Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH FARMAKOLOGI SISTEM SARAF PUSAT

NAMA : YUPI ANGGRIANI

TUGAS FARMAKOLOGI
OBAT-OBAT SISTEM SARAF PUSAT
Penyusun :
Nama : Sintia Jumitera
NIM : 1208010090
Kelas : II B
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2013
PENDAHULUAN
Sistem saraf adalah jaringan komplek dari saraf dan sel yang membawa impuls ke otak dan
sumsum tulang belakang kemudian diantarkan ke organ bagian tubuh lainnya sebagai
penerima. Dikenal pula sebagai pusat koordinasi semua kerja sistem organ, Sistem Saraf
memiliki fungsi. Yaitu :
1. Menerima rangsangan dari lingkungan atau rangsangan yang terjadi dalam tubuh;
2. Mengubah rangsangan ini dalam perangsangan saraf, menghantar dan
memprosesnya;
3. Mengkoordinasi dan mengatur fungsi tubuh melalui impuls-impuls yang dibebaskan
dari pusat ke perifer.
Sistem saraf secara titik pandang anatomi-topografi dan fungsional mengkoordir sistem-
sistem lainnya di dalam tubuh dibagi dalam dua kelompok yaitu:
a. Susunan Saraf pusat (SSP), yang terdiri dari otak dan susunan sumsum tulang
belakang
b. Sistem Saraf Perifer, yang terbagi dalam dua bagian, yakni :
1) Saraf-saraf motoris atau saraf Eferen yang menghantarkan impuls (isyarat)
listrik dari SSP ke jaringan perifer melalui neuron eferen (motoris); menuju
kelenjar disebut serabut sekretorik.
2) Saraf-saraf sensoris atau saraf Aferen yang menghantarkan impuls dan
periferi ke SSP melalui neuron aferen (sensori); berasal dari organ panca
indera disebut serabut sensorik.
Saraf eferen terbagi menjadi 2 sub sistem utama:
c. Sistem Saraf Otonom, yang menegendalikan organ-organ dalam secara tidak sadar.
Menurut fungsinya SSO dibagi menjadi dua cabang, yakni Sistem (Ortho)Simpatis
dan Sistem Parasimpatis (SO dan SP).
d. Sistem Saraf Motoris atau Somatik, yang mengendalikan fungsi-fungsi tubuh
secara sadar.
Impuls eksogen diterima oleh sel-sel penerima (Reseptor) untuk kemudian diteruskan
ke otak atau sumsum tulang belakang. Rangsangan dapat berupa perangsang (stimuli) nyeri,
suhu, perasaan, penglihatan, pendengaran, dll.
Unsur penyusun sistem saraf adalah neuron, terdiri atas : badan sel, inti sel, cabang-
cabang. Cabang yang lebih panjang disebut neurit atau serabut saraf selalu ada dan cabang
pendek disebut dendrit.
Badan sel suatu neuron berdiameter 5-100 μm dengan inti ditengah dan badan Golgi
berkembang disekitar inti. Badan Nissl terdiri atas lamella rangkap dari retikulum
endoplasma. Sel-sel kaya akan mitokondria, akibat hilangnnya sentriol ,sel-sel saraf tidak
bias berkembang biak, sehingga tidak bisa beregenerasi. (Mutschler, Ernest:107, 1991).
Serabut Saraf terdiri atas akson (silinder aksis) yang dikelilingi oleh membrane sel dan
pembungkus glia. Pada Sistem Saraf Pusat dibentuk oleh cabang-cabang dari sel penunjang
(sel Oligodendroglia), pada serabut serabut saraf perifer dikelilingi oleh sel Schwann.
Serabut saraf terdiri dari dua yaitu serabut saraf tak bersumsum dan serabut
bersumsum atau bermielin. Pada serabut-serabut tipis tak bersumsum, akson hanya
diselimuti sel-sel Schwann. Pada sel saraf tebal yang mengandung sumsum, pembungkus
terdiri atas banyak lamela mengandung lipid dan protein yang mengelilingi akson dalam
bentuk spiral.
