Anda di halaman 1dari 40

BAB 1

PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Tanaman merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan
ekosistem. Dilihat dari hasilnya, tanaman atau tumbuhan merupakan sumber
kebutuhan kita baik sandang, pangan maupun pangan. Kita dapat makan yang
merupakan sumber energi karena ada tanaman. Kita dapat bernafas dengan
baik dengan menghirup oksigen karena ada yang merupakan hasil reaksi
fotosintesis karena ada tanaman. Kita juga dapat meminum air bersih
dikarenakan jasa tumbuhan yang menyimpan cadangan air melalui akar-
akarnya yang itu semua merupakan hasil aktifitas menanam.
Dalam al-Quran, manusia diciptakan oleh Allah swt.sebagai khalifatu
fil adalah yang bertugas untuk memakmurkan bumi (QS: 11:61). Salah satu
upaya pemakmuran bumi Allah ini adalah melalui aktifitas menanam. Dengan
adanya aktifitas menanam, bumi akan menjadi indah, rimbun, makmur dan
sejahtera. Dalam bahasa al-Quran, bumi indah dan rimbun yang ditumbuhi oleh
berbagai macam tumbuhan dengan kata jannah (taman). Taman atau kebun
merupakan tempat berlindung berbagai organisme dari teriknya matahari
melalui rimbunnya pepohonan (http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanamanobat/).
Salah satu ilmu yang memepelajari khusus tanaman-tanaman yang
telah berdiri sendiri sebagai tanaman yang berkhasiat dalam pengobatan
dimana tanaman ini merupakan simplisia. Ilmu farmakognosi menguraikan
tentang pemeriksaan simplisia nabati dan identifikasi tumbuhan obat
berdasarkan kandungan kimianya, bentuk dan simplisianya, baik makroskopik
maupun mikroskopiknya serta inventarisasi tanaman obat yang kerap kali
digunakan masyarakat dalam mengobati suatu penyakit. Indonesia yang
beriklim tropis menyebabkan tanahnya subur sehingga banyak jenis tumbuhan
memiliki khasiat sebagai obat. Namun, sebagian besar dari tumbuhan obat itu
banyak yang tidak diketahui oleh manusia sehingga tidak terawat dengan baik.
Dalam rantai makanan, tumbuhan juga menempati posisi produsen
yang menjadi makanan bagi tingkatan konsumen selanjutnya.Tanaman juga
menjadi penyimpan energi terbesar dalam peristiwa aliran energi dari produsen
ke konsumen. Hal ini dikarenakan tumbuhan merupakan organisme autotrof
yang bisa membuat makanannya sendiri dengan bantuan cahaya matahari.
Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai obat alternatif
untuk mengatasi berak darah adalah Patikan Kebo (Euphorbia hirta L). Hasil
penelitiannya membuktikan bahwa patikan kebo dapat meminimalkan
perdarahan yang terjadi akibat infeksi Eimeria tenella. Hal ini diduga karena
tanaman ini mengandung beberapa zat aktif yang berperan untuk
meminimalisir perdarahan. Zat-zat kimia yang terkandung di dalamnya antara
lain: flavanoida, tannin, beta amiris, asam elogik, querstrim, diterpenoida dan
triterpenoida. Flavanoida dapat menurunkan permiabilitas kapiler darah,
sehingga kerusakan kapiler darah dapat dicegah atau dapat diperbaiki, dan
nutrisi dan oksigen (untuk menunjang kesembuhan) dapat disuplai melalui
kapiler tersebut. Selain itu, flavanoid yang antithrombik dapat membentuk
sumbat thrombosit, sehingga dapat menutup robekan kecil pada pembuluh
darah. Sedang tannin berkhasiat sebagai antiseptik (mencegah pertumbuhan
bakteri) dan hemostatik.
Sementara itu, asam elogik juga dapat mengontrol kerusakan kapiler
dan berperan dalam proses pembekuan darah. Sedang diterpenoida dan
triterpenoida berkhasiat sebagai anti radang (anti inflamasi). Pada kasus berak
darah ini, biasanya disertai gejala diare yang disertai dengan dehidrasi. Dengan
pemberian patikan kebo ini, maka gejala tersebut dapat diatasi karena tanaman
ini mengandung quersitrin yang dapat memperlemah kontraksi usus, tetapi
tidak mengubah transpor cairan di dalam mukosa usus ( http://bahan-
alam.fa.itb.ac.id).
Dari informasi yang diperoleh, maka hal inilah yang melatar belakangi
penelitian untuk tumbuhan Patikan Kebo (Euphorbia Hirta).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana cara pemeriksaan farmakognostik meliputi pemeriksaan
morfologi, anatomi, organoleptik dan identifikasi kandungan kimia tanaman
Patikan Kebo (Euphorbia hirta L).
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian adalah untuk melakukan pemeriksaan
farmakognostik meliputi pemeriksaan morfologi, anatomi, organoleptik dan
identifikasi kandungan kimia dari tanaman Patikan Kebo (Euphorbia hirta L).
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian ini yaitu dapat melengkapi data ilmiah dari
tanaman Patikan Kebo (Euphorbia hirta L) Sebagai obat tradisioal.

1.5 Kontribusi Penelitian bagi IPTEK


Memberikan tambahan referensi mengenai data identifikasi
farmakognostik tanaman Patikan Kebo (Euphorbia hirta L) dalam rangka
pengembangan tanaman obat tradisional.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Tanama


