Anda di halaman 1dari 12

A.

Fisiologi Sel Saraf


Sistem saraf terdiri dari sekumpulan sel disebut neuron, yang khusus untuk
mengolah dan menghantarkan informasi. Neuron berkontak satu dengan yang lainnya
melalui taut yang disebut sinaps, tempat informasi dihantarkan dari satu neuron ke neuron
berikutnya melalui zat kimia penghantar yang disebut neurotransmitter. Secara umum
neuro dapat dibagi menjadi dua kelas yaitu eksitatorik dan inhibitorik.5
1. Definisi Neuron
Neuron dan prosesusnya serta sinaps berperan pada alur informasi pada system saraf.
Di sinaps, informasi dihantarkan dari satu neuron ke neuron berikutnya melalui zat
kimia yang disebut neurotransmitter. 5
Bentuk dan ukuran neuron bervariasi, tetapi masing – masing mempunyai sebuah badan
sel yang dari permukaannya menonjol satu atau lebih prosesus yang disebut
neurit.Neurit yang berfungsi untuk menerima informasi dan menghantarkannya ke arah
badan sel disebut dendrite. Sebuah dendrite tubular panjang yang mengantarkan impuls
keluar dari badan sel disebut akson. dendrite dan akson sering disebut sebagai serabut –
serabut saraf. Neuron ditemukan di otak, medulla spinalis dan ganglia. Tidak seperti sel
– sel tubuh lainnya, proses maturasi neuron normal tidak mengalami pembelahan dan
replikasi. 4
2. Jenis Neuron
Jenis Neuron berdasarkan morfologinya : 4
a. Neuron unipolar adalah neruron yang badan sel nya memiliki satu neurit yang
bercabang menjadi dua tidak jauh dari badan sel, satu menuju ke struktur perifer
dan yang lain masuk ke susunan saraf pusat. Cabang – cabang neurit tunggal ini
mempunyai karakteristik struktur dan fungsi sebuah akson. pada tipe neuron ini,
cabang – cabang terminal halus yang ditemukan di ujung perifer reseptor sering
disebut sebagai dendrite. Contoh bentuk neuron ini ditemukan di ganglion radix
posterior.
b. Neuron bipolar mempunyai badan sel yang memanjang dari masing – masing
ujungnya keluar satu neurit. Contoh neuron tipe ini ditemukan pada sel – sel bipolar
retina dan sel – sel di ganglia vestibularis dan cochlearis sensorik.
c. Neuron multipolar memiliki banyak neurit yang timbul dari badan sel. Semua neurit
merupakan densrit, kecuali akson yang merupakan sebuah prosesus yang panjang.
Sebagian besar neuron di otak dan medulla spinalis merupakan neuron multipolar.

Jenis neuron menurut ukurannya : 4


a. Neuron Golgi tipe I memiliki sebuah akson panjang yang berukuran 1 meter atau
lebih pada kasus yang luar biasa. Akson – akson pada neuron – neuron ini
membentuk traktus yang panjang pada otak dan medulla spinalis serta serabut saraf
perifer. Sel – sel pyramid di cortex serebri, sel – sel purkinje di cortex serebeli, serta
sel – sel motorik medulla spinalis merupakan contoh neuron Golgi tipe ini.
b. Neuron Golgi tipe II mempunyai sebuah akson pendek yang berakhir pada badan
sel yang ada di dekatnya atau samasekali tidak ada. Neuron tipe ini jauh lebih
banyak daripada neuron Golgi tipe I. dendrite – dendrite pendek yang berasal dari
neuron ini memberikan bentuk seperti bintang. Neuron Golgi tipe II ini terdapat
banyak di cortex serebri dan cerebeli dan sering berfungsi sebagai inhibitor.
3. Struktur Neuron
a. Dendrit dan akson.
Struktur reseptif sel saraf, disebut dendrite, adalah penonjolan yang bercabang dan
melekat pada badan sel. Neuron bervariasi sesuai dengan jumlah dan pola
percabangan dendrite. Struktur konduksi lanjut adalah akson, pada manusisa
panjangnya dapat mencapai beberapa meter. Kebalikan dengan jumlah dendrite
yang bervariasi, setiap neuron hanya memiliki sebuah akson. “axis Cylinder: adalah
istilah lama yang sekarang jarang digunakan untuk akson yang menunjukkan
bentuk silinder dan panjang. Pada ujung distal, akson terpecah menjadi beberapa
cabang terminal, yang masing – masing disebut ujung terminal yang berkontak
dengan neuron berikutnya. 5

