Anda di halaman 1dari 106

1

GANGGUAN SISTEM SARAF PADA


ANAK

DIVISI NEUROPEDIATRI Maret 2021


UNIVERSITAS SAM RATULANGI-RSUP PROF DR.R.D KANDOU MANADO
2
Kelompok Umur
3
Sistem Saraf terbagi atas 2 bagian :
Sistem Saraf Pusat Sistem Saraf Perifer
Central Nervous System (CNS) • Peripheral Nervous System (PNS)
- Mencakup semua neuron di otak
dan sumsum tulang belakang

-Neuron (sensorik dan motorik) yang


berjalan ke dan dari CNS
4
Topik yang akan dibicarakan
• Kejang Demam
• Sindrom Guillan-Barre dan Penyakit LMN
• Cerebral Palsy
Pendekatan Kejang
pada Anak
NEUROPEDIATRI MARET 2021
PENDAHULUA 2
N
Kejang gejala klinis dari berbagai penyakit
disebabkan oleh lepasnya muatan listrik di otak secara
berlebihan akibat kelainan anatomi, fisiologi, biokimia, atau
gabungannya.
Gejala yang dapat dilihat
➢ Kontraksi otot
➢ Lengan dan atau tungkai tersentak-
sentak
➢ Mata mendelik keatas
➢ Kekakuan sebagian atau seluruh
tubuh
Sekitar 10% anak menderita paling tidak 1x kejadian kejang dalam 5 tahun pertama hidupnya
KLASIFIKASI Kejang 3

Disertai demam Tanpa disertai


demam
Intracranial Ekstracranial

- Gangguan
- Kejang demam metabolik
- Meningitis
Sederhana - Ganggaun elektrolit
- Encephalitis - Kejang demam - Keganasan
- Abses kompleks - Epilepsi
4
KEJANG DEMAM
Bangkitan kejang yang terjadi pada anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun
yang mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu di atas 38 C ), yang tidak
disebabkan oleh proses intrakranial.

Klasifikasi :
1. Kejang demam sederhana
2. Kejang demam kompleks
KRITERIA YANG MASUK DALAM KEJANG
5
DEMAM

➢ Penyebab demam akibat proses di luar


otak:
- Infeksi saluran napas
- Infeksi saluran pencernaan
- infeksi saluran kencing
➢ Usia anak 6 bulan s/d 5 tahun tersering 17 s/d 23 bulan
➢ Setelah kejang anak sadar (tdk ada gangguan saraf)
Kejang demam Kejang demam 6
sederhana kompleks

Durasi < 15 menit >15 menit

Tipe kejang Kejang umum (tonik Kejang fokal / kejang


dan atau klonik) umum didahului kejang
fokal

Berulang Tidak berulang dalam Berulang / > 1 x dalam


waktu 24 jam 24 jam
KEJANG DEMAM HARUS DIWASPADAI KARENA 7

➢Dari 20% kejang demam kompleks


- 2-4% menjadi Epilepsi
- 16% berulang dalam 24 jam
- 8% kejang terjadi > 15 menit
➢Kejang demam yang terjadi pada usia < 1 tahun sukar dibedakan dengan
infeksi susunan saraf pusat (meningitis/ensefalitis)
8
FAKTOR RESIKO BERULANGNYA KEJANG DEMAM

- Umur kurang dari 12 bulan


- Riwayat kejang demam dalam keluarga
- Suhu tubuh yang rendah saat kejang
- Cepatnya kejang setelah demam
9
PERJALANAN PENYAKIT

Kejang demam merupakan keadaan yang menakutkan


Sebenarnya tidak berbahaya terutama kejang demam sederhana
10
KOMPLIKASI KEJANG DEMAM

kecacatan dan kematian TIDAK PERNAH DILAPORKAN

Perkembangan mental dan neurologis umumnya NORMAL


11
FAKTOR RESIKO TERJADINYA EPILEPSI
• Sebelum KD I sudah ada kelainan neurologis atau perkembangan
• Adanya riwayat kejang tanpa demam (epilepsi) pd org tua atau saudara
kandung
• Kejang > 15’ atau kejang fokal
• Kejang demam sederhana yang berulang > 4 episode dalam 1 tahun
• Masing-masing faktor resiko meningkatkan resiko kejadian epilepsi sampai
4-6%
• Kombinasi faktor resiko  Resiko sekitar 10-49%
• Kemungkinan epilepsi tidak dapat dicegah dengan pemberian obat rumatan
PEMERIKSAAN PENUNJANG 12

Pemeriksaan laboratorium :
dikerjakan atas indikasi, misalnya darah perifer , elektrolit, gula darah.

