Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lebih dari seperempat jumlah populasi dunia saat ini menderita

hipertensi. Di Indonesia banyaknya penderita hipertensi diperkirakan 15 juta

orang tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol.

Penatalaksanaan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita

hipertensi dapat dilakukan dengan dua jenis yaitu penetalaksanaan

farmakologis dan penatalaksaan non farmakologis. Pengobatan hipertensi

juga dapat dilakukan dengan terapi herbal. Untuk tanaman herbal sendiri ada

lima macam cita rasa dari tanaman obat yaitu pedas, manis, asam, pahit dan

asin. Penyajian obat-obatan herbal khususnya dalam terapi hipertensi

disuguhkan dengan beberapa cara, misalnya dengan dimakan langsung,

disajikan dengan dibuat jus untuk diambil sarinya, diolah menjadi obat

ramuan ataupun dimasak sebagai pelengkap menu sehari-hari

(Wiryowidagdo, 2002).

Di Indonesia diperkirakan hidup sekitar 40.000 spesies tanaman, di

mana 30.000 spesies tumbuh di kepulauan Indonesia dan 9.600 spesies

tanaman tersebut merupakan tanaman yang memiliki khasiat sebagai obat

dengan kurang lebih 300 spesies tanaman telah digunakan sebagai bahan

baku obat tradisional oleh industry obat tradisional di Indonesia. Pengobatan

dengan bahan alam merupakan salah satu solusi yang baik untuk

menanggulangi masalah kesehatan. Dengan maraknya gerakan kembali

kealam (back to nature), kecenderungan penggunaan bahan obat alam /

1
herbal di dunia semakin meningkat. Gerakan tersebut dilatar belakangi

perubahan lingkungan, pola hidup manusia, dan perkembangan pola

penyakit. Slogan back to nature yang menunjukan minimnya efek negatif

yang ditimbulkan dari penggunaan herbal dan juga ekonomis menarik minat

masyarakat untuk kembali menggunakan obat-obatan dari bahan alami

(Depkes, 2007).

Efek samping obat tradisional relatif kecil jika digunakan secara tepat,

yang meliputi kebenaran bahan, ketepatan dosis, ketepatan waktu

penggunaan, ketepatan cara penggunaan, ketepatan telaah informasi, dan

tanpa penyalahgunaan obat tradisional itu sendiri. Selain itu obat tradisional

mudah didapatkan di pekarangan rumah dan harga ekonomis. Namun,

diperlukan informasi yang lengkap tentang obat tradisional, untuk

menghindari hal-hal yang merugikan bagi kesehatan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang dirumuskan dalam

makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa nama tanaman yang digunakan untuk obat herbal Hipertensi?

2. Apa nama daerah dan nama latin dari tanaman tersebut?

3. Bagaimana taksonomi dari tanaman tersebut?

4. Apa saja kandungan senyawa aktif dalam tanaman tersebut?

5. Bagaimana mekanisme kerjanya?

6. Bagaimana cara pengolahan obat herbal tersebut?

7. Bagaimana efek Farmakologi?

8. Bagaiaman tingkat keamanan dalam menkonsumsi obat herbal tersebut?

2
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Fitofarmaka serta

mampu memanfaatkan obat Herbal untuk pengobatan penyakit Hipertensi

dalam proses keperawatan.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui nama tanaman yang digunakan untuk obat herbal

Hipertensi?

b. Mengetahui nama daerah dan nama latin dari tanaman tersebut?

c. Mengetahui taksonomi dari tanaman tersebut?

d. Mengetahui kandungan senyawa aktif dalam tanaman tersebut?

e. Mengetahui mekanisme kerjanya?

f. Mengetahui cara pengolahan obat herbal tersebut?

g. Mengetahui efek Farmakologi?

h. Mengetahui tingkat keamanan dalam menkonsumsi obat herbal

tersebut?

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Nama Tanaman

(DAUN BELIMBING WULUH)

B. Nama Daerah dan Nama Ilmiah

Belimbing wuluh atau disebut juga belimbing sayur, belimbing asam

atau belimbing buluh dengan nama latin Averrhoa bilimbi.

