Anda di halaman 1dari 10

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Tanggal dan waktu

Hari/Tanggal Selasa , 19 November 2019


Waktu 15:30 -18:10
Tempat Laboratorium Farmakoterapi, Fakultas Farmasi dan Sains,
Universitas Muhammadiyah Prof.Dr. Hamka, Jakarta Timur.

B. Judul Praktikum

Pada praktikum farmakoterapi ini membahas judul terkait studi kasus Tuberkulosis.

C. Kasus dan Pertanyaan

Tn. AN usia 35 tahun, Tinggi badan 170cm, berat badan turun dari 65kg
menjadi 50kg. datang ke dokter dengan keluhan sudah hampir seminggu ini merasa
lemas,sesak, keringat berlebih di malam hari, nyeri di dada sebelah kiri dan
mengalami diare. sedangkan untuk batuk dengan sputum bercak darah dan demam
sudah dialami lebih dari 2 minggu.
Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Lab Hasil lab Nilai Normal

Tekanan Darah 140/80 mmHg 120/80 mmHg

Suhu Tubuh 38ºC 37ºC

Denyut Nadi 105 x/menit 60-80 x/menit

RR 30 x/menit 16-20 x/menit

SGOT 75 5-35 μ/L


SGPT 121 7-56μ/L

Cairan Pleura +

DIAGNOSA :

TB Paru, Efusi pleura sinistra

TERAPI :

R/ Isoniazid 300 mg

S.1.dd.1 tab

R/ Rifampicin 450 mg

S.1.dd.1 tab

R/ Pirazinamid 1250 mg

S.1.dd.1 tab

R/ Ethambutol 500 mg

S.1.dd.1 tab

R/ Codein 10 mg

S.1.dd.1 tab

R/ Levofloksasin 750 mg

S.1.dd.1 tab

R/ Ceftazidim 1g

S.1.dd.1 tab
R/ Attapulgit 2g

S.1.dd.1 tab

R/ Parasetamol 3x500mg

S.1.dd.1 tab

Pertanyaan

1) Tentukan SOAP

2) Lakukan konsleing pada pasien TB

3) Nilai normal SGOT dan SGPT

4) Kapan pasien TB harus menggunakan obat ? ( pagi dengan malam, atau pagi dan
malam saja)
BAB IV

PEMBAHASAN

1. Analisa SOAP
a. Subjektif
 Selama seminggu ini merasa lemas,sesak, keringat berlebih di malam hari,
nyeri di dada sebelah kiri dan mengalami diare. sedangkan untuk batuk dengan
sputum bercak darah dan demam sudah dialami lebih dari 2 minggu.
b. Objektif
 Tekanan Darah 140/80 mmHg normal : 120/80 mmHg
 Suhu Tubuh 38℃ normal : 37ºC
 Denyut Nadi 105x/menit normal : 60-80 x/menit
 RR 30x/menit normal : 16-20 x/memit
 Cairan pleura (+)
 SGOT 75 normal : 5-35 µ/L
 SGPT 121 normal : 5-76 µ/L
c. Assessment :
DRP
1. Penggunaan levofloxacin kurang tepat karena levofloxacin merupakan lini
golongan ke 2 pengobatan TB paru (kemenkes 2011 hal.22)
2. Penggunaan codein kurang tepat karena codein kontraindikasi dengan
penyakit hepar Penggunaan Codein dapat berinteraksi dengan attapulgit
yaitu dapat meningkatkan efeksamping konstipasi. Dan penggunaan codein
bukan untuk batuk berdahak
3. Ceftazidim tidak digunakan karena bukan merupakan pengobatan OAT
4. Penggunaan Pirazynamid perlu pengawasan pada pasien ini karena nilai
SGOT dan SGPT yang tinggi
5. Dosis Etambuthol kurang tepat (Dipiro dkk 2015 hlm 483)
6. Penambahan hepatoprotektor

