“SELEDRI”
Tugas ini diajukan untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah
Dasar Budidaya Tanaman
Dosen Pengampu:
Ir. Widi Wurjani, MP.
Disusun Oleh:
Qonita Mumtazia Kamilah
21025010185
Tanaman saledri memiliki prospek yang cerah, baik di pasar dalam negeri maupun
luar negeri sebagai komoditas ekspor dengan harga yang relatif tinggi dan stabil.
Bertambahnya jumlah penduduk setiap tahun, menyebabkan kebutuhan akan sayuran
meningkat. Kondisi ini menciptakan suatu peluang untuk membudidayakan seledri secara
intensif di dataran rendah dengan menggunakan teknologi yaitu dengan aplikasi pupuk
organik (Edi, 2009). Namun pengusahaan tanaman seledri belum mendapat perhatian
yang serius. Hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain animo masyarakat untuk
mengusahakan pertanaman seledri masih kurang, iklim (seledri kebanyakan tumbuh di
dataran tinggi di atas sekitar 900 meter di atas permukaan laut) (Wibowo, 2013), teknik
bercocok tanam yang kurang memadai dan kesuburan tanah yang rendah.
1.5 Kendala Dalam Berbudidaya Tanaman Seledri
Sebagai tanaman sayuran sub tropis, seledri membutuhkan sinar matahari yang
cukup sekitar 8 jam sehari. Namun tanaman seledri tidak tahan terkena sinar matahari
secara langsung yang berlebihan. Hal ini dapat menyebabkan tanaman seledri menjadi
layu atau menguning. Sebaliknya jika kekurangan sinar matahari tanaman seledri dapat
berwarna pucat. Suhu udara yang ideal untuk tanaman seledri berkisar antara 15-24℃.
Namun pada saat berkecambah, benih seledri menghendaki suhu yang agak rendah sekitar
10-18℃.
Tanaman Selederi membutuhkan intensitas cahaya matahari dalam kehidupannya
tetapi bila intensitas cahaya matahari terlalu tinggi akan menyebabkan tanaman menjadi
tidak subur, lebih pendek dengan anakan lebih banyak. Selain itu tanamn Selederi yang
ditanam tanpa naungan akan menyebabkan tingginya tingkat kematian yang disebabkan
oleh busuk pangkal batang dan perakaran yang tidak berkembang dengan normal. Perlu
diteliti tingkat naungan yang diinginkan oleh tanaman Selederi dan membandingkan jenis
media untuk budidaya seledri organik sehingga masyarakat dapat mengaplikasikannya
dalam kegiatan budidaya sayuran pada program Kawasan Rumah Pangan Lestari
(KRPL).
BAB II
Seledri dikenal dengan nama ilmiah Apium graveolans linn. Seledri merupakan
tanaman herbal yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat hipertensi.
Berdasarkan bentuk (habitus) pohonnya tanaman seledri dapat dibagi menjadi tiga golongan,
yaitu seledri daun, seledri potong, dan seledri umbi. Seledri daun (A. graveolus
l.var.secalinum alef) merupakan seledri yang banyak ditanam di Indonesia.
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Apiales
Famili : Apiaceae
Genus : Apium L.
(Lansdown, 2013).
Seledri memiliki beberapa syarat tumbuh. Pertama adalah iklim. Seledri termasuk
salah satu jenis sayuran daerah subtropic yang beriklim dingin. Untuk perkecambahan benih,
seledri menghendaki keadaan temperature minimum 9℃ dan maksimum 20℃. Sementara
untuk pertumbuhan dan menghasilkan produksi yang tinggi, seledri menghendaki temperatur
sekitar 15–18℃ serta maksimum 24℃. Tanaman ini cocok dikembangkan di daerah yang
memiliki ketinggian tempat antara 700–1,500m dpl, udara sejuk dengan kelembaban antara
80–90%, serta cukup mendapat sinar matahari. Seledri kurang tahan terhadap air hujan yang
tinggi. Oleh karena itu, penanaman seledri sebaiknya dilakukan pada akhir musim hujan atau
periode bulan-bulan tertentu yang keadaan curah hujannya berkisar antara 60–100 mm per
bulan (Wahyudi, 2010). Seledri membutuhkan iklim kering dengan lama penyinaran 12 jam
per hari, terutama pada masa pembungaan dan pembuahan. Untuk itu, sebaiknya seledri
ditanam pada awal musim kemarau (Sugiarto, 2010).