Lumbal Pungsi :
Indikasi : - Terdapat tanda dan gejala rangsang meningeal
- Terdapat kecurigaan adanya infeksi SSP
- Dipertimbangkan pada anak dengan kejang disertai demam yang
sebelumnya telah
mendapat antibiotik dan pemberian antibiotic tersebut dapat mengaburkan
gejala meningitis
13
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Elektroencephalogram (EEG) :
- Hanya dilakukan pada kejang fokal untuk menentukan adanya
fokus kejang di otak yang membutuhkan evaluasi lebih lanjut.

CT scan / MRI kepala :


- Dilakukan jika didapatkan indikasi seperti kelainan neurologis
fokal yang menetap, misalnya hemiparesis / paresis nervus
cranialis
14
KEJANG BERHENTI ???

✓ Apakah kejang dapat merusak saraf ?

✓ Apakah kejang akan berulang ?

✓ Apakah anak perlu pengobatan lanjutan ?


15
TATALAKSANA

1. PENGOBATAN FASE AKUT


2. MENCARI DAN MENGOBATI PENYEBAB
3. PENCEGAHAN KEJANG BERULANG
16
PENGOBATAN FASE AKUT

•Tata laksana gawat darurat pada umumnya : ABC


•Penghentian kejang ➔
- Diazepam
IV ➔ 0,3-0,5 mg/kgBB
Rektal ➔ anak < 12 kg : 5 mg
> 12 kg : 10 mg
- Fenitoin IV : 10-20 mg/kgBB perlahan
17
PENATALAKSANAAN SAAT KEJANG

Kejang  Diazepam IV 0,3-0,5 mg/kg perlahan-lahan dg kecepatan 1-2 mg/


mnt atau 3-5 mnt dg dosis maksimal 20 mg

Obat yang praktis di bawa org tua/di rumah  Diazepam rektal 0,5-0,75 mg/

kg atau 5 mg BB < 12 kg / 10
mg BB > 12 kg
18
PEMBERIAN OBAT SAAT DEMAM

Antipiretik :
- Paracetamol dosis 10 -15 mg/kg/x

Antikonvulsan untuk Prophylaxis :


1.Prophylaxis intermiten
2.Prophylaxis rumatan
INDIKASI PENGOBATAN RUMAT ADALAH KEJANG 19
DEMAM MENUNJUKKAN CIRI

• Kejang lama lebih dari 15 menit


• Anak mengalami kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang,
misalnya hemiparesis, paresis Todd, Cerebral Palsy, retardasi mental, hidrosefalus
• Kejang fokal
• Kejang pertama pada bayi yang berumur < 1 tahun
1.Prophylaxis intermiten 20
- diazepam oral 0,3 mg/kg/x sebanyak 3x sehari. (dosis max
7,5mg/kg/x)
- diazepam rektal 0,5 mg/kg/x
- Diberikan hanya pada saat demam, selama 48 jam pertama
demam

2. Prophylaxis rumatan
- Asam Valproat 15 – 40 mg/kg/hari, dibagi dalam 2 dosis.
- Fenobarbital 3-4 mg/kg/hari
- Diberikan selama 1 tahun.
21
BEBERAPA HAL YANG HARUS DIKERJAKAN BILA 22
SEORANG ANAK KEJANG

1. Tetap tenang dan jangan panik


2. Tempatkan anak diatas tempat yang rata
3. Longgarkan pakaian yg ketat terutama disekitar leher
4. Posisikan anak telentang dengan kepala miring, bersihkan muntahan atau
lendir dari mulut atau hidung, jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut
5. Ukur suhu tubuh, tetap bersama anak selama kejang
6. Berikan diazepam rectal ( dubur )
7. Segera bawah ke Rumah Sakit atau Puskesmas terdekat bila kejang tidak
berhenti.
SARAN UNTUK ORANG TUA YANG PUNYA ANAK 23
RIWAYAT KEJANG DEMAM

