dera” delapan puluh kali bagi
seorang yang tidak mampu membuktikan kebenaran tuduhan
zinanya kepada orang lain.

7
7. Melindungi rasa aman seseorang
Dalam kehidupan bermasyarakat, seseorang harus aman dari rasa
lapar dan takut. Sehingga seorang pemimpin dalam Islam harus
bisa menciptakan lingkungan yang kondusif agar masyarakat yang
di bawah kepemimpinannya itu “tidak mengalami kelaparan dan
ketakutan”
8. Melindugi kehidupan bermasyarakat dan bernegara
Islam menetapkan hukuman yang keras bagi mereka yang
mencoba melakukan “kudeta” terhadap pemerintahan yang sah
yang dipilih oleh ummat Islam “dengan cara yang Islami”.
Bagi mereka yang tergolong Bughot ini, dihukum mati, digantung
atau dipotong secara bersilang supaya keamanan negara terjamin.
2.1.3 Ruang lingkup syari’ah
Ruang lingkup syariah antara lain mencakup peraturan-peraturan
sebagai berikut :
1. Ibadah, yaitu peraturan-peraturan yang mengatur hubungan
langsung dengan Allah SWT (ritual), yang terdiri dari :
a. Rukun Islam : mengucapkan syahadat, mengerjakan shalat,
zakat, puasa, dan haji.
b. Ibadah lainnya yang berhubungan dengan rukun Islam.
1) Badani (bersifat fisik) : bersuci meliputi wudlu, mandi,
tayamum, pengaturan menghilangkan najis, peraturan air,
istinja, adzan, qomat, I’tikaf, do’a, sholawat, umroh,
tasbih, istighfar, khitan, pengurusan mayit, dan lain-lain.
2) Mali (bersifat harta) : qurban, aqiqah, alhadyu, sidqah,
wakaf, fidyah, hibbah, dan lain-lain.
2. Muamalah, yaitu peraturan yang mengatur hubungan seseorang
dengan yang lainnya   dalam hal tukar-menukar harta (jual beli
dan yang searti), diantaranya : dagang, pinjam-meminjam, sewa-
menyewa, kerja sama dagang, simpanan, penemuan, pengupahan,
rampasan perang, utang-piutang, pungutan, warisan, wasiat,
nafkah, titipan, jizah, pesanan, dan lain-lain.

8
3. Munakahat, yaitu peraturan yang mengatur hubungan seseorang
dengan orang lain dalam hubungan berkeluarga (nikah, dan yang
berhubungan dengannya), diantaranya : perkawinan, perceraian,
pengaturan nafkah, penyusunan, memelihara anak, pergaulan
suami istri, mas kawin, berkabung dari suami yang wafat,
meminang, khulu’, li’am dzilar, ilam walimah, wasiyat, dan lain-
lain.
4. Jinayat, yaitu peraturan yang menyangkut pidana, diantaranya :
qishsash, diyat, kifarat, pembunuhan, zinah, minuman keras,
murtad, khianat dalam perjuangan, kesaksian dan lain-lain.
5. Siyasa, yaitu yang menyangkut masalah-masalah kemasyarakatan
(politik), diantaranya : ukhuwa (persaudaraan) musyawarah
(persamaan), ‘adalah (keadilan), ta’awun (tolong menolong),
tasamu (toleransi), takafulul ijtimah (tanggung jawab sosial),
zi’amah (kepemimpinan) pemerintahan dan lain-lain.
6. Akhlak, yaitu yang mengatur sikap hidup pribadi, diantaranya :
syukur, sabar, tawadlu, (rendah hati), pemaaf, tawakal, istiqomah
(konsekwen), syaja’ah (berani), birrul walidain (berbuat baik pada
ayah ibu), dan lain-lain.
7. Peraturan-peraturan lainnya seperti : makanan, minuman,
sembelihan, berburu, nazar, pemberantasan kemiskinan,
pemeliharaan anak yatim, mesjid, da’wah, perang, dan lain-lain.

2.1.4 Sumber sumber dan klarifikasi syari’ah


Sumber-sumber syariah ialah:
1. Al-Qur’an, kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW, dan merupakan Undang-Undang yang
sebagian besar berisi hukum-hukum pokok.
2. Al-Hadist (As-Sunnah), sumber hukum kedua yang memberikan
penjelasan dan rincian terhadap hukum-hukum Al-Qur’an yang
bersifat umum.

9
3. Ra’yu (Ijtihad), upaya para ahli mengkaji Al-Qur’an dan As-
Sunnah untuk menetapkan hukum yang belum ditetapkan secara
pasti dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Syariah dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Wajib (Ijab), yaitu suatu ketentuan yang menurut


