DI SUSUN OLEH :
ALBERT CIE
( 18190100070 )
A. Keluhan Utama
Badan terasa panas
B. Diagnosa Medis
Dengue Hemoragic Fever
C. Diagnosa Keperawatan
Hipertermia
E. Dasar Pemeriksaan
1. Pengertian
DHF merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang termasuk
golongan arbovirus melalui gigitan nyamuk aedes aegypti betina. (Alimul, 2014).
Demam berdarah dengue atau haemorragic fever adalah penyakit infeksi akut
yang disebabkan oleh virus dengue (albovirus) dan ditukarkan oleh nyamuk aedes,
yaitu aedes aegypti dan aedes albopictus (Wijayaningsih, 2013).
2. Etiologi
Virus dengue sejenenis arbovirus, termasuk genus flavivirus, keluarga
flaviridae. Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4.
Keempatnya ditemukan diIndonesia dengan DEN-3 serotype terbanyak. Infeksi salah
satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan,
sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga
tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut.
Seseorang yang tinggal didaerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4
serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di
berbagai daerah di Indonesia(Suriadi&Yullianni, 2006)
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok arbovirus B, yaitu
arthropod-born envirus atau virus yang disebarkan oleh artropoda. Vector utama
penyakit DBD adalah nyamuk aedes aegypti (didaerah perkotaan) dan aedes
albopictus (didaerah pedesaan). (Widoyono, 2008).
Sifat nyamuk senang tinggal pada air yang jernih dan tergenang, telurnya dapat
bertahan berbulan-bulan pada suhu 20-420C. Bila kelembaban terlalu rendah telur ini
akan menetas dalam waktu 4 hari, kemudian untuk menjadi nyamuk dewasa ini
memerlukan waktu 9 hari. Nyamuk dewasa yang sudah menghisap darah 3 hari dapat
bertelur 100 butir (Murwani, 2011).
3. Tanda dan Gejala
Menurut Padila (2013), tanda dan gejala penyakit DHF adalah sebagai berikut.
a. Meningkatnya suhu tubuh
b. Nyeri pada otot seluruh tubuh
c. Suara serak
d. Batuk
e. Epistaksis
f. Disuria
g. Nafsu makan menurun
h. Muntah
i. Ptekie
j. Ekimosis
k. Perdarahan gusi
l. Muntah darah
m. Hematuria masih
n. Melena
a. Menurut Widoyono (2008), tanda dan gejala penyakit DHF adalah sebagai berikut.
o. Demam selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas
p. Manifestasi perdarahan dengan tes Rumpel Leede (+), mulai dari petekie (+)
sampai perdarahan spontan seperti mimisan, muntah darah, atau berak darah
q. Hasil pemeriksaan trombosit menurun (normal: 150.000-300.000 µL), hematokrit
meningkat (normal: pria < 45, wanita < 40)
r. Akral dingin, gelisah, tidak sadar (dengue shock syndrome)
Kriteria diagnosis menurut WHO (1997) dalam Widoyono (2008) adalah sebagai
berikut.
a. Kriteria klinis
Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas dan berlangsung terus menerus
selama 2-7 hari
Terdapat manifestasi perdarahan
Pembesaran hati
Syok
b. Kriteria laboratoris
Trombositopenia (< 100.000/mm3)
Hemokonsentrasi (Ht meningkat > 20%)
Seorang pasien dinyatakan menderita penyakit DBD bila terdapat minimal 2
gejala klinis yang positif dan 1 hasil laboratorium yang positif. Bila gejala dan tanda
tersebut kurang dari ketentuan di atas maka pasien dinyatakan menderita demam
dengue (Widoyono, 2008).
G. Analisis Tindakan
Mekanisme tubuh terhadap kompres hangat dalam upaya menurunkan suhu tubuh
yaitu dengan pemberian kompres hangat pada daerah tubuh akan memberikan sinyal ke
hipotalamus melalui sumsum tulang belakang. Ketika reseptor yang peka terhadap panas
di hipotalamus dirangsang, sistem efektor mengeluarkan sinyal yang memulai
berkeringat dan vasodilatasi perifer. Perubahan ukuran pembuluh darah diatur oleh pusat
vasomotor pada medulla oblongata dari tangkai otak, di bawah pengaruh hipotalamik
bagian anterior sehingga terjadi vasodilatasi. Terjadinya vasodilatasi ini menyebabkan
pembuangan/ kehilangan energi/ panas melalui kulit meningkat (berkeringat), diharapkan
akan terjadi penurunan suhu tubuh sehingga mencapai keadaan normal kembali
(Nurwahyuni, 2009).
Manfaat pemberian kompres hangat dapat memberikan rasa nyaman dan
menurunkan suhu tubuh. Dengan tujuan antara lain:
1. Memperlancar sirkulasi darah
2. Mengurangi / menghilangi rasa sakit
3. Memperlancar pengeluaran cairan / exudat
4. Merangsang peristaltic
5. Memberi ketenangan dan kesenangan klien
6. Mengurangi nyeri
7. Meningkatkan aliran darah
8. Mengurangi kejang otot
9. Menurunkan kekakuan tulang sendi
K. Evaluasi Diri
Tindakan kompres hangat sebagian besar sudah dilakukan sesuai dengan SOP,
hanya saja tempat dilakukan pengompresan hanya di dahi dan axila tidak dilakukan di
lipatan paha, dikarenakan pasien menolak dan merasa tidak nyaman ketika dilakukan
pengompresan dilipatan paha.
L. Daftar Pustaka / Referensi
A.Azis Alimul Hidayat & Musrifatul Uliyah. 2014. Pengantar kebutuhan dasar manusia.
Edisi 2. Jakarta : Salemba medika.
Kartika Sari Wijayaningsih. 2013. Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta: TIM
Murwani, Arita. 2009. Perawatan pasien penyakit dalam. Jogjakarta: Mitera Cendekia.
Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
Nurwahyuni, Ika. 2009. Perbedaan Efek Teknik Pemberian Kompres Hangat pada
Daerah Aksila dan Dahi terhadap Penurunan Suhu Tubuh pada Klien Demam di
Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Sudirohusodo Makassar.
ANALISIS TINDAKAN KEPERAWATAN
(OBSERVASI TANDA-TANDA VITAL)
A. Definsi
Pemeriksaan tanda-tanda vital merupakan suatu cara untuk mendeteksi adanya
perubahan sistem tubuh. Tanda vital meliputi suhu tubuh, denyut nadi, frekuensi
pernapasan, dan tekanan darah. Tanda vital mempunyai nilai penting pada fungsi tubuh.
B. Indikasi
1. Pada pasien yang baru masuk dan untuk dirawat
2. Secara rutin pada pasien yang dirawat
3. Sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan pasien
C. Tujuan
1. Pernafasan
Mengetahui keadaan umum pasien
Mengetahui jumlah dan sifat pernafasan dalam rentan 1 menit
Mengikuti perkembangan penyakit
Membantu menegakkan diagnosis
2. Nadi
Mengetahui denyut nadi selama rentan waktu 1 menit
Mengetahui keadaan umum pasien
Mengetahui intgritas sistem kardiovaskular
Mengukuti perjalanan penyakit
3. Suhu
Mengetahui suhu tubuh pasien untuk menentukan tindakan keperawatan
Membantu menegakkan diagnosis
4. Tekanan darah
Mengetahui keadaan hemodinamik pasien
Mengetahui keadaan kesehatan pasien secara menyeluruh
D. Masalah keperawatan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
E. Prosedur tindakan
1. Persiapan klien
Perkenalkan diri kamu kepada klien, termasuk juga nama, jabatan atau peran, &
jelaskan apa yg akan kamu lakukan.
Pastikan identitas klien
Jelaskan tujuan dan prosedur dilakukannya tindakan tersebut, jelaskan dengan
bahasa yg dapat dimengerti oleh klien.
Siapkan peralatan yang dibutuhkan
Lakukan cuci tangan sebelum kontak dengan klien . Kenakan APD
Yakinkan bahwa klien nyaman & bahwa kamu mempunyai ruangan yg lumayan
bagus & mempunyai pencahayaan yg lumayan utk lakukan tugas tersebut.
Memberi privasi untuk klien, atau posisikan & tutup klien sesuai kebutuhan.
Istirahatkan pasien setidanya sekitar 5 menit sebelum dilakukan pengukuran. &
pastikan pasien merasa kalem & nyaman.
2. Persiapan alat :
Thermometer
Tiga buah botol berisi larutan sabun, desinfektan, dan air bersih
Bengkok
Handscoen
Tissue
Vaselin
Spigmomanometer
stetoskop
Buku catatan
Arloji dan pena
3. Prosedur kerja:
a. Pemeriksaan suhu aksila
Cuci tangan
Kenakan handscoen
Atur posisi pasien
Tentukan letak aksila dan bersihkan daerah aksila menggunakan tissue
Turunkan termoter dibawah suhu 34ºc-35ºc
Letakan thermometer pada daerah aksila dan lengan pasien fleksi diatas dada
Setelah 3-10 menit thermometer diangkat dan dibaca hasilnya
Catat hasilnya
Bersihkan thermometer dengan kertas tissue
Cuci dengan air sabun, desinfektan, bilas dengan air bersih, dan keringkan.
b. Pemeriksaan denyut nadi
Atur posisi klien
Letakan kedua tangan terlentang disisi tubuh
Tentukan letak arteri (denyut nadi yang akan dihitung)
Periksa denyut nadi dengan menggunakan ujung jari telunjuk, jari tengah dan
jari manis. Tentukan frekuensinya permenit dan keteraturan irama, dan
kekuatan denyutan
Catat hasil
c. Pemeriksaan pernafasan
Atur posisi klien
Hitung frekuensi dan irama pernapasan
Catat hasil
d. Pemeriksaan tekanan darah
Atur posisi klien
Letakan tangan yang hendak diukur pada posisi telentang
Lengan baju dibuka
Pasang manset pada lengan kanan/kiri atas sekitar 3 cm diatas fossa cubiti
(jangan terlalu ketat/longgar)
Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri tidak teraba
Selanjutnya pompa lagi hingga 20 – 30 mm hg
Letakkan kepala stetoskop di atas arteri brachialis
Lepaskan katup pengontrol dengan cara pelan-pelan sehingga air raksa turun
dengan kecepatan 2 – 3 mili meter hg per detik atau 1 skala perdetik
Pastikan tinggi air raksa disaat terdengar detakan pertama arteri brachialis
yaitu tekanan sistolik
Pastikan tinggi air raksa pada saat terjadi perubahan nada yg tiba-tiba
melemah Denyutan terakhir dinamakan tekanan diastolik
Lepaskan stetoskop dari telinga pemeriksa & manset dari lengan pasien.
Bersihkan earpiece & diafragma stestokop dengan disinfektan.
Catat hasil
Cuci tangan
Tindakan Rasional
Perkenalkan diri kamu kepada klien, Mendapatkan ijin/persetujuan dari
termasuk juga nama, jabatan atau klien untuk dilakukan tindakan.
peran, & jelaskan apa yg akan kamu
lakukan.
Pastikan identitas klien Mencegah terjadinya kesalahan dalam
melakukan tindakan
Lakukan cuci tangan sebelum kontak mencegah dan mengendalikan infeksi
dengan klien
F. Kesenjangan teori
Ada kesenjangan antara teori dan praktek yaitu pada saat melakukan pemeriksaan
suhu aksila,saat melakukan desinfektan menggunakan Tiga buah botol berisi larutan
sabun, desinfektan, dan air bersih. Sedangkan saat praktek hanya menggunakan alcohol
swap, dan thermometer yang digunakan juga bukan thermometer air raksa tetapi
thermometer digital.
A. Definisi
Melakukan perawatan pada luka dengan cara mamantau keadaan luka, melakukan
penggatian balutan ( ganti verban ) dan mencegah terjadinya infeksi,yiatu dengan cara
mengganti balutan yang kotor dengan balutan yang bersih.
B. Indikasi
Pada balutan yang sudah kotor
C. Tujuan Tindakan
1. Meningkatkan penyembuhan luka dengan mengabsorbsi cairan dan dapat menjaga
kebersihan luka
2. Melindungi luka dari kontaminasi
3. Dapat menolong hemostatis ( bila menggunakan elastis verband )
4. Membantu menutupnya tepi luka secara sempurna
5. Menurunkan pergerakan dan trauma
6. Menutupi keadaan luka yang tidak menyenangkan
D. Masalah Keperawatan
Pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman
E. Rasionalisasi Tindakan
No Prinsip-Prinsip Tindakan Rasional
.
Mengucapkan salam pada klien,
perkenalkan diri, jelaskan prosedur,
1. Menerapkan etika keperawatan
tujuannya, persetujuan klien, kontrak
waktu
2. Cuci tangan Mencegah transmisi mikroorganisme
3. Memulai tindakan dengan basmalah Menerapkan nilai Islami
Senyum, ramah, dan perhatian
4. Menerapkan nilai Islami
selama tindakan
Menjaga privacy pasien, persiapkan Memastikan keamanan dan
tempat tidur (TT), kunci TT, posisi kenyamanan pasien selama di
5. TT dalam tinggi yang tepat, sesuai lakukannya tindakan.
dengan lokasi luka, dan atur posisi
sesuai kenyamanan pasien
Dekatkan peralatan di dekat pasien Supaya perawat mudah dalam
6. serta pasang pengalas dan perlak. melakukan tindakan, dan mencegah
cairan dari luka jatuh ke tempat tidur.
7. Pakai sarung tangan steril Mencegah transmisi mikroroganisme.
Buka set ganti balutan dengan Mencegah transmisi mikroroganisme.
8.
teknik steril
Lepas plester dan angkat balutan Memudahkan dalam membuka balutan
dengan pinset secara perlahan sejajar pada luka.
9.
pada kulit dan mengarah pada
balutan.
Bila balutan lengket pada luka, Dengan memberikan larutan NaCl,
lepaskan dengan memberikan balutan yang lengket dapat di lepas
larutan NaCl. dengan mudah. Selain itu larutan NaCl
memiliki komposisi dan konsentrasi
yang mirip cairan tubuh, jadi tidak
10.
mengiritasi jaringan dan karena
konsentrasi sama, tidak ada efek
perbedaan konsentrasi (penarikan
cairan), sehingga pasien tidak merasa
nyeri ketika balutannya di buka.
Buang balutan kotor pada bengkok Mencegah transmisi mikroorganisme.
11. dan lepaskan sarung bersih sekali
pakai.
Kaji kondisi luka (lokasi, ukuran, Mengetahui sejauh mana
12. nyeri) perkembangan, proses proliferasi dari
luka.
Bersihkan luka dengan NaCL dan Larutan NaCl memiliki komposisi dan
sesuai kondisi luka (jangan merusak konsentrasi yang mirip cairan tubuh,
jaringan granulasi, dari area bersih jadi tidak mengiritasi jaringan dan
ke kotor) karena konsentrasi sama, tidak ada efek
13.
perbedaan konsentrasi (penarikan
cairan), sehingga pasien tidak merasa
nyeri ketika NaCl di gunakan untuk
membersihkan luka,
Keringkan luka dengan kasa kering Menghindari luka terlalu basah
14.
sehingga cepat sembuh
Balut luka sesuai dengan kondisi Mencegah dari infeksi mikroorganisme
15. luka: balutan basah-kering/balutan yang dapat menyebabkan infeksi pada
kering/ balutan modern luka.
Tutup luka Menghindari luka terpapar dengan
16.
mikroorganisme penyebab infeksi
17. Mengakhiri tindakan, evaluasi klien Menerapkan etika keperawatan
Merapikan pasien dan membereskan Supya pasien tampak rapi dan nyaman
18.
alat. kembali.
Mengucapkan salam saat mengakiri
19. Menerapkan nilai Islami
pertemuan dengan klien
Melepaskan sarung tangan dan Mencegah transmisi mikroorganisme.
20.
mencuci tangan.
F. Prosedur Tindakan
Persiapan Alat
1. Alat-alat steril
a. Pinset anatomis 1 buah
b. Pinset sirugis 1 buah
c. Gunting bedah/jaringan 1 buah
d. Kassa kering dalam kom tertutup secukupnya
e. Kassa desinfektan dalam kom tertutup
f. sarung tangan 1 pasang
g. korentang/forcep
2. Alat-alat tidak steril
a. Gunting verban 1 buah
b. Plester
c. Pengalas
b. Kom kecil 2 buah (bila dibutuhkan)
c. Nierbeken 2 buah
d. Kapas alcohol
e. Aceton/bensin
f. Sabun cair anti septik
g. NaCl 9 %
h. Cairan antiseptic (bila dibutuhkan)
i. Sarung tangan 1 pasang
j. Masker
k. Air hangat (bila dibutuhkan)
l. Kantong plastic/baskom untuk tempat sampah
Pelaksanaan
1. Jelaskan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
2. Dekatkan alat-alat ke pasien
3. Pasang sampiran
4. Perawat cuci tangan
5. Pasang masker dan sarung tangan yang tidak steril
6. Atur posisi pasien sesuai dengan kebutuhan
7. Letakkan pengalas dibawah area luka
8. Letakkan nierbeken didekat pasien
9. Buka balutan lama (hati-hati jangan sampai menyentuh luka) dengan menggunakan
pinset anatomi, buang balutan bekas kedalam nierbeken.
Jika menggunakan plester lepaskan plester dengan cara melepaskan ujungnya dan
menahan kulit dibawahnya, setelah itu tarik secara perlahan sejajar dengan kulit dan
kearah balutan. ( Bila masih terdapat sisa perekat dikulit, dapat dihilangkan dengan
aceton/ bensin )
10. Bila balutan melekat pada jaringan dibawah, jangan dibasahi, tapi angkat balutan
dengan berlahan
11. Letakkan balutan kotor ke neirbeken lalu buang kekantong plastic, hindari
kontaminasi dengan permukaan luar wadah
12. Kaji lokasi, tipe, jumlah jahitan atau bau dari luka
13. Membuka set balutan steril dan menyiapkan larutan pencuci luka dan obat luka
dengan memperhatikan tehnik aseptic
14. Buka sarung tangan ganti dengan sarung tangan steril
15. Membersihkan luka dengan sabun anti septic atau NaCl 9 %
16. Memberikan obat atau antikbiotik pada area luka (disesuaikan dengan terapi)
17. Menutup luka dengan cara:
a. Balutan kering
lapisan pertama kassa kering steril u/ menutupi daerah insisi dan bagian
sekeliling kulit
lapisan kedua adalah kassa kering steril yang dapat menyerap
lapisan ketiga kassa steril yang tebal pada bagian luar
b. Balutan basah – kering
lapisan pertama kassa steril yang telah diberi cairan steril atau untuk menutupi
area luka
lapisan kedua kasa steril yang lebab yang sifatnya menyerap
lapisan ketiga kassa steril yang tebal pada bagian luar
c. Balutan basah – basah
lapisan pertama kassa steril yang telah diberi dengan cairan fisiologik u/
menutupi luka
lapisan kedua kassa kering steril yang bersifat menyerap
lapisan ketiga (paling luar) kassa steril yang sudah dilembabkan dengan cairan
fisiologik
18. Plester dengan rapi
19. Buka sarung tangan dan masukan kedalam nierbeken
20. Lepaskan masker
21. Atur dan rapikan posisi pasien
22. Buka sampiran
23. Evaluasi keadaan umum pasien
24. Rapikan peralatan dan kembalikan ketempatnya dalam keadaan bersih, kering dan
rapih
25. perawat cuci tangan
26. Dokumentasikan tindakan dalam catatan keperawatan
G. Kesenjangan Teori
Tidak terdapat kesenjangan yang berarti antara teori dan kenyataan hanya pada
ketersedian alat yang disesuaikan dengan teori terkadang tidak semua alat tersedia tetapi
pada prinsipnya tidak jauh berbeda dengan teori