1. Siapkan termometer ( Alat pengukur suhu tubuh )


2. Siapkan obat anti kejang ( diazepam ) rectal, tempatkan obat  tersebut pada tempat yang
mudah diambil

3. Siapkan obat penurun panas (tablet, sirup atau rectal)

4. Jelaskan cara penanganan kejang pada pengasuh atau keluarga

5. Mintalah penjelasan kedokter tentang pengobatan lanjutan atau pencegahan kejang


berulang.
24
25
PENYAKIT LOWER MOTORNEURON
SINDROM GUILLAN-BARRE
Perbedaan Lesi UMN dan LMN 2
UMN LMN
Tonus Otot Hipertpni (bayi) atau Hipotoni
Spastik (bayi dan anak)

Refleks Refleks tendon meningkat Refleks tendon menurun atau tidak


Refleks patologis positif sama sekali
Klonus positif Refleks patologis negatif
Klonus negatif

Massa Otot Tidak dijumpai atrofi Dijumpai atrofi (sulit ditemukan ada
bayi)
Ditemukan fasikulasi (sulit
ditemukan pada bayi, kecuali di
lidah)
Penilaian Kekuatan Otot 3
Nilai Keterangan
5/5 Mampu menggerakkan persendian dalam lingkup gerak penuh,
mampu melawan gaya gravitasi, mampu melawan dengan tahanan
penuh
4/5 Mampu menggerakkan persendian dengan gaya gravitasi, mampu
melawan dengan tahanan sedang
3/5 Hanya mampu melawan gaya gravitasi

2/5 Tidak mampu melawan gaya gravitasi (gerakkan pasif)

1/5 Kontraksi otot dapat dipalpasi tanoa gerakkan persendian

0/5 Tidak ada kontraksi otot


Sumsum Tulang 4
Belakang
Poliomyelitis
Mielitis transversa
Trauma

Akar Saraf Tepi


Guillain Barre
Syndrom

Saraf Tepi
Neuritis infeksi,
Kurang gizi
Trauma

Sambungan Saraf -
Otot
Miastenia Gravis

OTOT Otot
33
Miositis akut
virus
Distrofi dll.
KELUMPUHAN SUSUNAN SARAF TEPI 5
LUMPUH LAYUH

● Sumsum tulang belakang ● Sambungan saraf-otot


◦ Polio ◦ Miastenia Gravis
◦ Mielitis transversa ● Otot
◦ Trauma ◦ Miositis akut virus
● Akar saraf tepi ◦ Distrofi dll.
◦ Guillain Barre ● Tangan
● Saraf tepi ◦ Erb’s paralisis
◦ Neuritis infeksi/ kurang gizi ● Metabolik
◦ Trauma ◦ Hipokalemi
6
Sindroma Guillain Barre
Angka kejadian 1-2 per 100.000 / tahun
Anak < 18 tahun : 0,8 per 100.000 / tahun
L:P=3:2
GBS penyebab utama AFP
7
Gejala dan Tanda:
● Demam
● Kelumpuhan dimulai dari ujung jari naik ke atas
● Sama berat kedua tungkai
● Refleks fisiologis (-)
● Refleks patologis (-)
● Dapat disertai sesak dan meninggal bila terkena otot
pernapasan
8
Sistem autonom terkena 
* hipotensi
* hipertensi 10-30%
* aritmia 30%
* cardiac arrest
* syndrome inappropriate anti-
diuretic hormon (SIADH) 3%
* konstipasi 40%
9
Pengobatan

