Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH FARMAKOGNOSI

Untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Farmakognosi

Disusun Oleh : Kelompok 6

Nama Kelomok : Firda Fitriani (11161027)

Fitri Wulansari (11161028)

Indri Lestari (11161031)

M. Rizki Ramadhan (11161040)

Risna Juwinar (11161048)

Ryan Khunam A (11161050)

SEKOLAH TINGGI FARMASI BANDUNG

Jalan Soekarno-Hatta no. 754 , Kota Bandung

2017 / 2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Disentri merupakan tipe diare yang berbahaya dan sering kali menyebabkan
kematian dibandingkan dengan tipe diare akut yang lain. Penyakit ini dapat
disebabkan oleh bakteri (disentri basiler) dan amoeba (disentri amoeba).
Di Amerika serikat, insiden diseentri amoeba mencapai 1-5 % sedangkan disentri
basiler dilaporkan kurang dari 500.000kasus tiap tahunnya. Sedangkan kejadian
disentri amoeba di Indonesia sampai saat ini masih belum ada, akan tetapi untuk
disentri basiler dilaporkan 5% dari 3848 orang penderita diare berat menderita disentri
basiler.
WHO menyebutkan bahwa sekitar 15 persen dari seluruh kejadian diare pada anak
di bawah usia 5 tahun adalah disentri. Adapun hasil survei evaluasi di Indonesia pada
tahun 1989-1990 juga menunjukkan angka kejadian yang sama. Disentri menjadi
penyebab panting pada kesehatan dan kematian yang dikaitkan dengan diare.
Pada masyarakat modern ini, masyarakat belum begitu tahu tentang manfaat apa
saja yang dapat kita peroleh dari tanaman untuk kesehatan, itu dikarenakan
masyarakat lebih mengenal obat obatan dari bahan kimia, baik karena anjuran dari
resep dokter.Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat adalah
Acalypha indica. Tanaman herba ini secara tradisional sudah dimanfaatkan untuk
pengobatan disentri, malnutrisi, mimisan, muntah darah, berak darah, kencing darah
dan malaria. Namun penggunaannya sebagai tanaman obat masih terbatas pada
pengobatan tradisional dalam bentuk air rebusan, belum sampai pada tanaman obat
modern yang memang terbukti secara farmakologis karena adanya kandungan bioaktif
tertentu.
Penelitian Acalypha sebenarnya mulai dilakukan di India sejak tahun 1979,
namun itu masih terbatas pada potensinya sebagai antifungi. Namun sepanjang kurun
waktu yang lama, penelitian mengenai tanaman ini tidak banyak mengalami
kemajuan. Mulai 2005, baru muncul beberapa penelitian lain terkait potensi lain dari
Acalypha seperti aktivitas antimikroba, anti asam urat, antidiabetes, sumber nutrisi,
dan antioksidan.

Penelitian mengenai potensi ekstrak kasar Acalypha sebagai senyawa antibakteri


Salmonella thypi telah dilakukan di FST UAI, namun belum pada jenis metabolit
sekundernya. Penelitian lanjutan mengenai profil metabolit sekunder golongan
flavonoid tanaman Acalypha secara umum dapat menjadi penelitian awal dalam
pemanfaatan bioaktif potensial. Penelitian diarahkan pada jenis organ mana (akar,
batang, dan daun) yang mengandung bioaktif paling beragam. Gambaran umum
mengenai profil kandungan metabolit sekunder golongan flavonoid dapat menjadi
pijakan dasar untuk menentukan kemudian mengisolasi senyawa potensial sebagai
antimikroba, antioksidan, atau senyawa lain yang bermanfaat bagi kesehatan. Hingga
pada akhirnya senyawa antimikroba dan antioksidan potensial hasil isolasi dari
tanaman Acalypha.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa itu penyakit disentri ?
2. Tanaman apa yang digunakan sebagai obat disentri?
3. Bagaimana uji aktivitas pada tanaman anting-anting untuk obat disentri?
4. Senyawa apa yang bertanggung jawab pada tanaman anting-anting untuk penyakit
disentri?
5. Bagaimana cara identifikasi senyawa tersebut?

1.3 TUJUAN
1. Menyetahui apa itu peyakit disentri dan obat yang dapat mengobati penyakit
disentri
2. Mengetahui senyawa yang terkandung dalam Tanaman Anting-anting sebagai
obat disentri serta cara identifikasi senyawa obatnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DISENTRI
Disentri berasal dari bahasa yunani, yaitu dys (=gangguan) dan enteron (=usus),
yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas, tinja lendir bercampur
darah.
Disentri merupakan peradangan pada usus besar yang ditandai dengan sakit perut
dan buang air besar yang encer secara terus menerus (diare) yang bercampur lendir
dan darah.
Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka yang menyebabkan
tukak terbatas di colon yang ditandai dengan gejala khas yang disebut sebagai
sindroma disentri, yakni :
1. Sakit di perut yang sering disertai dengan tenesmus,
2. Berak-berak, dan
3. Tinja mengandung darah dan lendir.
Adanya darah dan lekosit dalam tinja merupakan suatu bukti bahwa kuman
penyebab disentri tersebut menembus dinding kolon dan bersarang di bawahnya.
Penyakit ini seringkali terjadi karena kebersihan tidak terjaga,baik karena kebersihan
diri atau individu maupun kebersihan masyarakat dan lingkungan.