Pada serabut saraf perifer yang mengandung medulla, terlihat lapisan bermedula
menunjukkan pemutusan-pemutusan dalam jarak yang teratur yaitu nodus Ranvier penting
untuk laju hantaran
Beberapa serabut saraf disatukan oleh perineurium menjadi berkas tipis dan saling
digabungkan oleh epineurium menjadi saraf (nervus). Lapisan-lapisan pembungkusnya
menjadi penghalang difusi untuk sebagian besar ion dan juga bahan berkhasiat lain.
Rangsangan dihantarkan ke sel-sel lain melalui neurit, pada dendrit berakhir sebagian
serabut saraf neuron lain, terjadi pengalihan rangsangan.
Potensial istirahat, antara bagian dalam suatu serabut saraf dan ruang ekstrasel
terdapat perbedaan potensial, potensial (istirahat) membran, dari -60 sampai -100 mV.
Potensial membran dapat dibuktikan dengan adanya elektroda dari sifat kenegatifan dari
bagian dalam sel terhadap sekitarnya membentuk perbedaan distribusi ion-ion dalam kedua
ruangan.
Konsentrasi ion kalium dalam sel menjadi ± 30 kali konsentrasi diluar sel karena
adanya kerja pompa ion yang membutuhkan energi secara tetap. Sebaliknya, konsentrasi ion
Natrium di luar sel menjadi ± 10 kali lebih tinggi daripada di dalam serabut saraf.
Dalam keadaan istirahat, membran praktis relatif cenderung terhadap ion kalium
dibandingkan ion natrium. Berdasarkan perbedaan konsentrasi, ion-ion kalium mencoba
berdifusi keluar, akan tetapi anionnya (terutama protein), tidak dapat mengikuti karena
membran tidak telap terhadapnya. Melalui aliran (terbatas) ion kalium yang bermuatan
positif, dibentuk potensial membran disebut juga sebagai potensial difusi kalium yang
kemudian ditunjang oleh potensial difusi klorida (konsentrasinya lebih rendah di dalam
dibandingkan diluar sel).
Potensial Aksi dipengaruhi oleh rangsangan kimia atau fisika mengubah potensial
membran. Potensial membran yang menurun dalam jumlah tertentu akibat rangsangan
(depolarisasi) yang melewati ambang tertentu (potensial Ambang), maka potensial
membrane menurun dalam waktu singkat (< 0,1 milidetik). Bahkan untuk sementara bagian
dalam saraf lebih positif dibandingkan diluar membran. Potensial membran sebelumnya
dibentuk kembali (Repolarisasi). Proses depolarisasi dan repolarisasi yang berlangsung
dengan diikuti perubahan potensial membran dalam waktu yang singkat disebut potensial
aksi
Membran menjadi 500 kali lebih telap terhadap ion natrium, mengalir secara pasif
mengikuti landaian konsentrasi memasuki silinder sumbu, akan membalik polarisasi
(overshoot). Dengan penurunan ketelapan terhadap natrium secara tepat dan kenaikan
ketelapan kalium yang lambat, maka dicapai potensial istirahat.
Sinaps adalah tempat peralihan rangsangan dari suatu akson pada suatu sel saraf, sel
otot atau sel kelenjar. Sinap memiliki :
1) Fungsi katup, kerjanya yang mengarahkan perangsangan selalu hanya ke satu arah
(dari ujung akson ke neorun berikutnya)
2) Fungsi belajar dan fungsi berpikir/mengingat, penggunaan mengarah ke
3) Fungsi menyalurkan dan menghambat, stimulasi dan menekan berlangsung berkaitan.
stimulasi.
Sinaps diklasifikasikanberdasarkan letaknya, sebagai berikut :
1) Sinaps akson-somatik, menghubungkan ujung suatu saraf dengan badan sel.
2) Sinaps akson-dendritik, ujung saraf saraf dekat dengan badan sel dari dendrit.
3) Sinaps akson-aksonik, perkaitan pada ujung neurit.
