undefined undefined
3. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau bahan
beracun lainnya.
4. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya diabetes) dan
obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:
1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.
2. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti: penyakit/gangguan
metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes melitus.
4. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti
kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
C. Patofisiologi
D. Manifestasi Klinis
Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:
1. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan
fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.
2. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari
1. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak
dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan
dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina.
Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau redup. Pupil yang normalnya
hitam akan tampak abu-abu atau putih. Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil
mata seakan akan bertambah putih.
2. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar putih.
E.Klasifikasi Katarak
1. Katarak Kongenital, sejak sebelum berumur 1 tahun sudah terlihat disebabkan oleh infeksi
virus yang dialami ibu pada saat usia kehamilan masih dini (Farmacia, 2009). Katarak
kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi
berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan pada bayi
yang cukup berarti terutama akibat penanganannya yang kurang tepat.
Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita
penyakit rubela, galaktosemia, homosisteinuri, toksoplasmosis, inklusi sitomegalik,dan
histoplasmosis, penyakit lain yang menyertai katarak kongenital biasanya berupa penyakit-
penyakt herediter seperti mikroftlmus, aniridia, koloboma iris, keratokonus, iris
heterokromia, lensa ektopik, displasia retina, dan megalo kornea. Untuk mengetahui
penyebab katarak kongenital diperlukan pemeriksaan riwayat prenatal infeksi ibu seperti
rubela pada kehamilan trimester pertama dan pemakainan obat selama kehamilan. Kadang-
kadang terdapat riwayat kejang, tetani, ikterus, atau hepatosplenomegali pada ibu hamil. Bila
katarak disertai uji reduksi pada urine yang positif, mungkin katarak ini terjadi akibat
galaktosemia. Sering katarak kongenital ditemukan pada bayi prematur dan gangguan sistem
saraf seperti retardasi mental.
Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu dilakukan karena ada hubungan katarak
kongenital dengan diabetes melitus, fosfor, dan kalsium. Hampir 50 % katarak kongenital
adalah sporadik dan tidak diketahui penyebabnya. Pada pupil bayi yang menderita katarak
kongenital akan terlihat bercak putih atau suatu leukokoria.
2. Katarak Juvenil, Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai
terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya
merupakan kelanjutan katarak kongenital. Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit
penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit lainnya
3. Katarak Senil, setelah usia 50 tahun akibat penuaan. Katarak senile biasanya berkembang
lambat selama beberapa tahun, Kekeruhan lensa dengan nucleus yang mengeras akibat usia
lanjut yang biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. (Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit
Mata, ed. 3). Katarak Senil sendiri terdiri dari 4 stadium, yaitu:
4) Katarak Intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa degenerative
yang menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa disertai pembengkakan lensa menjadi
bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding
dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaucoma.
Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan
miopi lentikularis. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga akan mencembung
dan daya biasnya akan bertambah, yang meberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp
terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa. (Ilyas, Sidarta : Katarak
Lensa Mata Keruh, ed. 2,)
5) Katarak Brunesen. Katarak yang berwarna coklat sampai hitam (katarak nigra) terutama pada
lensa, juga dapat terjadi pada katarak pasien diabetes militus dan miopia tinggi. Sering tajam
penglihatan lebih baik dari dugaan sebelumnya dan biasanya ini terdapat pada orang berusia
lebih dari 65 tahun yang belum memperlihatkan adanya katarak kortikal posterior. (Ilyas,
Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3)
Merupakan yang paling banyak terjadi. Lokasinya terletak pada nukleus atau bagian tengah
dari lensa. Biasanya karena proses penuaan.
2. Katarak Kortikal
Katarak kortikal ini biasanya terjadi pada korteks. Mulai dengan kekeruhan putih mulai dari
tepi lensa dan berjalan ketengah sehingga mengganggu penglihatan. Banyak pada penderita
DM.
Mulai dengan kekeruhan kecil dibawah kapsul lensa, tepat pada lajur jalan sinar masuk. DM,
renitis pigmentosa dan pemakaian kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama dapat
mencetuskan kelainan ini. Biasanya dapat terlihat pada kedua mata.
F. Penatalaksanaan katarak
Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat dibantu dengan
menggunakan kacamata, lensa pembesar, cahaya yang lebih terang, atau kacamata yang dapat
meredamkan cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan tindakan operasi.
Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki lensa
mata, tetapi tidak semua kasus katarak memerlukan tindakan operasi. Operasi katarak perlu
dilakukan jika kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam pengelihatan sedemikian rupa
sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari. Operasi katarak dapat dipertimbangkan untuk
dilakukan jika katarak terjadi berbarengan dengan penyakit mata lainnya, seperti uveitis
yakni adalah peradangan pada uvea. Uvea (disebut juga saluran uvea) terdiri dari 3 struktur:
1. Iris : Cincin berwarna yang melingkari pupil yang berwarna hitam.
2. Badan silier : Otot-otot yang membuat lensa menjadi lebih tebal.
3. Koroid : Lapisan mata bagian dalam yang membentang dari ujung otot silier ke saraf
optikus di bagian belakang mata.