Syarat kedua adalah keasaman tanah (pH). Persyaratan tanah yang ideal untuk
tanaman seledri adalah harus subur, gembur, banyak mengandung bahan organik (humus),
tata udara (aerasi), tata air (drainase) tanah baik, serta pH antara 5.5–6.5 atau optimum pada
pH 6.0–6.8. Tanaman seledri sangat menyukai tanah-tanah yang menyukai garam natrium,
kalsium, dan boron. Jika tanah kekurangan natrium, maka pertumbuhan tanaman seledri akan
kerdil. Demikian juga jika tanah kekurangan unsur kalsium, itu menyebabkan kuncup-kuncup
daun seledri menjadi kering-kering, sedangkan kekurangan unsur boron mengakibatkan
tangkai-tangkai daun seledri akan retak-retak atau terbelah-belah (Sugiarto, 2010).
Syarat tumbuh yang ketiga adalah curah hujan. Seledri kurang tahan terhadap termpat
yang memiliki curah hujan yang tinggi. Keadaan curah hujan yang dibutuhkan oleh tanaman
seledri berkisar antara 60-100mm/bulan, sehingga penanaman seledri dilakukan pada akhir
musim hujan atau periode bulan-bulan tertentu.
Syarat tumbuh keempat yaitu sinar matahari. Seledri merupakan salah satu tanaman
subtropis yang membutuhkan sinar matahari 8 jam per hari namun, seledri tidak tahan jika
terkena matahari langsung secara berlebihan. Tanaman seledri menajdi menguning atau layu
jika mendapatkan sinar matahri yang berlebih, sebaliknya jika seledri kurang mendapat chaya
matahari dapat menghambat proses pertumbuhannya, lemah, dan pucat (Haryoto, 2009).
Syarat tumbuh yang kelima yaitu tanah. Jenis tanah yang baik bagi pertumbuhan
tanaman seledri yakni tanah andosol dengan kriteria subur, banyak mengandung humus,
berwarna hitam/coklat, tekstur remah dengan berdebu sampai dengan lempung, tata aerasi
yang baik (Rukmana, 1995; Nurlela et al., 2016).
A. Akar
Akar tanaman seledri yaitu akar tanggung dan memiliki serabut akar yang menyebar
kesamping dengan radius sekitar 5-9 cm dari pangkal batang dan akar dapat
menembus tanah sampai kedalaman 30 cm, berwarna putih kotor.
B. Batang
Seledri merupakan tanaman jenis semak dengan tinggi mencapai 50 cm. Batang tidak
berkayu, berbentuk persegi, beralur, beruas, bercabang, tegak dan berwarna hijau
pucat.
C. Daun
Daun tanaman seledri termasuk jenis daun majemuk, menyirip ganjil, anak daun
berjumlah 3-7 helai, pangkal dan ujungnya runcing, tepi beringit, panjang 2- 7,5 cm,
bertangkai, pertulangan menyirip, dan berwarna hijau keputihan.
D. Bunga
Bunga tanaman seledri merupakan bunga majemuk, berbentuk payung, mahkota
berbagi lima, dan bagian pangkal berlekatan.
E. Buah
Seledri memiliki buah kotak, berbentuk kerucut, panjang 1- 1,5 mm, dan berwarna
hijau kekuningan
BAB III
BUDIDAYA TANAMAN
3.1 Pembibitan
Seledri dapat diperbanyak secara generatif dengan bijinya atau vegetatif dengan
anakannya. Secarakomersil, tanaman seledri dapat diperbanyak dengan biji.