Belimbing wuluh atau belimbing sayur diduga berasal dari kepulauan

Maluku dan kini tersebar ke seluruh Indonesia dan negara-negara sekitar

seperti Filipina, Myanmar, dan Srilanka.

Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) dikenal dengan berbagai daerah

dengan nama yang berbeda, seperti: limeng, selimeng (Aceh), Selemeng

(Gayo), asom belimbing, balimbingan (Batak), malimbi (Nias), balimbieng

4
(Minangkabau), belimbing asam (Melayu), balimbing (Lampung), belimbing

wuluh (jawa), calincing wulet (Sunda), bhalingbhing bulu (Madura).

Juga disebut blimbing buloh (Bali), limbi (Bima), libi (Sawu),

balimbeng (Flores), belerang (Sangi), lumpias, rumpeasa dureng, wulidan,

lopias, lembetue (Gorontalo), bainang (Makasar), calene (Bugis), takurela

(Ambon), kerbol (Timor), malibi (Halmahera), uteke (Papua). Dalam bahasa

Inggris dikela sebagai cucumber tree atau bilimbi. Sedangkan dalam bahasa

latin disebut Averrhoa bilimbi.

C. Morfologi dan Taksonomi Belimbing Wuluh

Belimbing wuluh merupakan salah satu spesies dalam genus Averrhoa

yang tumbuh di daerah ketinggian hingga 500 m di atas permukaan laut dan

dapat ditemui di tempat yang banyak terkena sinar matahari langsung tetapi

cukup lembab. Pada umumnya belimbing wuluh ditanam dalam bentuk

tanaman pekarangan yaitu diusahakan sebagai usaha sambilan atau tanaman

peneduh di halaman rumah (Parikesit, 2011).

Pohon yang berasal dari Amerika tropis ini menghendaki tempat tumbuh

yang terkena cahaya matahari langsung dan cukup lembab. Pohonnya

tergolong kecil, tinggi mencapai 10 m dengan batang tidak begitu besar, kasar

berbenjol-benjol danmempunyai garis tengah sekitar 30 cm. Percabangan

sedikit, arahnyacondong ke atas, cabang muda berambut halus seperti beludru

berwarnacokelat muda (Wijayakusuma dan Dalimartha, 2005).

Bunga berupa malai, berkelompok, keluar dari batang atau cabangyang

besar. Bunga kecil-kecil berbentuk bintang, warnanya ungu

kemerahan.Buahnya berbentuk bulat lonjong bersegi, panjang 4-6,5 cm,

5
warnanya hijaukekuningan, bila masak berair banyak dan rasanya masam.

Bijinya berbentukbulat telur. Daun belimbing wuluh merupakan daun

majemukmenyirip ganjil dengan 21-45 pasang anak daun. Anak daun

bertangkaipendek, bentuknya bulat telur sampai jorong, ujung runcing,

pangkalmembundar, tepi rata, panjang 2-10 cm, lebar 1-3 cm, warnanya

hijau,permukaan bawah warnanya lebih muda (Wijayakusuma dan

Dalimartha,2005).

Belimbing wuluh disebut Averrhoa bilimbi, yang termasuk dalam famili

Oxalidaceae (Savitri, 2014). MenurutDasuki (1991), kedudukan taksonomi

tanaman belimbing wuluh sebagai berikut:

1. Kingdom : Plantae (tumbuhan) Subkingdom

2. Sub Kingdom :Tracheobionta(berpembuluh)

3. Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji)

4. Divisio : Magnoliophyta (berbunga)

5. Class : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

6. Sub-class : Rosidae

7. Ordo :Geraniales

8. Familia : Oxalidaceae (suku belimbing-belimbingan)

9. Genus :Averrhoa

10. Spesies :Averrhoa bilimbi L

D. Kandungan senyawa aktif

 Kandungan senyawa aktif secara umum

Hasil identifikasi senyawa kimia secara GCMS menunjukkan

bahwa ekstrak daun belimbing wuluh mengandung senyawa paling

6
dominan adalah senyawa turunan asam dikarboksilat yaitu dietil phtalat,

phytol, asam ferulat, asam lemak seperti asam miristat, etil palmitat,

trimetil pentadekanon-2.