Sebagian atau seluruh uvea bisa mengalami peradangan. Peradangan yang terbatas pada iris
disebut iritis, jika terbatas pada koroid disebut koroiditis. Juga operasi katarak akan dilakukan
bila berbarengan dengan glaukoma, dan retinopati diabetikum. Selain itu jika hasil yang
didapat setelah operasi jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan risiko operasi yang
mungkin terjadi. Pembedahan lensa dengan katarak dilakukan bila mengganggu kehidupan
social atau atas indikasi medis lainnya.( Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3). Indikasi
dilakukannya operasi katarak :
1. Indikasi sosial : Jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan dalam
melakukan rutinitas pekerjaan.
3. Indikasi optic : Jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari jarak 3m
didapatkan hasil visus 3/60.
Yaitu dengan mengangkat semua lensa termasuk kapsulnya. Sampai akhir tahun 1960 hanya
itulah teknik operasi yg tersedia.
Pascaoperasi pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka pendek. Kacamata
baru dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika bekas insisi telah sembuh.
Rehabilitasi visual dan peresepan kacamata baru dapat dilakukan lebih cepat dengan metode
fakoemulsifikasi. Karena pasien tidak dapat berakomodasi maka pasien akan membutuhkan
kacamata untuk pekerjaan jarak dekat meski tidak dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh.
Saat ini digunakan lensa intraokular multifokal. Lensa intraokular yang dapat berakomodasi
sedang dalam tahap pengembangan
Apabila tidak terjadi gangguan pada kornea, retina, saraf mata atau masalah mata lainnya,
tingkat keberhasilan dari operasi katarak cukup tinggi, yaitu mencapai 95%, dan kasus
komplikasi saat maupun pasca operasi juga sangat jarang terjadi. Kapsul/selaput dimana lensa
intra okular terpasang pada mata orang yang pernah menjalani operasi katarak dapat menjadi
keruh. Untuk itu perlu terapi laser untuk membuka kapsul yang keruh tersebut agar
penglihatan dapat kembali menjadi jelas.
G. Pemeriksaan Fisik
H. PemeriksaanDiagnostik
1. Kartu mata snellen/mesin telebinokular (test ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan)
I. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi dari penyakit katarak, yaitu : nistagmus dan strabismus dan bila
katarak dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan menimbulkan komplikasi
penyakit berupa glukoma dan uveitis.
J. Pencegahan Katarak
a. Mengontrol penyakit yang berhubungan dengan katarak dan menghindari faktor faktor yang
mempercepat terbentuknya katarak.
b. Menggunakan kaca mata hitam ketika berada di luar ruangan pada siang hari bisa
mengurangi jumlah sinar ultraviolet yang masuk ke dalam mata.
c. Berhenti merokok bisa mengurangi resiko terjadinya katarak.
d. Mengkonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung vit C, vit A dan vit E
DATA FOKUS
Data Subjektif Data Objektif
1. Klien mengatakan penglihatan kabur 1. Hasil pemeriksaan fisik dengan
seperti berawan, padahal sudah opthalmoscope bagian kornea ada
menggunakan kaca mata plus 1 dan minus selaput putih
2.5 pada orbita dextra dan sinistra. 2. Vital sign :
2. Klien mengatakan sudah 2 tahun ini a) TD : 140/90 mmHg
mempunyai Diabetes Melitus, dan b) N: 84x/menit
menjalankan pengobatan secara teratur c) T :37,4 0c
3. Klien mengatakan tidak mengerti kenapad) RR: 24x/menit
sampai mengalami katarak 3. Hasil pemeriksaan : BB : 78 kg dan
4. Kemungkinan klien mengatakan cemas 4. GDS terakhir 210
memikirkan biaya untuk operasinya. 5. Kemungkinan klien terlihat sulit untuk
5. Kemungkinan klien mengatakan kesulitan beraktivitas.
untuk beraktivitas 6. Kemungkinan klien wajahnya tampak
6. Kemungkinan klien mengatakan gelisah
penglihatannya tidak jelas 7. Kemungkinan klien terlihat terus
7. Kemungkinan klien mengatakan jika bertanya-tanya dengan pertanyaan yang
terkena sinar/paparan matahari sama.
menyilaukan mata 8. Kemungkinan klien terlihat bingung.
8. Kemungkinan klien mengatakan jika 9. Kemungkinan klien terlihat cemas.
melihat sesuatu 10. Kemungkinan klien terlihat takut
berbayang-bayang/menjadi dua bayangan.11. Kemungkinan klien terlihat tegang.
9. Kemungkinan klien mengatakan takut 12. Kemungkinan klien terlihat
akan kondisinya. memfokuskan pada dirinya sendiri.
10. Kemungkinan klien mengatakan tidak tahu
13. Kemungkinan skla nyeri (6)
sama sekali tentang penyakitnya. 14. Kemungkinan klien terlihat menahan
11. Kemungkinan klien mengatakan cemas rasa sakit.
takut tidak berhasil menjalankan 15. Kemungkinan klien terlihat merintih
operasinya. kesakitan ( nyeri )
12. Kemungkinan klien mengatakan gelisah 16. Kemungkinan terlihat pada bagian luka
13. Kemungkinan klien mengatakan cemas oprasi klien terdapat kemerahan.
terhadap penyakit yang dideritanya. 17. Kemungkinan terlihat pada bagian luka
14. apakah sembuh/tidak. klien mengalami iritasi.
