7. Mielinasi akson.
Akson dikelilingi oleh selubung myelin. Selubung myelin yang dibentuk oleh
oligodendrosit (kelompok sel glia yang khusus di system saraf pusat dan oleh sel
Schwann di system saraf perifer adalah kelanjutan membrane oligodendrosit atau sel
Schwann yang menyerupai selubung dan membelitkan dirinya sendiri beberapa kali di
sekililing akson, membentuk insulasi elektrik. Banyak oligodendrosit atau sel Schwann
yang membentuk myelin yang mengelilingi sebuah akson. segmen selubung myelin
dibentuk oleh dua sel yang berdekatan dan dipisahkan oleh area yang tidak diselubungi
oleh membrane akson yang disebut nodus Ranvier. Akibat sifat insulasi myelin,
potensial aksi hanya menimbulkan depolarisasi di nodus ranvier, sehingga eksitasi
neuronal melompat dari satu nodus ranvier ke nodus ranvier berikutnya, proses ini
dikenal sebagai konduksi saltatoris. Dengan demikian konduksi saraf lebih cepat terjadi
pada neuron yang memiliki myelin insulasi yang tebal dengan nodus ranvier yang jauh
terpisah. Sebaliknya pada akson yang tidak memiliki selubung myelin, eksitasi harus
berjalan relative lebih lambat di sepanjang membrane akson. dengan demikian, akson
terbagi menjadi bermielin tebal, bermielin tipis dan akson tidak bermielin (serabu
saraf), kelompok – kelompok tersebut ditandai dengan huruf A, B, C. serabut A yang
bermielin tebal memiliki diameter 3-20 µm dan kecepatan konduksi hingga 120m/detik.
Serabut B yang bermielin tipis memiliki ketebalan hingga 3 µm dan kecepatan
konduksi hingga 15 m/detik. Kecepatan konsukdi serabut C yang tidak bermielin tidak
lebih dari 2m/detik. 5
8. Sinaps
a. Struktur Umum.
Akson berakhir pada salah satu sisi sinaps, dan impuls saraf dihantarkan
menyebrangi sinap oleh zat transmitter khusus. Terminal akson (bouton) adalah
bagian prasinaps dari sinaps dan membrane sel yang menerima informasi yang
dihantarkan adalah bagian pascasinaps, membrane prasinaps dan pascasinaps
dipisahkan oleh celah sinaptik. Bouton mengandung vesikel yang berisi zat
neurotransmiter.
b. Transmisi sinaptik. Merupakan rangkaian tiga proses berbeda yang penting :
Impuls eksitatorik (potensial aksi) yang mencapai akson terminal menimbulkan
depolarisasi pada membrane prasinaps, membuka kanal kalsium voltage
dependent. Akibatnya ion kalsium mengalir ke terminal bouton dan kemudian
berinteraksi dengan berbagai protein untukmenimbulkan fusi vesikel sinaptik
dengan membrane prasinaps. Molekul neurotransmitter di dalam vesikel
kemudian dilepaskan ke celah sinaps.
Molekul neurotransmitter berdifusi menyeberangi celah sinaps dan berikatan
dengan reseptor spesifik pada membran pascasinaps.
Ikatan molekul neurotransmitter dengan reseptor menyebabkan kanal ion
terbuka, menginduksi aliran tegangan ionic yang menyebabkan depolarisasi
atau hiperpolarisasi membrane pascasinaps-baik excitatory postsynaptic
potential (EPSP) atau inhibitor postsynaptic potential (IPSP). Dengan demikian
transmisi sinaptik menimbulkan eksitasi atau inhibisi neuron pascasinaps.
c. Sinaps kimiawi dan elektrik.
Jenis – jenis tranmisi yang dideskripsikan itu melibatkan pelepasan dan
ikatanresptor dengan neurotransmitter adalah jenis yang paling sering ditemukan.
Ada juga yang disebut sinaps elektrik yaitu ketika eksitasi ditransmisikan langsung
ke neuron berikutnya menyeberangi gap junction.
d. Tipe sinaps.