Dari ekstrak kasar, kandungan senyawa dietil phtalat dan phytol

masing-masing 9,75 dan 12,64%, setelah pemurnian menjadi 4,80 dan

51,34%. Berarti dietil phatalat konsentrasinya turun, dan phytol

meningkat. Kemungkinan senyawa phytol ini ikut berperan dalam

menurunkan efek hipotensif. Senyawa-senyawa kimia bahan

alam/fitokimia mempunyai efek potensial untuk promosi kesehatan karena

adanya campuran komplek senyawa biokima (Dillard dan German, 2000).

Fungsi senyawa tersebut sebagai substrat dalam reaksi metabolic atau

kofaktor dari enzim metabolik (Dahanukar et al., 2000;Burt, 2004; Basu et

al., 2007).

Daun Belimbing Wuluh mengandung flavonoid, saponin dan tanin

yang diduga memiliki khasiat sebagai antioksidan, antibakteri dan

antiinflamasi (anti radang) (Liantari, 2014). Uji identifikasi yang

dilakukan dalam penelitian Savitri (2014) diperoleh hasil bahwa daun

Belimbing Wuluh dan hasilnya menunjukkan bahwa senyawa flavonoid,

saponin, tanin, glikosida, minyak atsiri dan fenol positif terdapat pada

daun Belimbing Wuluh, sedangkan triterpenoid dan alkaloid negatif.

1. Flavonoid

Liantari (2014) menyatakan bahwa flavonoid merupakan senyawa

aktif di dalam daun Belimbing Wuluh yang memiliki kemampuan

membentuk kompleks dengan protein bakteri melalui ikatan hidrogen

7
sehingga menyebabkan struktur dinding sel dan membran sitoplasma

bakteri yang mengandung protein menjadi tidak stabil sehingga sel

bakteri menjadi kehilangan aktivitas biologinya mengakibatkan fungsi

permeabilitas sel bakteri akan terganggu dan sel bakteri akan

mengalami lisis yang berakibat pada kematian sel bakteri. Konsentrasi

rendah, flavonoid dapat merusak membran sitoplasma yang

menyebabkan bocornya metabolit penting yang menginaktifkan sistem

enzim bakteri, sedangkan pada konsentrasi tinggi mampu merusak

membran sitoplasma dan mengendapkan protein sel (Riwayati, 2012).

Flavonoid memiliki efek anti tumor, immunostimulan, analgesik, anti

radang (anti inflamasi), anti virus, anti bakteri, anti HIV, anti diare,

anti hepatotoksik, anti hiperglikemik dan sebagai vasodilator (Adha,

2009). Flavonoid juga memiliki potensi sebagai antioksidan.

Antioksidan berguna untuk mencegah penuaan akibat zat-zat radikal

bebas yang menyebabkan kerusakan jantung.

2. Saponin

Saponin merupakan senyawa yang memiliki tegangan permukaan yang

kuat yang berperan sebagai antimikroba dengan cara mengganggu

kestabilan membran sel bakteri yang menyebabkan lisis sel bakteri

tersebut (Fahrunnida dan Pratiwi, 2015). Safangat et al. (2014)

menyatakan bahwa saponin dapat menurunkan tegangan permukaan

dinding sel dan apabila berinteraksi dengan dinding bakteri, maka

dinding tersebut akan pecah atau lisis.

8
3. Tanin

Penelitian Savitri (2014) diperoleh hasil bahwa tanin yang terdapat

dalam tanaman dapat digunakan untuk membunuh bakteri. Menurut

Mukhlisoh (2010) tanin merupakan growth inhibitor, sehingga banyak

mikroorganisme yang dapat dihambat pertumbuhannya oleh tanin

karena tanin memiliki kemampuan menghambat sintesis dinding sel

bakteri dan sintesis protein sel bakteri gram positif maupun gram

negatif sehingga aktivitas tanin sebagai antimikroba dapat terjadi

melalui beberapa mekanisme yaitu menghambat enzim antimikroba

dan menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara bereaksi dengan

membran sel dan menginaktivasi enzim-enzim esensial atau materi

genetik.