2.2 OBAT HERBAL

A. Sejarah Obat Herbal


Pengobatan secara tradisional tertua yang tercatat dalam sejarah yaitu pada
Bangsa Yunani kuno juga banyak menyimpan catatan mengenai penggunaan
tanaman obat yaitu Hyppocrates ( tahun 466 sebelum masehi ) membuat himpunan
keterangan terinci mengenai ribuan tanaman obat dalam De Materia Medica.

Orang-orang Yunani kuno juga telah melakukan pengobatan herbal. Zaman Mesir
kuno ( tahun 2500 sebelum masehi ) yang ditulis dalam Papyrus Ehers meyebutkan
Sejumlah besar resep penggunaan produk tanaman untuk pengobatan berbagai
penyakit, gejala-gejala penyakit dan diagnosanya, Pada saat itu, para pendeta Mesir
kuno telah melakukan dan mempraktekkan pengobatan Herbal.

B. Tanaman Herbal di Indonesia

Departemen Kesehatan RI mendefenisikan tanaman obat Indonesia seperti yang


tercantum dalam SK Menkes No. 149/SK/Menkes/IV/1978, yaitu :

1. Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan obat tradisional
atau jamu.
2. Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan pemula bahan baku
obat (precursor).
3. Tanaman atau bagian tanaman yang diekstraksi dan ekstrak tanaman tersebut
digunakan sebagai obat.

BAB III
PEMBAHAHASAN
Tanaman Anting-Anting (Acalypha indica L.)

3.1 Sumber Obat

3.1.1 Klasifikasi Tanaman


Tanaman Acalipha indica Linn dapat diklasifikasi sebagai berikut:
Divisi : Magnoliophyta
Sub divisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Euphorbiales
Suku : Euphobiaceae
Marga : Acalypha
Jenis : Acalypha indica Linn.
Sinonim : Acalypha caroliniana Blanco.
(Rizky, 2010)

3.1.2 Nama Daerah


Anting-anting, rumput bolong-bolong, akar kucing-kucingan (jawa),
lelatang
(sunda), ceka mas (melayu).
3.1.3 Nama Asing
Tie xian (Cina), rumput lislis (Malasya), Bugos, maraotong, taptapingar
(Filipina), Indian nettle, Indian copperleaf dan indian acalypha (Inggris).

Gambar 1 Habitus dan bunga tanaman Acalypha indica. Bar putih menunjukkan skala 1
cm.

3.1.4 Deskripsi Tanaman

Morfologi Daun

Tanaman ini memiliki daun berbentuk bulat lonjong seperti lanset. Letak daun
berselang seling. Ujung dan pangkal daun berbentuk lancing. Dan pada bagian
pinggir daun bergerigi. Daun tanaman ini memiliki panjang 2,5 cm sampai
dengan 8 cm serta memiliki lebar 1,5cm sampai dengan 3,5 cm.

Morfologi Batang
Tanaman ini banyak tumbuh di pinggir jalan, di lereng gunung dan di lapangan
yang banyak rumputnya. Ketinggian tanaman anting anting berkisar 30 cm sampai
dengan 50 cm. Tanaman ini dapat bercabang dan memiliki garis kasar yang
mamanjang.

Morfologi Bunga
Bunga dari tanaman ini termasuk bunga yang memiliki kelamin tunggal dan
berumah satu. Bunga tanaman ini muncul dari ketiak daun yang berbentuk kecil
dalam rangkaian yang berupa malai.

Morfologi Buah
Buah dari tanaman ini berbentuk kecil dan berwarna hitam.
3.2 Senyawa yang terkandung

