Disusun Oleh:
Abu Rizal Algifari 1804019011
Regina Hardiyani Putri 1604015339
Kelompok : 10
Kelas : D1
Dosen : Daniek Viviandhari. MSc,.Apt
A. Latar Belakang
Batuk adalah gejala yang paling umum yang menyebabkan pasien
berkonsultasi dengan dokter mereka. Apakah itu gejala medis yang paling umum
dari semua tergantung pada apakah gejala lain seperti rasa lapar dan haus dapat
dihitung sebagai fisiologis. Dalam beberapa subjek, batuk kronis menyebabkan
hilangnya kualitas hidup. Epidemiologi batuk dapat dibagi secara rapi ke dalam
dua sub kelompok diagnostik ini: batuk akut, yang biasanya disebabkan oleh
infeksi saluran pernapasan virus, dan batuk kronis, yang dapat didefinisikan
secara sewenang-wenang sebagai batuk yang berlangsung lebih dari delapan
minggu (Morice 2002).
Karena batuk akut memiliki berbagai penyebab yang berbeda pada orang
dewasa daripada pada anak-anak, orang dewasa harus dinilai dan diperlakukan
secara berbeda. American College of Chest Physicians berdasarkan petunjuk
praktik klinis merekomendasikan bahwa pasien dengan batuk akut dibagi menjadi
anak-anak (lebih muda dari 15 tahun) dan orang dewasa (usia 15 tahun atau
lebih). Juga, orang dengan penyakit yang mendasari dan kronis atau sistem
kekebalan yang terganggu harus dipertimbangkan dan diperlakukan berbeda;
Dokter perawatan primer tidak akan kesulitan mengenali pasien seperti itu
(Worrall 2011).
Demam merupakan tanda adanya kenaikan set-point di hipotalamus akibat
infeksi atau adanya ketidakseimbangan antara produksi dan pengeluaran panas.
Sebaliknya tidak semua anak yang terkena infeksi akan menunjukkan gejala
demam, semakin muda umurnya, semakin tidak jelas gambaran klinisnya.
Tindakan pada anak dengan demam diawali dengan pertimbangan apakah ada
kegawatan, apa penyebabnya dan apakah demam perlu segera diturunkan. Agar
tindakan tersebut tepat dan terarah, diperlukan suatu pengelompokan / klasifikasi
pasien agar dapat digunakan suatu algoritma umum. Pada tiap kelompok tetap ada
kriteria kegawatan, kriteria jenis infeksi yang mengarah kepada tindakan yang
diambil, terutama perawatan dan pemberian antibiotic secara empirik. Tindakan
yang dilaksanakan sebaiknya bukan tindakan yang sifatnya sesaat, tetapi
merupakan tindakan yang berkesinambungan, sampai pasien lepas dari
masalahnya. Keputusan untuk dirawat harus dilanjutkan dengan pemeriksaan
laboratorium dan pemberian antibiotik empirik. Tindakan lanjutan akan
disesuaikan dengan hasil pemeriksaan penunjang, respons pasien terhadap
pengobatan sampai masalahnya selesai dengan tuntas. (Sari Pediatri, hlm 103)
B. Tujuan Praktikum
1. Melakukan tahap-tahap pelayanan swamedikasi (penggalian informasi,
penentuan rekomendasi dan pemberian informasi).
2. Menjelaskan farmakologi obat-obat yang digunakan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
1. Batuk
Batuk merupakan refleks yang terangsang oleh iritasi paru-paru atau saluran
pernapasan. Bila terdapat benda asing selain udara yang masuk atau merangsang
pernapasan, otomatis akan batuk untuk mengeluarkan atau menghilangkan benda
tersebut. Batuk biasanya merupakan gejala infeksi saluran pernapasan atas
(misalnya batuk-pilek, flu) dimana sekresi hidung dan dahak merangsang saluran
pernapasan. Batuk juga merupakan cara untuk menjaga jalan pernapasan tetap
bersih (Depkes RI 2006).
2. Demam
Demam didefinisikan jika suhu tubuh diperthankan < 37,2oC dipagi hari dan <
37,7oC diamalam hari. Karena hipotalamus kelebihan prodksi panas dari aktivitas
metabolic dalam oto dan hati. Kebanyakan demam disebabkan karna infeksi dari
virus dan dapat mudah di idnetifkasi (Harrison’s manual of medicine 17th edtion.
Hal 199).