2.1.1 Sistematika Tanaman Patika Kebo (Euphorbia hirta L).
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Euphorbia
Spesies : Euphorbia hirta L.
Sinonim : Euphorbia pilulifera L, Euphorbia capita Lamk.
2.1.2 Nama Daerah Tanaman
Jawa : Patikan Kebo, Kukon-kukon, Sumatra : Daun biji kacang,
Sunda : Nanangkaaan, Jakarta : Gondong anak, Maluku :
Sosononga, Ternate : Isu ma ibi, Melayu : Gelang Susu, Tidore : Isu gibi,
Philiphina : Gatas-gatas, China : Da fey yang cao.
2.1.3 Morfologi Tanaman
Patikan kebo (Euphorbia hirta) berbatang lunak, beruas, berbulu, dan
bergetah putih. Warna batangnya adalah hijau kecoklatan. Daunnya berbentuk
jorong meruncing, tepinya bergerigi. Daunnya berbulu di permukaan atas dan
bawah. Panjang helaian daun mencapai 50mm dan lebarnya 25mm. Daunnya
yang gampang rapuh berwarna hijau atau hijau kelabu. Tumbuhan patikan
kerbau mampu bertahan hidup selama 1 tahun dan berkembang biak melalui
biji. Patikan kerbau mempunyai warna dominan kecoklatan dan bergetah.
Banyak pohonya memiliki cabang dengan diameter ukuran kecil. Daun Patikan
kerbau mepunyai bentuk bulat memanjang dengan taji-taji. Letak daun yang
satu dengan yang lain berhadap-hadapan. Sedang bunganya muncul pada
ketiak daun. Patikan kerbau hidupnya merambat (merayap) di tanah. (Ketut Ari
Widiasih, 2007)
2.1.4 Anatomi Tanaman
a. Batang
Sel epidermis berwarna kekuningan, kutikula berbintik, pada
epidermis terdapat banyak rambut, rambut dapat dibedakan atas 2 tipe.
Rambut pada tipe pertama berwarna kuning sampai kuning kecoklatan,
bentuk kerucut, terdiri dari 2 sel sampai 12 sel, dinding tebal, kutikula kasar,
elas berbintik. Rambut tipe kedua tidak berwarna, bentuk kerucut
melengkung, terdiri dari 2 sel sampai 7 sel dinding lebih tipis, kutikula
berbintik halus; pangkal rambut tipe pertama 3-6 lembar pangkal rambut
kedua. Korteks parenkimati; saluran getah tersebar dalam jaringan korteks
dan floem; berkas pembuluh kolateral; xylem tersusun dalam satu lingkaran,
pembuluh kayu bergaris tengah lebih kurang 30 m disebelah luar floem
terdapat serabut parisikel. Pada batang yang lebih tua jaringan parenkim
empelur terkoyak.
b. Akar
Dibawah epidermis terdapat beberapa llapis sel gabus yang dengan
penambahan larutan sudan III berwarna merah; hamper dibagian
pertengahan dari akar terdapat 4 sampai 5 ikatan xylem dan floem.pada
parenkim korteks floem dan empelur terdapat saluran getah.
c. Daun
Epidermis atas terdiri dari 1 lapis sel-sel besar, pada pandangan
tangensial tampak dinding samping ergelmbang. Stomata tipe nomositik
(Ranunculaceae). Jarigan palisade terdiri dari 1 lapis sel yang tidak sama
tinggi.berkas pembuluh tipe kolateral, terdapat dibawah jaringan
palisadedan diantara jaringan bunga karang, berkas pembuluh jelas
dikelilingi leh suatu seludang yang terdiri dari 1 lapis sel besar berdinding
tipis dan berisi butir hijau dain. Epidermis bawah berpenonjolan berupa
papil pada penempang tangensial berbentuk polygonal dengan dinding
samping lurus, kutikula tipis. (Ditjen.POM, 1995).
2.1.5 Kandungan Kimia Tanaman
Tumbuhan ini kaya dengan berbagai kandungan kimia yang sudah
diketahui, antara lain : Flavonoid, glilcosida, sterol, eufosterol, jambulol,
asam melisat, asam forbat, alkaloid, gula, dan tanin.
2.1.6 Kegunaan Tanaman
Berdasarkan berbagai literatur yang mencatat pengalaman secara
turun-temurun dari berbagai daerah dan negara, tanaman ini untuk
keseluruhan tanaman bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit-penyakit
sebagai berikut :
1. Asma. 7. Radang ginjal
2. Batuk. 8. Radang usus.
3. Bronkhitis. 9. Eksem (obat luar).
4. Disentri amuba. 10. Gatat (obat luar).
5. Herpes zoster. 11. Sakit tenggorokan
6. Pelancar ASI (obat luar)
2.1.7 Bioaktifitas Tanaman
Ekstrak air Euphorbia hirta L. yang telah dibebaskan dari senyawa
lipofilik mem-punyai efek analgetik pada susunan syaraf pusat dan mempunyai
efek sedatif (dengan takaran 100 dan 400 mg/kg). Di samping itu ekstrak air
bebas senyawa lipofil mempunyai efek pula sebagai penurun panas, yang
diakibatkan karena yeast (dengan takaran 100 dan 400 mg/kg). Pada takaran
20-25 mg/kg secara intra peritoneal dan berefek antiradang yang ditimbulkan
karena carrageenan dengan takaran 100 mg/kg.
Ekstrak air bebas senyawa lipofil mempunyai potensi terhadap
Entamorba histolytica dan dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram
positif dan Gram negatif (Staphyllococcus aureus, S.faecalis, S.dysentriae,
Salmonella typhi, Pseudo-monas aeruginosa, Entamuba). Ekstrak batang
mempunyai potensi lebih besar dari pada ekstrak bagian lain terhadap bakteri
(http://lansida.blogspot.com/2010/07/patikan-kebo-euphorbia-hirta-l.html).
Ekstraksi dilakukan secara sinambung dengan pelarut n-heksan dan
etanol dengan cara perkolasi. Untuk memisahkan komponen-komponen ekstrak
n-heksan dan etanol secara KLT digunakan pengembang n-heksan-etil asetat
(7:3), deteksi dengan lampu UV 254 nm dan 365 nm, serta asam sulfat pekat
10% dalam metanol.
Fraksinasi ekstrak n-heksan dilakukan secara KCV dengan eluen
campuran pelarut landaian terdiri dari n-heksan-etil asetat. Hasil fraksinasi
dipantau dengan KLT dengan pengembang n-heksan-etil asetat. Pemisahan
lebih lanjut dilakukan dengan kromatotron menggunakan pengembang n-
heksan dan n-heksan-etil asetat, dan selanjutnya isolatnya dianalisis dengan
spectrometer.
Fraksinasi ekstrak etanol dilakukan dengan ECC berturut-turut dengan
pelarut n-heksana, eter, kloroform, etil asetat dan n-butanol. Pemisahan lebih
lanjut dilakukan dengan membiarkan fraksi selama beberapa hari hingga
terbentuk endapan, cuci endapan dengan pelarut aseton dan methanol. Dari
ekstrak n-heksan diisolasi dan diidentifikasi senyawa kimia golongan
triterpenoid dengan rangka kolestan. Dari ekstrak etil asetat diperoleh dua
senyawa flavonoid turunan kuersetin dengan substituen belum diketahui dan
salah satu adalah senyawa glikosida dengan ikatan glikosidik pada posisi-5.
Dari ekstrak etil asetat, diperoleh juga senyawa xanton yang mengandung
gugus hidroksi, metoksi atau asetat yang jumlah dan posisinya belum jelas.
(http://bahan-alam.fa.itb.ac.id).
2.2 Tinjauan Tentang Pemeriksaan Farmakognostik
2.2.1 Pengertian dan Sejarah Farmakognosi
Istilah farmakognosi pertama kali dicetuskan oleh C.A Seydler
(1815), seorang peneliti kedoteran di Haale Jerman, dalam disertasinya
berjudul Analecta Pharmakognostca. Farmakognosi berasal dari bahasa
Yunani, phramacon yang artinya obat (ditulis dengan tanda petik karena
obat di sini maksudnya adalah obat alami, bukan obat sintetis) gnosis yng
artinya pengetahuan. Jadi farmakognosi adalah pengetahuan tantang obat-
obatan alamiah.
Beberapa tahun sebelumnya, J.A Schmidt menggunakan istilah
farmakognosi sebagai salah satu sub judul dari buku Lehrbuch der Materia
Medika yang diterbitkan di Vienna tahun 1811. Ia mengartikan
farmakognosi sebagai pharma (obat) dan cognitive (pengenalan) jadi
farmakognosi merupakan cara pengenalan ciri-ciri/ karateristik obat yang
berasal dari bahan alam. Menurut Fluckiger, farmakognosi mencakup seni
dan pengetahuan pengibatan dari alam yang meliputi tanaman, hewan,
mikroorganisme dan mineral (Gunawan, 2004)
Sejarah farmakognosi
Pada awalnya masyarakat awam tidak mengenal istilah
farmkognosi. Oleh karenanya, mereka tidak biasa mengaitkan
farmakognosi dengan bidang-bidang yang berhubungan dengan kesehatan.
Padahal, farmakognosi sebenarnya menjadi mata pelajaran yanga spesifik
dalam bidang kesehatan dan farmasi. Masyarakat telah mengeathui khasiat
dari opium(candu), kina, kelambak penisilian, digitalis, insulin, tiroid,
vaksin, polio, dan sebagainya. Namun, mereka tidak sadar bahwa yang
diketahui itu adalah bidang dari farmakognosi. Mereka pun tidak
mengetahui kalau bahan-bahan yang berbahaya seperti minyak jarak, biji
saga (sogok telik), dan tmpe bonkrek (aflatoksin) merupakan bagian dari
pembicaraan farmakognosi. Pada hakekatnya, para pengobat herbalis itulah
nyata-nyata merupakan praktisi farmakognosi yang pertama.
Keberadaan farmakognosi dimulai sejak manusia pertama kali
mulai mengelola penyakit, seperti menjaga kesehatan, menyembuhkan
penyakit, meringankan penderitaan, menanggulangi gelaja penyakitv dan
rasa sakit, serta semua yang berhubungan dengan minuman dan makanan
kesehatan.Pada awalnya, farmakognosi lahir dari jampi-jampi Suku Vodoo
yang tanpa disadari telah ikut menyelamatkan resep-resep rahasia tidak
tertulis dari dukun dan leluhur (Gunawan, 2004).
2.2.2 Ruang lingkup Pemeriksaan Farmakognostik
2.2.2.1. Identifikasi dan Determinasi Tanaman Patikan Kebo (Euphorbia
Hirta L)
Identifikasi
a. Pada 2 mg serbuk herba tambahkan 5 tetes asam sulfat P; terjadi warna
cokelat hijau.
b. Pada 2 mg serbuk herba tambahkan 5 tetes asam klorida pekatP; terjadi
warna cokelat merah.
c. Pada 2 mg serbuk herba tambahkan 5 tetes larutan natrium hidroksida P
5% b/v terjadi warna cokelat merah.
d. Pada 2 mg serbuk herba tambahkan 5 tetes larutan kalium hidroksida P
5% b/v; terjadi warna cokelat merah.
e. Pada 2 mgserbuk herba tambahkan 5 tetes ammonia (25%) P; terjadi
warna hijau cokelat.
f. Pada 2 mg serbuk herba tambahkan 5 tetes larutan besi (III) klorida P 5%
b/v; terjadi warna biru hitam.
g. Timbang 500 mg serbuk herba, campurdengan 5 ml methanol P dan
panaskan dalam tanggas air selama 2 menit, dinginkan, saring, cuci
endapan dengan methanol P secukupnya hingga diperoleh 5 ml filtrat.
Pada titik pertama dari lempeng KLT siliksgel GF 254 P tutulkan 20 l
filtrat, pada titik kedua tutulkan 5 lfiltrat zat warna II LP. Eluasi dengan
campuran etil asetat p metiletil keton P asam format P air
(50+30+10+10) dengan jarak lambat 15 cm, amati dengan sinar biasa dan
dengan sinar ultraviolet 366 nm. Semprot lempeng dengan larutan
aluminium klorida 1% dalam etanol LP, amati dengan sinar biasa dan
sinar ultraviolet 366 nm (Ditjen.POM, 1995)
Determinasi tanaman
1b,2b,3b,4b,Euphorbiaceae
Herbarium
Herbarium adalah penyimpanan dan pengawetan tumbuhan.