 Kandungan senyawa aktif yang memiliki khasiat untuk hipertensi

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Lidyawati, dkk (2006)

menunjukkan bahwa simplisia dari ekstrak methanol daun belimbing

wuluh mengandung flavonoid, saponin, tanin, steroid/triterpenoid

Flavonoid berguna untuk menurunkan tekanan darah dengan zat yang

dikeluarkan yaitu nitric oxide serta menyeimbangkan beberapa hormone

didalam tubuh (Putri, 2011).

Daun belimbing wuluh juga mengandung kalium yang dapat

mempengaruhi pengeluaran urin. Kalium berfungsi sebagai diuretik

sehingga pengeluaran natrium cairan meningkat, jumlah natrium rendah

tekanan darah menurun (Fitriani, 2009).

9
Senyawa fitokimia alkaloid tanin memiliki efek dalam bidang

kesehatan sebagai antihipertensi (Diennazola, 2012). Tanin juga

merupakan senyawa aktif metabolit sekunder yang diketahui mempunyai

beberapa khasiat yaitu sebagai astringen, anti diare, anti bakteri dan

antioksidan. Tanin juga dapat berfungsi sebagai antioksidan biologis.

E. Mekanisme kerja

Antihipertensi yang berasal dari tumbuhandapat bekerja dengan berbagai

cara antara lain dengan cara menurunkan volume cairan tubuh (diuresis),

mengurangi tahanan perifer (vasodilator) atau mempengaruhi kerja jantung itu

sendiri (Loew dan Kaszkin, 2002). Penggunaan tanaman obat dan formulasi

herbal menjadi pertimbangan untuk mengurangi efek toksik dan memiliki efek

samping yang minimal dibandingkan dengan obat-obat sintetik (Harlbeistin,

2005).

Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) merupakan salah satu jenis

tanaman asliIndonesia yang biasanya digunakan sebagai obat.Batang dan daun

belimbing wuluh mengandungtanin, sulfur dan asam format (Hartini, 2005).

Halini juga sesuai dengan hasil penelitian yangdilakukan oleh Lidyawati, dkk

(2006) yangmenunjukkan bahwa simplisia dari ekstrakmethanol daun

belimbing wuluh mengandung flavonoid, saponin, tanin, steroid/triterpenoid

Flavonoid berguna untuk menurunkan tekanan darahdengan zat yang

dikeluarkan yaitu nitric oxide serta menyeimbangkan beberapa hormone

didalam tubuh (Putri, 2011). Menurut Jouad(2001) campuran flavonoid dapat

meningkatkanurinasi dan pengeluaran elektrolit pada tikus normotensi.

10
Kecepatan filtrasi glomerulus (GFR)memperlihatkan peningkatan peningkatan

yangsignifikan setelah pemberian flavonoid.

Daun belimbing wuluh juga mengandungkalium yang dapat

mempengaruhi pengeluaran urin. Kalium berfungsi sebagai diuretik sehingga

pengeluaran natrium cairan meningkat, jumlah natrium rendah tekanan darah

menurun (Fitriani, 2009).

Senyawa fitokimia alkaloid tanin memiliki efek dalam bidang kesehatan

sebagai antihipertensi(Diennazola, 2012). Tanin mengurangipengerasan

pembuluh darah. Jika pengerasantidak terjadi, peredaran darah lancar

sehinggakerja jantung tidak terlalu berat dan potensistroke bisa hilang

(Diennazola, 2012). Tanin jugamerupakan senyawa aktif metabolit

sekunderyang diketahui mempunyai beberapa khasiatyaitu sebagai astringen,

anti diare, anti bakteridan antioksidan. Tanin juga dapat berfungsisebagai

antioksidan biologis. Antioksidan dalampengertian kimia, merupakan senyawa

pemberielektron. Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu

elektronnya kepada senyawayang bersifat oksidan sehingga aktivitas

senyawaoksidan tersebut bisa terhambat. Antioksidanmenstabilkan radikal

bebas dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas,

dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas

(Malangi et al, 2013)

F. Cara Pengolahan

Anda dapat membuat ramuannya dengan merebus tujuh tangkai

belimbing wuluh dalam 5 gelas air hingga tersisa 3 gelas.

