Anda di halaman 1dari 5

Penatalaksanaan3,4,8,10,11

Secara umum, perawatan harus diarahkan kepada etiologi yang mendasari, sesuai
kebutuhan, setelah diagnosis dibuat. Jika penyebab pasti belum dapat ditentukan, beberapa
penelitian menyarankan pengecualian terhadap pendekatan umum ini, seperti:

a. Kasus yang memenuhi kriteria untuk endokarditis negatif kultur


b. Kasus di mana temuan klinis menunjukkan TB diseminata (atau, kadang-kadang,
infeksi granulomatosa lainnya)
c. Kasus-kasus dicurigai giant cell arteritis dengan gangguan penglihatan

Contoh pengobatan khusus:

 Pada pasien dengan granuloma hepatik, sekitar 50% pasien sembuh secara
spontan, sementara 50% lainnya memerlukan pengobatan kortikosteroid
(Prednison 1-2mg/kgBB/hari, max 80mg durasi terapi mulai dari beberapa
minggu hingga beberapa tahun).
 Pasien dengan giant cell arteritis harus diobati dengan steroid dosis tinggi
(Prednison 1-2mg/kgBB/hari, max 80mg), dan steroid intravena harus diberikan
jika pasien sangat kesakitan atau memiliki gangguan penglihatan yang signifikan.
Hati-hati dalam memonitor pasien, karena perawatan yang tidak memadai dan
toksisitas steroid (misalnya, hipertensi, diabetes, dispepsia, pengeroposan tulang,
psikosis, katarak) dapat menyebabkan morbiditas yang signifikan.
 Pada polymyalgia rheumatica, perawatan terdiri dari perbaikan gejala dengan
terapi steroid (Prednison 1-2mg/kgBB/hari, max 80mg atau prednisolon 0,1-
2mg/kgBB/hari, max 80mg) dan pemantauan ketat.
 Ketika obat dicurigai, hentikan obat yang terlibat.

Konsultasi kepada ahli berdasarkan riwayat pasien, pemeriksaan fisik, data


laboratorium, dan temuan radiologis. Konsultasi kepada Spesialis penyakit menular,
hematologi / onkologi, Rheumatoid, paru, saluran pencernaan, endokrin, dan radiologi
intervensi serta bedah.10

Rekomendasi pengobatan untuk anak-anak dengan demam tanpa fokus lokasi


didasarkan pada penampilan, usia, dan suhu anak.
a. Untuk anak-anak yang tidak tampak toxic, rekomendasi perawatan adalah sebagai
berikut:
 Jadwalkan janji tindak lanjut dalam 24-48 jam dan instruksikan orang tua untuk
kembali bersama anak lebih cepat jika kondisinya memburuk.
 Masuk rumah sakit diindikasikan untuk anak-anak yang kondisinya memburuk
atau yang temuan evaluasinya menunjukkan infeksi serius.
b. Untuk anak-anak yang tampak toxic, rekomendasi perawatan adalah sebagai berikut:
 perawatan lebih lanjut; hasil kultur yang tertunda, berikan antibiotik parenteral.
Awalnya berikan ceftriaxone, cefotaxime, atau ampicillin / sulbaktam (50 mg /
kg / dosis).3

Terapi Percobaan

Risiko terapi percobaan

Menurut pendapat umum, sebaiknya terapi percobaan tidak boleh diberikan pada saat
sedang mencari penyebab demam tanpa kausa jelas. Pendapat ini berdasarkan bahwa obat
yang diberikan akan mempersulit pemeriksaan lebih lanjut, kadang-kadang dapat sangat
menganggu. Beberapa antibiotik seringkali menyebabkan reaksi hipersensitivitas yang
berakibat menimbulkan demam, timbulnya ruam kulit, kelainan darah atau kadangkala
menyebabkan kegagalan fungsi organ tertentu. Antibiotik spektrum
luas juga dapat mengurangi kepekaan terhadap pemeriksaan biakan. Hal ini terutama terjadi
pada demam enterik (salmonelosis, shigelosis) dan streptococcus pyogenes.

Pemberian antibiotik salep pada abses tidak dapat menyembuhkan tanpa dilakukan
drainase,sehingga demam tidak akan segera turun. Pemberian obat anti tuberkulosis
(rifampisin atau streptomisin) akan mempengaruhi hasil biakan bakteri piogenik. Tetrasiklik
dan kotrimoksazol akan menghambat sebagian pertumbuhan parasit malaria atau
protozoalain sehingga manifestasi klinisnya menjadi tidak khas lagi. Hal lain yang penting
adalah pemberian  kortikosteroid. Kortikosteroid dapat menghambat respons imun sehingga
menganggu hasil uji serologik dan reaksi hipersensitivitas tipe lambat (misalnya uji
tuberkulin). Dengan menghambat respons inflamasi dan memberikan perbaikan semu,maka
kortikosteroid (Prednison) dapat menyebabkan infeksi tetap berlangsung dan
cenderungmenjadi berat sehingga mudah terjadi penyulit seperti perforasi dan meluasnya
infeksi.4
Risiko pemberian terapi percobaan:

1. Mengurangi kepekaan pemeriksaan biakan
2. Mengubah perjalanan penyakit, tetapi tidak sembuh
3. Reaksi samping obat mengecohkan penyakit dasar
4. Kortikosteroid menurunkan kepekaan uji serologic
5. Kortikosteroid menyebabkan perjalanan penyakit lain parah tanpa gejala klinis
yang jelas.