3. Swamedikasi
Pemilihan dan penggunaan obat-obatan oleh individu, termasuk obat herbal
dan obat tradisional untuk mengobati penyakit atau gejala yang dapat dikenali
sendiri (WHO,1998). Swmedikasi merupakan upaya untuk mengobati diri
sendiri, biasanya untuk mengatasi keluhan dan penyakit ingin seperti demam,
nyeri, batuk (Departemen kesehatan RI,2007)
B. Epidemiologi
1. Batuk
Sangat sering terjadi, prevalensinya antara 5 – 40%. Bisa menunjukkan
keadaan patologis yang serius namun umumnya tidak terlalu signifikan, tidak
harus ditindaklanjuti dengan pemeriksaan penunjang (Davey 2008 hlm. 23).
2. Demam
anak yang menderita demam merupakan sebagian dari pasien yang berobat ke
dokter anak (19-30%)1 dan pada umumnya tidak ada seorang dokter anak
manapun yang merasa nyaman menghadapi anak dengan demam. Demam dapat
merupakan tanda permulaan adanya infeksi, namun demam juga bisa disebabkan
oleh adanya kelainan metabolik dan sebab-sebab lain2. Masalah demam pada
anak sifatnya terbuka, banyak sekali kemungkinan yang tak terduga. Tidak ada
prosedur tetap yang pasti berhasil, petunjuk yang ada hanyalah semacam garis
besar yang harus diterjemahkan dengan kedalaman pengetahuan, kreasi dan art
dari dokter yang menanganinya sesuai dengan keadaan pasien. Setiap dokter anak
harus mencoba menemukan kegawatan yang diderita anak dengan demam,
apakah demam tersebut merupakan tanda penyakit yang gawat yang harus segera
ditangani secara serius atau tidak. (Sari Pediatri, hlm 103)
C. Patofisiologi
1. Batuk
Batuk dapat disebabkan oleh:
a Infeksi
Produksi dahak yang banyak karena infeksi saluran pernapasan. Misalnya flu,
bronkitis, dan penyakit yang cukup serius meskipun agak jarang yaitu
pneumonia, TBC, dan kanker paru-paru.
b Alergi
Alergi yang dapat disebabkan oleh masuknya benda asing secara tidak sengaja
ke dalam saluran pernapasan (debu, asap, cairan, dan makanan), mengalirnya
cairan hidung ke arah tenggorokan dan masuk ke saluran pernapasan (rhinitis
alergi, batuk-pilek), dan penyempitan saluran pernapasan (asma) (Depkes RI
2006).
2. Demam
Secara teoritis kenaikan suhu pada infeksi dinilai menguntungkan, oleh karena
aliran darah makin cepat sehingga makanan dan oksigenasi makin lancar. Namun
kalau suhu terlalu tinggi (di atas 38,5ºC) pasien mulai merasa tidak nyaman,
aliran darah cepat, jumlah darah untuk mengaliri organ vital (otak, jantung, paru)
bertambah, sehingga volume darah ke ekstremitas dikurangi, akibatnya ujung
kaki/tangan teraba dingin. Demam yang tinggi memacu metabolisme yang sangat
cepat, jantung dipompa lebih kuat dan cepat, frekuensi napas lebih cepat.
Dehidrasi terjadi akibat penguapan kulit dan paru dan disertai dengan
ketidakseimbangan elektrolit, yang mendorong suhu makin tinggi. Kerusakan
jaringan akan terjadi bila suhu tubuh lebih tinggi dari 410C, terutama pada
jaringan otak dan otot yang bersifat permanen. Kerusakan tersebut dapat
menyebabkan kerusakan batang otak, terjadinya kejang, koma sampai
kelumpuhan. Kerusakan otot yang terjadinberupa rabdomiolisis dengan akibat
terjadinya mioglobinemia. (Sari Pediatri, hlm 104)
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Batuk
Batuk > 3 minggu kemungkinan besar disebabkan oleh penyakit serius yang
membutuhkan pemeriksaan penunjang dan terapi.
a Foto toraks, bila batuk kronis atau pasien merokok, bisa menunjukkan adanya
infeksi, neoplasma, atau penyakit paru difus.
b CT digunakan untuk menentukan stadium tumor atau mendiagnosis penyakit
paru difus.
c Spirometry mendiagnosis adanya obstruksi aliran udara dan memonitor peak
flow (asma)
d Bronkoskopi digunakan untuk menyingkirkan benda asing atau mengambil
jaringan untuk mendiagnosis tumor.
e Monitor pH esophagus digunakan untuk mendiagnosis penyakit infeksi
(Davey, hlm. 23).
2. Demam
a Pemeriksaan rutin
LED atau CRP yang tinngi menunjukkan adanya kelainan sistemik atau
infeksi. Infeksi atau penyakit kolagen vaskular jarang di sertai LED yang normal.
Skrining autoantibodi (auutoneutrophil cytoplasmic antibody [ANCA],
Antinuclear antibody [ANA], faktor reumatoid, komplemen) juga bisa
bermanfaat. CT scan abdomen atau pelvis bisa membantu, bahkan tanpa adanya
tanda atau gejala lokal dan harus dipertimbangkan pada proses diagnostik awal.
Hasil pemeriksaan ini bisa menunjukkan adanya abses, nodus atau keganasan.
b Pemeriksaan spesifik
Ekokardiografi
Kultur darah di perluas,bruselosis atau organisme yang rewel
Biopsi jaringan (terutama pada kelainan spesifik organ)
Laparotomi jarang di indikasikan (Davey 2006, hlm 69)
2. Tuliskna informasi yang perlu diberikan kepada pasien baik informasi yang
berkaitan dengan farmakologi dan non-farmakologi !
Dalam kasus ini terapi farmakologi yang dapat diberikan yaitu dengan
memberikan obat golongan analgesic-antipiretik seperti aspirin, NSAID(ibu
profe) dan glukokortikoid, merupakan antipiretik yang efektif. Tetapi
paracetamol / acetaminophen banyak dipilih karena tidak menimbulkan
peradangan dan tidak merusak fungsi trombosit,. Sediaan yang dapat
diberikan berupa oral,rectal, ataupun IV (Harriosn’s manual of medication of
medicine 17tth hal. 201).
Obat yang direkomemdasikan adalah pamol suppose 160 mg untuk
anak usia 2-3 tahun digunakan 4xsehari. Karena pada kasus pasien
mempunyai riwayat demam disertai dengan kejang, kemudian dari gejala
yang dialami pasien mengalami demam dengan suhu badan sudah mencapai
39oC , selain itu pasien sebelumnya juga sudah diberikan snamol sirup tetapi
demam nya tidak turun, maka direkomendasikan pamol suppositoria. Dimana
pamolm suppositoria mengandung paracetamol (Drug information handbook)
obat ini dapat digunakan sesuai kebutuhan, dan penggunannya dapat
dihentikan bila gejala sudah hilang (Basic pharmacology&drug notes, hal
110)
Kemudian untuk mengatasi batuk berdahak nya dapat diberikan obat-
obatan golongan ekspetoran seperti Guaifenesin, Ammonium klorida, Glyceril
guaikolat (Harriosn’s manual of medication of medicine 17tth hal. 235). Pada
kasus anak tersebut mengalami gejala batuk berdahak disertai pilek maka
untuk mengatasi pileknya [erlu diberikan obat golongan decongestan seperti
phenilprophanolamin, pseudoefedrin, efedrin, dan phenylephrine.
Obat yang direkomendasikan untuk mengatasi batuk dan pileknya
adalah Actifed Ekstrak. Karena pada kasus anak mengalami batuk berdahak
jadi diberikan obat yang mengandung guaifenesin, dimana guaifenesin
digunakan sebagai ekspetoran untuk mengatasi batuk berdahaknya, karena
dapat merangsang pengeluaran dahak dari saluran pernapasan. Actifed ekstrak
juga mengandung pseudoefedrin HCl, dimana pseudoefedrin digunakan
sebagai decongestan yaitu obat yang dapat digunakan untuk meredakan
kongesi hidung tersumbat. Actifed ekstrak mengandungTriplolidin HCl 1,25
mg, pseuodoefedrin HCl 30 mg, dan guaifenesin 100mg/5ml, digunakan
untuk anak usia 2-5 tahun diminum 3xsehari ½ sendok teh (iso vol 50 hal
446).
Terapi non- farmakologi yang dapat diberikan untuk mengatasi gejala
pada kasus yaitu bisa dibantu dengan mengompres untuk menurunkana
demamnya, tempatkan anak di dalam ruangan bersuhu normal, lalu perbanyak
minum air hangat agar dapat melege]akan ternggorkan, menghindari makan-
makanan yang dapat memicu batuk dan pilek, isitirhat yang cukup, kemudian
dapat juga memberikan aroma terapi pada ruangan untuk mengurangi gejala
pilek dan batuknya.
Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas
Terbatas. Jakarta: Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Fauci A.S., Eugene B., Dennis L.K., Stephen L.H., Dan L.L., J. L. Jameson,
Joseph L. 2009. Harrison’s Manual of Medicine 17th Edition. USA: The
McGraw-Hill Companies.
Departemen Kesehatan RI, 2007, Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas
World Health Organisation, 1998, The role of the pharmacist in self care and self
Medication.