Anda di halaman 1dari 7

TANAMA PATIKAN KEBO

(DIURETIK)

A. TEMPAT TUMBUH/DAERAH TUMBUH DI INDONESIA


Tanaman liar ini merupakan gulma, tumbuh di tempat terbuka sekitar pantai,
padang rumput, pinggir jalan, atau kebun. Patikan kebo dapat ditemukan pada tanah yang
tidak terlalu lembap. Tumbuh berpencar atau berkelompok. Terdapat dari dataran rendah
sampai ketinggian 1.400m dpl (Wijayakesuma, 1995).

B. KLASIFIKASI DAN DESKRIPSI TANAMAN


1. KLASIFIKASI
Kerajaan : Plantae (Tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Euphorbia
Spesies : Euphorbia hirta L (Rahmat, 2020)
2. DESKRIPSI TANAMAN
Patikan kebo merupakan tanaman terna, tak berkayu, tumbuh secara liar di tanah
pekarangan kosong, ladang, tepi selokan, rerumputan, sering dianggap tumbuhan
pengganggu (gulma). Berbatang kecil, basah, berwarna kecokelatan, tegak sebagian
melengkung, doyong, percabangan sedikit, tinggi mencapai 50 cm. Daun panjang, tunggal
berhadap-hadapan, bergerigi halus, berbulu. Bunga berkumpul menjadi karangan bunga
bertangkai pendek, berbentuk bundar, duduk di ketiak daun, berwarna hijau pucat. Biji kecil
dan berbulu, tanaman ini menyukai tempat terkena sinar matahari langsung (Soenanto,
2009).

C. PENGGUNAAN SECARA EMPIRIS


Secara empiris masyarakat menggunakan tanaman patikan kebo ini sebanyak 60
gram sebagai peluruh air seni (diuretik) (Lingga, dkk., 2014).

D. MANFAAT DAN KANDUNGAN KIMIA


Tumbuhan Patikan Kebo telah banyak digunakan sebagai obat tradisional di negara-
negara yang terletak di kawasan tropis, seperti Afrika, Asia, Amerika, dan Australia.
Tumbuhan tersebut telah dipercaya dapat mengobati berbagai penyakit, seperti disentri
amuba, diare, borok, asma, bronkhitis, demam, penyakit pada alat genital (misalnya
gonorrhoea). Kemampuan tumbuhan Patikan Kebo dalam mengobati berbagai macam
penyakit ini melibatkan senyawa-senyawa kimia di dalamnya yang dapat bersifat antiseptik,
anti-inflamasi, antifungal, dan antibakterial, seperti kandungan tanin, dan flavonoid. Selain
itu, terdapat pula kandungan senyawa aktif lainnya, seperti alkaloid (Widiarto, dkk., 2018).

E. MEKANISME KERJA METABOLIT SEKUNDER


Kandungan senyawa yang terdapat pada patikan kebo mempunyai aktivitas sebagai
diuretik yaitu flavonoid dimana mekanisme kerjanya menghambat reabsorbsi Na+ , K+ , dan
Cl- sehingga terjadinya peningkatan elektrolit di tubulus sehingga terjadilah diuresis (Lingga,
dkk., 2014).
Flavonoid merupakan senyawa yang mempunyai aktivitas biologis sebagai diuretik.
Mekanisme kerja flavonoid jenis flavonol yang diduga sebagai diuretik yaitu dengan
menghambat reabsorbsi Na+ , K+ , dan Cl- sehingga terjadi peningkatan elektrolit di tubulus
sehingga terjadilah diuresis. Dengan meningkatnya ekskresi juga akan meningkatkan ekskresi
air dan menyebabkan volume urin bertambah (Maryam, 2020).
DAFTAR PUSTAKA

Rahma, F. K. 2020. Gulma Ajaib Penakluk Aneka Penyakit. Deepublish: Jakarta.

Soenanto, Hardi. 2009. 100 Resep Sembuhkan Hipertensi, Asam Urat, dan Obesitas. PT Elex Media
Komputindo: Jakarta.

Maryam, S., Thito D. E., dan Dinur H. 2020. Uji Efektivitas Diuretik Ekstrak Etanol Daun Gedi
(Abelmoschus manihot L.) Pada Mencit Putih Jantan Galur Swiss Webster. Jurnal
Sabdariffarma. Vol. 6(1).

Wijayakesuma, Hembing. 1995. Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Darah Tinggi. Niaga
Swadaya: Surabaya.

Lingga, I. S., Gayatri C., dan Widya A. L. 2014. Uji Efek Ekstrak Etanol Patikan Kebo (Euphorbia hirta
Linn.) Sebagai Diuretik Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Rattus norvegicus sp.). Jurnal
Ilmiah Farmasi. Vol. 3(3).