Kegunaan terapi percobaan

Di dalam kenyataannya, pemberian terapi percobaan tidak dapat dihindarkan. Setelah


dilakukan pemeriksaan dengan seksama (klinis dan laboratorium) kita dapat menduga
diagnosisnya, walaupun seringkali tidak terbukti. Apabila dugaan diagnosis terhadap infeksi
yang spesifik, maka terapi percobaan dapat dibenarkan, dengan memberikan antibiotik
spektrum sempit tetapi relevan untuk mikroorganisme patogen yang diduga. Apabila dugaan
diagnosis tersebut memang benar, maka pada tindak lanjut pemberian terapi percobaan
harus sesuai dengan hasil yang diharapkan.

Pengobatan juga harus segera diberikan apabila keadaan umum pasien sangat berat
dan kritis, tetapi spesimen pemeriksaan harus diambil terlebih dahulu sebelum pengobatan
diberikan. Penting puladiingat bahwa pemberian pengobatan harus sesuai panduan baik
dosis maupun lama pemberian, jangan sekali-kali mengganti antibiotik setiap saat tanpa
panduan yang jelas. Bagan suhu merupakan salah satu alat pemantau terpenting dari awal
keberhasilan  pengobatan. Pemeriksaan penunjang lain seperti
CRP atau LED dapat dipergunakanuntuk memantau. Untuk penyakit kolagen, LED atau
kadar auto antibodi dapatdipergunakan sebagai alat pemantau.

Di samping itu, indikator non spesifik seperti perbaikan nafsu makan atau


peningkatan berat badan perlu diperhatikan.Kegagalan pengobatan pada terapi percobaan
ternyata hanya sekitar 5%, seperti yang dilaporkan oleh para penulis. Separuh kasus tampak
mengalami perbaikan klinis,walaupun demam masih menetap tetapi keadaan umum tidak
memburuk, dalam hal demikian penyakit keganasan seringkali merupakan penyebab
demam. Dapat disimpulkan, bahwa pemeriksaan pada demam tanpa kausa jelas harus
dilakukan secara sistematik, walaupun pada umumnya pengobatan berhasil memuaskan dan
jarang berakhir dengan kegagalan. 4
Terapi simptomatik

Penggunaan obat penurun panas bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh dan
membuat anak merasa lebih nyaman, namun tidak efektif untuk mencegah kejang demam.

a. Parasetamol merupakan pilihan lini pertama untuk menurunkan demam dan


menghilangkan nyeri. Merupakan metabolit aktif asetanilid dan fenasetin. Pilihan
dosis 10-15 mg/kgBB/ x. Keracunan paraseetamol dapat diberikan antidotum berupa
N-asetil-sistein dosisi 300mg/kgBB IV selama 20 jam (diberikan dalam waktu 24 jam
setelah pemberian parasetamol. Dilaporkan cukup efektif jika diberikan 140mg/kgBB
PO dilanjutkan 4 jam kemudian 70mg/kgBB setiap 4 jam sampai 17 dosis)4
b. Ibuprofen.
Merupakan turunan asam propionat yang memiliki efek antiinflamasi, analgesik dan
antipiretik. Ibuprofen termasuk kedalam obat golongan NSAID (non-steroid anti
inflammatory drug) yang bekerja menghambat siklooksigenase-1 dan
siklooksigenase-2. Dosis 5-10mg/kgBB/hari dilaporkan lebih poten dan memiliki
efek supresi demam lebih lama dibandingkan dosis parasetamol. Pemberian ibuprofen
pada arthritis rheumatoid dengan dossi 20-40mg/kgBB/hari. Tatalaksana keracunan
ibuprofen dengan pemberian obat muntah / cuci lambung. Activated charcoal dan
perawatan suportif.4

Tirah baring:

Aktifitas fisik yang tinggi dapat meningkatkan suhu tubuh anak dengan demam dan
tanpa demam. Walaupun demikian, pergerakan anak yang demam selama aktivitas normal
tidak cukup menyebabkan demam. Memaksakan anak demam untuk tirah baring tidak
efektif, tidak disenangi dan mengganggu secara psikologis. Suatu penelitian kontrol-kasus
dari 1082 anak dengan demam, ditemukan bahwa tirah baring tidak menurunkan suhu secara
signifikan.13

Kompres air hangat (tepid sponging):

Tepid merupakan suatu kompres/sponging dengan air hangat. Penggunaan kompres


air hangat di lipat ketiak dan lipat selangkangan (inguinal) selama 10-15 menit akan
membantu menurunkan panas dengan cara panas keluar lewat pori-pori kulit melalui proses
penguapan. Jika dokter dan orang tua merasa kompres diperlukan (misalnya suhu tubuh
meningkat lebih dari 40 derajat Celsius, yang tidak respon obat penurun panas, maka penting
untuk memberikan obat penurun panas terlebih dahulu untuk menurunkan pusat pengatur
suhu di susunan saraf otak bagian hipotalamus, kemudian dilanjutkan kompres air hangat.13

3.7. Prognosis

Prognosis prolonged fever pada anak lebih baik (dubia ad bonam) daripada pasien
dewasa karena rendahnya frekuensi kasus keganasan. Banyak kasus di mana diagnosis tak
dapat ditegakkan, tetapi demam dapat sembuh secara spontan. Sebanyak 25% kasus dengan
demam yang persisten, penyebab demam masih tetap tak diketahui meskipun telah melalui
evaluasi yang menyeluruh.14,18

Anda mungkin juga menyukai