11
Dalam memilih daun belimbing wuluh, sebaiknya pilihlah daun yang

berada pada tangkai daun yang tumbuh pada bagian tengah pohon, bukan

dipucuk atau di bagian cabang-cabang paling bawah pohon, dan gunakanlah

daun yang tidak terlalu muda dan juga tidak terlalu tua.

Selanjutnya, air rebusan itu dikonsumsi 3 kali sehari. Setelah 3 hari

konsumsi, tekanan darah mulai turun dan akan stabil setelah sepekan

mengkonsumsi. Itu artinya daun belimbing wuluh bersifat asam sehingga

menurunkan tekanan darah. Dalam ramuan tersebut, daun belimbing wuluh

berperan melarutkan pembuluh darah di jantung sehingga kerja jantung

memompah darah lebih optimal.

G. Efek farmakologi

 Uji Pra Klinik

Khasiat daun belimbing wuluh menurunkan tekanan darah terbukti

secara ilmiah. Itu terbukti dalam riset yang dilakukan para peneliti Balai

Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Hernani,

Christina Winarti, dan Tri Marwati. Dalam riset itu tim meneliti efek

pemberian ekstrak daun belimbing wuluh terhadap penurunan tekanan

darah pada 6 ekor kucing. Mereka memilih hewan uji kucing karena

tekanan darahnya menyerupai tekanan darah pada manusia.

12
Sebelum perlakuan, tim membius kucing untuk memberikan

rangsangan pada sistem kardiovaskuler dengan menyuntikkan 0,2 ml

ephinephrine. Akibat penyuntikan itu tekanan darah hewan uji meningkat

menjadi 177 mmHg, normal 120 mmHg. Selanjutnya tim peneliti

menyuntikkan larutan uji berupa ekstrak kasar dan ekstrak murni daun

belimbing wuluh dengan dosis masing-masing 8,3 mg/kg bb (bobot tubuh

kucing), 16,6 mg/kg bb, 25 mg/kg bb, dan 33 mg/kg bb.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua ekstrak memiliki efek

hipotensif atau efek menurunkan tekanan darah pada kucing hipertensi.

Perlakuan dosis ekstrak yang diuji ternyata secara statistic berbeda nyata.

Adanya peningkatan dosis ekstrak yang disuntikkan ternyata akan terjadi

juga peningkatan efek hipotensif.

Hewan uji dibuat hipertensi dalam keadaan teranestesi, tujuannya

untuk memberikan rangsangan pada system kardiovaskuler dengan

pemberian suntikan epinephrine 0,2 ml (Djatmiko et al., 2001). Akibat

penyuntikan epinephrine maka tekanan darah hewan uji meningkat

menjadi 177 mmHg (tekanan darah normal adalah 120 mmHg).

13
Rangsangan pada system kardiovaskuler dengan epinephrine ini dilakukan

sebelum penyuntikan larutan uji.

Ekstrak kasar memiliki efek hipotensif yang signifikan lebih rendah

dari pada ekstrak murni. Dosis dengan efek hipotensif tertinggi yaitu dosis

33 mg/kg bb. Pemberian ekstrak kasar belum mampu menurunkan tekanan

darah hewan uji yang hipertensi ke tekanan darah normal, karena hanya

mampu menurunkan tekanan darah 46,5 mmHg, sehingga tekanan darah

hewan uji setelah diberikan ekstrak masih 130,5 mmHg. Pemberian

ekstrak murni dengan dosis 33 mg/kg bb mampu menurunkan tekanan

darah 54,5 mmHg.

