Anda di halaman 1dari 3

NAMA : WA ODE VIVIN.

H
NIM : O1A118034
KELAS :A

Pada suatu hari di Apotek “Sejahtera” datang seorang wanita 22 tahun ingin
membeli obat untuk penyakit yang ia alami selama beberapa hari. Keluhan wanita
tersebut yakni gatal pada mata dan muncul bintilan kecil di mata.

Apoteker : “Selamat pagi mbak, selamat datang di apotek Sejahtera.


Perkenalkan saya Gina sebagai Apoteker di apotek ini. Apakah ada yang bisa saya
bantu?
Pasien : “Iya selamat pagi juga mbak mbak, saya kemari ingin membeli
obat”
Apoteker : “Baik, dengan mbak siapa sebelumnya? Dan kalau boleh tahu
usia mbak dan obat yang ingin dibeli untuk digunakan siapa ya?”
Pasien : “Nama saya Fitria mbak, usia 22 tahun dan kebetulan obatnya
untuk saya gunakan sendiri.”
Apoteker : “Kalau boleh saya tahu, obat yang mau dibeli untuk keperluan
apa mbak?”
Pasien : “Ini mbak saya mau beli obat untuk mata wajah saya. Beberapa
hari ini agak merah dan gatal. Setelah itu ada benjolan kecil mbak ini di mata
sebelah kanan saya.”
Apoteker : “Oh seperti itu ya. Maaf sebelumnya mbak, kalau setelah saya
memberikan obatnya apakah mbak bersedia meluangkan waktu untuk saya
jelaskan tentang obatnya dan konseling sebentar?”
Pasien : “Boleh mbak, saya juga tidak buru-buru saat ini. Kira-kira
obatnya apa ya mbak kalau mata bintitan begini?”
Apoteker : “Iya obat nya nanti salep mata ,mbak. Bagian yang merah dan
sakit di sebelah mana mbak?”
Pasien : “Yang sakit di mata kanan saya ini mbak rasanya dari pangkal
bulu mata atas (sambil menunjukkan bagian).”
Apoteker : “Seberapa sakit atau gatal mbak ini kulitnya?”
Pasien : “Tidak terlalu sakit tapi gatal dan mengganggu mbak.”
Apoteker : “Apakah mbak ingat kapan sakit ini timbul?”
Pasien : “Sepertinya 3 hari yang lalu. Semakin hari muncul merah dan
gatal ini.”
Apoteker : “ Berapa lama sudah sakit nya mbak?”
Pasien : “Sakitnya baru terasa kemarin mbak.”
Apoteker : “Apakah ada kondisi tertentu yang membuat sakit tambah parah
mbak?”
Pasien : “Iya mbak saya sering menyentuh bintitan ini karena gatal.”
Apoteker : “Oh seperti itu, sepertinya memang karena bakteri di tangan juga
yang membuat infeksi. Saya ambilkan dulu obatnya”

Sesaat kemudian Apoteker membawa obat untuk pasien.


Apoteker : “Ini mbak obatnya salep Erlamycetin. Isinya antibiotic
Chloramphenicol. Digunakan pada mata yang sakit. Sebelum menggunakan cuci
tangan terlebih dahulu. Kemudian buka ujung tutupnya. Harus hati-hati supaya
tidak kontaminasi dengan permukaan lain. Digunakan 3 kali sehari, posisikan
kepala sedikit mendongak Tarik bagian bawah kelopak mata dan oles pada bagian
bawah kelopak mata kemudian tutup mata sesaat lalu gerakkan bola mata untuk
menyebarkan obat. Setelah memakai salep usahakan tidak menggosok mata.
Setelah itu kemasan harus ditutup lagi mbak.”
Pasien : “Oke mbak. Apakah ada efek samping obat atau yang lain-lain?”
Apoteker : “Untuk salep ini efek samping hanya rasa tidak nyaman pada
mata Interaksi obat terjadi jika mbak mengkonsumsi obat fenobarbital atau
rifampisin sehingga efek salep ini menurun.”
Pasien : “ Baik mbak mengerti. Kalau begitu berarti cukup ini aja kan
obatnya?”
Apoteker : “Iya mbak ini saja sudah cukup. Apakah ada yang ingin
ditanyakan lagi?”
Pasien : “ Tidak mbak sudah cukup paham tadi”
Apoteker : “Baik mbak, apa bisa diulang lagi penjelasan saya tadi unyuk
memastikan aturan pakai obat nya?”
Pasien : “Jadi obat yang saya terima salep Erlamycetin untuk antibakteri
pada mata. Digunakan 3 kali sehari dengan dioles pada bagian bawah kelopak
mata. Kepala sedikit mendongak lalu tarik kelopak mata bawah, kemudian obat
dioles pada kelopak bagian mata bawah ditutup dan tunggu beberapa saat.
Kemudian gerakkan bola mata ke segala arah agar obat menyebar.”
Apoteker : “Baik mbak sepertinya sudah jelas.Obat ini disimpan di suhu
ruang ya mbak dan bisa dipakai sampai habis hingga bintitan sembuh. Sesekali
bisa dikompres air hangat untuk meredakan nyeri atau gatal sebelum aplikasi
obat.”
Pasien : “Oke baik mbak terimakasih sarannya.”
Apoteker : “Iya sama-sama ini obatnya nanti langsung bayar dikasir saja ya.
Semoga cepat sembuh mbak.”
Pasien : “Iya kalau begitu saya permisi dulu mbak.”
Apoteker : “Oh iya mbak, silahkan.”

Anda mungkin juga menyukai