Anda di halaman 1dari 3

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

TATALAKSANA KASUS
Anak

KEJANG DEMAM
KODE ICD X R56
004/PPK/ANAK/V/21
1. Pengertian (Definisi) Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terhadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal di atas 38°C) tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat,
gangguan elektrolit atau metabolic lain. Kejang disertai demam pada bayi
berusia kurang dari 1 bulan tidak termasuk kejang demam.

Kejang demam sederhana adalah kejang yang berlangsung kurang dari 15


menit, bersifat umum serta tidak berulang dalam 24 jam. Kejang demam
sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang demam

Kejang demam disebut kompleks jika kejang berlangsung lebih dari 15 menit,
bersifat fokal atau parsial 1 sisi kejang umum didahului kejang fokal dan
berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.

Terdapat interaksi 3 faktor sebagai penyebab kejang demam, yaitu (1)


Imaturitas otak dan termoregulator, (2) Demam, di mana kebutuhan oksigen
meningkat, dan (3) predisposisi genetic: >7 lokus kromosom (poligenik,
autosomal dominan)
2. Anamnesis  Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama kejang
 Suhu sebelum/saat kejang, frekuensi dalam 24 jam, interval, keadaan anak
pasca kejang, penyebab demam di luar infeksi susunan saraf pusat (gejala
infeksi saluran napas akut/ISPA, infeksi saluran kemih/ISK, otitis media
akut/OMA, dll)
 Riwayat oerkembangan, riwayat kejang demam dan epilepsy dalam
keluarga
 SIngkirkan penyebab kejang yang lain (misalnya diare/muntah yang
mengakibatkan gangguan elektrolit, sesak yang mengakibatkan
hipoksemia, asupan kurang yang dapat menyebabkan hipoglikemia)
3. Pemeriksaan Fisik  Kesadaran : apakah terdapat penurunan kesadaran, suhu tubuh :
apakah terdapat demam
 Tanda rangsang meningeal : kaku kuduk, Bruzinski I dan II, Kernique,
Laseque
 Pemeriksaan nervus kranial
 Tanda peningkatan tekanan intracranial : ubun ubun besar (UUB)
membonjol, papil edema
 Tanda infeksi di luar SSP : ISPA, OMA, ISK, dll
 Pemeriksaan neurologi : tonus, motoric, reflex fisiologis, reflex
patologis
4. Kriteria Diagnosis –
1. Diagnosis Banding -
6. Pemeriksaan Penunjang  Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi untuk mencari penyebab
demam atau kejang. Pemeriksaan dapat meliputi darah perifer lengkap,
gula darah, elektrolit, urinalisis dan biakan darah, urin atau feses
 Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk
menegakkan/menyingkirkan kemungkinan meningitis. Pada bayi kecil
seringkali sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis
meningitis karena manifestasinya tidak jelas. Jika yakin bukan meningitis
secara klinis tidak perlu melakukan pungsi lumbal. Pungsi lumbal
dianjurkan pada:
 Bayi usia kurang dari 12 bulan : sangat dianjurkan
 Bayi usia 12-18 bulan : dianjurkan
 Bayi usia >18 bulan tidak rutin dilakukan
 Pemeriksaan EEG tidak direkomendasikan. EEG masih dapat dilakukan
pada kejang demam yang tidak khas, missal : kejang demam kompleks
pada anak berusia lebih dari 6 tahun atau kejang demam fokal
 Pencitraan (CT scan atau MRI kepala) dilakukan hanya jika ada indikasi,
missal :
 Kelainan neurologi fokal yang menetap (hemiparesis) atau
kemungkinan adanya lesi structural di otak (mikrosefali, spastisitas)
 Terdapat tanda peningkatan tekanan intracranial (kesadaran
menurun, muntah berulang, UUB membonjol, paresis nervus VI,
edema papil)
7. Tatalaksana Medikamentosa
Pengobatan medikamentosa saat kejang dapat dilihat pada algoritme
tatalaksana kejang. Saat ini lebih diutamakan pengobatan profilaksis
intermitten pada saat demam berupa
 Antipiretik
Paracetamol 10-15 mg/kgBB/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak
lebih dari 5 kali atau Ibuprofen 5-10 mg/kgBB/kali, 3-4 kali sehari
 Anti kejang
Diazepam oral dengan dosis 0.3 mg/kgBB setiap 8 jam atau diazepam
rectal dosis 0.5mg/kgBB setiap 8 jam pada saat suhu tubuh >38.5°C.
Terdapat efek samping berupa ataksia, iritabel dan sedasi yang cukup
berat pada 25-39% kasus
 Pengobatan jangka panjang/rumatan
Pengobatan jangka panjang hanya diberikan jika kejang demam
menunjukkan ciri sebagai berikut
 Kejang lama >15 menit
 Kelainan neurologi yang nyata sebelum/sesudah kejang :
hemiparesis, paresis Todd, palsi serebral, retardasi mental,
hidrosefalus
 Kejang fokal
Pengobatan jangka panjang dipertimbangkan jika:
 Kejang berulang 2 kali/lebih dalam 24 jam
 Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
 Kejang demam ≥ 4 kali per tahun