Herbarium dapat dibuat dengan dua cara, yaitu cara kering dan cara basah,
sesuai dengan namanya. Herbarium kering disimpan dalam keadaan kering,
sedangkan herbarium basah disimpan dalam keadaan basah dengan cairan
tertentu.
a. Pengumpulan
Kumpulkan tanaman dari lapangan, masukkan ke dalam
vasculum(trammel Botani), atau Schweinfurter blik, atau masukkan saja di
antara halaman buku yang besar. Ambillah terutana bagian dari tumbuh
tumbuhan yang berbunga atau malahan yang berbuah. Buatlah sedikitnya 2
ex, yang lengkap dari tiap jenis. Bagian dari tumbuh tumbuhan yang besar
sedikitnya panjangnya 30 40 cm dan sedikitnya harus ada satu daun dan
satu inflorescencia yang lengkap, kecuali kalau bagiannya yang khusus
masih terlalu besar. Janganlah lupa melihat bagian di bawah tanah. Sediakan
buku untuk mencatat kekukhusan seperti : warna, bau, bagian dalam tanah,
tinggi tempat dari permukaan laut, tempat, banyaknya tanaman tsb.
b. Cara mengeringkan
Di rumah, tumbuh tumbuhan tsb dengan hati hati di atur di
antara kertas kasar dan kering, yang tidak mengkilat, misalnya kertas Koran,
atau kertas pembungkus yang kuning. Letakkan di antara beberapa halaman
yang dobel dan sertakan pada tiap jenis catatan yang dibuat untuk tanaman
tsb. Juga biasanya dipergunakan etiket gantung yang diikatkan pada bahan
tumbuh tumbuhan, yang nomornya adalah berhubungan dengan buku
catatan lapangan tsb.
c. Pengawetan
Suatu tanaman yang telah dikeringkan sedikit atau banyak
adalah selalu bersifat hygroscopis, akan mudah sekali terserang jamur. Oleh
karena itu, usahakanlah penyimpanan herbarium di tempat kering dan
jemurlah koleksi tsb sekali sekali di bawah sinar matahari.
d. Pembuatan herbarium.
Tempel herbarium, kalau dapat pada helaian kertas yang
terlepas, sehingga kelak dapat ditempetkan menurut selera yang dikehendaki
(Amin, Asni. 2010).
2.2.2.2 Morfologi Tanaman
Ilmu tumbuhan saat ini telah mengalami kemajuan yang demikian
pesat, dari berbagai cabang ilmu tumbuhan yang sekarang telah berdiri sendiri
adalah morfologi tumbuhan mempelajari tentang susunan tubuh tumbuhan
yang telah mengalami perkembangan yang pesat sehingga di pisahkan menjadi
morfologi luar atau morfologi in sensu strict dalam artian sempit dan morfologi
dalam atau anatomi tumbuhan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mencari
kekhususan bentuk, ukuran, dan warna yang diuji. (Dodi ahmad : 2008).
Morfologi dri tanaman Patikan Kebo (Euphorbia Hirta L) yaitu terna
tegak atau memanjat, tinggi 6 cm sampai 60 cm, batang berambut, percabangan
selalu keluar dari dekat pagkal batang dan tumbuh lurus keatas, jarang yang
tumbuh mendatar dengan permukaan tanah, berwara merah atau keuguan.
Daun letaknya berlawanan dan berbentuk jorong meruncing sampai tumpul,
panjang helai daun 5 mm sampai 50 cm, lebar 5 mm. lebar 5 mm sampai 25
mm, tepi bergerigi, sering kali terdapatnoda yang berwarna ungu, berambut
jarang; panjang tangkai daun 2 mm sampai 4 mm; daun penumpu berbentuk
paku. Perbungaan berbentuk bola dengan garis tengah lebih kurang 1 cm,
keluar dari ketiak daun, berganggang pendek 4 mm sampai 15 mm, berwarna
dadu ucat atau merah kecoklatan. Bunga mempunyai susunan yang istimewa
yaitu satu bunga betina dikelilingi oleh lima bunga bercabang seling,masing-
masing terdiri dari empat bunga jantan, biji sangat kecil dan berambut (MMI,
1995)
2.2.2.3 Anatomi tanaman
Pengetahuan tentang anatomi tumbuhan adalah ilmu yang merangkum
uraian organ, susunan, bagian atau fungsi dari organ tumbuhan itu,
pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari unsur-unsur anatomi serta fragmen
pengenal jaringan serbuk yang khas guna mengetahui jenis-jenis simplisia yang
diuji berupa sayatan melintang, membujur, atau serbuk (Dodi ahmad : 2008).
2.2.2.4 Identifikasi Kandungan Kimia Tanaman
Getah Patikan Kebo mengandung euforbon (zat yang menyebab-kan
gatal-gatal pada kulit, bagi yang tidak tahan). Herba kering mengandung asam
galat, quersetin, triakontan, fitosterol, fitosterolin, jambulol, melisat, gallat,
palmitat, linoliat, asam oleat, asam ellagat, senyawa fenolik C28H18O15 dan
eufosteriol C25H39OH. Juga dilaporkan mengandung tarakserol t.l. 275-2770C
dan tarakseron t.l. 237-2380C. (Didik Gunawan, 1998 ).
Xantorhamnin (7-metilquersetin 3 rhamni nosida - C34H42O20)
adalah kristal kuning t.l 1950C, larut dalam air dan alkohol, praktis tidak larut
dalam eter, benzena, karbon disulfida. Ketika dipanaskan dalam larutan asam
sulfat 1% selama 0,5 jam akan terurai menjadi aglikon rhamnetin dan 2 mol. L-
rhamnose. Namun bila dihidrolisis dengan enzim rhamnodiastase akan terurai
menjadi rhamnetin dan rhamninose. (Cat : senyawa ini juga terkandung dalam
tanaman Rhamnus infectoria L.).
Pada jenis lain (Euphorbia peplus) ditemukan b-Sitosterol 0,1%,
senyawa sterol (belum teridentifisir, 0,005% dengan jarak lebur 204-2050C),
triterpenoid (belum teridentifisir 0,05%, dengan jarak lebur 280-2810C)
quercetin 0,16% hyperoside 0,23% kaemferol monosakarida 0,36%.
Akar Euphorbia calyptrata ditemukan: eufol (triterpenoid), kadusifolin
(diterpen laktonej), ingenol-3-heksadekanoat (diterpen), helioskopinolidas D
dan E, helioskopinolidas A dan C.9) Pada jenis lain (Euphorbia sieboldiana)
ditemukan golongan senyawa diterpen entatisan-3,16, 17-triol,
helioskopinolida A (3-O-asetil-ent-atisan-16, 17-diol), ingenol-20-palmitat.
2.2.2.5 Pemeriksaan mutu dan Standarisasi
Identifikasi, meliputi pemeriksaan:
a. Organoleptik, yaitu pemeriksan warna, bau, dan rasa bahan/simplisia.
b. Makroskopik, yaiu memuat uraian makroskopik paparan mengenai bentuk
ukuran, warna, dan bidang patahan/irisan.
c. Mikroskopik, yaitu membuat paparan anatomis, penampang melintang
simplisia, fragmen pengenal serbuk simplisia, meliputi uraian mengenai:
1). Jaringan pada batang, akar, dan daun, terdiri dari:
a. Jaringan primer (epidermis, corteks, endodermis, caspari, perisikel,
silinder pusat dan empelur).
b. Jaringan sekunder (periderm, felogen, dan ritidom).
c. Perubahan susunan silinder pusat atau pertumbuhan sekunder.
2) Jaringan pada daun, terdiri dari :
a. Tipe stomata.
b. Jenis rambut (rambut penutup, dan rambut kelenjar).
3) Jaringan pada daun, batang, dan akar terdiri dari :
a. Tipe idioblas.
b. Tipe sel sklerenkim.
Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam standarisasi obat
fitokimia Indonesia adalah budidaya karena mempunyai kolerasi dengan
kandungan zat berkhasiat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kandungan
kimia dari gandarusa. (Amin,Asni.2010)
2.3 Tinjauan Tentang Simplisia
2.3.1 Pengertian Simplisia
Pengertian simplisia menurut Departemen Kesehatan RI adalah
bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan
proses apa pun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang
telah Dikeringkan (Dapertemen kesehatan RI :1989).
2.3.2 Penggolongan Simplisia
Simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
a. Simplisia Nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman
utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya,
misalnya Datura Folium dan Piperis nigri Fructus. Eksudat tanaman adalah
isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu
sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat
atau bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara tertentu
dipisahkan/diisolasi dari tanamannya.
b. Simplisia Hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan
utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa
bahan kimia murni, misalnya minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan
madu (Mel depuratum).
c. Simplisia Pelikan atau Mineral
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan
pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara
sederhana dan belum berupa bahan kimia murni, contoh serbuk seng dan
serbuk tembaga ( Dep.Kes RI,1989).
2.3.3 Cara Pembuatan Simplisia
a. Pemanenan
Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus
bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering.Alat yang diguna-
kan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah
yang tidak diperlukan. Seperti rimpang, alat untuk panen dapat
menggunakan garpu atau cangkul. Bahan yang rusak atau busuk harus
segera dibuang atau dipisahkan. Penempatan dalam wadah (keran-jang,
kantong, karung dan lain-lain) tidak boleh terlalu penuh sehingga bahan
tidak menumpuk dan tidak rusak. Selanjutnya dalam waktu pengangkutan
diusahakan supaya bahan tidak terkena panas yang berlebihan, karena dapat
menyebab-kan terjadinya proses fermentasi/ busuk. Bahan juga harus
dijaga dari gang-guan hama (hama gudang, tikus dan binatang peliharaan).
b. Penanganan Pasca Panen
Pasca panen merupakan kelanjut-an dari proses panen terhadap
tanaman budidaya atau hasil dari penambangan alam yang fungsinya antara
lain untuk membuat bahan hasil panen tidak mudah rusak dan memiliki
kualitas yang baik serta mudah disimpan untuk diproses selanjutnya. Untuk
memulai proses pasca panen perlu diperhatikan cara dan tenggang waktu
pengumpulan bahan tanaman yang ideal setelah dilakukan proses panen
tanaman tersebut. Selama proses pasca panen sangat penting diperhatikan
keber-sihan dari alat-alat dan bahan yang digunakan, juga bagi pelaksananya
perlu memperhatikan perlengkapan seperti masker dan sarung tangan.
Tujuan dari pasca panen ini untuk menghasilkan simplisia tanaman obat
yang bermutu, efek terapinya tinggi sehingga memiliki nilai jual yang
tinggi.
c. Penyortiran (segar)
Penyortiran segar dilakukan setelah selesai panen dengan tujuan
untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing, bahan yang tua
dengan yang muda atau bahan yang ukurannya lebih besar atau lebih kecil.
Bahan nabati yang baik memiliki kandungan campuran bahan organik asing
tidak lebih dari 2%. Proses penyortiran pertama bertujuan untuk
memisahkan bahan yang busuk atau bahan yang muda dan yang tua serta
untuk mengurangi jumlah pengotor yang ikut terbawa dalam bahan.