pelaksanaannya, apabila dikerjakan         mendapat pahala,
dan apabila ditinggalkan mendapat dosa.
2. Haram, yaitu suatu ketentuan apabila ditinggalkan mendapat
pahala dan apabila dikerjakan mendapat dosa. Contohnya :
zinah, mencuri, membunuh, minum-minuman keras, durhaka
pada orang tua, dan lain-lain.
3. Sunnah (Mustahab), yaitu suatu ketentuan apabila dikerjakan
mendapat pahala dan apabila ditinggalkan tidak
berdosa.          
4. Makruh (Karahah), yaitu suatu ketentuan yang menganjurkan
untuk ditinggalkannya suatu perbuatan; apabila ditinggalkan
mendapat pahala dan apabila dikerjakan tidak berdosa.
Contohnya : merokok, makan bau-bauan, dan lain-lain.
2.1.5 Prinsip prinsip syari’ah islam
1. Tidak Mempersulit (‘Adam al-Haraj)
Dalam menetapkan syariah Islam, al-Quran senantiasa
memperhitungkan kemampuan manusia dalam melaksanaknnya.
Itu diwujudkan dengan mamberikan kemudahan dan
kelonggaran (tasamuh wa rukhsah) kepada mansusia, agar
menerima ketetapan hukum dengan kesanggupan yang dimiliknya.
2. Mengurangi Beban (Taqlil al-Taklif)
Prinsip kedua ini merupakan langkah prenventif (penanggulangan)
terhadap mukallaf dari pengurangan atau penambahan dalam
kewajiban agama. Al-Quran tidak memberikan hukum
kepada mukallaf agar ia menambahi atau menguranginya,
meskipun hal itu mungkin dianggap wajar menurut kacamata

10
sosial. Hal ini guna memperingan dan menjaga nilai-nilai
kemaslahatan manusia pada umumnya, agar tercipta suatu
pelaksanaan hukum tanpa dasari parasaan terbebani yang berujung
pada kesulitan. Umat manusia tidak diperintahkan untuk mencari-
cari sesuatu yang justru akan memperberat diri sendiri.
3. Penetapan Hukum secara Periodik
Al-quran merupakan kitab suci yang dalam prosesi tasri’ sangat
memperhatikan berbagai aspek, baik natural, spiritual, kultural,
maupun sosial umat. Dalam menetapkan hukum, al-Quran selalu
mempertimbangkan, apakah mental spiritual manusia telah siap
untuk menerima ketentuan yang akan dibebankan kepadanya?. Hal
ini terkait erat dengan prinsip kedua, yakni tidak memberatkan
umat. Karena itulah, hukum syariah dalam al-Quran tidak
diturunkan secara serta merta dengan format yang final, melainkan
secara bertahap, dengan maksud agar umat tidak merasa terkejut
dengan syariah yang tiba-tiba. Karenanya, wahyu al-Quran
senantiasa turun sesuai dengan kondisi dan realita yang terjadi
pada waktu itu.
2.2. Ibadah
2.2.1 Definisi Ibadah
Secara umum ibadah memiliki arti segala sesuatu yang dilakukan
manusia atas dasar patuh terhadap pencipta Nya sebagai jalan untuk
mendekatka diri kepada Nya. Ibadah menurut bahasa (etimologis)
adalah diambil dari kata ta’abbud yang berarti menundukkan dan
mematuhi dikatakan thariqun mu’abbad yaitu : jalan yang
ditundukkan yang sering dilalui orang. Ibadah dalam bahasa Arab
berasal dari kata abda’ yang berarti menghamba. Jadi, meyakini
bahwasanya dirinya hanyalah seorang hamba yang tidak memiliki
keberdayaan apa- apa sehingga ibadah adalah bentuk taat dan hormat
kepada Tuhan Nya.
2.2.2 Macam-macam ibadah

11
Menurut Ahmad Thib Raya dan Siti Musdiah Mulia dalam bukunya
menyelami seluk beluk ibadah dalam islam, secara garis besar
ibadah dapat dibagi menjadi dua macam:
1. Ibadah khassah (khusus) atau ibadah mahdhah (ibadah yang
ketentuannya pasti) yakni, ibadah yang ketentuan dan
pelaksanaan nya telah ditetapkan oleh nash dan merupakan sari
ibadah kepada Allah SWT. seperti shalat, puasa, zakat dan haji
2. Ibadah ‘ammah (umum), yakni semua perbuatan yang
mendatangkan kebaikan dan dilaksanakan dengan niat yang
ikhlas karena Allah SWT. seperti minum, makan, dan bekerja
mencari nafkah.
2.2.3 Bentuk Ibadah
Bentuk ibadah, antara lain:
1. Solat
2. Tadarus
2.3. Sumber Hukum
2.3.1 Definisi Sumber Hukum
Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dan menjadi bagian
dari agama Islam. Konsepsi hukum islam, dasar, dan kerangka
hukumnya ditetapkan oleh Allah. Hukum tersebut tidak hanya
mengatur hubungan manusia dengan manusia dan benda dalam
masyarakat, tetapi juga hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan
manusia dengan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia
dengan manusia lain dalam masyarakat, dan hubungan manusia
dengan benda alam sekitarnya. Menurut Amir Syarifuddin
sebagaimana dikutip oleh Kutbuddin Aibak, hukum islam adalah
seperangkat peraturan wahyu Allah dan Sunnah Rasul tentang
tingkah laku manusia mukalaf yang diakui dan diyakini berlaku
mengikuti untuk semua yang beragama islam.
2.3.2 Bentuk sumber hukum islam
Bentuk sumber hukum islam adalah alqur’an dan hadits.

12
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Syariat adalah segala hal yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW dalam bentuk wahyu yang ada dalam al-Qur’an dan
sunah.
2. Ibadah adalah segala sesuatu yang dilakukan manusia atas dasar patuh
terhadap pencipta Nya sebagai jalan untuk mendekatka diri kepada Nya.
3. Hukum islam adalah hukum yang bersumber dan menjadi bagian dari
agama Islam.

13

Anda mungkin juga menyukai