Penurunan tekanan darah sebanyak 5-6 mmHg dapat mengurangi

risiko terkena serangan stroke sampai 40%, penyakit jantung koroner 15-

20% dan mengurangi kegagalan jantung, penyakit jantung (Anonymous,

2009). Efek samping dari hipertensi adalah meningkatkan serangan

jantung, kegagalan jantung, stroke dan kerusakan ginjal (Alleyne et al.,

2005). Hasil penelitian Bovet et al., (2002) terhadap volunteer

14
menunjukkan bahwa penurunan tekanan darah 7 mmHg terjadi setelah

meminum obat antihipertensi 0-3 hari perminggu, dengan tekanan darah

awal 158 mmHg. Bila mengkonsumsi obat 6-7 hari perminggu maka

tekanan darah akan turun sampai 16 mmHg. Dari penggunaan obat

antihipertensi terhadap pasien dapat mengurangi resiko kena stroke sampai

18%, penyakit jantung koroner 16% dan kematian pecah pembuluh darah

21%. Penurunan tekanan darah rata-rata 5-6 mmHg untuk diastolik dan

10-12 mmHg untuk sistolik (Lindholm , 2003).

Hasil penelitian menunjukkan dengan pemberian ekstrak daun

belimbing wuluh pada dosis 33 mg/kg bb bisa menurunkan tekanan darah

sekitar 46, 5 - 54,5 mm Hg. Dengan demikian, ekstrak daun belimbing

wuluh bisa dikembangkan sebagai obat antihipertensi.

Ditinjau dari durasi penurunan tekanan darah, maka ekstrak murni

mempunyai durasi penurunan tekanan darah lebih lama dibandingkan

ekstrak kasar (Tabel 4). Ada kecenderungan bahwa semakin tinggi dosis

yang diberikan, durasi penurunan tekanan darah semakin cepat. Penurunan

tekanan darah sebaiknya tidak terlalu cepat tetapi secara perlahan. Dalam

pengobatan hipertensi kronik, penurunan tekanan darah harus bertahap dan

memerlukan pendekatan individual (Pikir, 1997).

15
 Uji Klinik

Hasil penelitian itu menjadi kabar baik bagi pasien hipertensi. Dalam

sebuah jurnal yang diterbitkan Nature Publishing Group asal Inggris,

Journal of Human Hypertension, peneliti dari Departmen Kesehatan

Masyarakat dan Kedokteran Klinis, Universitas Umea, Swedia, LH

Lindholm, menyebutkan bahwa jika pasien mengonsumsi obat

antihipertensi yang dapat menurunkan tekanan darah sistolik 10—12

mmHg dan diastolik 5—6 mmHg, dapat mengurangi risiko pasien terkena

stroke hingga 18%, jantung koroner 16%, dan kematian akibat pecah

pembuluh darah 21%. Dalam penelitian itu pemberian ekstrak daun

belimbing wuluh dengan dosis 33 mg/kg bb dapat menurunkan tekanan

darah hingga 46,5—54,5 mmHg. Karena itu Hernani dan rekan

berpendapat daun belimbing wuluh bisa dikembangkan sebagai obat

antihipertensi.

H. Keamanan

Hipertensi merupakan penyakit yang ditakuti oleh banyak orang

karena dampaknya yang cukup menganggu, diantaranya adalah pembatasan

jenis makanan yang dikonsumsi. Bagi penderita hipertensi harus menghindari

konsumsi garam berlebih, makanan mengandung lemak tinggi, dan hal

lainnya.

Banyak penderita hipertensi yang menggunakan obat-obatan kimia

untuk menurunkan tekanan darah, namun sebenarnya disekitar kita terdapat

banyak herbal berkhasiat sama bahkan lebih.

16
Herbal tersebut diantaranya adalah daun belimbing wuluh. Daun

belimbing wuluh ini dapat menjadi antihipertensi karena mengandung

senyawa fitol yang berperan menurunkan tekanan darah. .

Hasil penelitian yang tertulis pada “Journal of Ethnopharmacology”

menunjukan bahwa konsumsi daun belimbing wuluh akan meningkatkan

HDL (High Density Lipid) yang merupakan kolesterol baik.

Fungsi dari HDL adalah “mengangkut” LDL (Low Density Lipid)

yang menyebabkan timbunan plak lemak di dinding pembuluh darah dan

menyebabkan hipertensi.