d. Pencucian
Pencucian bertujuan menghilang-kan kotoran-kotoran dan
mengurangi mikroba-mikroba yang melekat pada bahan.Pencucian harus
segera di-lakukan setelah panen karena dapat mempengaruhi mutu bahan.
Pen-cucian menggunakan air bersih seperti air dari mata air, sumur atau
PAM. Penggunaan air kotor menye-babkan jumlah mikroba pada bahan
tidak akan berkurang bahkan akan bertambah. Pada saat pencucian per-
hatikan air cucian dan air bilasan-nya, jika masih terlihat kotor ulangi
pencucian/pembilasan sekali atau dua kali lagi.Perlu diperhatikan bahwa
pencucian harus dilakukan dalam waktu yang sesingkat mung-kin untuk
menghindari larut dan terbuangnya zat yang terkandung dalam bahan.
Pencucian bahan dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain.
Perendaman bertingkat
Perendamana biasanya dilakukan pada bahan yang tidak banyak
mengandung kotoran seperti daun, bunga, buah dll. Proses perendaman
dilakukan beberapa kali pada wadah dan air yang berbeda, pada rendaman
pertama air cuciannya mengandung kotoran paling banyak. Saat perendaman
kotoran-kotoran yang melekat kuat pada bahan dapat dihilangkan langsung
dengan tangan. Metoda ini akan menghemat peng-gunaan air, namun sangat
mudah melarutkan zat-zat yang terkandung dalam bahan.
Penyemprotan
Penyemprotan biasanya dilakukan pada bahan yang kotorannya
banyak melekat pada bahan seperti rimpang, akar, umbi dan lain-lain. Proses
penyemprotan dilakukan de-ngan menggunakan air yang ber-tekanan tinggi.
Untuk lebih me-nyakinkan kebersihan bahan, ko-toran yang melekat kuat pada
bahan dapat dihilangkan langsung dengan tangan. Proses ini biasanya meng-
gunakan air yang cukup banyak, namun dapat mengurangi resiko
hilang/larutnya kandungan dalam bahan.
Penyikatan (manual maupun oto-matis)
Pencucian dengan menyikat dapat dilakukan terhadap jenis bahan
yang keras/tidak lunak dan kotoran-nya melekat sangat kuat. Pencucian ini
memakai alat bantu sikat yang di- gunakan bentuknya bisa bermacam-macam,
dalam hal ini perlu diper-hatikan kebersihan dari sikat yang digunakan.
Penyikatan dilakukan terhadap bahan secara perlahan dan teratur agar tidak
merusak bahannya. Pem-bilasan dilakukan pada bahan yang sudah
disikat.Metode pencuci-an ini dapat menghasilkan bahan yang lebih bersih
dibandingkan de-ngan metode pencucian lainnya, namun meningkatkan resiko
kerusa-kan bahan, sehingga merangsang tumbuhnya bakteri atau mikro-
organisme.
Perajangan
Perajangan pada bahan dilakukan untuk mempermudah proses
selanjutnya seperti pengeringan, pengemasan, penyulingan minyak atsiri dan
penyimpanan. Perajangan biasanya hanya dilakukan pada bahan yang
ukurannya agak besar dan tidak lunak seperti akar, rim-pang, batang, buah dan
lain-lain. Ukuran perajangan tergantung dari bahan yang digunakan dan ber-
pengaruh terhadap kualitas simplisia yang dihasilkan. Perajangan terlalu tipis
dapat mengurangi zat aktif yang terkandung dalam bahan. Sedangkan jika
terlalu tebal, maka pengurangan kadar air dalam bahan agak sulit dan
memerlukan waktu yang lama dalam penjemuran dan kemungkinan besar
bahan mudah ditumbuhi oleh jamur.Ketebalan perajangan untuk rimpang
temulawak adalah sebesar 7 - 8 mm, jahe, kunyit dan kencur 3 - 5 mm.
Perajangan bahan dapat dilakukan secara manual dengan pisau yang tajam dan
terbuat dari steinlees ataupun dengan mesin pemotong/ perajang. Bentuk irisan
split atau slice tergantung tujuan pemakaian. Untuk tujuan mendapatkan
minyak atsiri yang tinggi bentuk irisan sebaiknya adalah membujur (split) dan
jika ingin bahan lebih cepat kering bentuk irisan sebaiknya me-lintang (slice).
e. Pengeringan
Pengeringan adalah suatu cara pengawetan atau pengolahan pada
bahan dengan cara mengurangi kadar air, sehingga proses pem-busukan
dapat terhambat. Dengan demikian dapat dihasilkan simplisia terstandar,
tidak mudah rusak dan tahan disimpan dalam waktu yang lama Dalam
proses ini, kadar air dan reaksi-reaksi zat aktif dalam bahan akan berkurang,
sehingga suhu dan waktu pengeringan perlu diperhati-kan. Suhu
pengeringan tergantung pada jenis bahan yang dikeringkan. Pada umumnya
suhu pengeringan adalah antara 40 - 600C dan hasil yang baik dari proses
pengeringan adalah simplisia yang mengandung kadar air 10%. Demikian
pula de-ngan waktu pengeringan juga ber-variasi, tergantung pada jenis
bahan yang dikeringkan seperti rimpang, daun, kayu ataupun bunga. Hal
lain yang perlu diperhatikan dalam pro-ses pengeringan adalah kebersihan
(khususnya pengeringan mengguna-kan sinar matahari), kelembaban udara,
aliran udara dan tebal bahan (tidak saling menumpuk). Penge-ringan bahan
dapat dilakukan secara tradisional dengan menggunakan sinar matahari
ataupun secara mo-dern dengan menggunakan alat pe-ngering seperti oven,
rak pengering, blower ataupun dengan fresh dryer.
Pengeringan hasil rajangan dari temu-temuan dapat dilakukan
dengan menggunakan sinar matahari, oven, blower dan fresh dryer pada
suhu 30 - 500C. Pengeringan pada suhu terlalu tinggi dapat merusak
komponen aktif, sehingga mutunya dapat menurun. Untuk irisan rim-pang
jahe dapat dikeringkan meng-gunakan alat pengering energi surya, dimana
suhu pengering dalam ruang pengering berkisar antara 36 - 450C dengan
tingkat kelembaban 32,8 - 53,3% menghasilkan kadar minyak atsiri lebih
tinggi dibandingkan dengan pengeringan matahari lang-sung maupun oven.
Untuk irisan temulawak yang dikeringkan dengan sinar matahari langsung,
sebelum dikeringkan terlebih dulu irisan rimpang direndam dalam larutan
asam sitrat 3% selama 3 jam. Selesai peren-aman irisan dicuci kembali
sampai bersih, ditiriskan kemudian dijemur dipanas matahari. Tujuan dari
perendaman adalah untuk mencegah terjadinya degradasi kur-kuminoid
pada simplisia pada saat penjemuran juga mencegah peng-uapan minyak
atsiri yang berlebihan. Dari hasil analisis diperoleh kadar minyak atsirinya
13,18% dan kur-kumin 1,89%. Di samping meng-gunakan sinar matahari
langsung, penjemuran juga dapat dilakukan dengan menggunakan blower
pada suhu 40 - 500C. Kelebihan dari alat ini adalah waktu penjemuran
lebih singkat yaitu sekitar 8 jam, di-bandingkan dengan sinar matahari
membutuhkan waktu lebih dari 1 minggu. Pelain kedua jenis pengeri-ng
tersebut juga terdapat alat pengering fresh dryer, dimana suhunya hampir
sama dengan suhu ruang, tempat tertutup dan lebih higienis. Kelemahan dari
alat ter-sebut waktu pengeringan selama 3 hari. Untuk daun atau herba,
penge-ringan dapat dilakukan dengan me-nggunakan sinar matahari di
dalam tampah yang ditutup dengan kain hitam, menggunakan alat pengering
fresh dryer atau cukup dikering-anginkan saja.
Pengeringan dapat menyebabkan perubahan-perubahan hidrolisa
enzi-matis, pencokelatan, fermentasi dan oksidasi. Ciri-ciri waktu
pengering-an sudah berakhir apabila daun atau-pun temu-temuan sudah
dapat di-patahkan dengan mudah. Pada umumnya bahan (simplisia) yang
sudah kering memiliki kadar air 8 - 10%. Dengan jumlah kadar air
tersebut kerusakan bahan dapat ditekan baik dalam pengolahan mau-pun
waktu penyimpanan.
f. Penyortiran (kering).
Penyortiran dilakukan bertujuan untuk memisahkan benda-benda
asing yang terdapat pada simplisia, misalnya akar-akar, pasir, kotoran
unggas atau benda asing lainnya. Proses penyortiran merupakan tahap akhir
dari pembuatan simplisia kering sebelum dilakukan pengemasan,
penyimpanan atau pengolahan lebih lanjut. Setelah penyortiran simplisia
ditimbang untuk mengetahui rendemen hasil dari proses pasca panen yang
dilakukan.
g. Pengemasan
Pengemasan dapat dilakukan terhadap simplisia yang sudah di-
keringkan. Jenis kemasan yang di-gunakan dapat berupa plastik, kertas
maupun karung goni.Persyaratan jenis kemasan yaitu dapat menjamin mutu
produk yang dikemas, mudah dipakai, tidak mempersulit penanganan, dapat
melindungi isi pada waktu pengangkutan, tidak beracun dan tidak bereaksi
dengan isi dan kalau boleh mempunyai bentuk dan rupa yang menarik.
Berikan label yang jelas pada tiap kemasan tersebut yang isinya
menuliskan ; nama bahan, bagian dari tanaman bahan yang digunakan,
tanggal pengemasan, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat
bersih, metode pe-nyimpanan.
h. Penyimpanan
Penyimpanan simplisia dapat di-lakukan di ruang biasa (suhu
kamar) ataupun di ruang ber AC. Ruang tempat penyimpanan harus bersih,
udaranya cukup kering dan ber-ventilasi. Ventilasi harus cukup baik karena
hama menyukai udara yang lembab dan panas. Perlakuan sim-plisia dengan
iradiasi sinar gamma dosis 10 kGy dapat menurunkan jumlah patogen yang
dapat meng-kontaminasi simplisia tanaman obat (Berlinda dkk, 1998).
Dosis ini tidak merubah kadar air dan kadar minyak atsiri simplisia selama
penyimpanan 3 - 6 bulan. Jadi sebelum disimpan pokok utama yang harus
diperhati-kan adalah cara penanganan yang tepat dan higienes. Hal-hal yang
perlu diperhatikan mengenai tempat penyimpanan simplisia adalah :
a. Gudang harus terpisah dari tem-pat penyimpanan bahan lainnya ataupun
penyimpanan alat dan dipelihara dengan baik.
b. Ventilasi udara cukup baik dan bebas dari kebocoran atau ke-mungkinan
masuk air hujan.
c. Suhu gudang tidak melebihi 300C.
d. Kelembabab udara sebaiknya di-usahakan serendah mungkin (650 C)
untuk mencegah terjadinya penyerapan air. Kelembaban udara yang
tinggi dapat memacu pertumbuhan mikroorganisme se-hingga
menurunkan mutu bahan baik dalam bentuk segar maupun kering.
e. Masuknya sinar matahari lang-sung menyinari simplisia harus dicegah.
f. Masuknya hewan, baik serangga maupun tikus yang sering me-makan
simplisia yang disimpan harus dicegah. (Anonim : 2009)
2.3.4 Pemeriksaan Mutu Simplisia
Dilakukan pengujian dengan cara organoleptis yaitu bau,rasa dan
warna serta pengujian kandungan kimia yang terdapat pada tanaman gendola
dengan pereaksi feCl3, KOH, iodine, alkaloid,mayer bouchardat, Lieberman
melihat ada tidaknya pati eleuron, tannin, saponin, lignin yang terkandung
didalam tanaman Patikan Kebo tersebut.