• Suportif & fisioterapi


• Kadang2 perlu trakeostomi &
ventilator
• Kortikosteroid kontroversial
• Plasmaferesis efektif
• Imunoglobulin 0,4 g/KgBB 5 hari
10
Prognosis
1. Penyembuhan 2-4 minggu setelah
progresivitas penyakit berhenti
2. Anak-anak hampir selalu sembuh total
3. Angka kematian 1-5%
4. 25-36% (yang hidup) gejala sisa
dropfoot atau postural tremor
DUCHENE MUSCULAR DYSTROPHY
2
DEFINISI
● Distrofi otot yang menjangkiti satu dari 3.600
anak laki-laki dan dapat menyebabkan
degenerasi otot dan kematian.
● Akibat mutasi gen distrofin, yang merupakan
komponen struktural dalam stabilitas
membran sel otot.
● Walaupun laki-laki dan perempuan sama-sama
dapat mengalami mutasi ini, tanda-tanda
penyakit ini tidak muncul pada perempuan.
3
ETIOLOGI
● Gen Sex: X-linked genetic recessive
disorder
● Diturunkan oleh ibu karier/sporadic
mutation pada sel telur ibu (1/3 kasus)
● Berdampak pada abnormalitas kode
genetik distropin protein yang
mengakibatkan sedikitnya jumlah
distropin
4
5
PATOFISIOLOGI
● Distropin menghubungkan sel otot ke
matriks ekstraseluler untuk mengstabilkan
membran dan melindungu sarkolema dari
stres yang terjadi selama kontraksi otot

● Secara mekanis akan memicu kerusakan


melalui kontraksi eksentrik sehingga
menimbulkan stres yang berat pada
membran yang rapuh dan memicu mikro-lesi
yang dapat mengakibatkan hilangnya
homeostasis kalsium, dan kematian sel

● Keseimbangan antara proses nekrosis dan


regenerasi : penyakit pada fase awal

● Pada fase lanjut, kapasitas regenerasi serat


otot berkurang dan serat tersebut secara
bertahap digantikan oleh jaringan ikat dan
jaringan lemak.
Duschene Muschular Athropy 6

- Delay Development
- Waddling Gait
- Nyeri dan Kaku pada Otot
- Kesulitan Berlari dan
Lompat
- Berjalan dengan Jari
- Kesulitan berdiri
- Sering terjatuh
- Gangguan Belajar dan
Keterlambatan Bicara
7
Duschene Muschular Athropy
8
Gower’s Sign
9
Duschene Muschular Athropy
• Pemeriksaan Penunjang:
• Creatinine Phosphokinase (CPK)
• Peningkatan CPK menunjukan
kerusakan dari enzim otot
• Peningkatan CPK per bulan selama 3
bulan Diagnosis DMD
• EMG
• Biopsi Otot
• Degenerasi dari Otot
• Atrofi dari fiber-fiber otot
10
TERAPI
● Penyakit Duchenne Muscular Dystrophy (DMD) tidak dapat
disembuhkan.
● Pengobatan bertujuan untuk mengurangi gejala, mencegah semakin
memburuknya kondisi penderita, dan memperpanjang harapan hidup
penderita.
● Penderita DMD akan kehilangan kemampuan untuk berjalan sekitar
usia 12 tahun. Alat bantu yang dapat diberikan pada mereka adalah
penyangga kaki atau kursi roda.
● Terapi fisik juga bisa dilakukan untuk menjaga otot pada kondisi
terbaiknya.
● Obat-obatan steroid atau anti radang bisa diberikan untuk
memperpanjang fungsi otot.
● Pada tahap akhir, kemampuan otot paru-paru pasien juga akan
berkurang sehingga penderita membutuhkan alat ventilator untuk
membantunya bernapas.
CEREBRAL PALSY

dr. Nurhayati Masloman, SpA(K)


Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNSRAT
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
Maret 2021
50
Definisi 2

Sekelompok kelainan motorik non progresif


Timbul sekunder akibat lesi atau anomali
otak
Merintangi perkembangan otak normal
Gambaran klinis dapat berubah
 Terjadi pada usia dini /
Tahap awal perkembangan

51
DIAGNOSIS C
KRITERIA levine POSTER :

P: Posturing/abnormal movement

O: Oropharingeal Problem (e.g tongue thrust, swallowing


abnormalities)

S: Strabismus

T: Tone (hyper or hypotonia)

E: Evolutional maldevelopment (primitive reflexes persist or


protective equilibrium reflexes fail to develop)

R : Reflexes (increase deep tendon reflexes/persistent


Babinski’s reflex)
4
Etiologi / Faktor Risiko

1. Pranatal
– Infeksi intrauterine : Torch, sifilis
– Radiasi
– Asfiksia intrauterine
– Toksemia gravidarum
– DIC kematian pranatal
salah satu bayi kembar

53
2. Perinatal 5
– Anoksia / hipoksia
– Perdarahan otak
– Prematuritas
– Postmaturitas
– Hiperbilirubinemia
– Bayi kembar