Widiarto, M., M. Abdurrahman J., Putri K. I., dan Titi L. H. 2018. Analisis Kandungan Antiseptik Getah
Tumbuhan Patikan Kebo (Euphorbia hirta) Sebagai Dasar Pembuatan Brosur Penanganan
Luka Ringan Pada Masyarakat. Bioscientist : Jurnal Ilmiah Biologi. Vol. 6(1).
KUMIS KUCING

(DIURETIK)

A. TEMPAT TUMBUH/DAERAH TUMBUH DI INDONESIA


Sebagai tanaman yang tumbuh liar disepanjang anak sungai dan selokan, Kumis
kucing (Orthosiphon aristatus) mulai banyak ditanam di pekarangan sebagai tumbuhan obat
dan dapat ditemukan di daerah dataran rendah sampai ketinggian 700 mdpl, disebut Kumis
kucing (Orthosiphon aristatus) karena kumpulan benang sari bunganya panjang dan
menjulur dari dua sisi yang berbeda sehingga mirip dengan kumis kucing.

B. KLASIFIKASI DAN DESKRIPSI TANAMAN


1. KLASIFIKASI
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
Sub Classis : Sympetalae
Ordo : Tubiflorae / Solanales
Famili : Labiatae
Genus : Orthosiphon
Species : Orthosiphon stamineus Benth, Aristatus, Spicatus, Grandiflorus

2. DESKRIPSI TANAMAN
Kumis kucing merupakan tanaman herba yang berasal dari daerah Asia tropis. Tinggi
tanaman ini hanya mencapai 1 m. Disebut kumis kucing karena kumpulan benang sari
bunganya panjang dan menjulur dari dua sisi yang berbeda sehingga mirip dengan kumis
kucing. Bunga-bunganya tergabung dalam tandan bunga yang berbentuk plomuse atau
pagoda. Warna kumpulan bunga ada yang putih dan keunguan. Bunga-bunga tersebut
muncul dari ujung cabang. Daunnya bergerigi halus dengan warna hijau mengilap (Mursito
dan Heru, 2011).

C. PENGGUNAAN SECARA EMPIRIS


Tanaman Kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth) merupakan obat herbal yang
secara empiris memiliki efek diuretik dan telah dipercaya banyak negara untuk mengobati
berbagai penyakit seperti hipertensi, aterosklerosis, radang ginjal, deman, influenza,
hepatitis, kencing manis, dan lain-lain. Tanaman kumis kucing di Indonesia digunakan secara
merata sebagai diuretik atau peluruh kencing (Hasbi, 2018).

D. MANFAAT DAN KANDUNGAN KIMIA


Salah satu tanaman yang digunakan sebagai obat adalah tanaman kumis kucing.
Kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth) berkhasiat untuk menghancurkan batu ginjal,
melancarkan pengeluaran urin, mengurangi proses radang kandung kemih, dan menurunkan
kadar glukosa darah. Aktivitas farmakologi dari tanaman ini disebabkan adanya senyawa
metabolit sekunder seperti; ortosiphon, sinensetin, saponin, dan garam alkali terutama
kalium (0.6-3.5%). Tanaman kumis kucing juga mengandung senyawa flavonoid yang
mempunyai aktivitas biologis sebagai diuretik.
Tanaman Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus Blume) merupakan salah satu
tanaman yang mudah ditemui dan memiliki aktivitas diuretik. Beberapa penelitian
sebelumnya telah melakukan pengujian ekstrak kumis kucing sebagai antioksidan, anti
inflamasi, dan antilitiasis. Senyawa metabolit sekunder penanda atau marker dari tanaman
ini adalah sinensetin, sedangkan kandungan senyawa turunan flavonoid yang lain antara lain
yaitu eupatorin, 3 - hydroxy-5,6,7,4-tetrametoksi flavon, rosmarinic acid dan cichoric acid.
Perlakuan ekstrak tanaman kumis kucing menghasilkan volume urin diatas normal karena
adanya flavonoid. Selain flavonoid, senyawa metabolit sekunder yang berperan terhadap
aktivitas diuretik adalah polifenol dan saponin. Flavonoid dan fenolik termasuk ke dalam
senyawa polifenol (Madyastuti, 2020).

E. MEKANISME KERJA METABOLIT SEKUNDER


Berdasarkan hasil analisa kualitatif dan kuantitatif menunjukkan ekstrak tanaman
kumis kucing mengandung flavonoid, saponin dan fenolik. Mekanisme diuretikum dari
metabolit sekunder ini adalah flavonoid mampu meningkatkan laju filtrasi glomerulus
sehingga terjadi peningkatan volume urin, stimulasi aliran darah regional atau inisial
vasodilatasi dan menghambat reabsorpsi air dan ion pada daerah tubulus.
Diuresis terjadi karena adanya peran mekanisme nitrit oksida (NO) dan
prostaglandin secara sistemik dan mengatur tone arteriol serta tekanan darah.Pada organ
ginjal berperan dalam meregulasi dilatasi aferen arteriol dan laju filtrasi glomerulus .
Flavonoid dan turunannya merupakan senyawa yang berperan dalam mengaktivasi reseptor
bradikinin B2 dan reseptor muskarinik yang selanjutnya menstimulasi pelepasan NO dan
prostaglandin (Madyastuti, 2020).
KULIT BUAH LABU SIAM

(DIURETIK)

F. TEMPAT TUMBUH/DAERAH TUMBUH DI INDONESIA


Tanaman labu siam tumbuh baik di dataran tinggi dengan ketinggian 900-1100 m
dpl. Temperatur yang baik untuk pertumbuhan tanaman labu siam adalah 21–28oC siang
hari dan 15–20oC pada malam hari. Tanaman labu siam memerlukan tanah yang gembur,
berpasir, subur dan banyak mengandung humus
G. KLASIFIKASI DAN DESKRIPSI TANAMAN

1. KLASIFIKASI

Kerajaan : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Cucurbitales

Suku : Cucurbitaceae

Marga : Sechium

Jenis : Sechium edule (Jacq.) Sw.