Gambar 1. Struktur Neuron

Penonjolan perifer panjang pada neuron pseudounipolar gnglia spinalia adalah


kasus khusus yang penting. Serabut ini merupakan serabut yang menghantarkan
informasi mengenai rasa raba, nyeri dan sushu dari permukaan tubuh ke SSP.
Meskipun serabut tersebut merupakan struktur reseptif, mereka memiliki
karakteristik structural yang menyerupai akson dan dirancang agar berfungsi
sebagai akson. Pusat trofik (nutritif) neuron adalah badan selnya (soma atau
perikarion) yang mengandung nucleus sel dan berbagai jenis organel selular yang
berbeda. 5
b. Badan Sel Saraf
Badan sel saraf seperti badan sel lainnya terutama terdiri dari massa sitoplasma
dengan nucleus di dalamnya, di bagian luar dibatasi oleh membrane plasma.
 Nukleus
nuleus yang berisi gen – gen umumnya terletak di sentral badan sel dan khasnya
berbentuk bulat dan besar. Pada neuron yang matur, kromosom tidk lagi
berduplikasi dan hanya berfungsi mengekspresikan gen. pleh karena itu
kromososm tidak tersusun dalam struktur yang kompak tetapi dalam bentuk
terutai. Nucleus terlihat pucat dan granula – granula kromatin yang halus tersebar
luas. Biasanya terdapat sebuah nucleolus yang mencolok yang berkaitan dengan
sintesis ribosomal ribonucleic acid (RNA) dan kumpulan subunit ribosom.
Ukuran nucleolus yang besar dapat terjadi akibat laju sintesis protein yang tinggi
yang berguna untuk mempertahankan kadar protein di dalam volume sitoplasma
yang besar di dalam neurit dan badan sel.
Pada perempuan, satu dari dua kromsosm X berbentuk padat dan disebut badan
Barr. Badan ini terdiri dari kromatin sex dan terletak di permukaan dalam
selubung inti.
Selubung inti dianggap sebagai bagian khusus reticulum endoplasma kasar pada
sitoplasma dan dilanjutkan sebagai reticulum enddoplasma pada sitoplasma.
Selubung ini berlapis ganda dan memiliki pori – pori inti yang halus yang dapat
dilalui oleh zat – zat yang berdifusi ke dalam dan keluar nucleus. Nukleoplasma
dan sitoplasma dianggap berhubungan secara fungsional. Subunit ribososm yang
baru dibentuk dapat masuk ke dalam sitoplasma melalu pori nuclear. 4
 Membran Plasma
Membrane plasma membentuk batas luar badan sel yang menyambung sampai
ke prosesusnya dan pada neuron merupakan tempat inisiasi dan konduksi impuls
saraf. Tebal membrane sekitar 8nm, terlalu tipis untuk dapat dilihat dengan
mikroskop cahaya. Bila dilihat dengan menggunakan mikroskop electron,
membrane plasma terlihat sebagai dua garis tebal dengan sebuah agris terang di
antaranya. Membrane plasma terdiri dari lapisan dalam dan luar yang dibentuk
oleh molekul – molekul protein yang longgar. Masing – masing lapisan memiliki
ketebalan 2,5 nm dan di antaranya terdapat lapisin lipid dengan ketebalan sekitar
3 nm. Lapisan lipid terbentuk dari dua baris molekul fosfolipid yang tersusun
sedemikian rupa sehingga ujung – ujung hidrofobik berhubungan satu dengan
yang lain, sedangkan ujung polarnya berhubungn dengan lapisan protein.
Terdapat molekul protein tertentu yang terletak dalam lapisan fosfolipid dan
membentang selebar lapisan lipid. Molekul molekul melengkapi membrane
plasma dengan kanal – kanal hidrofilik yang dapat dilewati oleh ion anorganik
untuk masuk dan keluar dari sel. Molekul – molekul karbohidrat menempel di
membrane plasma sisi luar dan berikatan dengan protein atau lipid, membentuk
selubung sel atau glycocalyx.
Membrane plasma dan selubung sel membentuk membrane semipermeabel yang
memungkinkan difusi ion – ion tertentu melalui membrane ini, tetap
menghambat ion lainnya. Dalam keadaan istirahat, ion – ion K+ berdifusi dari
sitoplasma menuju cairan jaringan melalui membrane plasma. Permeabilitas
membrane terhadap ion K+ jauh lebih besar daripada permeabilitas terhadap ion
Na+ sehingga aliran keluar (efluks) pasif ion K+ jauh lebih besar daripada aliran
masuk (influx) ion Na+. keadaan ini mengakibatkan perbedaan potensial tetap
sekitar -80mV yang dapat diukur di sepanjang membrane plasma karena bagian
dalam membrane lebih negative daripada bagian luar. Potensial ini dikenal
sebagai potensial istirahat (rsting potential) 4
4. Eksitasi Membran Plasma Badan sel Saraf
bila sel saraf dirangsang (distimulasi) oleh listrik, mekanik atau zat kimia, terjadi
perubahan yang cepat pada permeabilitas membrane terhadap ion Na+ dan ion Na+
berdifusi melalui membrane plasma dari cairan jaringan ke dalam sitoplasma. Keadaan
tersebut menyebabkan membrane mengalami depolarisasi. Influx cepat ion Na+ yang
diikuti oleh perubahan polaritas disebut potensial aksi, besarnya sekita +40 mV.
Potensial aksi ini sangat singkat karena hanya berlangsung sekitar 5 msec. peningkatan
permeabilitas membrane terhadap ion Na+ segera menghilang dan diikuti oleh
peningkatan permeabilitas terhadap ion K+ sehingga ion K+ mulai mengalir dari
sitoplasma sel dan mengembalikan potensial area sel setempat kembali ke potensial
istirahat (resting potential).
Sekali dibangkitkan, potensial aksi menyebar di emmbran plasma, menjauhi tempat
inisiasi dan dihantarkan sepanjang neurit sebagai impuls saraf. Impuls ini dapat
menyebar sendiri serta letak dan frekuensinya tidak berubah. Begitu impuls menyebar
di daerah plasma membrane tertentu, potensial aksi lain tidak dapat segera
dibangkitkan. Durasi keadaan yang tidak dapat dirangsang ini disebut periode refrakter.
Semakin kuat stimulus awal, maka semakin besar depolarisasi awal dan penyebaran ke
area di sekitar membrane plasma. Jika stimulus eksitasi diberikan berkali – kali pada
permukaan neuron, efeknya akan disumasikan. Misalnya, stimulus yang dibawah
ambang rangsang dapat berjalan di permukaan badan sel dan disumasikan di radix
akson dan meninisiasi potensial aksi.
Stimulus inhibisi diperkirakan menimpulkan efek dengan menyebabkan influx ion Cl-
melalui membrane plasma ke dalam neuron sehingga menimbulkan hiperpolarisasi dan
mengurangi keadaan eksitasi sel. 4

5. Kanal Natrium dan Kalium


Kanal natrium dan kalium yang digunakan oleh ion natrium dan kalium untuk berdifusi
melalui membrane plasma. Sulit dijelaskan mengapa sebuah kanal dapat melewatkan
ion K+ ketika mengeluarkan ion Na+. selektivitas ini bukan berdasarkan diameter ion,
tetapi karena ion K+ lebih besar daripada ion Na+. namun, pergerakan ion di dalam
suatu larutan tidka hanya ditentukan oleh ukuran ion tetapi juga bergantung pada
ukuran lapisan air di sekelilingnya. Ion K+ memiliki lapisan elektrikal yang lebih lemah
daripada ion Na. akibatnya ion K menarik lebih sedikit air daripada ion Na. oleh karena
itu, ion K berperilaku seolah – olah lebih kecil dari ion Na. penjelasan fisikokimiawi
inti tidak sepenuhnya menjelaskan mengapa sebuah kanal bersifat selektif. Mungkin
juga kanal ini mempunyai daerah daerah sempit yang berfungsi sebagai penyaring atau
filter molekul. Ion – ion juga dapat berpartisipasi dalam interaksi elektrostatik dengan
residu asam amino yang berada di dinding kanal.
Protein kanal ion relative stabil tetapi ditemukan paling tidak dalam dua bentuk
keadaan pnyesuaian yang menunjukkan keadaan fungsional terbuka dan tertutup.
Mekanisme pembukaan atau penutupan kanal belum dapat dipahami tetapi mungkin
seperti pintu yang dapat dibuka dan ditutup. Gating mungkin menimbulkan putaran dan
distorsi kanal sehingga lumen dapat melebar atau menyempit. Gating terjadi sebagai
respons terhadap stimulus, seperti perubahan voltase, ligan, serta regangan atau
tekanan.
Dalam keadaan tidak terstimulasi, pintu kanal kalium terbuka lebih lebar daripada pintu
kanal natrium yang hampir tertutup. Keadaan ini membuat ion K lebih mudah berdifusi
keluar dari sitoplasma sel daripada difusi ion natrium ke dalam sel. Pada keadaan
terstimulasi, mula – mula pintu kanal natrium terbuka lebar, lalu pintu kanal kalium
terbuka dan pintu kanal natrium hampir tertutup lagi. Proses ini adalah pembukaan dan
penutupan kanal – kanal natrium dan kalium yang dianggap menimbulkan depolarisasi
dan repolarisasi pada membrane plasma.
Masa refrakter absolute yang terjadi pada awal potensial aksi saat stimulus kedua tidak
dapat menghasilkan perubahan listrik lebih lanjut. Hal ini diduga terjadi akibat kanal
natrium tidak dapat membuka. Bila stimulus yang kuat dapat menimbulkan potensial
aksi selama masa refrakter relative, kemungkinan kanal – kanal natrium dapat terbuka. 4
6. Transpor aksonal.
Neurotransmitter atau enzim yang mengatalisis biosintesisnya, dibuat di perikarion dan
kemudian dibawa mikrotubulus aksonal ke ujung akson pada proses yang dikenal
sebagai transport aksoplasmik. Molekul neurotransmitter disimpan di dalam vesikel
sinaptik di terminal bouton (masing – masing bouton mengandung banyak vesikel
sinaptik). Transport aksoplasmik, secara umum dapat terjadi pada salah satu arah- dari
badan sel menuju ujung akson (transport anterograd), atau arah sebaliknya (transport
retrograde). Transpor aksoplasmik cpat berlangsung dengan kecepatan 200-400
mm/hari. Hal ini berbeda dengan alur aksoplasmik yang berkecepatan 1-5 mm/hari. 5
Gambar 2. Transport Retrograde Dan Anterograd

7. Mielinasi akson.
Akson dikelilingi oleh selubung myelin. Selubung myelin yang dibentuk oleh
oligodendrosit (kelompok sel glia yang khusus di system saraf pusat dan oleh sel
Schwann di system saraf perifer adalah kelanjutan membrane oligodendrosit atau sel
Schwann yang menyerupai selubung dan membelitkan dirinya sendiri beberapa kali di
sekililing akson, membentuk insulasi elektrik. Banyak oligodendrosit atau sel Schwann
yang membentuk myelin yang mengelilingi sebuah akson. segmen selubung myelin
dibentuk oleh dua sel yang berdekatan dan dipisahkan oleh area yang tidak diselubungi
oleh membrane akson yang disebut nodus Ranvier. Akibat sifat insulasi myelin,
potensial aksi hanya menimbulkan depolarisasi di nodus ranvier, sehingga eksitasi
neuronal melompat dari satu nodus ranvier ke nodus ranvier berikutnya, proses ini
dikenal sebagai konduksi saltatoris. Dengan demikian konduksi saraf lebih cepat terjadi
pada neuron yang memiliki myelin insulasi yang tebal dengan nodus ranvier yang jauh
terpisah. Sebaliknya pada akson yang tidak memiliki selubung myelin, eksitasi harus
berjalan relative lebih lambat di sepanjang membrane akson. dengan demikian, akson
terbagi menjadi bermielin tebal, bermielin tipis dan akson tidak bermielin (serabu
saraf), kelompok – kelompok tersebut ditandai dengan huruf A, B, C. serabut A yang
bermielin tebal memiliki diameter 3-20 µm dan kecepatan konduksi hingga 120m/detik.
Serabut B yang bermielin tipis memiliki ketebalan hingga 3 µm dan kecepatan
konduksi hingga 15 m/detik. Kecepatan konsukdi serabut C yang tidak bermielin tidak
lebih dari 2m/detik. 5