Menurut data protabase, kandungan dalam jaringan kering Acalypha


antara lain glikosida sianogenik, akalifin yang merupakan derivat dari 3-
sianopiridon, flavonoid berupa glikosida kaemferol, mauritianin, clitorin,
nicotiflorin, biorobin, tanin, -sitosterol, acalyphamide, aurantiamide,
succinimide, dan flindersin. JSelain itu, terdapat kandungan lain, yaitu
triacetonamine, n-octacosanol, quebrachitol, dan asam hidrosianat.Beberapa
penelitian melaporkan bahwa ekstrak Acalypha dapat menghambat pertumbuhan
beberapa bakteri pathogen.
Senyawa bioakif umumnya dihasilkan melalui metabolisme sekunder.
Berbeda dengan metabolit primer, metabolit sekunder lebih berperan dalam
pertahanan dan peran ekologis tanaman dengan lingkungannya. Tiga kelompok
besar senyawa metabolit sekunder pada tumbuhan antara lain terpenoid, alkaloid,
dan senyawa fenol.
Senyawa yang bertanggung jawab dalam pengobatan disentri yaitu
Flavonoid. Flavonoid merupakan metabolit sekunder yang berfungsi sebagai
antimikroba dan antivirus. Dalam banyak kasus flavonoid dapat berperan secara
langsung sebagai antibiotic dengan mengganggu fungsi dari mikroorgansme
seperti bakteri atau virus. Sehingga, infeksi penyebab disentri dapat di hambat
olah senyawa tersebut. Flavonoid merupakan derivat dari senyawa fenol. Secara
umum, flavonoid merupakan senyawa dengan 15 atom karbon yang tersusun
dalam konfigurasi C6-C3-C6, yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh
tiga karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga (Gambar 2).
Gugus hidroksil (-OH) hampir selalu terdapat dalam flavonoid, khususnya pada
cincin B di posisi 3 dan 4, cincin A pada posisi 5 dan 7, atau cincin C pada
posisi 3. Gugus hidroksil ini merupakan tempat menempelnya berbagai gula yang
dapat meningkatkan kelarutan flavonoid dalam air. Sebagian besar flavonoid
disimpan dalam vakuola tengah, walaupun disintesis di luar vakuola.
Berdasarkan strukturnya, menggolongkan flavonoid dalam enam
kelompok antara lain aglikon (flavonoid tanpa gula terikat), flavonoid-C-glikosida
(flavonoid yang terikat gula pada inti benzena), flavonoid-O-glikosida (flavonoid
yang terikat gula pada gugus hidroksilnya), biflavonoid (flavonoid biner),
flavonoid sulfat (flavonoid yang berikatan dengan satu atau lebih gugus sulfat),
dan aglikon yang bersifat optis aktif. Sedangkan menurut fungsi fisiologisnya [19]
flavonoid dikelompokkan menjadi tiga, yaitu antosianin (flavonoid yang berperan
sebagai pigmen warna), flavonol dan flavon (perlindungan terhadap radiasi UV
berlebih dan sebagai sinyal biologis), dan isoflavon (flavonoid biner yang banyak
berperan sebagai senyawa pertahanan). Walaupun terlihat beragam, namun
golongan flavonoid disintesis oleh prekursor yang sama (fenilalanin, yang
merupakan asam amino aromatik) melalui jalur biosintesis asam sikimat yang
khas hanya terdapat pada tumbuhan.
Gambar 2. Struktur umum flavonoid

3. 3 Identifiksi Senyawa

Metode : Metode yang digunakan yaitu Metode Maserasi.

Bahan dan Alat

Bahan : yang digunakan antara lain tanaman Acalypha indica, metanol, butanol,
asam asetat, HCl, akuades, kertas whatman no 1, kertas whatman no 3, dan amoniak.

Alat : yang digunakan antara lain oven, mortar porselen, blender kering, neraca
analitik, sentrifuse, tabung ependorf, bejana kromatografi, lampu UV (300 nm),
pengering rambut, termometer, alat-alat gelas, hot-plate, magnetic stirer, dan pipet
mikro.

Cara Kerja

Penyiapan simplisia dan ekstraksi.

Tanaman Acalypha terlebih dahulu dibersihkan dari tanah dipisahkan bagian akar,
batang, dan daunnya dibungkus terpisah dengan koran.

Sampel basah tersebut kemudian dikeringkan menggunakan oven pada suhu 40oC
selama 24-48 jam hingga kering sepenuhnya Setelah tanaman kering, masing-
masing bagian tadi (akar, batang, dan daun) dihancurkan menggunakan mortar atau
blender hingga berbentuk serbuk kering Simplisia yang telah dihasilkan kemudian
dimaserasi dengan etanol 70% panas 1:5 (b:v) selama 10 menit. Ekstrak yang
dihasilkan kemudian disaring menggunakan kertas saring.

Fraksinasi senyawa flavonoid.