Klasifikasi Neuron
1. Fungsi.
Neuron diklasifikasi secara fungsional berdasarkan arah transmisi impulsnya.
a) Neuron sensorik (aferen) menghantarkan impuls listrik dari reseptor pada kulit,
organ indera atau suatu organ internal ke SSP.
b) Neuron motorik menyampaikan impuls dari SSP ke efektor.
c) Interneuron (neuron yang berhubungan) ditemukan seluruhnya dalam SSP.
Neuron ini menghubungkan neuron sensorik dan motorik atau menyampaikan
informasi ke interneuron lain.
2. Struktur.
Neuron diklasifikasi secara structural berdasarkan jumlah prosesusnya.
a) Neuron unipolar memiliki satu akson dan dua denderit atau lebih. Sebagian besar
neuron motorik, yang ditemukan dalam otak dan medulla spinalis, masuk dlam
golongan ini. Neuron unipolar kelihatannya memiliki sebuah prosesus tunggal, tetapi
neuron ini sebenarnya bipolar.
b) Neuron bipolar memiliki satu akson dan satu dendrite. Neuron ini ditemukan pada
organ indera, seperti amta, telinga dan hidung.
3. Sel Neuroglial.
Biasanya disebut glia, sel neuroglial adalah sel penunjang tambahan pada SSP yang
berfungsi sebagai jaringan ikat.
a) Astrosit adalah sel berbentuk bintang yang memiliki sejumlah prosesus panjang,
sebagian besar melekat pada dinding kapilar darah melalui pedikel atau “kaki
vascular”.
b) Oligodendrosit menyerupai astrosit, tetapi badan selnya kecil dan jumlah
prosesusnya lebih sedikit dan lebih pendek.
c) Mikroglia ditemukan dekat neuron dan pembuluh darah, dan dipercaya memilik
peran fagositik.
d) Sel ependimal membentuk membran spitelial yang melapisi rongga serebral dan
ronggal medulla spinalis.
4. Kelompok Neuron
a) Nukleus adalah kumpulan badan sel neuron yang terletak di dalam SSP.
b) Ganglion adalah kumpulan badan sel neuron yang terletak di bagian luar SSP dalam
saraf perifer.
c) Saraf adalah kumpulan prosesus sel saraf (serabut) yang terletak di luar SSP.
d) Saraf gabungan. Sebagian besar saraf perifer adalah saraf gabungan ; saraf ini
mengandung serabut arefen dan eferen yang termielinisasi dan yang tidak
termielinisasi.
e) Traktus adalah kumpulan serabut saraf dalam otak atau medulla spinalis yang
memiliki origo dan tujuan yang sama.
f) Komisura adalah pita serabut saraf yang menghubungkan sisi-sisi yang berlawanan
pada otak atau medulla spinalis.
SISTEM SARAF PUSAT DAN SISTEM SARAF PERIFER
I. OTAK
a. Perkembangan Otak
Otak manusia mencapai 2% dari keseluruhan berat tubuh, mengkonsumsi 25%
oksigen dan menerima 1,5% curah jantung. Bagian cranial pada tabung saraf
membentuk tiga pembesaran (vesikel) yang berdiferensiasi untuk membentuk:
1) Otak depan (proensefalon) terbagi menjadi dua subdivisi :
a) Telensefalon merupakan awal hemisfer serebral atau serebrum dan basal
ganglia serta korpus striatum (substansi abu-abu) pada serebrum.
b) Diensefalon menjadi thalamus, hipotalamus dan epitalamus.
2) Otak tengah (mesensefalon) terus tumbuh dan pada orang dewasa disebut otak
tengah.
3) Otak belakang (rombensefalon), terbagi menjadi dua subdivisi :
a) Metensefalon berubah menjadi batang otak (pons) dan serebelum.
b) Mielensefalon menjadi medulla oblongata. Rongga pada tabung saraf tidak
berubah dan berkembang menjadi ventrikel otak dan kanal sentral medulla
spinalis.
b. Lapisan Pelindung
Otak terdiri dari rangka tulang bagian luar dan tiga lapisan jaringan ikat yang disebut
meninges. Lapisan meningeal terdiri dari pia meter, lapisan araknoid dan durameter.
nevrosa, anoreksia nevrosa, ga
ngguan panik, nyeri neuropati diabetik, dan sindrom
premenstrual.
