Anda di halaman 1dari 29

Kejang Demam

pada Anak
Dr. Rini Kemala Sari, Sp.A, M.Kes
Pendahuluan

Rekomendasi terus diperbaharui

Indikasi LP, EEG, CT-scan/ MRI, laboratorium

Indikasi terapi profilaksis


Definisi

 Kejang demam (KD)


 Kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh diatas
38°C
 Usiaantara 6 bulan – 5 tahun, mayoritas usia 12-18
bulan
 Bukan disebabkan infeksi SSP, gangguan metabolik,
tidak pernah ada riwayat kejang tanpa demam

(AAP, subcommitte of febrile seizure 2011)


Epidemiologi

Terjadi pada 2-5% anak usia


6 bulan – 5 tahun
(AAP, subcommitte of febrile seizure 2011)
Patogenesis Kejang Demam
 Sindrom epilepsi (FS, FS+, GEFS+) dengan dasar genetik
 Mutasi genetik KCNQ2, KCNQ3  benign neonatal familial convulsion
(BFNC)
 Mutasi genetik SCN1A, SCN2A, SCN1B dan GABRG2  GEFS+
 Fenotip tergantung dari modifikasi gen dan atau faktor lingkungan
 Efek temperatur terhadap kanal ion dan GABRG2  menurunkan ambang
kejang  FS dan GEFS+
 Predisposisi genetik
 Ambang kejang yang rendah
 Pirogen endogen
 Interleukin 1-ß
 Eksitasi neuron meningkat  mudah kejang
 Faktor infeksi
 Infeksi influenza, adenovirus, parainfluenza, RSV, rotavirus, HHV6
Klasifikasi

 1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)


 2. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure)

ILAE, comission on epidemiology and prognosis, Epilepsia 1993


...klasifikasi

KDS KDK
•Kejang singkat (<15’) •Kejang lama (>15’)
•Kejang umum tonik •Kejang fokal/ parsial
klonik 1sisi/ kejang umum
•Tidak berulang didahului kejang
parsial
•Berulang dlm 24 jam
Pemeriksaan penunjang

Pungsi lumbal

EEG

CT/MRI kepala

laboratorium
Indikasi pungsi lumbal

 AAP 1996  AAP 2011


 Harus dikerjakan: kecurigaan tanda dan gejala meningitis atau klinis
mengarah ke infeksi SSP
 Dipertimbangkan: bayi berusia 6-12 bulan dengan status imunisasi
haemophillus influenzae type B/ streptococcus pneumoniae negatif
atau tidak dapat dipastikan
 Dipertimbangkan: pasien telah mendapat AB, karena AB dapat
menutupi tanda dan gejala meningitis

(AAP, subcommitte of febrile seizure 2011)


Indikasi pungsi lumbal

 Konsensus UKK 2016


 Terdapat tanda dan gejala rangsang meningeal
 Terdapat kecurigaan adanya infeksi SSP berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan klinis
 Dipertimbangkan pada anak dengan kejang disertai demam yang
sebelumnya telah mendapat antibitika dan pemberian antibiotik
tersebut dapat mengaburkan tanda dan gejala meningitis
Indikasi EEG

 Tidak diperlukan, terutama pada kejang demam sederhana/ tanpa


defisit neurologis
 Konsensus UKK Neurologi IDAI 2016  kejang fokal
 Abnormalitas EEG dapat berkaitan dengan risiko epilepsi  bukan
indikasi terapi profilaksis

(AAP, subcommitte of febrile seizure 2011)


Indikasi CT/ MRI kepala

 Tidak diperlukan pada kejang demam sederhana ataupun


kompleks
 Insiden kelainan patologis intrakranial pada kejang demam
kompleks sangat rendah
 Harus dilakukan:
 Makrosefali/ mikrosefali
 Kelainan neurologi yang menetap, terutama lateralisasi

(AAP, subcommitte of febrile seizure 2011)


Indikasi pemeriksaan laboratorium

 Tidak rutin dikerjakan


 Atas indikasi untuk mencari penyebab demam
 Hematologi rutin, urine lengkap
 Elektrolit, gula darah
 Atas indikasi
 Muntah, diare, dehidrasi, asupan cairan kurang
Tatalaksana
 Di Rumah sakit
 Jika pasien datang dalam keadaan kejang, berikan diazepam iv, dengan dosis
0,2-0,5mg/kgbb perlahan dalam waktu 2 mg/menit atau dalam 3-5 menit.
 Di Rumah
 Obat yang praktis dan dapat diberikan ortu di rumah adalah diazepam rektal.
 Dosis 0,5-0,75mg/kg atau diazepam rektal 5mg untuk bb <12kg dan 10 mg
untuk bb ≥12mg
 Bila setelah pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, anak harus
dibawa ke RS.
 Di RS berikan diazepam intravena
 Jika kejang masih berlanjut  algoritme tatalaksana status epileptikus
Pemberian obat saat demam

 Antipiretik
 Tidak ditemukan bukti bahwa peggunaan antipiretik mengurangi risiko
terjadinya kejang demam, meskipun demikian, dokter neurologi anak di
Indonesia sepakat bahwa antipiretik tetap dapat diberikan.
 Dosis parasetamol 10-15mg/kgbb/kali diberikan tiap 4-6 jam
 Dosis ibuprofen 5-10mg/kgbb/kali, 3-4 kali sehari
....pemberian obat saat demam

 Antikonvulsan
 Antikonvulsan intermiten
 Obat antikonvulsan yang diberikan hanya saat demam
 Antikonvulsan rumat
 Antikonvulsan yang diberikan setiap hari/ kontinyu
Antikonvulsan intermiten
 Profilaksis intermiten diberikan pada KD dengan salah satu faktor
risiko dibawah ini:
 Kelainan neurolois berat, misalnya palsi serebral
 Berulang 4 kali/ lebih dalam 1 tahun
 Usia < 6 bulan
 Kejang terjadi pada suhu tubuh < 39 derajat Celsius
 Bila pada episode KD sebelumnya suhu tubuh meningkat dengan
cepat
Obat yang diberikan diazepam oral 0,3mg/kg/kali atau rektal
0,5mg/kg/kali sebanyak 3 kali sehari.
Diberikan selama 48 jam pertama demam.
Perlu diberitahukan pada ortu ESO dapat menyebabkan ataksia, iritabilitas
serta sedasi
Antikonvulsan rumat

 Pengobatan rumat hanya diberikan pada kasus selektif dan dalam


jangka pendek
 Indikasi pengobatan rumat:
1. Kejang fokal
2. Kejang lama >15 menit
3. Terdapat kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah
kejang, misalnya palsi serebral, hidrosefalus, hemiparesis
 Jenis antikonvulsan untuk pengobatan rumat
 Pemberian fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam
menurunkan risiko berulangnya kejang
 Obat pilihan: asam valproat
 Pada sebagian kecil kasus, terutama usia <2 tahun, asam valproat
dapat menyebabkan gangguan fungsi hati
 Dosis asam valproat 15-40mg/kg/hari dibagi dalam 2 dosis dan
fenobarbital 3-4mg/kg/hari dalam 1-2 dosis
 Lama pengobatan rumat
 Diberikan selama 1 tahun
 Penghentian tidak membutuhkan tapering off, namun dilakukan pada
saat anak tidak sedang demam.
Prognosis

Kecacatan • Sangat baik


atau • Kecacatan sbg komplikasi KD tidak pernah dilaporkan

kelainan • Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal


• Kelainan neurologis dapat terjadi pada kasus kejang lama atau kejang berulang
neurologis

• Riwayat KD atau epilepsi dlm keluarga

Kemungkinan • Usia <12 bulan


• T < 39°C saat kejang
berulangnya • Interval yg singkat antara awitan demam dgn terjadinya kejang
• KD pertama merupakan Kejang demam kompleks
KD • Bila seluruh faktor risiko diatas ada, kemungkinan berulangnya KD 80%
• Bila tidak terdapat faktor risiko, kemungkinan berulangnya KD hanya 10 – 15%
...prognosis

Faktor • Terdapat kelainan neurologis atau perkembangan


sebelum kejang demam pertama
risiko • Kejang demam kompleks
• Riwayat epilepsi pada ortu atau saudara kandung

epilepsi • KDS yang berulang 4 episode / lebih dalam 1 tahun

• Kematian langsung karena KD tidak pernah


Kematian dilaporkan
Edukasi pada Orangtua

 Meyakinkan ortu bahwa kejang demam umumnya memiliki


prognosis yang baik
 Memberitahukan cara penanganan kejang
 Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali
 Pemberian obat profilaksis untuk mencegah berulangnya kejang
memang efektif, tetapi harus diingat adanya efek samping obat
Beberapa hal yang harus
dikerjakan bila anak kejang
 Tetap tenang dan tidak panik
 Longgarkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher
 Bila anak tidak sadar, posisikan anak miring. Bila terdapat muntah,
bersihkan muntahan/lendir di mulut atau hidung
 Jjangan masukkan sesuatu kedalam mulut
 Ukur suhu, observasi dan catat bentuk dan lama kejang
 Tetap bersama anak selama dan sesudah kejang
 Berikan diazepam rektal bila kejang masih berlangsung >5 menit.
Jangan berikan bila kejang telah berhenti. Diazepam rektal hanya
boleh diberikan 1 kali oleh ortu.
 Bawa ke dokter/ RS jika kejang berlangsung >5 menit, suhu tubuh
>40°C, kejang tidak berhenti dengan diazepam rektal, kejang fokal,
setelah kejang anak tidak sadar atau terdapat kelumpuhan.
VAKSINASI

 Tidak ada kontraindikasi untuk melakukan vaksinasi pada anak


dengan riwayat KD
 Kejang demam setelah vaksinasi sangat jarang
 Angka kejadian KD pasca vaksinasi DPT 6-9 kasus/ 100.000 anak,
sedangkan setelah vaksin MMR 25-34 kasus/100.000 anak
 Pada keadaan ini dianjurkan pemberian diazepam intermiten dan
parasetamol profilaksis

Fukuyama Y. Brain Dev 1996


Taratof SY, Tseng HF dkk, vaccine 2014
Kesimpulan

 Kejang demam suatu kondisi yang benign


 Rekomendasi selalu berubah
 Edukasi dan dukungan untuk orangtua sangat penting
 Pemeriksaan EEG, pencitraan, laboratorium atas indikasi
 Terapi profilaksis intermiten diberikan lebih karena kekhawatiran
orangtua
 Terapi profilaksis kontinyu sangat selektif, harus dilihat kasus per kasus

Anda mungkin juga menyukai