3. Post natal
– Trauma kepala
– Meningitis / ensefalitis 6 bulan
pertama kehidupan
– Racun : logam berat, CO
54
6
Klasifikasi
A. Berdasarkan tubuh yang terkena :

1. Hemiparesis / Hemiplegia

2. Diplegia

3. Quadriplegia / Tetraplegia

4. Triplegia

55
7

56
8
9

58
B. Berdasarkan Gangguan Motorik yang Dominan
10

1. Spastik  Kerusakan Cortex Motorik


Cerebry
• Ataksik  Kerusakan pada Cerebelum
• Diskinetik  Kerusakan pada Basal Ganglia
• Distonia  Menyebabkan Gangguan Gerakan
Infolunter
• Chorea Athetosis Pergerakan terjadi sendirinya
( Involuntary Movement )

59
11

60
12

61
C. Berdasarkan Derajat Kemampuan Fungsional 13

1.Ringan
- dapat melakukan pekerjaan sehari-hari
sedikit membutuhkan bantuan
2. Sedang
- aktivitas sangat terbatas
- butuh bantuan /pendidikan khusus
3. Berat
- tidak dapat melakukan aktifitas fisik
- tidak mungkin hidup tanpa pertolongan orang lain
- pendidikan latihan khusussedikit hasilnya
62
Derajat Keparahan 14
( Gross Motor Function Classification System/ GMFCS )

✓ Derajat I : Berjalan tanpa hambatan, keterbatasan terjadi pada gerakan


motorik kasar yang lebih rumit.
✓ Derajat II : Berjalan tanpa alat bantu, keterbatasan dalam berjalan di luar
rumah dan lingkungan masyarakat.
✓ Derajat III : Berjalan dengan alat bantu mobilitas, keterbatasan dalam
berjalan di luar rumah dan lingkungan masyarakat.
✓ Derajat IV : Kemampuan bergerak sendiri terbatas, menggunakan alat
bantu gerak yang cukup canggih untuk berada di luar rumah dan lingkungan
masyarakat.
✓ Derajat V : Kemampuan bergerak sendiri sangat terbatas, walaupun
sudah menggunakan alat bantu yang canggih

63
15
16
17
GAMBARAN KLINIS
• Gangguan motor : kelainan fungsi & lokalisasi
• Kelainan fungsi motor :
1. Spastisitas
- peningkatan tonus otot & refleks,
(menetap, tidak hilang walau tidur)
- klonus & refleks babinski (+)
- bentuk kelumpuhan spastistik tergantung
letak & luas kerusakan
66
- peningkatan tonus otot tidak sama
18
derajatnya pada 1 gabungan
otot (khas)
- cenderung terjadi kontraktur

2. Tonus Otot berubah


- bayi usia bulan pertama tampak flaksid,
berbaring seperti kodok telentang
- bila dirangsang, tonus otot
jadi spastik
67
- khas : refleks neonatal & tonic neck refleks
19
menetap
- kerusakan biasa di batang otak o/k asfiksia
perinatal & ikterus

3. Koreo-atetosis
- khas : pergerakan terjadi sendirinya
(involuntary movement)
- kerusakan di ganglia basal o/k
asfiksia berat & kern-ikterus
68
4. Ataksia : gangguan koordinasi 20
- Bayi flaksid, perkembangan motor terlambat

5. Gangguan pendengaran
- kelainan neurogen, terutama nada tinggi
- sulit menangkap kata-kata

6. Gangguan bicara
- o/k gangguan pendengaran atau retardasi
mental

7. Gangguan mata
- strabismus konvergen & kelainan refleks
69
21
DIAGNOSA BANDING

1. Proses degeneratif
2. Higroma subdural
3. Arterio-vena yang pecah
4. Kerusakan medula spinalis
5. Tumor intrakranial

70
Pemeriksaan penunjang 22

• Pemeriksaan mata & pendengaran


• Pemeriksaan CSS/lumbal pungsi
• TORCH
• Foto kepala, CT scan atau MRI
• EEG
• Penilaian psikologi