Efek samping dari mengkonsumsi air rebusan daun belimbing wuluh

ini adalah diuretik, karena cara kerja dari daun belimbing wuluh ini dapat

mengurangi volume darah dengan cara meningkatkan aktifitas diuretik atau

peningkatan frekuensi buang air kecil, namun ini bukan efek yang

membahayakan bagi anda yang akan mengkonsumsi air rebusan ini.

Sehingga disarankan agar dalam menkonsumsi air rebusan ini sebaiknya

jangan pada malam hari karena akan menggangu waktu tidur akibat

keseringan buang air kecil.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

 Dari pembahasan dalam makalah ini maka dapat disimpulkanbahwa

belimbing wuluhatau dengan nama latin Averrhoa bilimbi. Berdasarkan

taksonominya termasuk dalam famili Oxalidaceae.

Daun Belimbing Wuluh mengandung flavonoid, saponin dan tanin yang

diduga memiliki khasiat sebagai antioksidan, antibakteri dan antiinflamasi

(anti radang).

Ramuan daun belimbing wuluh dapat dibuat dengan merebus tujuh

tangkai belimbing wuluh dalam 5 gelas air hingga tersisa 3 gelas. Ramuan

daun belimbing wuluh berperan melarutkan pembuluh darah di jantung

sehingga kerja jantung memompah darah lebih optimal. Ramuan daun

belimbing wuluh untuk hipertensi sudah teruji secara klinis dan hasil

penelitian tertulis pada “Journal of Ethnopharmacology” yang menunjukan

bahwa konsumsi daun belimbing wuluh akan meningkatkan HDL (High

Density Lipid) yang merupakan kolesterol baik.

Ekstrak kasar dan ekstrak yang telah dimurnikan dari daun belimbing

wuluh mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi obat anti hipertensi,

karena memberikan efek penurunan tekanan darah secara signifikan terhadap

hewan uji kucing. Dari pemberian ekstrak kasar dengan dosis 25 mg/kg bb

bisa menurunkan tekanan darah sampai 41,25 mmHg, dan ekstrak yang telah

dimurnikan mencapai 51,5 mmHg. Durasi penurunan tekanan darah untuk

obat antihipertensi yang terbaik adalah yang tidak terlalu cepat dalam

18
menurunkan tekanan darah setelah pemberiannya.Dari pemberian ekstrak

kasar ternyata mempunyai durasi penurunan tekanan darah lebih cepat (0,99

menit) dibandingkan dengan ekstrak murni (1,43 menit).

B. Saran

Dengan mengetahui banyaknya manfaat yang terdapat dalam

kandungan buah ini sudah selayaknya kita dapat mengolahnya menjadi

makanan bernutrisi yang dapat bernilai ekonomis tinggi. Sebagai aktivitas

akademika kita juga dapat melakukan penelitian agar buah ini juga bisa

dijadikan salah satu produk pertanian unggulan dalam negeri untuk bisa

bersaing dalam perdagangan global saat ini.

19
DAFTAR PUSTAKA

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Belimbing Wuluh Penurun

Tensi Darah ",

http://www.plantamor.com.

https://elokkamilah.wordpress.com/kimia-farmasi-dan-medisinal-2/dibalik-

mukzizat-tanaman-belimbing-wuluh-averrhoa-bilimbi-linn-sebagai-pengawet-

alami/

http://naturamedik.blogspot.com/2013/09/daun-belimbing-wuluh-atasi-

hipertensi.html

https://lifestyle.kompas.com/read/2011/03/29/11105214/

Belimbing.Wuluh.Penurun.Tensi.Darah..https://media.neliti.com/media/

publications/228919-pengaruh-ekstrak-daun-belimbing-wuluh-av-35742c71.pdf

https://lifestyle.kompas.com/read/2011/03/29/11105214/

Belimbing.Wuluh.Penurun.Tensi.Darah.

http://www.tribunnews.com/tribunners/2016/04/13/jangan-remehkan-daun-

belimbing-ini-khasiatnya

https://scholar.google.co.id/scholar?

hl=id&as_sdt=0%2C5&q=MAKALAH+daun+belimbing+wuluh&btnG=

20

Anda mungkin juga menyukai