2.4 Identifikasi Kandungan Kimia Simplisia Secara Kemotaksonomi
2.4.1 Penggolongan Tanaman berdasarkan Kemotaksonomi
Patikan Kebo termasuk dalam bangsa Euphorbiales. Euphorbiales
meliputi terna atau tumbuh-tumbuhan berkayu dengan daun tunggal atau
majemuk yang duduknya berhadap-hadapan, kebanyakan mempunyai daun
menumpu. Bunga tanpa hiasan bunga atau dengan hiasan bunga tunggal,
jarang terdapat kelopak dan mahkota, sering kali dalam bunga majemuk yang
mempunyai susunan yang khusus,kebanyakan aktinomorf, hamper selalu
berkelamin tunggal. Bakal buah biasanya terdiri atas 3 daun buah (jarang
sekali kurang atau lebih) yang berdekatan membentuk 3 ruang,tiap ruang
dengan 1-2 bakal biji.
Bangsa ini mencakup beberapa suku yang oleh sementara ahli
dimasukkan dalam bangsa lain atau merupakan bangsa tersendiri. Sedangkan
patikan kebo termasuk dalam suku Euphorbiaceae.
Suku Euphorbiaceae terutama terdiri atas tumbuhan-tumbuhan
berkayu, tetapi termasuk pula didalamnya terna. Karena adaptasi terhadap
lingkungannya daun tunggal atau majemuk, duduknya tersebar atau
berhadapan, dengan daun-daun penumpu yang serim kadang-kadang
mempunyai habitus seperti Cactaceae, ada pula yang mempunyai filokladium.
daun tunggal atau majemuk, duduknya tersebar atau berhadapan, dengan
daun-daun penumpu yang sering kali menyerupai kelenjar-kelenjar. Bunga
hampir selalu berkelamin tunggal, berumah satu atau dua dengan bentuk dan
susunan beraneka rupa, ada yang tanpa hiasan bunga, dengan hiasan bunga
rangkap atau tunggal, biasanya berangkai dalam bunga majemuk yang
berganda.
Dalam suku ini terdapat suatu susunan bunga majemuk yang khas
yang memberikan kesan seakan-akan merupakan bunga tunggal yang disebut
siatium.
Bunga dengan benang sari yang sama jumlahnya dengan daun-
daun hiasan bunga dapat pula urang atau lebih. Bunga dengan putik yang
terdiri atas 3 daun buah dengan 3 tangkai putik yang bebas atau berlekatan,
bakal buah menumpang, beruang 3, tiap ruang dengan 1 bakal biji yang diatas
mikropilnya mempunyai jaringan tambahan yang disebut karunkula. Buahnya
biasanya buah kendaga yang kalau masak pecah menjadi 3 bagian buah, ada
pula yang berupa buah buni dan buah batu. Biji dengan endosterm yang besar,
lembaga letaknya sentral.
Hampir semua bagian tubuh tumbuhan dalam suku ini mengandung
getah yang terdapat dalam saluran-saluran getah yang anya dapat terdiri atas 1
sel saja (satu senosit) yang panjang dan bercabang-cabang serta
bersambungan satu sama lain (anastomosern), dapat pula merupakan fusi
banyak sel (seperti buluh-buluh pengangkutan).
Suatu suku yang besar mencakup tidak kurangdari 7200 jenis yang
terbagi dalam kurang lebih 300 marga terutama tersebar didaerah tropika.
2.4.2 Kegunaan Umum Tanaman Berdasarkan Kemotaksonomi
Kandungan kimia yang sudah diketahui dari patikan kebo antara lain,
taraxerol, friedlin, beta amyrin, betasitesterol, beta eufol, euforbol,
triterpenoid, tirukalol, eufosterol, hentriacontane, flavonoid, tanin, elagic
acid,. Dan berdasarkan catatan hasil penelitian dan pengalaman diberbagai
daerah dan penyakit negara, tanaman ini dapat mengobati disentri,
melancarkan kencing, mengobati abses paru, bronkitis kronis, abses
payudara, typus abdominalis, radang ginjal, radang tenggorokan, asma dan
radang kelenjar susu atau payudara bengkak (Didik Gunawan dkk, 1998).
2.4.3 Cara Mengidentifikasi Kandungan Kimia Simplisia
a. Reaksi warna
Reaksi warna dilakukan terhadap hasil penyaringan zat berkhasiat
baik sebagai hasil mikrosublimasi atau langsung terhadap irisan serbuk
simplisia. : (Anonim. 2009)
1. Lignin
Lignin adalah suatu uji warna yang bermaksud mengetahui
kandungan lingnin (zat kayu) yang terkandung pada tanaman, Basahi irisan
atau serbuk dengan larutan floroglusin P, amati dalam asam klorida P, dinding
sel berwarna merah.
2. Pati dan Aleuron
Pati dan Aleuron adalah polisakarida yang melimpah setelah
selulosa, berfungsi sebagai penyimpan energi, Sekitar 20% dari pati adalah
amilosa (larut) dan 80 % amilopektin . Pati dan aleuron banyak terdapat pada
padi-padian, kentang dan jagung, Untuk menentukan adanya pati atau aleuron
ditambahkan pereaksi Iodium 0,1 N pada bahan yang akan diperiksa , pati
berwarna biru, dan aleuron berwarna kuning coklat sampai coklat.
3. Suberin, kutin, minyak menguap, dan minyak lemak
Suberin merupakan senyawa pelindung pada tanaman. Metabolit
primernya adalah senyawa dekarboksilat yang banyak dijumpai pada akar
sebagai pelindung pada pita kasparin.Sedangkan kutin adalah rantai panjang
dari asam lemak yang saling membentuk ester berstruktur 3 dimensi yang
kaku.
Minyak menguap adalah substansi yang menimbulkan bau khas
dan dapat menguap pada temperatur biasa. Minyak lemak adalah sekelompok
besar dari senyawa minyak alam yang tidak larut dalam air, namun larut
dalam pelarut organik. Untuk menentukan adanya minyak menguap bahan
yang akan diperiksa diletakkan di atas kaca objek , tambahkan beberapa tetes
sudan III LP, bahan dapat dijernihkan dengan klorohidrat, kecuali bahan yang
mengandung minyak atsiri. Uji adanya sterol dilakukan dengan reaksi
LIebermen Bouchard : 10 tetes minyak lemak dan dilarutkan dalam 5 ml
kloroform, campur dan amati warna yang terjadi.
4. Selulosa
Selulosa Merupakan glukosa yang banyak terdapat dalam
tumbuhan. Zat ini merupakan konstituen pokok pada tiap dinding sel. Untuk
menentukan adanya selulosa bahan ditambahkan larutan seng (II) klorida
beriodium, memberikan warna ungu merah.
5. Zat samak / tannin
Zat tamak / tannin merupakan suatu senyawa glukosida yang
majemuk. Zat ini banyak terdapat pada kulit bakau, trengguli, juga pinang
dan gambir Untuk menentukan tannin, Bahan ditambahkan besi (III)
ammonium sulfat P dan telah diencerkan 5 kali, zat samak dan senyawa tanat
lainnya berwarna hijau atau biru sampai hitam.
6. Katekol
Katekol merupakan turunan hasil hidrolisa asam gallant dengan
garam ferri yang berwarna hijau, Letakkan bahan atau serbuk di atas kaca
objek ditambahkan larutan vanillin P 10% b/v dalam etanol 90 % P,
kemudian dalam asam klorida P, bagian yang mengandung turunan katekol
berwarna merah intensif.
7. Dioksiantrakinon bebas
Dioksiantrakinon bebas adalah Senyawa-senyawa ini banyak
terdapat dalam bentuk bebas dan berbeda-beda, serta derajat oksidasi yang
berbeda pula, seperti antron, oksantron, dan autrano, Serbuk dalam tabung
reaksi ditambahkan kalium hidroksida etanol LP, warna merah.
8. Fenol
Fenol Merupakan senyawa pelindung dalam tanaman, dan juga
adalah metabolit sekunder yang dapat disintesis dalam jalur sikinat. Senyawa
ini dapat ,mempengaruhi tanaman dengan menghambat pertumbuhannya.
Fenol dapat ditentukan dengan reaksi Mikrosublimasiyaitu serbuk sampel
dalam vial dilarutkan dengan air, dan ditutupi dengan objek gelas dan di atas
objek gelas diberi kapas, dipanaskan hingga menyublim.
a. Hasil mikrosublimasi tambahkan fosfomolibdat asam sulfat LP, terjadi
warna biru.
b. Hasil mikrosublimasi tambahkan asam diazobensulfonat LP, terjadi warna
biru
c. Ekstrak methanol ditambahkan :
Larutan besi (III) klorida 1 %, terbentuk warna ungu biru
Pereaksi Millon, terbentuk warna merah ungu
Pereaksi indofenol, terbentuk warna hijau biru yang stabil
9. Saponin
Saponon Merupakan segolongan senyawa glikosida yang
berstruktur seperti asteroid dan memiliki sifat-sifat khas yang dapat
membentuk koloidal dan membuih bila dikocok serta dapat mengoksidasi
butir-butir darah merah, Masukkan 0,5 g serbuk yang diperiksa dalam tabung
reaksi tambahkan 10 ml air panas, diinginkan kemudian kocok kuat selama
10 detik, terbentuk buih yang mantap selama 10 menit setinggi 1-10 cm, dan
penambahan 1 tetes asam hidroklorida 2N, buih hilang.
10.Flavanoid
Flavonoid Merupakan turunan dari plavon, isoplavon, flavanol,
dan flavanon. Senyawa ini tidak berwarna, mempunyai gugus hidroksi, dan
terdapat dialam dalam keadaan bebas, Sari 0,5 g serbuk diperiksa dengan 10
ml methanol dengan alat pendingin balik selama 10 menit, saring panas,
encerkan filtrate dengan 10 ml air, setelah dingin tambahkan 5 ml eter minyak
tanah P, kocok hati-hati, diamkan Ambil lapisan methanol , uapkan pada suhu
> 40 0 di bawah tekanan.
11. Karbohidrat
Karbohidrat adalah persenyawaan antara karbon, hydrogen,
oksigen yang terdapat dialam dengan rumus empiris C n(H2O)n. Karbohidrat
adalah salah satu senyawa makromolekul alam yang banyak ditemukan dalam
tanaman dan hewan, Menggunakan ekstrak etanol + air 2 ml dalam cawan
porselin , diuapkan, tambahkan 2-3 tetes asam sulfat P, diamkan selama 4
menit, tambahkan pereaksi molish, terjadi warna merah.
12. Glikosida antrakinon
Glikosida antrakinon merupakan Senyawa yang dimanfaatkan
sebagai zat aktif dalam obat pencahar. Glikosida yang digunakan dalam obat
tersebut, adalah turunan autrason atau antarkinon sebagai glikolnya.
13. Steroid
Steroid adalah sekumpulan lipid yang banyak dijumpai dalam
tumbuhan dan hewan. Senyawa ini tidak tersabunkan, karena tidak dapat
terhidrolisis dalam media basa berbeda dengan kompleks trigliserida dan lipid
kompleks Ekstrak methanol kering disuspensikan dengan air, kemudian
ditambahkan eter, ulangi sampai heksan atau eter tidak berwarna lagi, residu
ditambah 10 ml kloroform, kocok 5 menit. Decanter dalam tabung reaksi
yang berisi 10 ml NaSO4 anhidrat selanjutnya disaring. Filtrat ditambahkan
pereaksi libermen bouchardt
b. Reaksi Pengendapan
Alkaloid Merupakan senyawa organic yang mengandung unsure
nitrogen dan bersifat basa. Senyawa ini dijumpai pada golongan tanaman
leguminosae, rubiaceae, ladoceae,dan liliaceae.
Timbang 500 mg serbuk simplisia, tambahkan 1 ml asam klorida 2 N
dan 9 ml air, panaskan di atas penangas air selama 2 menit, dinginkan dan
saring, pindahkan masing-masing 3 tetes filtrate pada dua kaca arloji:
a. Tambahkan 2 tetes mayer LP pada kaca arloji pertama, terbentuk endapan
menggumpal berwarna putih.
b. Tambahkan 2 tetes bouchardat LP pada kaca arloji kedua, terbentuk endapan
berwarna coklat sampai hitam