Yang termasuk obat golongan SSRI adalah Fluo
ksetin, Fluvoksamin, Nefazodon,
Paroksetin, Sertralin, Trazodon, Venlafaksin.
3.
Mono
Amin Oksidase Inhibitor (MAOI)
Monoamin oksidase adalah suatu
enzim mitokondria yang ditemukan dalam jaringan
saraf dan jaringan lain, seperti usus dan hati. Dalam neuron, MAO berfungsi sebagai
katup penyelamat (menonaktifkan neurotransmiter mono
amin
N
or
E
fineprin (NE)
,
dopamin, serotonin).
Mekanisme kerja MAOI
:
a)
MAO
menginaktifasi monoamin (NE,serotonin,dopamin) yang keluar dari vesikel
s
e
h
ing
g
a
monoa
min dalam neuron berkurang.
b)
Obat MAOI menghambat inaktivasi monoamin oleh MAO, sehingga monoamin
tetap aktif dan berdifusi kedalam ruang sinaps.
Yang termasuk golongan
MAOI yaitu, Isokarboksazi
d, Fene
l
zin dan Tranilsipromin.
Indikasi MAOI yaitu :
1)
Untuk depresi pada pasien yang tidak responsif atau alergi
oleh antidepresan
trisiklik.
2)
Ansietas hebat
3)
Pasien
Aktivitas psikomotorik lemah
4)
Pengobatan fobia
5)
Depresi atipikal
(pikiran labil,
menolak kebenaran, gangguan na
f
su makan)
BAB IV
PSIKOSTIMULAN
Psikostimulansia dapat meningkatkan aktivitas psikis. Senyawa ini dapat
menghilangkan penat dan kelelahan, serta meningkatkan kemampuan beraktifitas yang
bersangkutan.
Senyawa ini tidak memiliki khasiat antipsikotika.
Tidak begitu kuat,
sedangkan ketergantungan psikis bervariasi dari lemah (kofein) sampai sangat kuat
(amfetamin, kokain) melalui terjadinya toleransi.
Ketergantungan psikis maupun fisik dan toleransi dapat terjadi dengan cepat pada
penggunaan kronis. Bila penggunaan dihentikan dengan mendadak, timbul gejala
withdrawal
, seperti perasaan letih dan mengantuk yang berlangsung sampai 2
-
3 hari.
Senyawa amfeta
min, pada perang dunia ke
-
II banyak digunakan untuk efek
stimulasinya, antara lain meningkatkan daya tahan, menghilangkan rasa letih,
menghilangkan rasa kantuk, maupun lapar dan meningkatk
an kewaspadaan serta aktivitas.
Disamping itu, efek simpatomimetik p
eriferalnya yang juga meningkatkan tekanan darah
dan rate jantung,
yang dapat menyebabkan stroke maupun serangan jantung. Zat ini
juga
berdaya melepaskan dopamin
dan norepinefrin di ujung saraf. Sedangkan kokain,
memblokir penarikan kembali dopamin ke ujun
g
-
ujung saraf, sehingga memberikan efek
yang sama dengan amfetamin.
Overdose
dapat menyebabkan kekacauan pikiran, delirium, halusinasi, prilaku ganas,
dan juga aritmia jantung, untuk mengatasinya dapat dengan sedatif, misalnya diazepam.
Obat perangsang
atau stimulan adalah obat
-
obatan yang dapat menimbulkan rangsang
tertentu pada pemakainya. Obat ini bekerja dengan memberikan rangsangan terhadap otak
dan saraf
melalui
peningkatan kadar dopamine atau penghambaan re
-
uptake norefineprin.
Obat rangsang dapat
ber
upa amphetamine atau turunannya
serta kokain
dan kofein
,
Stimulan
yang sering beredar di pasaran adalah ekstasi dan shabu
-
shabu.
1.
Ekstasi
Ekstasi atau
methylenedioxy amphetamine
(MDMA) merupakan zat kimia turunan
amphetamine yang memiliki reaksi yang lebih kuat dibandingkan dengan amphetamine.
Ekstasi mempunyai rumus kimia C
11
H
15
NO
2
. Ekstasi juga disebut pil setan, karena
pengaruhnya seperti setan yang merusak sistem saraf pusat
dan sel
-
sel otak. Selain itu,
pil ini juga dapat menyebabkan ketergantungan.
Ekstasi dapat dikategorikan sebagai
kelompok obat yang mudah dimodifikasi struktur kimianya untuk memperoleh bahan
aktif yang lebih ampuh khasiatnya.
Jika ekstasi diminum maka
akan segera timbul
gejala
-
gejala berikut.
a.
Perasaan menjadi sangat gembira, tersanjung, bersemangat, dan puas diri serta
menjadi lebih terbuka kepada orang lain.
b.
Tubuh gemetar, gigi gemeletuk, keluar keringat dingin, dan detak jantung tidak
normal.
c.
Nafsu ma
kan hilang, pandangan kabur, dan keluar air mata terusmenerus.
d.
Badan panas luar biasa (hipertermia), yang apabila diikuti dengan
minum
terlalu
banyak
air
akan menimbulkan ketidakseimbangan cairan di dala
m tubuh yang disebut
dengan hip
otermia. Jika terjadi komplikasi dapat menimbulkan kem
atian.
2.
Shabu
-
shab
u
Salah satu turunan amphetamine yang lain adalah metamphetamine yang memiliki
rumus kimia C
10
H
15
N. Zat ini juga dikenal sebagai shabu
-
shabu. Bentuknya yang
berupa kristal tidak berwarna dan tak berbau sangat mudah larut dalam
air
. Shabu
-
shabu
memiliki efek yang sangat keras pada susunan saraf. Efek yang dapat ditimbulkan
cenderung lebih cepat dan lebih hebat daripada ek
stasi. Secara psikis shabu
-
shabu dapat
menimbulkan efek
-
efek berikut.
1)
Timbulnya perasaan sehat, percaya diri, bersemangat, dan rasa gembira yang
berlebihan.
2)
Muncul perasaan berkuasa disertai peningkatan konsentrasi semu.
3)
Nafsu makan menurun, sulit tidur,
dan biasanya muncul halusina
si.
4)
Mirip seperti jika mengonsumsi alkohol, pemakai ekstasi dapat dalam jangka lama
dapat mengalami penurunan berat badan terus
-
menerus, kerusakan organ dalam,
stroke, bahkan kematian. Jika orang sudah kecanduan, ia akan
terus
-
menerus gelisah,
ketakutan, sensitif, bingung, dan putus asa.
3.
d
-
Amfetamin
T
erutama memicu pelepasan norefeneprin dan menghambat re
-
uptakenya.
Akibatnya peningkatan frekuensi jantung dan tekanan darah. Euphoria terutama
disebabkan oleh meningkatnya dopamine bebas yang disusul dengan perasaan lelah
serta depresi dan dapat berlangsu
ng berminggu
-
minggu.
Peningkatan DA bertanggung
jawab atas gejala ketagihan dan perubahan perilaku.
Pemakaian amphetamine sebagian besar dimanfaatkan untuk menekan nafsu
makan berlebih, mengobati penderita hiperaktif, dan penderita narcolepsy, yaitu
serang
an rasa mengantuk berat yang tiba
-
tiba dan tidak terkontrol. Akan tetapi, stimulan
juga banyak disalahgunakan dalam bentuk konsumsi di luar batas takaran yang
dianjurkan.
Pada tahap awal pemakaian, akan timbul perasaan senang berlebihan, rasa percaya diri
yang besar, dan semangat yang terlalu tinggi. Pada pemakaian dalam dosis berlebih
akan menunjukkan gejala
-
gejala seperti kejang
-
kejang, panik, muntah
-
muntah, diare,
bola mata membesar, halusinasi yang menakutkan, tidak dapat mengendalikan emosi,
dan koma,
yang jika dibiarkan dapat menyebabkan kematian.
4.
Kokain
Merupakan alkaloid dari yang di otak.daun
Erytroxylon coca
yang dapat
memungkinkan terjadinya perintangan re
-
uptake noradrenalin diujung saraf memelihara
penyaluran impuls dari SSP. Kokain memelihara kadar DA tinggi di ujung
-
ujung saraf
dengan jalan merintangan zat
-
zat transport yang berfungsi mengangkut kembali
dopamine ke sel
-
sel.
5.
Nikotin
Dengan meningkatkan kadar hormone dan dopamine di dalam plasma, berdasarkan
rangsangannya terhadap “
chemoreseptor trigger zone”
(CTZ) dari sumsum tulang
(medulla oblongata)
dan stimulasinya dari refleks vagal.
6.
Kofein
Alkaloid berasal dari tanaman kopi
(Coffea Arabica/robusta)
dan teh
(Camellia
sinensis)
.
BAB V
OBAT HALUSINASI
Halusinasi dapat dimanifestasikan dalam berbagai bentuk. Berbagai bentuk halusinasi
mempengaruhi indera yang berbeda, kadang
-
kadang terjadi
secara bersamaan, menciptakan
halusinasi sensorik beberapa bagi mereka mengalaminya.
1.
Visual
Modalitas yang paling umum disebut ketika orang berbicara tentang halusinasi. Ini
termasuk fenomena melihat hal
-
hal yang tidak ada atau persepsi visual yang tidak
berdamai dengan realitas konsensus.
Ada banyak penyebab yang berbeda, yang telah diklasifikasikan sebagai
psychophysiologic
(gangguan
struktur
otak),
psychobiochemical
(gangguan
neurotransmiter), dan psikologis (misalnya pengalaman bermakna kesadaran).
Ba
nyak gangguan dapat melibatkan halusinasi visual, mulai dari gangguan psikotik
dengan demensia untuk migrain, namun mengalami halusinasi visual tidak dengan
sendirinya berarti ada gangguan tentu. Halusinasi visual yang berhubungan dengan
perintah dos organ
ik otak dan penyakit terkait narkoba dan alkohol.
2.
Pendengaran
Halusinasi auditori (juga dikenal sebagai Paracusia), terutama dari satu atau lebih
suara berbicara, terutama dikaitkan dengan gangguan psikotik seperti skizofrenia atau
mania, terus makna khus
us dalam mendiagnosis kondisi ini, meskipun banyak orang
tidak menderita penyakit mental diagnosa kadang
-
kadang mendengar suara juga.
Halusinasi pendengaran non
-
organik asal yang paling sering bertemu dengan
dalam skizofrenia paranoid.
Rekan visual mereka
dalam penyakit yang non
-
perasaan berbasis realitas menjadi
melihat atau menatap.
Jenis lain dari halusinasi pendengaran termasuk sindrom kepala meledak dan
sindrom telinga musik, dan kelumpuhan dapat terjadi selama tidur. Pada yang terakhir,
orang akan mendengar musik bermain di pikiran mereka, biasanya lagu
-
lagu mereka
yang akrab deng
an.
Hal ini dapat disebabkan oleh: lesi pada batang otak (yang sering
dihasilkan dari stroke), juga, tumor, ensefalitis, atau abses.
Alasan lain termasuk gangguan pendengaran dan aktivitas epilepsi. Halusinasi
pendengaran juga merupakan hasil dari mencoba
bangun
-
inisiasi mimpi jernih.
3.
Pencium
an
Phantosmia adalah fenomena berbau bau yang tidak benar
-
benar hadir. Bau yang
paling umum adalah bau yang tidak menyenangkan seperti daging busuk, muntah, urin,
kotoran, asap, atau orang lain.
Phantosmia sering hasil
dari kerusakan pada jaringan saraf dalam sistem
penciuman. Kerusakan dapat disebabkan oleh infeksi virus, tumor otak, trauma, operasi,
dan mungkin terkena racun atau obat
-
obatan.
Phantosmia juga dapat disebabkan oleh epilepsi mempengaruhi korteks penciuma
n
dan juga diduga mungkin memiliki asal
-
usul kejiwaan. Phantosmia berbeda dari
parosmia, di mana bau sebenarnya hadir, namun dirasakan berbeda dari bau biasa.
Halusinasi penciuman juga telah dilaporkan pada migrain, walaupun frekuensi
halusinasi tersebut t
idak jelas.
4.
Perabaan
Jenis lain dari halusinasi menciptakan sensasi taktil input sensorik, simulasi
berbagai jenis tekanan pada kulit atau organ lain. Jenis halusinasi yang sering dikaitkan
dengan penggunaan narkoba, seperti seseorang yang merasa bug
merangkak pada
mereka (dikenal sebagai formication) setelah periode lama kokain atau menggunakan
amfetamin.
5.
Gustatory
Jenis halusinasi biasanya berfokus pada makanan dan umum kepada individu
menyajikan persepsi persecutory bersama dengan pengalaman aura e
pilepsi.
6.
Sensasi somatik Umum
Umum Sensasi somatik yang bersifat halusinasi yang dialami ketika seseorang
merasa bahwa tubuhnya sedang dimutilasi yakni memutar, robek, atau disembowelled.
Kasus yang dilaporkan lainnya adalah invasi oleh hewan dalam organ
internal
seseorang.
Halusinogen adalah obat yang mendistorsi cara Anda memandang realitas. Mereka
dapat menyebabkan Anda untuk melihat, merasakan dan mendengar hal
-
hal yang tidak ada,
sehingga sulit untuk berkomunikasi atau berpikir jernih. Mereka juga
dapat menyebabkan
cepat, intens peru
bahan suasana hati emosional
Halusinogen bekerja dengan mengganggu bagaimana sel
-
sel saraf dan neurotransmitter
serotonin berinteraksi s
eluruh otak dan tulang belakang.
Secara umum Halusinogen memiliki
mekanisme kerja
yaitu memanfaatkan pelepasan serotonin (5
-
HT).
Dengan mengubah normal, struktur yang sehat serotonin dalam tubuh, halusinogen
mem
utar dan mengubah cara otak memproses indera
,
perasaan dan informasi visual. Jadi
idak dapat mendapatkan pegangan pada realita
s, peristiwa normal dan situasi bisa menerima
suatu kualitas nyata dan menakutkan.
H
alusinogen yang paling umum adalah:
1)
LSD
(lysergsaure
-
diethylamid, dietilamida
-
lisergat)
(AKA: Asam, tinta, kubus,
microdot, sinar matahari kuning, biru langit, Cid)
-
Merupakan Turunan indol
,
tidak
berbau, tidak berwarna kimia yang berasal dari ergot, jam
ur yang tumbuh pada biji
-
bijian.
2)
Jamur (Psilocybin)
(AKA: Simple Simon, shrooms, dempul konyol, sherms, musk,
boomer)
-
p
ada tahun 1948 A. Hofman mengiso
lasikan psiolo
sin dan psilosibin dari
jamur
P
silocybe
m
exicana
“Heim”
.P
silocybin adalah kimia halusinogen ditemukan pada
sekitar 190 spesies jamur.
3)
Mescaline
(AKA: Cactus, kaktus tombol, kaktus bersama, Mesc, mescal, mese, mezc,
bulan, musk, topi)
-
terjadi secara alami dalam beberapa jenis tanaman kaktus, termasuk
kaktus peyote.
4)
Cannabis indica
dari
Cannabis sativa var indica
diisolasi mariyuana dan hasyis.
Mariyuana berasal dari herbal dan pucuk ranting yang dikeringkan, hasyis merupakan
dammar yang dikeringkan.zat berkhasiat utama yang dikandungnya adalah

9
-
tetrahidrokanabinol.
Zat
-
zat ini juga dinamakan Psikedelika, bekerja kuat dengan resiko besar
kete
rgantungan psikis,
dapat menyebabkan kecemasan, ketakutan dan paranoia, kadang
-
kadang verging pada psikosis (kerugian lengkap kontak dengan realitas).
Meskipun lebih umum dengan LSD, semua halusinogen dapat menyebabkan kilas
balik
-
perasaan dan pikiran yang
berulang
efek berada di minggu obat atau bahkan bertahun
-
tahun setelah mengonsumsinya. Karena semua halusinogen mengganggu fungsi normal
otak, mereka menempatkan Anda pada risiko mengembangkan psikosis jangka panjang atau
gangguan mental.
Efek dari obat
h
alusinogen tidak bisa ditebak t
ergantung
pada jumlah
yang diambil dan kepribadian
pemakai sendiri dan faktor kimia
dalam tubuh
.
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1.
ANXIOLTIS SEDATIF
(hipnotik, sedatif, obat penenang minor)
"Obat
-
obatan yang
menyebabkan tidur dan mengurangi kecemasan"
Pengikatan GABA menyebabkan saluran ion Cl membuka.
Bila pengikatan GABA
diperkuat
obat an
x
iolitik
, yang menyebabkan masuknya Cl lebih banyak.
2.
OBAT ANTIPSIKOTIK
(neuroleptik, obat penenang utama,
anti
-
skizofrenia
"Obat yang efektif dalam mengurangi gejala penyakit skizofrenia"
menghambat (agak) kuat r
eseptor dopamin
(D
2
) di system limbik
otak dan disamping
itu juga menghambat reseptor D
1
/D
4,
α
1
(dan α
2
)
-
adreneg
, serotonin
(
5HT
2
)
,
muskarinik dan
histamin.
neuro
hormone lainnya seperti serotonin glutamate, dan
GABA (
gamma
-
butyric acid).
3.
OBAT ANTIDEPRESAN
(thymoleptics)
"Obat yang mengurangi gejala penyakit depresi"
memperkuat langsung atau tidak langsung kerja norepinefrin,
dopamin dan atau
serotonin otak
.
Digolongkan sebagai
Antidepresan Trisiklik (TCA), Selektif
Serotonin Re
-
Uptake Inhibitor (SSRI) dan Mono Amin Oksidase Inhibitor (MAOI)
.
4.
STIMULAN PSIKOMOTORIK
(Psikostimulan)
"Obat
-
obatan yang dapat menyebabkan terjaga dan euforia"
M
emberikan rangsangan terhadap otak dan saraf
melalui
peningkatan kadar
dopamine atau penghambaan re
-
uptake norefineprin.
5.
OBAT HALUSINOGEN
(psychodysleptics, psychotomimetics)
"Obat
-
obatan yang menyebabkan gangguan persepsi dan perilaku dengan cara yang
tidak bisa hanya dicirikan sebagai efek penenang atau stimulan"
Secara umum Halusinogen memiliki mekanisme kerja yaitu memanfaatkan
pelepasan serotonin (5
-
HT).
Dengan mengubah
struktur yang sehat,
halusinogen
mem
utar dan mengubah cara otak memproses indera
, perasaan dan informasi visual
.
DAFTAR PUSTAKA
Katzung, Bertram G. 2002.
Farmakologi Dasar Dan Klinik.
Jakarta: Salemba Medika.
Muschleir, Ernst.
1991.
Dinamika Obat, edisi kelima
, Bandung : ITB
Purwanto, SL dan Istiantoro, Yati. 1992.
DOI (Data Obat
DiIndonesia).
Jakarta: PT.
Grafindian Jaya.
Tjay, Tan
Hoan, dan
Kirana
Rahardja
.
1991.
Obat
-
Obat Penting Edisi Keempat
. Jakarta :
PT. Alex Media Komputindo.

Anda mungkin juga menyukai