Obat untuk pengobatan jangka panjang : fenobarbital (dosis 3-4 mg/kgBB/hari


dibagi 1-2 dosis) atau asam valproate (dosis 15-40 mg/kgBB/hari dibagi 2-3
dosis). Pemberian obat ini efektif dalam menurunkan risiko berulangnya
kejang (Level I). Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang,
kemudian dihentikan secara bertahap 1-2 bulan

Indikasi Rawat
 Kejang demam kompleks
 Hiperpireksia
 Usia di bawah 6 bulan
 Kejang demam pertama kali
 Terdapat kelainan neurologis
Kemungkinan berulangnya kejang demam
Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko
berulangnya kejang demam
 Riwayat kejang demam dalam keluarga
 Usia kurang dari 12 bulan
 Termperatur yang rendah
 Cepatnya kejang setelah demam

Jika seluruh factor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam


adalah 80%, sedangkan bila tidak terdapat factor tersebut kemungkinan
berulangnya kejang hanya 10-15%. Kemungkinan berulangnya kejang demam
paling besar pada tahun pertama

Faktor risiko terjadinya epilepsy


 Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang
demam pertama
 Kejang demam kompleks
 Riwayat epilepsy pada orang tua atau saudara kandung
Masing-masing factor risiko meningkatkan kemungkinan kejadian epilepsy
sampai 4-6%, kombinasi dari factor risiko tersebut meningkatkan
kemungkinan epilepsy menjadi 10-49%. Kemungkinan menjadi epilepsy tidak
dapat dicegah dengan pemberian obat rumat pada kejang demam.
8. Edukasi -
9. Prognosis -
10. Kepustakaan 1. Konsensus penatalaksanaan kejang demam UKK Neurologi IDAI 2006
2. ILAE COmission on Epidemiology ang Prognosis Epilepsia 1993;34:592-8
3. AAP The Neurodiagnostic evaluation of the child with simple febrile
seizures. Pediatr 1996;97:769-95
4. Wong V, dkk. Clinical Guidelines of management of febrile convulsion. HK J
Pediatr 7;143-51
5. Van Esch A, dkk. Antipyretic efficacy of ibuprofen and acetaminophen in
children with febrile seizures. Arch Pediatr Adolesc Med 1995; 149:632-5
6. Knudsen FU, Intermittern diazepam prophylaxis in febrile convulsion : Pros
and cos. Acta Neurol Scand 1991;83 (sippl.135):1-24
7. AAP. Practise parameter : Longterm treatment of the child with simple
febrile aseizures. Pediatr 1999;103:1307-9
8. Knudsen FU. Febrile seizures-treatment and outcome. Epilepsia
2000;41:2-9

Anda mungkin juga menyukai