Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI DAN TERAPI II

ANTI INFLAMASI PADA HEWAN UJI


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah praktikum farmakologi dan terapi II

Disusun oleh :

Hildan Firdanansyah (01019056)


Kelompok 3 Gelombang 2
Semester 5B Regular A

SEKOLAH TINGGI FARMASI


YAYASAN PENDIDIKAN IMAM BONJOL CIREBON
2021
A. JUDUL
Anti Inflamasi Pada Hewan Uji

B. TANGGAL
30 September 2021

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui gejala-gejala inflamasi
2. Mengetahui efek anti inflamasi (salep bioplacenton) pada hewan uji yang diberikan
luka bakar
3. Mengetahui efek anti inflamasi (Betadine) pada hewan uji yang diberikan luka sayat

D. DASAR TEORI
Inflamasi merupakan proses yang vital dalam mempertahankan kesehatan, berupa
respon protektik normal terhadap luka jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat
kimia yang merusak, atau zat mikrobiologi. Gejala inflamasi adalah kemerahan,
bengkak, panas, dan hilangnya fungsi (Mycek et al. 2001). Fungsi utama dari
peradangan adalah untuk mengatasi infeksi dan memperbaiki kerusakan dalam mencapai
kesetimbangan (Garćia-Lafuente et al. 2009).
Proses inflamasi dimulai dari stimulus yang akan mengakibatkan kerusakan sel,
sebagai reaksi terhadap kerusakan sel maka sel tersebut akan melepaskan beberapa
fosfolipid yang diantaranya adalah asam arakidonat. Setelah asam arakidonat tersebut
bebas akan diaktifkan oleh beberapa enzim, diantaranya siklooksigenase dan
lipooksigenase. Enzim tersebut merubah asam arakidonat ke dalam bentuk yang tidak
stabil (hidroperoksid dan endoperoksid) yang selanjutnya dimetabolisme menjadi
leukotrin, prostaglandin, prostasiklik, dan tromboksan. Bagian prostaglandin dan
leukotrin bertanggung jawab terhadap gejala-gejala peradangan (Katzung 2002).
Antiinflamasi adalah obat yang dapat menghilangkan radang yang disebabkan
oleh non-mikroorganisme. Prinsip kerja antiinflamasi adalah dengan menghambat kerja
enzim-enzim yang menyebabkan proses inflamasi terjadi (Gonzáles-Gallego et al. 2007).
Obat modern yang biasa digunakan sebagai antiinflamasi adalah obat golongan AINS
(Antiinflamasi Non Steroid) yang pada umumnya mempunyai efek samping tukak
lambung (Katzung, 1998)
Obat-obat anti radang dibagi atas dua yaitu :
1. Golongan kortikosteroid
Obat ini merupakan antiinflamasi yang poten (yang super duper kuat). Karena obat-
obat ini menghambat enzim phospholipase A2 sehingga tidak terbentuk asam
arakidonat. Namun, obat anti inflamasi golongan satu ini tidak boleh digunakan
seenaknya. Karena efek sampingnya besar. Dapat menyebabkan moon face,
hipertensi, osteoporosis dll. Selain itu penggunaan steroid jangka panjang juga bisa
mempengaruhi homeostasis tubuh karena ini pengaruh ke HPA (Hypothalamus –
Pituitary – Adrenal Axis). Jadi steroid sendiri di tubuh dihasilkan oleh adrenal, tapi
saat menggunakan obat steroid dari luar dengan jangka panjang maka steroid yang
terdapat di dalam tubuh menjadi berlebihan, sehingga dapat menyebabkan Cushing.
Contoh : hidrokortison, deksametason, prednisone, betametason, metilprednisolon
2. Golongan non steroid
Obat antiinflamasi (anti radang) non steroid, atau yang lebih dikenal dengan sebutan
NSAID (Non Steroidal Anti-inflammatory Drugs) adalah suatu golongan obat yang
memiliki khasiat analgesik (pereda nyeri), antipiretik (penurun panas), dan
antiinflamasi (anti radang). Istilah "non steroid" digunakan untuk membedakan jenis
obat-obatan ini dengan steroid, yang juga memiliki khasiat serupa. NSAID bukan
tergolong obat-obatan jenis narkotika. Mekanisme kerja NSAID didasarkan atas
penghambatan isoenzim COX-1 (cyclooxygenase-1) dan COX-2 (cyclooxygenase-
2). Enzim cyclooxygenase ini berperan dalam memacu pembentukan prostaglandin
dan tromboksan dari arachidonic acid. Prostaglandin merupakan molekul pembawa
pesan pada proses inflamasi (radang).

E. ALAT DAN BAHAN


A. Alat
1. Bisturi
2. Sendok
3. Kompor
B. Bahan
1. Salep Bioplacenton
2. Betadine
3. Tikus

F. CARA KERJA
1. Ambil tikus dari kandang sebanyak 2 ekor
2. Lakukan pencukuran pada bagian punggung tikus bagian kanan dengan diameter 4x4
3. Pada Tikus 1 dilakukan uji luka sayat dengan cara menyayat bagian punggung yang
telah dicuku dengan menggunakan bisturi no.11
4. Lakukan penyayatan sampai punggung tikus menjadi terbuka
5. Pada Tikus 2 dilakukan uji luka bakar yaitu dengan cara memanaskan sendok diatas
kompor
6. Tempelkan sendok yang sudah panas kebagian punggung tikus yang sudah dicukur
sampai merah
7. Tikus yang diuji luka sayat diobati dengan betadine
8. Tikus yang diuji luka bakar diobati dengan salep bioplacenton
9. Lakukan pengobatan secara berulang setiap hari sampai masing-masing tikus
sembuh.
10. Tuliskan hasil data pengamatannya.

G. DATA PENGAMATAN
1. Tikus 1 (luka sayat)
 Model luka : luka panjang
 Terapi obat : betadine
 Bentuk luka : panjang, berdarah, luka terbuka, basah, merah
 Derajat luka : 5
Hari (tanggal) Derajat luka keterangan
Hari ke-1 5 Luka panjang, luka terbuka,
(30 september 2021) berdarah, basah
Hari ke-2 4 Luka terbuka, merah, agak
(01 oktober 2021) kering, berdarah
Hari ke-3 4 Luka terbuka, merah, agak
(02 oktober 2021) kering, berdarah
Hari ke-4 3 Luka mulai menutup, kering,
(03 oktober 2021) merah
Hari ke-5 3 Luka mulai menutup, kering,
(04 oktober 2021) merah
Hari ke-6 2 Luka mulai menutup, kering,
(05 oktober 2021) tidak berdarah

2. Tikus 2 (luka bakar)


 Model luka : luka membulat
 Terapi obat : salep bioplacenton
 Bentuk luka : gosong, melepuh,merah, basah
 Derajat luka : 5

Hari (tanggal) Derajat luka keterangan


Hari ke-1 5 Luka merah, melepuh, gosong,
(30 september 2021) basah
Hari ke-2 4 Luka merah, melepuh, gosong,
(01 oktober 2021) agak kering
Hari ke-3 4 Luka merah, melepuh, gosong,
(02 oktober 2021) agak kering
Hari ke-4 3 Luka memudar, agak
(03 oktober 2021) mengelupas, agak kering
Hari ke-5 3 Luka memudar, agak
(04 oktober 2021) mengelupas, agak kering
Hari ke-6 2 Luka memudar, agak
(05 oktober 2021) mengelupas, kering

H. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini hewan uji yang digunakan yaitu tikus akan diuji
menggunakan antiinflamasi atau obat anti radang dimana ada dua jenis luka, yang
pertama yaitu luka sayatan. Pertama-tama tikus disayat memanjang kebelakang
menggunakan bisturi pada bagian daging dekat kaki belakang setelah tikus disayat
kemudian tikus diberi pengobatan menggunakan betadine sebagai antiinflmasi dan obat
luka, yang diamati pada luka ini yaitu derajat luka dan perkembangan luka setiap harinya
selama 7 hari, pada hari pertama luka masih panjang berdarah merah dan basah, pada
hari kedua luka maasih terbuka merah dan berdarah namun agak tertutup, pada hari
ketiga tidak ada perkembangan luka, lalu pada hari keempat luka mulai menutup kering
namun masih merah, kemudian pada hari kelima dan keenam luka menutup dan tidak
berdarah. Selama 6 hari pengobatan menggunakan betadine mengalami perubahan pada
luka yang menunjukan keefektfan dari antiinflmasi betadine.
Luka yang kedua yaitu luka bakar, pertama-tama hewan uji dibakar pada bagian
yang sudah dicukur bulunya kemudian tikus dibakar menggunakan sendok yang
dipanaskan dan ditempelkan ke daging tikus sampah terbentuk luka bakar lalu tikus
diberi pengobatan menggunakan bioplacenton sebagai antiinflamasi dan obat luka bakar,
hal yang diaamti pada luka ini yaitu derajat luka dan seberapa efektif antiinflamasi
bioplacenton dalam pengobatan luka selama 7 hari, pada hari pertama pengobatan luka
masih merah melepuh gosong dan basah, pada hari kedua dan ketiga luka masih merah
melepuh dan gosong namun sudah mulai mengering, lalu pada hari keempat dan kelima
luka memudar mengelupas dan agak kering, pada hari keenam luka memudar
mengelupas dan sudah kering. Selama 6 hari pengobatan menggunakan bioplacenton
luka pada tikus mengalami penyembuhan hal ini menunjukan keefektifan dari
antiinflamasi dan obat luka bakar dari bioplacenton.
I. KESIMPULAN
Pada praktikum kali ini hasil dari pengujian antiinflamasi terbukti efektif untuk
menyembuhkan luka sayat dan luka bakar dengan menggunakan betadine untuk luka
sayat dan bioplacenton untuk luka bakar, hal ini terbukti pada pengujian tikus yang
diberi betadine pada luka sayat mengalami penyembuhan luka pada setiap hari nya
dimulai dari hari pertama luka masih terbuka berdarah dan basah sampai hari keenam
luka mengering dan tertutup. Tikus yang diberi bioplacenton untuk pengobatan luka
bakar pun mengalami penyembuhan pada setiap harinya dimulai dari hari pertama luka
masih merah basah gosong sampai hari keenam luka mulai memudar dan kering. Hal ini
menunjukan bahwa pengobatan luka menggunakan antiinflamasi betadine untuk luka
sayat dan bioplacenton untuk luka bakar terbukti efektif sesuai hasil dari praktikum.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai