Anda di halaman 1dari 4

2.

1 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah tepi lengkap, elektrolit dan
glukosa darah dapat dilakukan, walaupun kadang tidak menunjukkan kelainan yang berarti.
Hitung leukosit diatas 20.000 L atau pergeseran ke kiri yang ekstrim mungkin berhubungan
dengan bakteremia. Hitung sel lengkap dan kultur darah mungkin merupakan pemeriksaan yang
cocok. Meningitis harus disingkirkan. Pasien dengan bakterial meningitis bisa menampakkan
demam dan kejang. Tanda dari meningitis (seperti fontanella yang menonjol, kaku kuduk,
stupor) mungkin tidak ada terutama pada anak dibawah 18 bulan1.
- Pemeriksaan lab rutin biasanya tidak diindikasikan kecuali diperlukan untuk
mencari penyebab demam
- Penilaian elektrolit jarang membantu dalam evaluasi kejang demam
- Pasien dengan kejang demam mempunyai insiden bakteremia mirip dengan
hanya dengan demam5.
1. Lumbal Punksi
Setelah mengontrol demam dan menghentikan kejang, seorang dokter harus memutuskan
apakah akan melakukan lumbal punksi. Indikasi pungsi lumbal pada kejang demam adalah untuk
menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Fakta bahwa seseorang mempunyai
riwayat kejang demam sebelumnya tidak menyingkirkan meningitis sebagai penyebab kejang
yang terjadi. Semakin muda usia anak semakin penting dilakukan, karena pemeriksaan fisik
kurang reliabel dalam mendiagnosis meningitis. Lumbal punksi seharusnya dilakukan jika usia
anak dibawah 2 tahun, penyembuhan lambat, atau jika hal lain sebagai penyebab demam tidak
ditemukan1. Pelaksanaan lumbal punksi kontroversi pada pasien dengan kejang demam
sederhana. Dan perlu dilakukan pada jika dicurigai terjadi meningitis walaupun kejang bukan
satu-satunya tanda meningitis. Beberapa literatur melaporkan kurang dari 5% insiden meningitis
pada anak-anak menimbulkan kejang dan demam5,11. Bila pasti bahwa kejang tersebut bukan
disebabkan meningitis, pungsi lumbal tidak perlu dilakukan.
Kemampuan menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis bervariasi tergantung
pengalaman dokter. Rekomendasi yang dapat digunakan adalah :
- Bayi kurang dari 12 bulan harus dilakukan pungsi lumbal karena gejala meningitis
sering tidak jelas.
- Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan untuk melakukan pungsi lumbal kecuali pasti
bukan meningitis.
- Bayi lebih dari 18 bulan umumnya gejala meningitis sudah terlihat dengan jelas. Bila
pasti bukan meningitis pungsi lumbal tidak dianjurkan.
3. Pemeriksaan foto kepala, CT Scan dan / MRI tidak dianjurkan pada anak tanpa
kelainan neurologis karena hampir semuanya menunjukkan gambaran normal. CT Scan
atau MRI boleh dilakukan pada kasus dengan kelainan neurologis atau kasus dengan
kejang fokal untuk mencari lesi organic di otak. CT scan biasanya tidak perlu dalam
evaluasi pada anak dengan kejang demam sederhana yang pertama kali. CT scan dilakukan
pada pasien dengan kejang demam kompleks.
2. Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) juga tidak perlu pada evaluasi rutin pada
anak dengan kejang demam sederhana pertama kali. EEG tidak dapat memprediksi
kemungkinan berulangnya kejang atau memperkirakan kemungkinan terjadinya epilepsi di
kemudian hari. Oleh sebab itu, pemeriksaan EEG pada kejang demam tidk
direkomendasikan. Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam
yang tidak khas atau dengan faktor risiko menjadi epilepsi2,5.

2.2 Pengobatan
A. Pengobatan Pada Saat Kejang
Pemberian diazepam rektal pada saat kejang sangat efektif dalam menghentikan kejang.
Diazepam rektal dapat diberikan di rumah. Dosis diazepam rektal adalah :
- Dosis 5 mg untuk anak di bawah 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak di atas usia 3
tahun, atau
- Dosis 5 mg untuk berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih
dari 10 kg, atau
- 0,5 - 0,75 mg/kg BB/kali
Di rumah, maksimum diberikan 2 kali berturutan dengan jarak 5 menit. Hati-hati dengan depresi
pernafasan. Diazepam juga dapat diberikan dengan suntikan intravena sebanyak 0,2 - 0,5 mg/kg
BB. Berikan perlahan-lahan, dengan kecepatan 0,5 - 1 mg per menit. Bila kejang berhenti
sebelum dosis habis, hentikan penyuntikan. Diazepam dapat diberikan 2 kali dengan jarak 5
menit bila anak masih kejang. Diazepam jangan diberikan secara intramuskular karena tidak
diabsorbsi dengan baik. Bila tetap masih kejang, berikan fenitoin intravena sebanyak 15 mg/kg
BB perlahan-lahan. Bila masih tetap kejang, rawat di ruang rawat intensif, berikan pentobarbital
dan pasang ventilator bila perlu. Bila kejang sudah berhenti, tentukan apakah anak termasuk
dalam kejang demam yang memerlukan pengobatan rumat atau cukup pengobatan intermiten.

B. Pengobatan Rumat
Pengobatan rumat adalah pengobatan yang diberikan secara terus-menerus untuk waktu yang
cukup lama.
- Obat rumat yang dapat menurunkan risiko berulangnya kejang demam hanya fenobarbital
atau asam valproat. Semua obat antikonvulsan lain tidak bermanfaat untuk mencegah
berulangnya kejang demam.
- Dosis valproate adalah 15 - 40 mg/kg BB/hari dibagi 2 - 3 dosis sedangkan fenobarbital 2 -
5 mg/kg BB/hari dibagi 2 dosis.
- Pengobatan rumat cukup diberikan selama 1 tahun, kecuali pada kasus yang sangat selektif.
- Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan
belajar. Sedangkan pemakaian asam valproat pada usia kurang dari 2 tahun dapat
menyebabkan gangguan hati. Bila memberikan valproate periksa SGOT dan SGPT setelah
2 minggu, 1 bulan, kemudian 3 bulan.
- Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri sebagai berikut :
1. Kejang lama > 15 menit
2. Anak mengalami kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang,
misalnya hemiparesis, todd’s paresis, cerebral palsy, retardasi mental, hidrosefalus
3. Kejang fokal
4. Bila ada keluarga sekandung atau orang tua yang mengalami epilepsi.
- Pengobatan rumat tidak harus diberikan tetapi dapat dipertimbangkan dalam keadaan :
1. Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam
2. Bila kejang demam terjadi pada bayi berumur kurang dari 12 bulan.

C. Pengobatan Intermiten
Yang dimaksud dengan pengobatan intermiten adalah pengobatan yang diberikan pada saat anak
mengalami demam, untuk mencegah terjadinya kejang demam. Terdiri dari pemberian antipiretik
dan antikonvulsan.
Antipiretik
Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko terjadinya kejang
demam. Namun antipiretik tetap bermanfaat.
Antipiretik yang dapat digunakan adalah :
- Paracetamol atau asetaminofen 10 - 15 mg/kg BB/kali diberikan 4 kali.
- Ibuprofen 10 mg/kg BB/kali, diberikan 3 kali.
Antikonvulsan pada saat kejang
- Pemakaian Diazepam oral dosis 0,3 - 0,5 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam menurunkan
risiko berulangnya kejang.
- Dapat juga diberikan diazepam rektal dengan dosis 0,5 mg/kg BB/kali diberikan sebanyak
4 kali per hari.

Anda mungkin juga menyukai