Cara menyemai benih: benih disemai di dalam alur/larikan sedalam 0,5 cm dengan
jarak antar alur 10-20 cm. Tutup benih dengan tanah tipis dan siram permukaan
bedengan sampai lembab.
2. Pemelihaaran Pembibitan/Penyemaian
Hari ke 15-25 setelah semai, bibit disemprot dengan pupuk daun, tanah bedengan di
antara alur/larikan dengan larutan 10 gram NPK/10 liter air dan semprot bibit yang
diserang hama dengan pestisida pada konsentrasi rendah (30- 50% dosis anjuran).
3. Pemindahan Bibit
Bibit dipindahkan setelah berumur 1 bulan atau memiliki 3-4 daun.
3.2 Pengelohana Media Tanam
1. Pengolahan lahan
- Tanah dicangkul/diolah sedalam 30-40 cm biarkan selama 15 hari.
- Jika pH tanah kurang dari 6.5 campurkan kapur kalsit atau dolomit dengan tanah
olahan. Dosis kapur 1-2 ton/ha tergantung dari pH tanah dan jumlah Alumunium
di dalam tanah.
2. Pembentukan bedengan
- Ukuran bedengan dengan lebar 80-100 cm, tinggi 30 cm, panjang sesuai dengan
panjang lahan, jarak antar bedengan 30-40 cm. Buat parit keliling
- Campurkan 10-20 ton/ha pupuk kandang dengan tanah bedengan.
- Ratakan dan rapikan bedengan.
3.3 Penanaman
- Tanamkan hanya satu bibit di lubang tanam, padatkan tanah disekitar batang
- Siram bedengan dengan air bersih sampai lembab
- Pasang mulsa jerami padi kering setebal 3-5 cm menutupi permukaan bedengan,
mulsa jangan menutupi bibit seledri.
Anggraini, Amilia Rara., Jumin, Hasan Basri., & Ernita. (2017). PENGARUH
KONSENTRASI IAA DAN BERBAGAI JENIS MEDIA TUMBUH TERHADAP
PERTUMBUHAN TANAMAN SELEDRI (Apium graveolens L.) DENGAN
SISTEM BUDIDAYA HIDROPONIK FERTIGASI. Dinamika Pertanian, XXXIII(3),
285-296.
Alphiani, Yurnie Sari., Zulkifli., & Sulhaswardi. ENGARUH PUPUK KASCING DAN NPK
MUTIARA 16:16:16 TERHADAP PERTUMBUHAN SERTA HASIL TANAMAN
SELEDRI (Apium graviolens L.). Jurnal Dinamika Pertanian, XXXIV(3), 275-286.
Arisandi, Ria., & Sukohar, Asep. (2016). Seledri (Apium graveolens L) sebagai Agen
Kemopreventif bagi Kanker. Majority, 5(2), 95-100.
Anuar, Ainaa Hazirah Binti Shamsul., & Levita, Jutti. REVIEW: SELEDRI Apium
Graveolens. Linn. SEBAGAI TABLET ANTI-INFLAMASI. Farmaka Suplemen,
16(1), 72-82.
Antasari, Dea Ajeng Kemuning. (2019). PENGARUH PENAMBAHAN EM4 PADA URINE
KELINCI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SELEDRI (Apium
graveolens L.) SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BIOLOGI. (Skripsi).
Diterbitkan. Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri
Tulungagung: Tulungagung.
Prabandari, Firly Diah. (2020). PENGARUH URIN SAPI SEBAGAI PUPUK ORGANIK
CAIR DENGAN PENAMBAHAN EM4 TERHADAP PERTUMBUHAN
TANAMAN SELEDRI (Apium graveolus L.) DIMANFAATKAN SEBAGAI
SUMBER BELAJAR BIOLOGI. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan.
Universitas Muhammadiyah Malang: Malang.
LAMPIRAN