71
Langkah-Langkah Menegakkan Diagnosis 1
23

Anamnesis Mencari tonus otot abnormal, postur tubuh


abnormal
Pemeriksaan fisik keterlambatan per-kembangan dan adanya
refleksi yang abnormal
Menetapkan diagnosis banding dan melakukan pemeriksaan
tambahan untuk menyingkirkan diagnosis banding
tersebut  yang terpenting adalah untuk menyingkirkan
kelainan-kelainan selain Cerebral Palsy yang juga dapat
menyebabkan gangguan perkembangan
24
Langkah-Langkah Menegakkan Diagnosis 2

• USG, CT-Scan, MRI Sebagai Modalitas Diagnosis


tambahan untuk mengetahui kemungkinanetiologi
maupun faktor risiko terjadinya Cerebral Palsy
• Pemeriksaan terpadu dengan Bagian Psikiatri, Mata,
THT maupun pemeriksaan tambahan lainnya seperti
EEG  Untuk mengetahui kelainan lain yang menyertai
Cerebral Palsy

73
25
Penilaian

✓ Gangguan motorik UMN atau LMN

✓ Keterlambatan perkembangan motorik atau CP

✓ Fungsional : Letak gangguan di otak

✓ Etiologi : Penyebab dan saat terjadinya gangguan

✓ Penyakit atau penyulit penyerta

74
26
Penatalaksanaan

Tujuan
• mengembangkan sisa kemampuan
yang ada pada anak seoptimal mungkin

à diharapkan dapat melakukan aktifitas


sehari-hari (tanpa bantuan atau dengan
sedikit bantuan)
75
1. Aspek Medis 27
a. aspek medis umum
- gizi
- imunisasi
b. terapi dengan obat
- untuk relaksasi otot
- antikejang
c. pembedahan orthopedi
d. fisioterapi
e. terapi okupasi
f. terapi wicara
76
2. Aspek non medis 28
a. Pendidikan memerlukan pendidikan
khusus (SLB)
b. Pekerjaan dapat menimbulkan harga
diri
c. Problem sosialperlu pekerja sosial
• Lain-lain
• Rekreasi
a. Olahraga
b. Kesenian
c. Aktifitas kemasyarakatan
77
Prognosis 29
• Regenerasi otak
tidak pernah terjadi pada cerebral palsy
• Stimulasi baik
perbaikan fungsi koordinasi dan fungsi
motorik

• Prognosis baik derajat fungsional ringan


• Prognosis buruk disertai retardasi
mental, kejang, gangguan penglihatan &
pendengaran
78
30
31
Terima Kasih
MENINGITI 1
S
Peradangan pada selaput pembungkus jaringan otak (meningen)
Disebabkan oleh : bakteri , virus, TB, jamur
2
ETIOLOGI

Bakteri  Streptococcus pneumoniae, Neisseria meningitidis,


Haemophlius influenzae type B.

Virus  enterovirus, coxsackievirus, echovirus, herpesvirus

Jamur  cryptococcus neoformans, Candida, H. capsulatum


3
GEJALA KLINIS
-Demam
-Kejang
-Nyeri kepala
-Tanda rangsang meningeal (+)
-UUB membonjol (+) pada anak kecil.
-Peningkatan TIK
-Kelainan neurologis fokal, parese nerves cranialis
-Neurologic sequalae : gangguan pendengaran, gangguan penglihatan
4
5
PENANGANAN
Terapi empiris cephalosporin generasi III
- Cefotaxime 200mg/kgBB/hari, diberikan setiap 6 jam
- Ceftriaxone 100mg/kgBB/hari, diberikan setiap 12 jam
Lama terapi 14-21 hari.
Neonatus ditambahkan ampicillin 50mg/kgBB/x, setiap 6 jam
Pasien yang alergi terhadap B-lactam antibiotik  Chloramfenikol dosis
100mg/kgBB/hari, diberikan setiap 6 jam
- Kortikosteroid  dexamethasone dosis 0,15mg/kgBB/x, setiap 6 jam
PENANGANAN 6

Meningitis Tuberkulosa :
- Isoniazid 10 – 20 mg/kgBB/hari
- Rifampisin 10 – 20 mg/kgBB/hari
- Pirazinamide 30 - 40 mg/kgBB/hari
- Ethambutol 15 – 25 mg/kgBB/hari
- Kortikosteroid: prednison 1-4mg/KgBB/hari, atau
dexamethasone 0,3 mg- 0,6 mg/kgBB/hari
Lama terapi 9-12 bulan.
7
ENCEPHALITIS
Infeksi pada jaringan otak oleh karena berbagai organisme, pada umumnya
karena virus.
Gejala klinis :
- Suhu mendadak tinggi
- Sakit kepala
- Mual dan muntah
- Kesadaran cepat menurun hingga kejang
- Bisa didapatkan hemiparesis, disfasia, paresis nerves cranialis
DIAGNOSIS 8

Biakan darah  sukar  viremia berlangsung sebentar.


