Anda di halaman 1dari 16

2.1.

1 Sel-Sel Pada Sistem Saraf

Sel-sel pada sistem saraf terdiri dari beberapa bagian antara lain :

1. Neuron

Neuron merupakan unit fungsional sistem saraf yang terdiri dari beberapa

bagian yaitu :

a. Badan Sel suatu neuron yang mengendalikan metabolisme keselurhan

neuron. Bagian ini tersusun dari komponen berikut :

a) Satu nukleus tunggal, nukleus yang menonjol, dan organel lain seperti

kompleks golgi dan mitokondria, tetapi nukleus ini tidak memiliki sentriol

dan tidak dapat bereplikasi.

b) Badan Nissl, terdiri dari retikulum endoplasma kasar dan ribosom-

ribosom bebas serta berperan dalam sintesis protein.

c) Neurofibril, yaitu neurofilamen dan neurotubulus yang dapat dilihat

melalui mikroskop cahaya jika diberi pewarnaan dengan perak.

b. Dendrit adalah perpanjangan sitoplasma yang biasanya berganda dan pendek,

serta berfungsi untuk menghantar impuls ke sel tubuh yaitu :

a) Permukaan dendrit penuh dengan spina dendrit yang dikhususkan untuk

berhubungan dengan neuron lain.

b) Neurofibril dan badan Nissl memanjang ke dalam dendrit.

c. Akson adalah suatu prosesus tunggal yang lebih tipis dan lebih panjang dari

dendrit. Bagian ini menghantar impuls menjauhi badan sel ke neuron lain , ke

sel lain (sel otot atau kelenjar), atau ke badan sel neuron yang menjadi asal

akson. Bagian-bagian akson antara lain :


a) Origo akson, akson berasal dari badan sel pada hillock akson, yaitu regia

yang tidak mengandung badan Nissl.

b) Ukuran akson, panjang akson mungkin berukuran ≤ 1 mm sampai 1 m

lebih ( 1 mm = 0,04 inchi; 1 m = 3,28 kaki). Di bagian ujungnya sebuah

akson bercabang banyak, percabangan akhir memiliki suatu pembesaran

yang disebut kenop sinaptik, terminal presinaptik atau terminal bouton.

Sisi percabangan (kolateral) yang berujung pada akhir yang sama dengan

pembesaran dapat terjadi di sisi distal.

c) Pelapisan akson

1) Semua akson dalam sistem saraf perifer dibungkus oleh lapisan schawnn

disebut juga neurilema yang dihasilkan sel-sel schawnn. Diantaranya

yaitu :

(a) akson besar (diameter di atas 2 µm), memiliki lapisan dalam yang

disebut mielin, suatu kompleks lopoprotein yang dibentuk oleh

membran plasma sel-sel schawnn. Akson ini yang tampak berwarna

putih disebut serabut termielinisasi.

(b) Pada saraf perifer sel-sel schawnn memielinisasi akson dengan cara

melingkarinya dalam bentuk gulungan jelly.

(c) Mielin berfungsi sebagai insulator listrik dan mempercepat hantaran

impuls saraf.

(d) Nodus Ranvier menunjukkan celah antara sel-sel schawnn yang

berdekatan. Celah ini merupakan tempat pada akson di mana mielin dan

lapisan schawnn terputus, sehingga hanya melapisi sebagian akson.


(e) Akson yang berdiameter kecil biasanya tidak termielinisasi dan

tertanam pada sitoplasma sel schawnn.

2. Klasifikasi Neuron

a. Neuron diklasifikasikan secara fungsional berdasarkan arah transmisi

impulsnya yaitu :

a) Neuron sensorik (aferen) menghantarkan impuls listrik dari reseptor pada

kulit, organ indra atau suatu organ internal SSP.

b) Neuron motorik menyampaikan impuls dari SSP ke efektor.

c) Interneuron (neuron yang berhubungan) ditemukan seluruhnya dalam SSP.

Neuron ini menghubungkan neuron sensorik dan motorik atau

menyampaikan informasi ke interneuron lainnya.

b. Neuron diklasifikasikan secara struktural berdasarkan jumlah prosesusnya

yaitu :

a) Neuron multipolar memiliki satu akson dan dua dendrit atau lebih. Sebagian

besar neuron motrik, yang ditemukan dalam otak dan medulla spinalis,

masuk dalam golongan lain.

b) Neuron bipolar memiliki satu akson satu dendrit. Neuron ini ditemukan pada

organ indra seperti mata, telinga dan hidung.

c) Neuron unipolar (pseudounipolar) kelihatannya memiliki sebuah prosesus

tunggal, tetapi neuron ini sebenarnya bipolar. Kedua prosesus (akson dan

dendrit) berfungsi selama perkembangan menjadi satu batang tunggal yang

bercabang untuk membuat bentuk Y. Semua neuron sensorik (aferen) pada

ganglia spinal termasuk dalam pseudounipolar. Prosesus neuron


pseudounipolar yang membawa pesan sensasi ke badan sel terlihat secara

struktural sperti akson, tetapi secara fungsional berperan seperti dendrit.

Neuron unipolar memiliki sebuah prosesus tunggal, neuron ini terdapat pada

embrio dan dalam fotoreseptor mata.

3. Sel Neuroglial

Biasanya disebut glia, sel neuroglial adalah sel penunjang tambahan pada SSP

yang berfungsi sebagai jaringan ikat. Tidak seperti neuron, sel glial dapat

menjalani mitosis selama rentang kehidupannya dan bertanggung jawab atas

terjadinya tumor sistem saraf. Bagian-bagiannya yaitu :

a. Astrosit adalah sel berbentuk bintang yang memiliki sejumlah prosesus

panjang, sebagian besar melekat pada dinding kapiler darah melalui pedikel

atau kaki vaskuler. Sel ini memberikan penopang struktural dan mengatur

transpor materi di antara darah dan neuron. Kaki vaskuler dipercaya

berkontribusi terhadap barier darah-otak, atau tingkat kesulitan makromolekul

tertentu pada plasma darah untuk masuk ke jaringan otak. Astrosit fibrosa

terletak di substansi putih otak dan medulla spinalis, astrosit protoplasma

ditemukan pada substansi abu-abu.

b. Oligodendrologlia (oligodendrosit) menyerupai astrosit tetapi badan selnya

kecil dan jumlah prosesusnya lebih sedikit dan lebih pendek. Oligodendrosit

dalam SSP analog dengan sel schawnn pada saraf perifer. Bagian ini

membentuk lapisan mielin untuk melapisi akson dalam SSP.


c. Mikroglia ditemukan dekat neuron dan pembuluh darah dipercaya memiliki

peran fagositik. Sel glia berukuran kecil dan prosesusnya lebih sedikit dari

jenis sel glia lain.

d. Sel ependimal membentuk membran epitelial yang melapisi rongga serebral

(otak) dan rongga medulla spinalis.

4. Kelompok Neuron

Kelompok neuron terdiri dari beberapa diantaranya yaitu :

a. Nukleus adalah kumpulan badan sel neuron yang terletak di dalam SSP

b. Ganglion adalah kumpulan badan sel neuron yang terletak di bagian luar

SSP dalam saraf perifer.

c. Saraf adalah kumpulan prosesus sel saraf (serabut) yang terletak di luar SSP.

Serabut ini disatukan dan ditunjang oleh jaringan ikat yang membawa

pembuluh darah dan pembulih limfatik. Endoneurium melapisi serabut saraf

individual. Perineurium melapisi sekelompok serabut yang menyatu dalam

berkas fasikel. Epineurium lapisan terluar melaipisi beberapa kelompok

fasikel yang membentuk saraf atau batang saraf.

d. Saraf gabungan sebagian besar adalah saraf perifer, saraf ini mengandung

serabut aferen dan eferen yang termielinisasi dan tidak termielinisasi.

e. Traktus adalah kumpulan serabut saraf dalam otak atau medulla spinalis

yang memiliki origo dan tujuan yang sama.

f. Komisura adalah pita serabut saraf yang menghubungkan sisi-sisi yang

berlawanan pada otak atau medulla spinalis.


2.1.2 Impuls Saraf

2.1.2.1 Potensial Istirahat (Potensial Membran)

Sel saraf yang sedang beristirahat seperti sel lain dalam tubuh mempertahankan

perbedaan potensial listrik (voltase) pada membran sel diantara bagian dalam sel

dan cairan ekstraselular di sekeliling sel. Voltase dalam sel relatif pada keadaan

istirahat berkisar antara -50 milivolts sampai -80 milivolts (mV) terhadap voltase

di luar bergantung pada kondisi neuron dan ekstraselular yang mengelilingi sel.

Yang harus diperhatikan dalam potensial istirahat adalah :

1. Membran sel dalam keadaan istirahat diangap bermuatan listrik atau

terpolarisasi. Keadaan ini dapat dibuktikan dengan menempatkan elektroda

menit di dalam dan di luar membran.

2. Polarisasi (potensial istirahat) disebabkan oleh konsentrasi ion natrium (Na+)

dan kalium (K+) yang tidak seimbang di dalam dan luar sel serta perbedaan

permeabilitas membran terhadap ion ini dan ion lain. Yang harus diperhatikan

yaitu :

a. Membran neuron sangat permeabel terhadap ion K+ dan klor (Cl-) serta

relatif impermeabel terhadap ion Na+.

b. Memvran ini impermeabel terhadap molekul protein intraselular besar yang

bermuatan negatif.

c. Konsentrasi ion K+ di dalam membran sel lebih tinggi daripada di luar

membran sel, konsentrasi ion Na+ di luar membran sel lebih tinggi daripada di

dalam sel.
d. Karena tingkat permeabilitas membran terhadap ion K+ sekitar 75 kali lebih

besar daripada terhadap ion Na+ maka difusi ion K+ keluar dari sel lebih cepat

daripada difusi Na+ ke dalam sel.

e. Saat ion K+ bermuatan positif keluar dari sel, ion tersebut meninggalkan

molekul protein bermuatan negatif yang terlalu besar untuk dapat berdifusi

melalui membran. Hal ini mengakibatkan bagian dalam sel mengalami

elektronegativitas.

3. Didusi dan Transpor Aktif (pompa natrium-kalium) bertanggung jawab untuk

pergerakan ion melewati membran plasma diantaranya yaitu :

a. Difusi terjadi melalui saluran dalam membran sel bergantung pada gradien

konsentrasi ion setiap unsur. Beberapa saluran bersifat [asif dan selalu terbuka

sehingga memungkinkan jalur bebas untuk beberapa ion. Beberpa saluran lain

merupakan saluran (gerbang) aktif, dikendalikan oleh gerbang ion yang

spesifik untuk masing-masing ion, saluran gerbang terbuka dan tertutup saat

merespons berbagai stimulus. Gerbang tersusun dari molekul protein

bermuatan yang menambah ketebalan membrab dan mengalami perubahan

bentuk saat membran distimulasi. Gerbang ion diatur berdasarkan voltase,

penutupan dan pembukaan gerbang bergantung pada perubahan potensial

membran. Semua saluran gerbang bervoltase tertutup saat keadaan potensial

membran istirahat. Pengeluaran ion K+ melalui saluran tanpa gerbang yang

selalu terbuka mengakibatkan permeabilitas yang besar terhadap K+ pada

membran sel yang sedang beristirahat.


b. Transpor aktif ion Na+ dan K+ melawan gradien konsentrasinya dapat

mempertahankan kondisi potensial istirahat. Pompa natrium-kalium dependen

ATP mencegah terjadinya kesetaraan saat ion Na+ dan K+ yang melewati

membran plasma dan hanya terjadi melalui difusi. Pompa ini terdiri dari

protein yang berperan sebagai ion carrier dalam membran sel. Protein ini

membawa tiga ion Na+ keluar dari sel untuk setiap dua ion K+ yang dipompa

masuk, sehingga perbedaan konsentrasi dapat dipertahankan.

2.1.2.2 Potensial Aksi

Terdiri dari beberapa bagian yaitu :

1. Jika serabut saraf cukup terstimulasi, maka gerbang Na+ akan terbuka.

2. Ion natrium bermuatan positif bergerah ke dalam sel, mengubah potensial

istirahat (polarisasi) menjadi potensial aksi (depolarisasi) ditunjukkan dengan

pergeseran diferensial dari -65 mV. Depolarisasi juga menyebabkan terbukanya

lebih banyak gerbang natrium yang kemudian akan mempercepat respons dalam

siklus umpan balik positif.

3. Potensial aksi sangat singkat, hanya bertahan ≤ seperseribu detik.

4. Gerbang natrium kemudian menutup, menghentikan aliran deras ion Na+.

Gerbang kalium membuka, menyebabkan ion K+ mengalir keluar sel dengan

deras.

5. Repolarisasi (polaritas balik) adalah pemulihan daya potensial untuk kembali

pada keadaan istirahat. Pompa natrium-kalium membantu pengembalian gradien

konsentrasi ion asal yang melewati membran sel. Pompa yang dijalankan dengan
energi ini akan menghancurkan kelenihan ion Na+ yang memasuki sel dan

mengembalikan ion K+ yang telah berdifusi keluar sel.

6. Respons all-or-none, diantaranya :

a. Stimulus ambang untuk depolarisasi biasanya terjadi saat ada perubahan

sekitar 15-20 mV dari keadaan potensial istirahat.

b. Begitu ambang depolarisasi tercapai, potensial aksi akan terbentuk, inilah

yang disebut respons all-or-none. Neuron akan merespons secara keseluruhan

atau tidak merespons sama sekali.

7. Periode refraktori, diantaranya :

a. Periode refraktori absolut adalah waktu selama gerbang ion Na+ tertutup dan

gerbang K+ masih terbuka sedangkan serabut saraf sama sekali tidak

responsif terhadap kekuatan stimulus lain, masa ini berlangsung selama 1

milidetik.

b. Periode refraktori relatif adalah masa setelah masa refraktori absolut. Masa

ini berlangsung ≤ 2 milidetik dan merupakan waktu dimana stimulus dengan

kekuatan yang lebih tinggi memicu potensial aksi yang kedua.

2.1.2.3 Perambatan Impuls Saraf

Terdiri dari beberapa proses diantaranya :

1. Setelah inisiasi, potensial aksi menjalar di sepanjang serabut saraf dengan

kecepatan dan amplitudo yang tetap.


2. Arus listrik lokal menyebar ke area membran yang berdekatan. Hal ini

menyebabkan gerbang natrium membuka dan mengakibatkan gelombang

depolarisasi menjalar di sepanjang saraf.

3. Dengan cara ini sinyal atau impuls saraf ditransmisi dari satu sisi dalam sistem

saraf ke sisi lain.

2.1.2.4 Velositas Impuls Saraf

Kecepatan hantaran disesuaikan dengan besar diameter aksonnya, oleh karena

itu velositas impuls saraf terdiri dari beberapa serabut, diantaranya :

1. Serabut tidak termielinisasi (kelompok c) menghantar impuls dengan lambat,

semakin tipis serabutnya maka semakin lambat penghantaran impuls sarafnya.

2. Serabut termielinisasi memungkinkan penghantaran impuls dengan

penambahan yang relatif kecil pada diameternya untuk dua alasan berikut :

a. Insulasi dan reduksi tahanan listrik diberikan melalui pelapisan konsentris

pada mielin.

b. Konduksi saltatoris, potensial aksi melompat dari satu bagian membran yang

terbuka ke bagian lain (dari satu nodus ranvier ke nodus ranvier yang lain)

dalam satu proses yang disebut konduksi saltatoris. Konduksi jenis ini

membutuhkan pengeluaran tenaga yang relatif kecil karena depolarisasi

hanya terjadi di nodus.

3. Serabut termielinisasi kelompok A memiliki diameter terbesar dan

menghantarkan impuls dengan velositas terbesar. Kelompok ini dapat ditemukan

dalam saraf sensorik dan motorik sistem saraf perifer.


4. Serabut termielinisasi kelompok B adalah serabut berukuran sedang dan lebih

lambat dalam menghantarkan impuls daripada jenis serabut A. Kelompok ini

ditemukan dalam sistem saraf otonom (SSO).

2.1.2.5 Sinaps

Sinaps terbagi menjadi beberapa bagian antara lain :

1. Transmisi sinaptik, sinaps adalah sisi penghubung (junction) yang tidak

berdekatan tempat berlangsungnya pemindahan impuls dari ujung akson suatu

neuron ke neuron lain unruk ke otot atau ke kelenjar. Pada transmisi dari neuron

ke neuron hubungannya dapat bersal dari akson suatu neuron ke dendrit, ke

badan sel atau ke akson neuron kedua. Neuron presinaptik membawa impuls

menuju sinaps, neuron postsinaptik membawa impuls menjauhi sinaps. Neuron

tunggal dapat menajadi postsinaptik pada dendrit atau badan selnya dan

presinaptik pada ujung aksonnya.

2. Sinaps Kimiawi

Terdapat beberapa proses antara lain :

a. pada sinaps kimiawi, suatu neurotransmiter (zat kimia) dilepas dari terminal

akson presinaptik, mengalir menyebrangi celah sinaptik dan melekat pada

reseptor membran postsinaptik. Ujung akson presinaptik disebut terminal

bouton, ujung ini melepas neurotransmiter dari vesikel sinaptik saat potensial

aksi mencapai terminal, saluran ion kalsium terbuka dan ion kalsium memasuki

terminal bouton. Ion kalsium memfasilitasi aliran neurotransmiter saat

menyeberangi celah sinaptik dan melekat pada reseptor postsinaptik. Transmisi


zat kimia bersifat satu arah karena neurotransmiter hanya dilepas dari neuron

presinaptik.

b. Waktu tunda sinaptik adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyeberangi

suatu sinaps kimiawi. Dibutuhkan waktu lebih banyak untuk pelepasan, difusi,

penerimaan dan untuk melihat pengaruh neurotransmiter terhadap sebuah

sinaps daripada waktu yang dibutuhkan untuk perambatan potensial aksi di

sepanjang serabut saraf.

c. Sinaps eksitatoris, beberapa neurotransmiter mengeksitasi neuron postsinaptik

menyebabkan depolarisasi dan mengakibatkan terbentuknya potensial

postsinaptik eksitatoris.

d. Sinaps inhibitorik, neurotransmiter yang menyebabkan peningkatan potensial

istirahat neuron postsinaptik bersifat inhibitorik, neurotransmiter ini membuat

postsinaptik lebih bermuatan negatif akibat penurunan permeabilitas membran

terhaap aliran masuk Na+ dan meningkatkan permeabilitas membran terhadap

aliran keluar K+ . peningkatan negativitas internal ini disebut hiperpolarisasi

dan mengakibatkan terbentuknya potensial postsinaptik inhibitorik.

e. Sumasi, efek transmisi kimia pada neuron postsinaptik adalah penambahan

jumlah dan jenis neurotransmiter yang mencapai membran postsinaptik. Ada

beberapa sumasi anatara lain :

a) Sumasi temporal adalah penambahan jumlah neurotransmiter karena adanya

peningkatan frekuensi stimulus oleh satu atau beberapa neuron presinaptik.

b) Sumasi spasial adalah stimulus pada penambahan jumlah terminal

presinaptik eksitatoris untuk menambah jumlah neurotransmiter.


c) Jika potensial postsinaptik eksitatoris dan potensial postsinaptik inhibitorik

mengenai membran postsinaptik, maka hasil akhirnya eksitasi atau inhibisi

ditentukan melalui penjumlahan aljabar efek eksitatoris dan inhibitorik,

sumasi temporal dan sumasi spasial.

f. Inaktivasi, molekul neurotransmiter yang dilepas ke dalam celah sinaptik harus

segera diinaktivasi agar repolarisasi neuron postsinaptik dapat terjadi untuk

lintasan impuls selanjutnya. Neurotransmiter dapat diinaktivitasi oleh kerja

enzim. Molekul neurotransmiter dapat ditarik kembali ke dalam neuron yang

melepaskannya dan diperbaharui untuk penggunaan tambahan.

Neurotransmiter dapat berdifusi secara pasif menjauhi celah sinaptik.

g. Keletihan sinaptik, sebuah sianps merupakan subjek keletihan setelah

stimulasi berulang dengan kecepatan tinggi. Setelah beberapa milidetik

kecepatan output postsinaptik berkurang walaupun neuron presinaptik masih

melontarkan ion. Di otak, keletihan sinaptik berperan sebagai mekanisme

protektif terhadap ekstabilitas neuronal berlebih. Kelelahan transmiter yang

disimpan dalam neuron presinaptik merupakan alasan utama dibalik keletihan

sinaptik, tetapi inaktivasi pada reseptor membran neuron postsinaptik dapat

juga menjadi suatu penyebab.

h. Sinaps sangat rentan terhadap perubahan konsisi fisiologis, yang dipengaruhi

oleh beberapa zat kimia antra lain :

a) Alkalosis di atas pH normal 7,4 meningkatkan ekstabilitas neuronal. Pada pH

7,8 konvulsi dapat terjadi karena neuron sangat mudah tereksitasi sehingga

memicu output secara spontan.


b) Asidosis di bawah pH normal 7,4 mengakibatkan penurunan yang sangat

besar pada output neuronal, penurunan pH di bawah 7,0 akan menyebabkan

koma.

c) Anoksia atau deprivasi oksigen mengakibatkan penurunan ekstabilitas

neuronal hanya dalam beberapa detik.

d) Obat-obatan dapat meningkatkan atau menurunkan ekstabilitas neuronal,

dianatarnya :

(a) Kafein menurunkan ambang untuk mentransmisi dan mempermudah

aliran impuls.

(b) Anestetik lokal (misal, novokain dan prokain) yang membekukan suatu

area dapat meningkatkan abang membran untuk eksitasi (hiperpolarisasi)

ujung saraf.

(c) Anestetik umum menurunkan aktivitas neuronal di seluruh tubuh.

i. Neuromodulasi, zat kimia seperti hormon yang dapat meningkatkan atau

mengurangi respons sinaptik disebut neuromodulator. Zat ini dapat bekerja

pada sisi presinaptik atau postsinaptik.

3. Sinaps listrik, jika dua sel yang dapat tereksitasi berhubungan melalui aliran

arus listrik langsung pada suatu area dengan tahanan listrik rendah, maka sinaps

disebut sebagai sinaps listrik. Gap junction (sambungan celah) menghubungkan

pasangan sel yang bermuatan listrik yang rendah. Sinaps listrik tidak memiliki

waktu tunda sinaptik yang terdapat pada sinaps zat kimia. Sinaps listrik

ditemukan di otot polos, otot jantung dan otak. Pada umumnya sinaps listrik
memungkinkan terjadinya trasmisi dua arah bukannya satu arah pada sinaps

kimiawi.

4. Neurotransmiter terdiri dari beberapa dianataranya yaitu :

a. Asetilkolin (ACh) dilepas oleh neuron motorik yang berakhir di otot rangka

(sambungan neuromuskular). ACh juga dilepas oleh neuron parasimpatis

dalam SSO dan oleh neuron tertentu di otak. Sebagian besar ACh sidintesis

dari kolin dan koenzim asetil A dalam badan neuron motorik, kemudian

ditranspor ke terminal akson dan disimpan dalam vesikel sinaptik. Setelah

dilepas ACh dipecah oleh enzim asetelkolinesterase menjadi asetat dan kolin.

Kolin kemudian ditarik terminal akson dan disiklus ulangkan.

Asetilkolonesterase seperti esterin dan prostigmin dipakai secara terapeutik

pada kasus miastenia gravis, penyakit yang ditandai dengan melemahnya otot

karena penurunan daya respons sel-sel otot rangka terhadap ACh.

b. Katekolamin meliputi norepinephrin (NE), eoineprin (E) dan dopamin (DA).

Katekolamin mengandung nukleus katekol dan merupakan derivat dari asam

amino tirosin. Katekolamin digolongkan sebagai monoamina karena memiliki

satu gugus tunggal amina. Ketiganya merupakan neurotransmiter dalam SSP

juga berfungsi sebagai hormon yang disekresi kelenjar adrenal. Katekolamin

terinaktivasi setelah pelepasan karena penyerapan ulang oleh terminal akson,

degradasi enzimatik oleh monoamina oksidase (MAO) terjadi pada ujung

neuron postsinaptik, degradasi enzimatik oleh katekolamin-O-metil transferase

(COMT) terjadi pada neuron postsinaptik.


c. Seratonin termasuk monoamina tetapi tidak mengandung nukleuas katekol.

Seratonin merupakan derivat dari asam amino triptofan yang ada dalam SSP

dan pada sel-sel tertentu dalam darah dan sistem pencernaan.

d. Beberapa asam amino seperti glisin, asam glutamat, asam asparat, dan asam

aminobutirt gamma ,berfungsi sebagai neurotransmiter.

e. Sejumlah neuropeptida, berkisar dari dua sampai 40 asam amino dalam setiap

rantai panjang, telah diidentifikasi dalam organ tubuh. Senyawa seperti

substansi P, enkefalin, bradikinin dan kolesistokinin berperan sebagai

neurotransmiter asli atau sebagai neuromodulator untuk mempengaruhi

pelepasan, atau respon terhadap transmiter aktual. Semua memiliki efek

nonsaraf dan saraf.

Anda mungkin juga menyukai