3. DESKRIPSI TANAMAN

Labu siam (Sechium edule (Jacq.) Sw.) merupakan tanaman subtropis dan termasuk ke dalam spesies
cucurbitaceus yang sering digunakan sebagai bahan makanan. Tanaman ini berasal dari Meksiko dan
telah dibudidayakan sejak zaman pra-Kolombia (Saade, 1996). Labu siam termasuk salah satu
komoditas yang sangat mudah ditemukan, hal ini sesuai dengan data statistik yang menyatakan
bahwa produksi labu siam dari tahun 2000 hingga tahun 2012 mengalami peningkatan yaitu dari
158.654 ton menjadi 428.083 ton (BPS, 2013). Buah labu siam ditunjukan dalam gambar

Dalam bidang pengobatan, labu siam memiliki aktivitas


diuretik, antihiperlipidemia, antiinflamasi dan penurunan kadar glukosa darah. Saponin sangat
bermanfaat dalam menghambat dan mencegah penyerapan kolesterol dalam tubuh. Alkaloid
mampu meperlancar peredaran darah sehingga dapat mencegah stroke, sedangkan tanin memiliki
aktivitas antimikroba. Senyawa polifenol, antosianin, dan flavonoid memiliki aktivitas antioksidan,
menurunkan risiko penyakit jantung, menurunkan tekanan darah, membantu mencegah kanker, dan
membantu menghentikan proses inflamasi

H. PENGGUNAAN SECARA EMPIRIS


Salah satu tanaman yang secara empiris yang biasa digunakan untuk mengobati
penyakit ialah Labu Siam (Sechium edule (Jacq.) Swartz.). Sejak dahulu bangsa Indonesia
telah mengenal dan memanfaatkan tumbuhan berkhasiat obat sebagai salah satu upaya
untuk menanggulangi masalah kesehatan, jauh sebelum pelayanan kesehatan formal
dengan obat-obatan modernnya dikenal masyarakat. Pengetahuan tentang pemanfaatan
tanaman obat tersebut merupakan warisan budaya bangsa berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman yang diwariskan secara turuntemurun hingga ke generasi sekarang, sehingga
tercipta berbagai ramuan tumbuhan obat yang merupakan ciri khas pengobatan tradisional
Indonesia (Jhonherf, 2007).
I. MANFAAT DAN KANDUNGAN KIMIA
. Menurut penelitian yang dilakukan Tjoawirawan (2012), Labu Siam dapat
menurunkan tekanan darah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Gaol, 2014)
menunjukan bahwa bahwa ekstrak etanol kulit buah Labu Siam memiliki onset
mempengaruhi pengeluaran urin (diuretik). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata
volume urin pada ketiga kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak kulit buah Labu buah
Siam yaitu KP1, KP2 dan KP3 mengalami kenaikkan dibandingkan dengan KP(-). Ini
menunjukkan bahwa kulit buah Labu Siam dapat meningkatkan volume urin karena
mengandung flavonoid yang berperan sebagai diuretik. Diantara ketiga kelompok ekstrak,
KP1 memiliki volume urin paling tinggi. Semakin besar konsentrasi ekstrak etanol kulit buah
Labu Siam yang diberikan, volume urin yang di keluarkan semakin sedikit.
Labu siam merupakan tumbuhan jenis labu-labuan yang dapat dimakan buah dan
pucuk mudanya. Tumbuhan labu siam mengandung senyawa metabolit sekunder antara
flavonoid, alkaloid, saponin, steroid, tanin, dan glikosida. (Sultani, 2014).

J. MEKANISME KERJA METABOLIT SEKUNDER


Berdasarkan hasil analisa kualitatif dan kuantitatif menunjukkan ekstrak tanaman
kulit buah Labu Siam dapat meningkatkan volume urin karena mengandung flavonoid yang
berperan sebagai diuretik. Semakin besar konsentrasi ekstrak etanol kulit buah Labu Siam
yang diberikan, volume urin yang di keluarkan semakin sedikit.
Diuresis terjadi karena adanya peran mekanisme nitrit oksida (NO) dan
prostaglandin secara sistemik dan mengatur tone arteriol serta tekanan darah.Pada organ
ginjal berperan dalam meregulasi dilatasi aferen arteriol dan laju filtrasi glomerulus .
Flavonoid dan turunannya merupakan senyawa yang berperan dalam mengaktivasi reseptor
bradikinin B2 dan reseptor muskarinik yang selanjutnya menstimulasi pelepasan NO dan
prostaglandin (Madyastuti, 2020).

Anda mungkin juga menyukai