d. Planing
1. Penggunaan Levofloxacin kurang tepat karena Levofloxacin merupakan obat TB
lini kedua pada pengobatan TB (permenkes 2011, hal 22). Pada kasus pasien
tersebut baru pertamakali menderita TB, maka yang diberikan hanya lini
pertama. Seperti Isoniazid,Rifampisin, Pyrazinamid, Streptomisin, Ethambutol.
Selain itu penggunaan levofloxacin digunakan untuk TB yang sudah resisten
terhadap rifampisin dan isoniazid (permenkes 2011, hal 23), Maka dari itu
pemberian Levofloxacin sebaikn ya tidak diberikan karena tidak tepat.
2. Penggunaan codein kurang tepat karena codein kontraindikasi dengan penyakit
hepar Penggunaan Codein dapat berinteraksi dengan attapulgit yaitu dapat
meningkatkan efeksamping konstipasi. Sedangkan pasien sedang mengalami
konstipasi. Dan penggunaan codein bukan untuk batuk berdahak, yaitu ubat
golongan antitusif. Pada pasien TB batuk nya adalah batuk berdahak maka di
rekomendasikan dibedikan obat golongan Ekspektoran contohnya seperti
Glyceril guaiacolat, Ammonium Chloride, atau Guaiafenesin, yang mempunyai
mekanisme kerja untuk mengurangu kekentalan sputum, dapat membuat batuk
menjadi produktif dan dapat memudahkan pengeluaran sputum.

3. Penggunaan obat ceftazidim sebiknya tidak digunakan, karena ceftazidim bukan


merupakan obat-obat golongan OAT. Ceftazidim merupakan antibiotik
golongan sefalosporin generasi ke 3 yang aktif terhadap bakteri coccus gram
negative (pseudomonas aeruginosa). Bukan untuk pengobatan TB.

4. Penggunaan Pirazynamid perlu pengawasan pada pasien ini karena nilai SGOT
dan SGPT yang tinggi. Pirazinamid 1250 mg 1xsehari, 1 tab. Pemberian
pirazinamid sudah tepat dosis dan tepat obat, dimana menurut DIH dosis untuk
pirazynamid 15-30 mg/kg/hari dan merupakan pengobatan lini pertama dalam
pengobatan TB, lalu pada kasus dosis unutk pasien 50kg x 15mg/kg/hari = 750
mg/hari, 50kg x 30mg/kg/hari = 1500mg/hari, sehingga range dosis pemberian
pirazynamid yaitu 750mg-1500mg, dan pasien dalam kasus mendapatkan
pirazynamid 1250mg 1x sehari 1 tablet maka dinyatakan pirazynamid telah
tepat dosis, tetapi dari hasil data lab pasien mempunyai nilai SGOT 75µ/L (5-
35 µ/L) dan SGPT 121 µ/L (7-56 µ/L) dan pasien dinyatakan mempunyai
gangguan pada hatinya, sehingga pemakaian pirazinamid perlu pengawsan
pada pasien (DIH dan permenkes 2011 hal 24).
5. Dosis Etambuthol kurang tepat, untuk pengobatan terapi TB menurut (dipiro
2105, hal 483) dosis perhari etambutol sebesar 800mg/hari, dimana menurut
DIH dosis ethambutol menurut BB (40-55 kg) 15-25 mg/kg BB, sehingga
dosis yang diperlukan jika berat badan pasien adalah 50 kg maka dosis
ethambutol dalam sehari 15mg/kgBB x 50 kg = 750 mg, 25mg/kgBB x 50 =
1250 mg maka rentan dosis yanv diperlukan untuk pasien adalah 750-1250
mg, sementara pada kasus pasien hanya mendapatkan 500 mg sehingga dosis
yang di dapatkam masih under dose (dipiro,2015 hal 483, dan DIH).
6. Penambahan Hepatoprotektor
Penambahan heptoprotektor berfungsi karrna obat TB pada umumnya
mempunyai efeksamping yang dapat merusak hati. Dan pasien memiliki
nilai SGOT dan SGPT yang tidak normal. Hepatoprotektor yang dpat di
tambahkan dapat berupa Urdahex, kandungannya adalah asam
ursodeoksikolat, dosisnya adalah 8-10 mg/kg BB terbagi dalam 2-3 dosis.
Atau dapat memberikan obat curcuma tablet, diminum 3 kali sehari 1 tablet.
Pembahasan obat obat di resep :
a. Rifampisin 450 mg 1xsehari, 1 tab menurut DIH dosis untuk rifampisin
10mg/kg/hari (maks 600 mg), lalu pada kasus dosis untuk pasien 50kg x
10mg/kg/hari = 500mg, maka dikatakan tepat dosis karena dalam resep pasien
memperoleh 500mg dalam sehari, dan menurut DIH maksimal dosis nya
600mg/hari.(drug information handbook)
b. Isoniazid 300 mg, 1xsehari, 1, menurut DIH INH dimana dosis untuk INH
300 mg/hari, dimana pada kasus pasien mendapatkan INH 300mg 1xhari dan
dikatakan sudah tepat, INH juga termasuk kedalam pengobatan lini pertama
untuk pasien TB (drug information handbook)
c. Etambutol 500mg, 1xsehari 1 tab Pemberian etambutol 500 mg sudah tepat obat
dimana ethambutol merupakan obat first line dalam pengobatan TB tetapi
belum tepat dosis, dimana menurut (dipiro 2105, hal 483) dosis perhari
etambutol sebesar 800mg/hari, dimana menurut DIH dosis ethambutol menurut
BB (40-55 kg) 15-25 mg/kg BB, sehingga dosis yang diperlukan jika berat
badan pasien adalah 50 kg maka dosis ethambutol dalam sehari 15mg/kgBB x
50 kg = 750 mg, 25mg/kgBB x 50 = 1250 mg maka rentan dosis yanv
diperlukan untuk pasien adalah 750-1250 mg, sementara pada kasus pasien
hanya mendapatkan 500 mg sehingga dosis yang di dapatkam masih under dose
(dipiro,2015 hal 483, dan DIH).
d. Attapulgit 2g 1x sehari Attapulgit merupakan obat antidiare golongn adsorben
yang digunakan untuk meringankan gejala diare, pemeberian attapulgit pada
kasus ini sudahh tepat obat untuk mengatasi diarenya (basic pharmacology &
drug notes, hal 43-44).
e. Paracetamol 3x500 mg, 1x sehari
Pemberian paracetamol sudah tepat, paracetamol digunakan untuk meredakan
demam nya, dimana dosis paracetamol menurut basic pharmacology & drug
notes 500 – 1000 mg setiap 4-6 jam (basic pharmacology & drug notes, hal
267).