c. Kromatografi Lapis Tipis


Kromatografi lapis tipis adalah salah satu teknik pemisahan komponen
kimia dengan prinsip adsorpsi dan partisi menggunakan lempeng berukuran 3
x 7 cm, yang dilapisi oleh silica gel sebagai fase adsorben atau disebut fase
diam dan eluen berupa campuran beberapa pelarut atau fase gerak yang dapat
memisahkan senyawa kimia yang dapat memisahkan senyawa kimia dengan
baik.

BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL, HIPOTESIS DAN SKEMA KERJA

3.1 Kerangka Konseptual


Obat tradisional Bandotan aktivitas farmakologi Indonesia mengobati
luka. Pemeriksaan Farmakognosi Bioaktivitas Praklinik Invitro dan
invivo Kandungan Kimia dan
Identifikasi Kemotaksonomi Pengembangan Obat tradisional dan Fitofarmaka.
3.2 Hipotesis

Berdasarkan hasil pemeriksaan farmakognostik Patikan Kebo


(Euphorbia hirta L) melalui pemeriksaan identifikasi kandungan kimia diduga
mengandung flafonoid. Dari pemeriksaan morfologi tanaman Patikan Kebo
tergolong dalam kelas dikotil, berdaun tunggal, terletak berhadapan, dan
secara anatomi tanaman Patikan Kebo memiliki epidermis dengan tipe stomata
pada daun berupa anomositik, Terdiri dari selapis sel-sel besar berdinding tipis
dan berisi butir hijau daun. Epidermis bawah berpenonjolan berupa papil pada
penempang tangensial berbentuk polygonal dengan dinding samping lurus,
kutikula tipis. Stomata seperti pada epidermia atas, panjang 170m sampai
200m rambut penutup terdiri dari 3 sel sampai 7sel, panjang 250 m samai
630m. Kutikula rambut jelas berbintik. berkas pembuluh pada batang dan
akar kolateral terbuka, batangnya terdapat kambium gabus pada awalnya
mendalam.

BAB 4
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM

4.1 Bahan, Alat dan Instrumen Praktikum


4.1.1 Bahan Tanaman Patikan Kebo (Euphorbia Hirta L)
a. Akar
b. Batang
c. Daun
4.1.2 Bahan Kimia
a. Aquadest
b. Ammonia encer
c. Alfa naftol
d. Bauchardat P
e. Dragendrof P
f. Etanol 95 %
g. Floraglusin
h. Formalin 4 %
i. FeCl3
j. HCl
k. Iodiun 0,5 N
l. Kloralhidrat
m. KOH
n. Metil orange
o. Molish
p. Sudan III LP
q. Vanilin
4.1.3 Alat
1. Cutter
2. Deg gelas
3. Ember
4. Handscun
5. Jarum preparat
6. Korek api
7. Mikroskop
8. Objek gelas
9. Penjepit
10. Pinset
11. Pipet tetes
12. Silet gold
13. Toples
4.2 Lokasi Praktikum
4.3 Prosedur Praktikum
Desa Watunggarandu, Kecamatan Lelonggasumeeto, Kabupaten
Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara.
4.3.1 Pemeriksaan Farmakognostik
Pemeriksaaan morfologi tumbuhan dilakukan dengan mengamati
bentuk fisik dari akar, batang, dan daun dari tanaman Patikan Kebo kemudian
dilakukan pengambilan gambar, dan diidentifikasi lebih lanjut berdasarkan
kunci determinasi menurut literatur.
4.3.1.1 Identifikasi dan Determinasi Tanaman
Menentukan kunci determinasi tanaman dilakukan berdasarkan bentuk
morfologi melalui pendekatan hubungan kekerabatan tanaman ( suku dan
genus) kunci determinasi tanaman sebagai mana yang dicantumkan dalam
buku resmi.
4.3.1.1.1 Morfologi Tanaman
Mengamati dan menggambar bentuk morfologi dari tanaman, yaitu
berupa bentuk batang, daun, akar, dan bunga.
4.3.1.1.2 Anatomi Tanaman
Pemeriksaan anatomi di Laboratorium, yaitu anatomi akar, batang,
dan daun serta mencari bentuk stomata dengan membuat preparat setipis
mungkin diatas objek glass yang ditutupi deg glass dengan ditetesi air atau
kloralhidrat, dan diamati serta digambar anatominya dibawah mokroskop.
4.3.1.2 Pemeriksaan Simplisia
4.3.1.2.1 Pengambilan Simplisia
Dipetik sampel yang berada didarat tepatnya didaerah Desa
Watunggarandu, Kecamatan Lelonggasumeeto, Kabupaten Konawe dengan
mengambil secara utuh dari akar, batang, daun maupun bunganya kemudian
diawetkan dan dimasukkan kedalam toples untuk dilakukan uji praktikum
dilokasi KENDARI untuk di amati morfologi dan anatominya pada
mikroskop.
4.3.1.2.2 Pembuatan Simplisia
Simplisia yang telah dikumpulkan kemudian dicuci untuk
membersihkansimplisia dari kotoran atau debu dan memisahkan tanaman itu
sendiri yang tidak dikehendaki saat pencucian.Setelah dicuci dan
dibersihkan dari debu dan kotoran, sampel dipotong kecil-kecil kemudian
dikeringkan.Pengeringan yang digunakan pada percobaan ini ialah
pengeringan alamiah yakni dengan bantuan sinar matahari, atau diangin-
anginkan.Untuk bagian tanaman yang keras, seperti batang dan akar
pengeringan dilakukan di bawah sinar matahari. Untuk bagian tanaman
yang lunak seperti daun cukup diangin-anginkan.
4.3.1.2.3 Pemeriksaan Mutu Simplisia
a. Organoleptis yaitu pemeriksaan warna, bau, dan rasa dari bahan /
simplisia. Dari simplisia yang telah dibuat, diamati warnanya, baunya
apakah menyengat. Biasanya jika menyengat berarti mengandung
minyak atsiri. Kemudian diamati rasanya, apakah sepat, manis, dan lain
sebagainya.
b. Makroskopik yaitu memuat paparan mengenai bentuk dari simplisia,
ukuran, warna serta bidang patahannya. Misalnya untuk simplisia yang
memiliki ukuran serbuk yang relatif besar dengan warna yang berbeda-
beda.
c. Mikroskopik yakni memuat paparan anatomis mengenai fragmen
pengenal serbuk simplisia. Pemeriksaan Fragmen serbuk menggunakan
mikroskop dan pada serbuk simplisia ditambahkan kloralhidrat di atas
obyek gelas, kemudian ditutup dengan deck gelas.
4.3.2 Identifikasi Kandungan Kimia Pada Patika Kebo (Euphorbia Hirta L)
4.3.2.1 Lignin
a. Disimpan serbuk diatas objek glass.
b. Ditambahkan dengan larutan floraglusin dan HCl pekat 1 tetes, ditutup
dengan deg glass dan diamati dibawah mikroskop.
4.3.2.2 Pati & Aleuron
a. Dimasukkan serbuk sampel ke dalam tabung reaksi.
b. Ditambahkan dengan larutan Iod 0,1 N sebanyak 1-3 tetes apabila
berwarna biru mengandung pati dan kalau berwarna kuning coklat
mengandung aleuron.
4.3.2.3 Suberin, kutin, minyak menguap, dan minyak lemak
a. Dimasukkan serbuk sampel kedalam tabung reaksi.
b. Ditambahka larutan Iodium 0,1 N dan kloralhidrat 1-3 tetes. Apabila
berwarna jingga mengandung Suberin, kutin, minyak menguap, dan
minyak lemak.
c. Diamati anatominya dibawah mikroskop
4.3.2.4 Lendir dan peptin:
a. Dimasukkan serbuk sampel kedalam tabung reaksi
b. Ditambahkan dengan larutan metil orange 1-3 tetes, apabila bewarna hijau
mengandung lendir.
4.3.2.5 Selulosa
a. Dimasukkan serbuk sampel kedalam tabung reaksi.
b. Ditambahkan dengan larutan 2nSO4 dan Iodium 0,1 N, apabila berwarna
ungu merah megandung selulosa.
4.3.2.6 Zat samak/tannin
a. Dimasukkan serbuk sampel ke dalam tabung reaksi.
b. Ditambahkan dengan larutan vanillin, etanol, HCl dan FeCl3 sebanyak 1-3
tetes apabila berwarna biru hitam mengandung tannin.

4.3.2.7 Turunan katekol


a. Dimasukkan serbuk sampel ke dalam tabung reaksi.
b. Ditambahkan dengan larutan (FeCl3 ) sebanyak 1-3 tetes apabila berwarna
hijau mengandung katekol.
4.3.2.8 Dioksiantrakinon bebas
a. Dimasukkan serbuk sampel ke dalam tabung reaksi.
b. Ditambahkan dengan larutan (KOH 10% etanol) sebanyak 1-3 tetes
apabila berwarna merah mengandung dioksiantrakinon
4.3.2.9 Fenol
a. Dimasukkan serbuk sampel ke dalam vial.
b. Diuapkan sampai terbentuk sublimasi.
c. Ditambahkan FeCl3 apabila berwarna biru ungu megandung fenol.
4.3.2.10 Saponin
a. Dimasukkan serbuk sampel kedalam tabung reaksi.
b. Ditambahkan air dan dipanaskan, apabila terbentuk buih, mengandung
saponin.
c. Ditambahkan larutan HCl 1-3 tetes buih tidak hilang selama 5 menit.
4.3.2.11 Flavanoid
a. Ekstrak Etanol dimasukkan kedaam tabung rekasi, tambahkan larutan
FeCl3 1-3 tetes, apabila berwarna merah mengandung flafonoid.
b. Ekstrak Eter dimasukkan kedalam tabung reaksi, DItambahkan dengan
larutan FeCl3 1-3 tetes, apabila berwarna merah mengandung flafonoid.
c. Ekstrak n-Butanol dimasukkan kedalam tabung reaksi, ditambahkan
dengan larutan FeCl3 1-2 tetes, apabila berwarna merah berarti
mengandung flafonoid.
4.3.2.12.Karbohidrat
a. Dimasukkan serbuk sampel kedalam tabung sentrivuge.
b. Ditambahkan air dan dipanaskan dalam pemanas khusus senrivuge.
c. Ditambahkan dengan larutan molis, alfa naftold dan HCl 1-3 tetes, apabila
terbentuk cincin ungu mengandung karbohidrat.
4.3.2.13.Glikosida
a. Ekstrak etanol diamasukkan kedalam tabung reaksi ditambahkan dengan
larutan FeCl3 dan HCl 1-3 tetes, apabila berwarna ungu mengandung
glikosida.
b. Ekstrak eter dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan dengan
larutan ammonia encer 1-3 tetes, apabila berwarna merah lembayung
mengandung glikosida.
4.3.2.14 Alkaloida
a. Dimasukkan serbuk sampel kedalam tabung reaksi.
b. Ditambahkan dengan 2 tetes bouchart P apabila terbentuk endapan putih
mengandung alkaloid dan 2 tetes dagrodorf P apabila berwarna jingga
mengandung alkaloid.

BAB 5
HASIL

5.1 Identifikasi dan Determinasi Tanaman

Determinasi Tanaman Patikan Kebo


1b,2b,3b,4b,Euphorbiaceae
5.2 Morfologi Tanaman
a. Daun
Daunnya berbentuk jorong meruncing, tepinya bergerigi. Daunnya
berbulu di permukaan atas dan bawah. Panjang helaian daun mencapai 50mm
dan lebarnya 25mm. Daunnya yang gampang rapuh berwarna hijau atau
hijau kelabu.
b. Akar
Perakaran pada Patikan Kebo (Euphorbia Hirta L) adalah
tunggang (radix primaria).
c. Batang
Batang berambut, percabangan selalu keluar dan pangkal batang
dan tumbuh ke atas, warna merah atau keunguan.
d. Bunga
Perbungaan bentuk bola keluar dan ketiak daun bergagang pendek,
berwarna dadu atau merah kecokelatan. Bunga mempunyai susunan satu
bunga betina dikelilingi oleh lima bunga yang masing-masing terdini atas
empat bunga jantan.
5.4 Pemeriksaan Mutu Simplisia
Pemeriksaan Mutu dari Patikan Kebo bertujuan untuk diperoleh
simplisia agar memenuhi persyaratan umum yang ditetapkan oleh dapertemen
kesehtan RI dalam buku resmi seperti MMI, farmakope Indonesia dan ekstrak
FI, sedikit asam, dan netral.

Tabel.5.5.1 Uji Organoleptiks pada gendola


Pemeriksaan Organoleptiks
Bagian Simplisia
Bau Rasa Warna
Khas Pahit Hijau
Daun
Khas Pekat Hijau
Batang
kecoklatan
Akar Khas Pahit, dan Coklat
sepat

Tabel . 5.5.2 Uji identifikasi kandungan Kimia


Uji
Uji
No Pengujian Pereaksi identifikasi Ket
Pustaka
Kimia
1 Katexol FeCl3 Hijau Hijau +
kemerahan

2 Tannin FeCl3 1N hijau hijau +

3 Diaksatikono KOH % Merah hijau -


n
4 Fenol Fecl3 Ungu Kuning -
Biru coklat

5 Alkaloid HCl + mayer Endapan Endapan +


bouchardat Putih Putih

6 Pati Iodine 0,1 N biru coklat -

7 Aleuron Iodine 0,1 N coklat coklat -

8 Saponin Air hangat Busa Busa tidak +


kocok + HCl tidak hilang
hilang
9 Lignin Floroglusin Merah Hijau -

10 Karbohidrat Air Cincin Cincin Ungu +


(sentrivuge) Ungu
+ molish +
alfa naftol
+Hcl
11 Flavonoid FeCl3 + HCl Merah merah +
P
12 Glikosida Ammonia Coklat cokelat +
encer merah
13 Lendir Metil Orange jingga jingga +

BAB 6
PEMBAHASAN
Tumbuhan merupakan salah satu makhluk hidup dimana tumbuhan ini
mempunyai jenis dan kegunaan masing-masing walaupun ada tumbuhan yang
merugikan. Tumbuhan mempunyai arti penting bagi manusia, selain mencegah
terjadinya erosi tumbuhan juga berfungsi sebagai bahan pangan bagi manusia dan
tumbuhan.