Fraksinasi dilakukan menggunakan teknik kromatografi kertas (KK) dua


arah. Ekstrak hasil ekstraksi dicoba ditotolkan sebanyak 30, 40, dan 50l pada kertas
Whatman no 1 dan dikeringkan menggunakan pengering. Setelah kering plat sampel
kemudian dikembangkan dengan eluen yang sesuai untuk analisis flavonoid. Eluen
yang digunakan antara lain BAA (Butanol: Asam asetat: Akuades = 4:1:5) dan Asam
asetat 15% sesuai yang diuraikan dalam Analisis dugaan kelompok flavonoid.
Bercak pada kromatogram yang timbul diamati dengan menggunakan lampu UV
(300 nm) sebelum dan setelah diberi uap amoniak. Warna bercak sebelum dan
sesudah diuapkan dicocokkan dengan literatur. Nilai Rf dihitung untuk penentuan
dugaan jenis senyawa dengan membandingkan jarak bercak dengan jarak tempuh
larutan eluen]. Sebagai konfirmasi tambahan, akan dilakukan juga pengujian serapan
maksimum panjang gelombang menggunakan spektrofotometer.

3 .4 Pengujian Aktivitas Tanaman

Pengujian Aktivitas Antibakteri

Pengujian aktivitas ekstak daun ekor kucing dilakukan dengan cara memberikan
ekstrak heksana, etil asetat dan etanol daun ekor kucing. Dengan prosedur sebagai
berikut: Dipipet 0,1 mL suspensi bakteri uji dimasukkan ke dalam cawan petri.
Selanjutnya media nutrient agar (NA) dituang ke dalam cawan petri sebanyak 15
mL, kemudian dihomogenkan dan didiamkan hingga media memadat. Setelah media
padat diletakkan 5 kertas cakram berukuran 6mm dan diatur sedemikian rupa
sehingga terdapat daerah yang cukup untuk mengamati zona hambat yang terjadi.
Kertas cakram telah diresapkan ekstrak heksana (non polar), etil asetat (semi polar)
dan etanol (polar) pada konsentrasi 100%, kontrol positif dan kontrol negatif.
Kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37C selama 1x24 jam.

Pengujian Efektivitas Antibakteri

Pengujian efektivitas antibakteri yang memiliki zona hambat paling besar


dilakukan dengan cara memberikan larutan uji ekstrak daun ekor kucing. Ekstrak
dibuat dengan konsentrasi 10% b/v, 20% b/v, 40% b/v, 80% b/v serta kontrol positif
dan kontrol negatif dengan prosedur sebagai berikut: Dipipet 0,1 mL suspense
bakteri uji dimasukkan ke dalam cawan petri. Selanjutnya media nutrien agar (NA)
dituang ke dalam cawan petri sebanyak 15 mL, lalu dihomogenkan dan didiamkan
hingga media memadat. Setelah media padat diletakkan 6 kertas cakram berukuran
6mm dan diatur sedemikian rupa sehingga terdapat daerah yang cukup untik
mengamati zona hambat yang terjadi. Kertas cakram masing-masing telah
diresapkan larutan uji dengan konsentrasi 10%, 20%, 40%, dan 80%, kontrol positif
dan kontrol negatif. Kemudian diinkubasi dalam incubator pada suhu 37C selama
1x24 jam.

BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Salah satu tanaman yang dapat mengobati penyakit disentri yaitu Tanaman Ating-ating
(Acalypha indica L., dimana didalam nya mengandung senyawa flavonoid. Flavonoid
merupakan metabolit sekunder yang berfungsi sebagai antimikroba dan antivirus.
Dalam banyak kasus flavonoid dapat berperan secara langsung sebagai antibiotic
dengan mengganggu fungsi dari mikroorgansme seperti bakteri atau virus.. Bagian
tanaman yang digunakan yaitu, dari ketiga organ utama tanaman anting-anting (akar, batang,
dan daun) memiliki distribusi kandungan senyawa yang berbeda-beda namun dengan kelas
yang hampir sama. Golongan flavonoid yang berhasil teridentifikasi dari ketiga organ antara
lain isoflavon, flavon, flavonol, flavanon, dihidroksiflavonol, khalkon, dan antosianidin.
Organ daun memiliki keragaman kelas flavonoid lebih banyak dibanding akar dan batang.
Kelompok flavon dan khalkon (senyawa acacetin dan 2,4-dihidroksi-khalkon)
menggunakan HPLC dengan senyawa acacetin dan 2,4-dihidroksi-khalkon standar. Jika
ternyata merupakan senyawa yang dimaksud, perlu dilakukan isolasi dan pemurnian senyawa
bioaktif tersebut. Senyawa murni yang diperoleh kemudian dapat diuji pada bakteri uji untuk
penghambatan mikroba dan aktivitas antioksidasi sebelum diujikan sebagai pengawet alami.

DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/Asus/Downloads/139-574-1-PB.pdf
https://manfaatjahemerah.com/ciri-ciri-manfaat-dan-kandungan-daun-anting-
anting-untuk-kesehatan/
http://www.jamuin.com/2017/04/tanaman-obat-disentri-dan-diare.html
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN 2302 -
2493
file:///C:/Users/Asus/Downloads/139-574-1-PB.pdf

Anda mungkin juga menyukai