2. Lakukan konseling pada pasien Tuberkulosis


(Terlampir )
3. Nilai normal SGOT dan SGPT

SGPT : 7-56 ui/L

SGPT : 10-40 ui/L

4. Kapan pasien TB harus menggunakan obat ? ( pagi dengan malam, atau pagi
dan malam saja)

a. Sebaiknya waktu minum obat TB sekaligus pagi atau malam hari saja sebelum
tidur.

b. Jika sulit minum obat, obel diminum satu persatu akan tetapi harus dalam waktu
2 jam.

c. Minum obat harus dalam keadaan perut kosong.

d. Obat harus terus diminum setiap hari, jangan sampai putus obat.
Terapi non farmakologi

Informasi non farmakologi yang perlu disampaikan ke pasien yait tutup mulut saat
batuk dan bersin, tidak meludah atau buang dahak sembarangan, , berjemur pagi hari
karena sinar matahari pagi sangat bagus untuk membunuh kuman TB. Sering
membuka jendela rumah karena agar sirkulasi udara dalam rumah dapat keluar
rumah. Memisahkan alat makan degan yang lain, agar tidak menularkan kepada
yang lain.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulannya pada praktikum farmakoterapi materi Tuberkulosis ini,


Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai
organ tubuh lainnya. Obat yang digunakan pada pasien baru TB yaitu, Isoniazid,
Rifampisin, Pirazinamid, dan Ethambutol. Pada pemberian pyrazinamide masih
diberikan tetapi harus dalam pemantauan, karena nilai SGOT dan SGPT yang tinggi
pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA

AHFS. 2011. Drug Information Essentials. USA: American Society of Health-System


Pharmacists.
American Pharmacist Association. 2007. Drug Information Handbook 17th Edition.
Departemen Kesehatan RI. 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Tuberkulosis.
Jakarta: Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
DiPiro J.T., Robert L.T., Gary C.Y., Gary R.M., Barbara G.W., L.M. Posey. 2005.
Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach. USA: The McGraw-Hill
Companies. Ohio: Lexi-Comp Inc.
DiPiro J.T., Barbara G.W., Terry L.S., C.V. DiPiro. 2009. Pharmacotherapy Handbook
7th Edition. USA: The McGraw-Hill Companies.
DiPiro J.T., Barbara G.W., Terry L.S., C.V. DiPiro. 2015. Pharmacotherapy Handbook
9th Edition. USA: McGraw-Hill Education.
Kementrian Kesehatan RI. 2011 .Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis.
Jakarta: Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
_______. 2015. Tuberkulosis Temukan Obati Sampai Sembuh. Jakarta: PUSDATIN.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2006. Pedoman Penatalaksanaan TB
(Konsensus TB). Jakarta: PDPI.
Kementrian Kesehatan RI. 2009 .Pedoman penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta:
Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Team Medical Mini Notes. 2019. Basic Pharmacology and Drug Notes. Makassar:
MMN Publishing.

Anda mungkin juga menyukai