Daun Patikan Kebo merupakan tanaman budidaya yang digunakan


sebagai obat tradisional untuk obat Asma, Batuk, Bronkhitis, Disentri amuba,
Herpes zoster, Pelancar ASI (obat luar), Radang ginjal, Radang usus, Eksem (obat
luar), Gatat (obat luar), Sakit tenggorokan. Hasil penelitiannya membuktikan
bahwa patikan kebo dapat meminimalkan perdarahan yang terjadi akibat infeksi
Eimeria tenella. Hal ini diduga karena tanaman ini mengandung beberapa zat aktif
yang berperan untuk meminimalisir perdarahan. Zat-zat kimia yang terkandung di
dalamnya antara lain: flavanoida, tannin, beta amiris, asam elogik, querstrim,
diterpenoida dan triterpenoida.Flavanoida dapat menurunkan permiabilitas kapiler
darah, sehingga kerusakan kapiler darah dapat dicegah atau dapat diperbaiki, dan
nutrisi dan oksigen (untuk menunjang kesembuhan) dapat disuplai melalui kapiler
tersebut. Selain itu, flavanoid yang antithrombik dapat membentuk sumbat
thrombosit, sehingga dapat menutup robekan kecil pada pembuluh darah. Sedang
tannin berkhasiat sebagai antiseptik (mencegah pertumbuhan bakteri) dan
hemostatik (menghentikan perdarahan).
Patikan Kebo memiliki efek Anti inflamasi, hemostatic, ekspektoran,
spasmolitik, diuretik, dan antiprunitik.
Patikan kebo diekstraksi dengan menggunakan pelarut n-heksan dan
etanol dengan cara perkolasi. Untuk memisahkan komponen-komponen ekstrak n-
heksan dan etanol secara KLT digunakan pengembang n-heksan-etil asetat (7:3),
deteksi dengan lampu UV 254 nm dan 365 nm, serta asam sulfat pekat 10% dalam
metanol.
Patikan kebo merupakan cabang-cabang yang masih muda berwarna
hijau. Daun letak berhadapan, berupa daun tunggal yang bentuknya jorong
berbulu di permukaan atas dan bawah. Panjang helaian daun mencapai 50 mm dan
lebarnya 25 mm.
Pada waktu panen atau pengambilan Patikan Kebo peralatan dan tempat
yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering.
Alat yang diguna-kan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan
atau tanah yang tidak diperlukan. Pasca panen merupakan kelanjutan dari proses
panen terhadap tanaman budidaya atau hasil dari penambangan alam yang
fungsinya antara lain untuk membuat bahan hasil panen tidak mudah rusak dan
memiliki kualitas yang baik serta mudah disimpan untuk diproses selanjutnya.
Untuk memulai proses pasca panen perlu diperhatikan cara dan tenggang waktu
pengumpulan bahan tanaman yang ideal setelah dilakukan proses panen tanaman
tersebut. Selama proses pasca panen sangat penting diperhatikan kebersihan dari
alat-alat dan bahan yang digunakan, juga bagi pelaksananya perlu memperhatikan
perlengkapan seperti masker dan sarung tangan.
Tujuan dari pasca panen ini untuk menghasilkan simplisia tanaman obat
yang bermutu, efek terapinya tinggi sehingga memiliki nilai jual yang tinggi.
Secara umum faktor-faktor dalam penanganan pasca panen yang perlu
diperhatikan adalah sebagai berikut Penyortiran (segar), Pencucian biasanya
dilakukan dengan Perendaman bertingkat dan Penyemprotan serta Penyikatan
(manual maupun oto-matis), Perajangan, Pengeringan, Penyortiran (kering),
Pengemasan, terakhir Penyimpanan.
Pada percobaan ini dilakukan dengan pengujian Organoleptis yaitu
pemeriksaan warna, bau, dan rasa dari bahan / simplisia. Dari simplisia yang telah
dibuat, diamati warnanya, baunya apakah menyengat. Biasanya jika menyengat
berarti mengandung minyak atsiri. Kemudian diamati rasanya, apakah sepat,
manis, dan lain sebagainya.
Selain organoleptis dilakukan juga Makroskopik yaitu memuat paparan
mengenai bentuk dari simplisia, ukuran, warna serta bidang patahannya. Misalnya
untuk simplisia yang memiliki ukuran serbuk yang relatif besar dengan warna
yang berbeda-beda serta pengujian Mikroskopik yakni memuat paparan anatomis,
penampang melintang simplisia, fragmen pengenal bentuk simplisia, meliputi
uraian sebagai berikut : Jaringan primer (epidermis, korteks, endodermis, caspari,
perisikel, silinder pusat dan empelur), Jaringan sekunder (periderm, felogen dan
ritidom), Perubahan susunan silinder pusat atau pertumbuhan sekunder, Adapaun
Jaringan pada daun terdiri dari tipe stomata, Jenis rambut (rambut penutup, dan
rambut kelenjar).
Identifikasi kandungan kimia Pati dan Aleuron dimasukkan serbuk
sampel ke dalam tabung reaksi, ditambahkan dengan larutan Iod 0,1 N sebanyak
1-3 tetes apabila berwarna biru mengandung pati dan kalau berwarna merah
mengandung aleuron. Samak / tannin, dimasukkan serbuk sampel ke dalam
tabung reaksi ditambahkan dengan larutan Vinilin 1-3 tetes, ditambahkan etanol 1-
3 tetes, ditambahkan HCl 1-3 tetes, dan FeCl3 sebanyak 1-3 tetes apabila berwarna
hijau mengandung tannin. Katekol dimasukkan serbuk sampel ke dalam tabung
reaksi ditambahkan dengan larutan FeCl3 sebanyak 1-3 tetes apabila berwarna
hijau mengandung katekol. Dioksiantrakinon dimasukkan serbuk sampel ke dalam
tabung reaksi Ditambahkan dengan larutan KOH 10% etanol sebanyak 1-3 tetes
apabila berwarna merah mengandung dioksiantrakinon. Fenol dimasukkan
serbuk sampel ke dalam vial, lalu ditutup dengan objek glass dan dilakukan
pemanasan, ditambahkan dengan larutan FeCl3 P sebanyak 1-3 tetes pada
sublimasi, apabila berwarna ungu biru mengandung fenol. Steroid dimasukkan
serbuk sampel ke dalam tabung reaksi ditambahkan dengan larutan Lieberman
bouchardat sebanyak 1-3 tetes apabila berwarna merah atau merah jambu
mengandung steroid,. Alkaloid dimasukkan serbuk sampel ke dalam tabung reaksi
ditambahkan dengan larutan HCl + Meyer bouchardat sebanyak 1-3 tetes apabila
terbentuk putih mengandung alkaloid. Saat pengujian kandungan kimia Patikan
Kebo Positif mengandung Aleuron, lendir, tannin, saponin, flavonoid, dan
karbohidrat.

BAB 7
PENUTUP
7.1 Kesimpulan

Hasil pemeriksaan farmakognostik dan identifikasi kandungan kimia


tanaman Patikan Kebo (Euphorbia Hirta L) telah diperoleh data dan dapat
diberikan kesimpulan sebagai berikut :
1. Pemeriksaan morfologi menunjukkan perakaran pada Patikan Kebo
(Euphorbia Hirta L) adalah tunggang (radix primaria), daun berbentuk
bulat dengan ujung daun meruncing (acuminatus) dan tepi daunnya rata
(integer) sedangkan bentuk batangnya bulat (teres) dan basa.
2. Pada pemeriksaan anatomi didapatkan bahwa bentuk stomata dari tmbuhan
Patikan Kebo (Euphorbia Hirta L) adalah anomositik dan tipe berkas
pembuluhnya yaitu koletral terbuka (floem bertempat di sebelah luar xilem).
7.2 Saran
Saran saya agar pengadaan PKL yaitu pengambilan sampel baik
dipantai ataupun didarat agar selalu dapat pantauan dari asisten agar sampel
yang didapat tidak mengalami kesamaan, serta cara pengambilan, pencucian
dan penyimpanan sampel dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Amin., A.,dkk, 2009. Penuntun Praktikum Edisi Revisi Farmakognosi I.


Universitas Muslim Indonesia. Makassar.
Departemen kesehatan RI, 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid IV, Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Dodi ahamad fauzi,2008, manfaat tanaman obat,EDSA Mahkota ; Jakarta
Fauziah, Muhlisah.,2007., Tanaman Obat Keluarga.,Swadaya., Jakarta
Gunawan, Didik dkk.,2004., Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I., Penebar
Swadaya., Jakarta.
Hidayat, Estiti., 1995., Anatomi Tumbuhan Berbiji., ITB Press., Bandung
Steenis,Van dkk., 2006., Flora., Pradnya Paramita., Jakarta
Tjitrosoepomo, G., 2001., Morfologi Tumbuhan., Gadjah Mada University Press.,
Yogyakarta.
http://Tousid.multiply.com?photos/albums/36/gandarussa
http://Pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/05/tumbuhanobatdan
keseleo.pdf
hhtp://www.iptek.net.id/ind/pd_tanamanobat/
http://id.wiki.anatomigendola org/wikipedia/20nov2009
http:// www.indonesia herbal-Blogspot.com
http://www.plantamor.com

Anda mungkin juga menyukai