Gambar 3. Mielinasi Akson

8. Sinaps
a. Struktur Umum.
Akson berakhir pada salah satu sisi sinaps, dan impuls saraf dihantarkan
menyebrangi sinap oleh zat transmitter khusus. Terminal akson (bouton) adalah
bagian prasinaps dari sinaps dan membrane sel yang menerima informasi yang
dihantarkan adalah bagian pascasinaps, membrane prasinaps dan pascasinaps
dipisahkan oleh celah sinaptik. Bouton mengandung vesikel yang berisi zat
neurotransmiter.
b. Transmisi sinaptik. Merupakan rangkaian tiga proses berbeda yang penting :
 Impuls eksitatorik (potensial aksi) yang mencapai akson terminal menimbulkan
depolarisasi pada membrane prasinaps, membuka kanal kalsium voltage
dependent. Akibatnya ion kalsium mengalir ke terminal bouton dan kemudian
berinteraksi dengan berbagai protein untukmenimbulkan fusi vesikel sinaptik
dengan membrane prasinaps. Molekul neurotransmitter di dalam vesikel
kemudian dilepaskan ke celah sinaps.
 Molekul neurotransmitter berdifusi menyeberangi celah sinaps dan berikatan
dengan reseptor spesifik pada membran pascasinaps.
 Ikatan molekul neurotransmitter dengan reseptor menyebabkan kanal ion
terbuka, menginduksi aliran tegangan ionic yang menyebabkan depolarisasi
atau hiperpolarisasi membrane pascasinaps-baik excitatory postsynaptic
potential (EPSP) atau inhibitor postsynaptic potential (IPSP). Dengan demikian
transmisi sinaptik menimbulkan eksitasi atau inhibisi neuron pascasinaps.
c. Sinaps kimiawi dan elektrik.
Jenis – jenis tranmisi yang dideskripsikan itu melibatkan pelepasan dan
ikatanresptor dengan neurotransmitter adalah jenis yang paling sering ditemukan.
Ada juga yang disebut sinaps elektrik yaitu ketika eksitasi ditransmisikan langsung
ke neuron berikutnya menyeberangi gap junction.
d. Tipe sinaps.
Sinaps memediasi transfer informasi dari satu neuron keneuron lainnya, sinaps yang
membawa informasi ke sel tertentu disebut sebagai sinaps input. Kebanyakan sinaps
input dapat ditemukan pada dendrite sel (sinaps aksodendritik). Dendrite berbagai
neuron (misalnya sel piramidal kortikal) memiliki penonjolan berbentuk seperti
duri, dendritic spines yang dapat memungkinkan kompartementalisasi input
sinaptik. 5
9. Eksitasi dan inhibisi.
System saraf terbentuk dengan cara yang sedemikian rupa sehingga masing –masing
neuron dapat berada pada salah satu dari dua keadaan dasar setiap saat, neuron
tereksitasi dan menghantarkan informasi melalui sinaps keneuron lainnya atau neuron
yang diam saja. Input eksitatorik ke neuron menimbulkan aliran listrik sedangkan input
inhibitorik menyebabkannya diam saja. Neuron kemudian dikelompokkan menjadi
eksitatorik dan inhibitorik berdasarkan efeknya pada neuron yang diberikan input,
neuron eksitatorik biasanya neuron utama umumnya memilikijarak yang panjang
dengan demikian memiliki akson yang panjang. Sebaliknya neuron inhibitorik biasanya
interneuron dan memiliki akson yang pendek. 5
10. Neurotransmitter dan Reseptor
Neurotransmitter eksitatorik dan inhibitorik. Pada penelitian neuroanatomis yang
klasik, neuron terbagi menjadi dua tipeutama berdasarkan bentuk dan panjang
proyeksinya, neuron utama dengan proyeksi yang jauh disebut neuron Golgi tipe I,
sedangkan interneuron dengn akson yang pendek disebut neuron Golgi tipe II. Akhir –
akhir ini neuron biasanya diklasifikasikan menurut fenotip neurotransmitter – nya, yang
umumnya mennetukan apakah mereka eksitatorik atauinhibitorik. Neurotransmitter
eksitatorik yang paling umum di SSP adalah glutamate, sedangkan neurotransmitter
inhibitorik tersering adalah asam γ-aminobutirat (GABA). Neurotransmitter inhibitorik
di medulla spinalis adalah glisin. Asetilkolin dan norepinefrin adalah neurotransmitter
terpenting dalam sistemsaraf otonom,tetapi juga ditemukan pada SSP. Neurotranmiter
lainnya meliputi dopamine, serotonin dan berbagaijenis neuropeptida yang telah banyak
dan terus kana ditemukan, neurotransmitter tersebut terutama ditemukan di interneuron.
11. Sel Glia
Sel terbanyak di system saraf pada kenyataannya adalh bukan neuron, tetapi sel glia
(disebut juga glia atau neuroglia). Sel – sel tersebut tidak berperan langsung pada
pengolahan dan transmisi informasi, namun sel tersebut memiliki peran pendukung
yang tidak tergantikanagar neuron tetap berfungsi. Tiga jenis sel glia pada SSP adalah
sel astroglia (astrosit), oligodendroglia (oligodendrosit) dan sel microglia.
Astrositterbagi menjadi dua jenis : protoplasmic dan fibrilaris. Pada susunan saraf yang
intak, astrosit berperan untukmempertahankan lingkungan internal (homeostasis)
terutama dengan mempertahankan konsentrasi ion. Penonjolan penonjolan astrosit yang
halus menyelubungi masing – masing sinaps,menyekatnya dari lingkungan sekitar
sehingga neurotransmitter tidak dapat keluar dari celah sinaps. Bila terjadi
kerusakanpadasistem saraf pusat, astrosit berperanpada pembentukan jaringan parut
(gliosis).
Oligodendrosit membentuk selubung myelin di SSP. Sel microglia adalah fagosit yang
teraktivasi pada proses inflamasi dan degenerative yang mengenai system saraf. 5
B. Definisi Epilepsi
Bangkitan epilepsy adalah manifestasi klinik dari bangkitan seizure (stereotipik),
berlangsung secara mendadak dan sementara dengan atau tanpa perubahan kesadaran,
disebabkan oleh hiperaktivitas listrik sekelompok sel saraf di otak, bukan disebabkan oleh
suatu penyakit otak akut (unprovokated). Epilepsy adalah suatu keadaan yang ditandai oleh
bangkitan berulang sebagai akibat gangguan fungsi otak secara intermiten yang disebabkan
oleh lepas muatan listrik abnormal dan berlebihan di neuron – neuron secara paroksismal
didasari oleh berbagai faktor etiologi. 6
Definisi epilepsy menurut WHO adalah suatu kelainan otak kronik dengan berbagai macam
penyebab yang ditandai serangan epilepsy berulang yang disebabkan oleh bangkitan
neuron otak yang berlebihan, dimana gambaran klinisnya berupa kejang, perubahan
tingkah laku, perubahan kesadaran tergantung lokasi kelainan di otak. 3
Definisi status epileptikus menurut The International Classification of epileptic seizure
adalah suatu keadaaan dimana serangan epilepsy berlangsung lama (lebih dari 5 menit)
atau berkali – kali dimana penderita tidak pulih di antara kejang.2

Anda mungkin juga menyukai