15. Kemungkinan klien mengatakan pada 18. Kemungkinan klien dan keluarganya
bagian mata nyeri. tampak masih bingung dengan
16. Kemungkinan klien mengatakan tidak perawatan luka post operasi.
tahan terhadap nyerinya.
17. Kemungkinan klien mengatakan badannya
panas sehabis operasi beberapa hari
kemudian.
18. Kemungkinan klien mengatakan tidak tahu
dengan cara perawatan luka post operasi.
19. Kemungkinan klien mengatakan berasal
dari keluarga kurang mampu.
ANALISA DATA
No. Tanggal Data Fokus Masalah Etiologi Para
Ditemukan Keperawatan f
PRE OPERASI
1 DS : Gangguan Gangguan
Klien mengatakan persepsi penerimaan
penglihatan kabur seperti sensori- sensori/status
berawan, padahal Tn.B perseptual organ indera
sudah menggunakan kaca penglihatan. ditandai
mata plus 1 dan minus dengan
2.5 pada orbita dextra menurunnya
dan sinistra ketajaman
Kemungkinan klien penglihatan.
mengatakan kesulitan
untuk beraktivitas
Kemungkinan klien
mengatakan
penglihatannya tidak
jelas
Kemungkinan klien
mengatakan jika terkena
sinar/paparan matahari
menyilaukan mata
Kemungkinan klien
mengatakan jika melihat
sesuatu berbayang-
bayang/menjadi dua
bayangan
DO:
Hasil pemeriksaan fisik
dengan opthalmoscope
bagian kornea ada selaput
putih
Kemungkinan klien
terlihat sulit untuk
beraktivitas.
2 DS Ansietas. Perubahan
Klien mengatakan cemas pada status
memikirkan biaya untuk kesehatan.
operasinya.
Kemungkinan klien
mengatakan cemas takut
tidak berhasil
menjalankan operasinya
Kemungkinan klien
mengatakan gelisah
Kemungkinan klien
mengatakan cemas
terhadap penyakit yang
dideritanya.
DO
Kemungkinan terlihat
wajah klien tampak
gelisah.
Kemungkinan klien
terlihat tegang.
Kemungkinan klien
terlihat memfokuskan
pada diri sendiri.
Kemungkinan klien
terlihat cemas.
Kemungkinan klien
terlihat takut
3 DS : Kurang kurang
Klien mengatakan tidak Pengetahuan. informasi
mengerti kenapa sampai tentang
mengalami katarak penyakit.
Kemungkinan klien
mengatakan takut akan
kondisinya.
Kemungkinan klien
mengatakan tidak tahu
sama sekali tentang
penyakitnya.
Kemungkinan klien
mengatakan cemas
terhadap penyakit yang
dideritanya apakah
sembuh/tidak
DO:
Kemungkinan wajah
tampak gelisah
Kemungkinan klien
terlihat terus bertanya-
tanya dengan pertanyaan
yang sama.
Kemungkinan klien
terlihat bingung.
POST OPERASI
4 DS : Nyeri. Luka pasca
Kemungkinan klien operasi.
mengatakan nyeri pada
bagian mata pasca
operasi.
Kemungkinan klien
mengatakan tidak tahan
ternhadap nyerinya
DO :
Vital sign :
a) TD : 140/90 mmHg
b) N: 84x/menit
c) T :37,4 0c
d) RR: 24x/menit
Kemungkinan skla nyeri
(6)
Kemungkinan klien
terlihat menahan rasa
sakit.
Kemungkinan klien
terlihat merintih
kesakitan ( nyeri )
DIAGNOSA KEPERAWATAN
No. Diagnosa keperawatan Tanggal Tanggal
ditemukan Teratasi
1. Gangguan persepsi sensori-perseptual 12 – 05 / 2013 15 – 05 / 2013
penglihatan b.d Gangguan penerimaan
sensori/status organ indera ditandai dengan
menurunnya ketajaman.
2. Ansietas b.d Perubahan pada status kesehatan. 12 – 05 / 2013 15 – 05 / 2013
3. Kurang pengetahuan b.d Kurang informasi 12 – 05 / 2013 12 – 05 / 2013
tentang penyakit
4. Nyeri b.d Luka pasca operasi. 15 – 05 / 2013 18 – 05 / 2013
5. Resiko tinggi terhadap cidera b.d Keterbatasan 15 – 05 / 2013 18 – 05 / 2013
penglihatan.
6. Risiko infeksi b.d Prosedur invansif ( operasi 15 – 05 / 2013 18 – 05 / 2013
katarak )
7. Resiko ketidakefektifan penatalaksanaan 15 – 05 / 2013 18 – 05 / 2013
regimen terapeutik b.d kurang pengetahuan,
kurang sumber pendukung.
DAFTAR PUSTAKA