Sinaps memediasi transfer informasi dari satu neuron keneuron lainnya, sinaps yang
membawa informasi ke sel tertentu disebut sebagai sinaps input. Kebanyakan sinaps
input dapat ditemukan pada dendrite sel (sinaps aksodendritik). Dendrite berbagai
neuron (misalnya sel piramidal kortikal) memiliki penonjolan berbentuk seperti
duri, dendritic spines yang dapat memungkinkan kompartementalisasi input
sinaptik. 5
9. Eksitasi dan inhibisi.
System saraf terbentuk dengan cara yang sedemikian rupa sehingga masing –masing
neuron dapat berada pada salah satu dari dua keadaan dasar setiap saat, neuron
tereksitasi dan menghantarkan informasi melalui sinaps keneuron lainnya atau neuron
yang diam saja. Input eksitatorik ke neuron menimbulkan aliran listrik sedangkan input
inhibitorik menyebabkannya diam saja. Neuron kemudian dikelompokkan menjadi
eksitatorik dan inhibitorik berdasarkan efeknya pada neuron yang diberikan input,
neuron eksitatorik biasanya neuron utama umumnya memilikijarak yang panjang
dengan demikian memiliki akson yang panjang. Sebaliknya neuron inhibitorik biasanya
interneuron dan memiliki akson yang pendek. 5
10. Neurotransmitter dan Reseptor
Neurotransmitter eksitatorik dan inhibitorik. Pada penelitian neuroanatomis yang
klasik, neuron terbagi menjadi dua tipeutama berdasarkan bentuk dan panjang
proyeksinya, neuron utama dengan proyeksi yang jauh disebut neuron Golgi tipe I,
sedangkan interneuron dengn akson yang pendek disebut neuron Golgi tipe II. Akhir –
akhir ini neuron biasanya diklasifikasikan menurut fenotip neurotransmitter – nya, yang
umumnya mennetukan apakah mereka eksitatorik atauinhibitorik. Neurotransmitter
eksitatorik yang paling umum di SSP adalah glutamate, sedangkan neurotransmitter
inhibitorik tersering adalah asam γ-aminobutirat (GABA). Neurotransmitter inhibitorik
di medulla spinalis adalah glisin. Asetilkolin dan norepinefrin adalah neurotransmitter
terpenting dalam sistemsaraf otonom,tetapi juga ditemukan pada SSP. Neurotranmiter
lainnya meliputi dopamine, serotonin dan berbagaijenis neuropeptida yang telah banyak
dan terus kana ditemukan, neurotransmitter tersebut terutama ditemukan di interneuron.
11. Sel Glia
Sel terbanyak di system saraf pada kenyataannya adalh bukan neuron, tetapi sel glia
(disebut juga glia atau neuroglia). Sel – sel tersebut tidak berperan langsung pada
pengolahan dan transmisi informasi, namun sel tersebut memiliki peran pendukung
yang tidak tergantikanagar neuron tetap berfungsi. Tiga jenis sel glia pada SSP adalah
sel astroglia (astrosit), oligodendroglia (oligodendrosit) dan sel microglia.
Astrositterbagi menjadi dua jenis : protoplasmic dan fibrilaris. Pada susunan saraf yang
intak, astrosit berperan untukmempertahankan lingkungan internal (homeostasis)
terutama dengan mempertahankan konsentrasi ion. Penonjolan penonjolan astrosit yang
halus menyelubungi masing – masing sinaps,menyekatnya dari lingkungan sekitar
sehingga neurotransmitter tidak dapat keluar dari celah sinaps. Bila terjadi
kerusakanpadasistem saraf pusat, astrosit berperanpada pembentukan jaringan parut
(gliosis).
Oligodendrosit membentuk selubung myelin di SSP. Sel microglia adalah fagosit yang
teraktivasi pada proses inflamasi dan degenerative yang mengenai system saraf. 5
B. Definisi Epilepsi
Bangkitan epilepsy adalah manifestasi klinik dari bangkitan seizure (stereotipik),
berlangsung secara mendadak dan sementara dengan atau tanpa perubahan kesadaran,
disebabkan oleh hiperaktivitas listrik sekelompok sel saraf di otak, bukan disebabkan oleh
suatu penyakit otak akut (unprovokated). Epilepsy adalah suatu keadaan yang ditandai oleh
bangkitan berulang sebagai akibat gangguan fungsi otak secara intermiten yang disebabkan
oleh lepas muatan listrik abnormal dan berlebihan di neuron – neuron secara paroksismal
didasari oleh berbagai faktor etiologi. 6
Definisi epilepsy menurut WHO adalah suatu kelainan otak kronik dengan berbagai macam
penyebab yang ditandai serangan epilepsy berulang yang disebabkan oleh bangkitan
neuron otak yang berlebihan, dimana gambaran klinisnya berupa kejang, perubahan
tingkah laku, perubahan kesadaran tergantung lokasi kelainan di otak. 3
Definisi status epileptikus menurut The International Classification of epileptic seizure
adalah suatu keadaaan dimana serangan epilepsy berlangsung lama (lebih dari 5 menit)
atau berkali – kali dimana penderita tidak pulih di antara kejang.2