Pemeriksaan Serologik :
- Complement fixation test
- Hemaglutination inhibition test
- Neutralitation test
Pemeriksaan cairan serebrospinal
- normal pada seperempat jumlah pasien, bisa didapatkan
peninggian tekanan, pleositosis, kadar protein meningkat,
DIAGNOSIS 9

Elektroencephalografi (EEG)
- Dapat ditemukan gambaran periodic lateralizing epileptiform
discharge atau perlambatan fokal di daerah temporal atau
frontotemporal
CT scan kepala / MRI
- Bisa didapatkan gambaran daerah hipodens di lobus temporal atau
frontal , kadang meluas hingga lobus oksipitalis
10
TATALAKSANA

Aciklovir dengan dosis 30mg/kgBB/hari,


dibagi dalam 3 dosis.
Diberikan selama 10 hari
11
12
ABSES OTAK

- Infeksi lokal intracranial yang dimulai dengan area cerebritis dan


berkembang menjadi kumpulan nanah yang dikelilingi oleh kapsul
- Disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, fungi dan parasit yang
menyebar secara perkontinuitatum (otitis media, sinusitis) atau hematogen
(PJB sianotik, infeksi paru)
13
GEJALA KLINIS
Tergantung pada lokasi , ukuran, luasnya edama sekeliling serta virulensi dari
mikroorganisme penyebab.
Trias klasik :
- Demam
- Nyeri kepala
- Defisit neurologis fokal
Kejang dijumpai pada 30 – 50% kasus
Tanda – tanda peningkatan TIK , UUB menonjol pada neonates, papil edema
14
PEMERIKSAAN PENUNJANG

CT scan kepala + kontras / MRI kepala


- Dapat menunjukan lokasi, ukuran, dan jumlah abses.
- Tampak lesi ring – enhancement.
15
PENANGANAN
1.Medikamentosa :
- Cefalosporin generasi III
Cefotaxime 50mg/kg/x tiap 6 jam
Ceftriaxone 75-100mg/kg/hari tiap 12 jam
- Metronidazole, 10 mg/kg/x tiap 8 jam
- Diberikan selama 6-8 minggu

2.Operasi pembedahan
- Needle aspiration
- Eksisi
ALGORITMA PENANGANAN ABSES OTAK PADA ANAK 16
ALGORITMA PENANGANAN ABSES OTAK PADA ANAK 17
18
EPILEPSI

-Bangkitan kejang tanpa provokasi atau dua bangkitan kejang dengan jarak
waktu antar bangkitan pertama dan kedua lebih dari 24 jam.

-Insidensi sekitar 0,3 – 0,4 % pada populasi anak


19
20
21
22
PEMERIKSAAN PENUNJANG
EEG (elektroensefalografi)
- Bagian dari evaluasi awal pada semua anak dengan suatu
kejadian episodik.
- Membantu dalam diagnosis sindrom spesifik.
- EEG normal tidak menyingkirkan suatu epilepsi

CT scan / MRI kepala


- Mencari lesi structural sesuai indikasi
23
PENGOBATAN

Obat lini pertama :


- Asam Valproat : 10-40 mg/kgBB/hari, 2-3 dosis
- Phenobarbital : 4-5 mg/kgBB/hari, 2 dosis
- Phenytoin : 5-7mg/kgBB/hari, 3 dosis
- Carbamazepine : 10-30mg/kgBB/hari, 2-3 dosis
PENGOBATAN 24

Obat lini kedua :


- Topiramate : 5 - 10 mg/kgBB/hari
- Lamotrigine : 5 - 10 mg/kgBB/hari
- Levetiracetam : 30 - 60 mg/kgBB/hari
- Clobazam : 0,5 - 2 mg/kgBB/hari
- Clonazepam : 0,1 – 0,3 mg/kgBB/hari
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai