Pembimbing:
dr. Wiwik Windarti, Sp.A
• Kejang demam merupakan tipe kejang yang paling banyak terjadi pada anak-anak dengan
prevalensi sekitar 3% - 4% pada anak kulit putih, 6%-9% pada anak-anak Jepang, dan 5%-10%
pada anak-anak India.
• Kejang demam bisa sangat menakutkan bagi orang tua meskipun pada umumnya tidak berbahaya
bagi anak-anak sehingga penting untuk memberikan edukasi kepada orang tua untuk mengatasi
kecemasannya.
• Penyebab kejang demam masih belum diketahui secara pasti, meskipun beberapa penelitian
menunjukkan ada hubungan antara faktor genetik dan lingkungan pada terjadinya kejang demam.
TINJAUAN
PUSTAKA
Definisi
Kejang demam secara umum didefinisikan sebagai kejang yang terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun yang
berhubungan dengan demam pada suhu >38 o C atau 100.4o F, dan tidak terdapat penyebab yang berasal dari
intrakranial (contoh: infeksi, cedera kepala, dan epilepsi), penyebab kejang lain (gangguan elektrolit, hipoglikemia,
penggunaan obat-obatan atau putus obat), atau riwayat kejang tanpa demam.
• Prevalensi 2-5% di Eropa dan Amerika, insiden lebih tinggi terjadi di Jepang dengan
Epidemiologi •
angka 7-10% dan Guam sebanyak 14%.
Terjadi antara usia 6 bulan hingga 5 tahun. Namun ada pula yang melaporkan kejang
demam bisa terjadi sampai usia 7 tahun dan usia 3 bulan.
• Insiden tertinggi terjadi pada anak dengan usia 12-18 bulan.
• Kejang demam paling sering dilaporkan saat musim dingin sesuai dengan puncak
terjadinya demam pada anak kecil.
Etiologi dan Patogenesis
Secara umum kejang demam diyakini berasal dari kerentanan dari sistem saraf pusat yang
masih dalam proses perkembangan terhadap efek demam, predisposisi genetik serta faktor
lingkungan.
Kejang demam merupakan respon terhadap demam yang tergantung usia dari otak yang
Gen yang mungkin meningkatkan risiko terjadinya kejang demam telah dipetakan dalam
Kehamilan
dengan eklamsia
Faktor Demam dan hipertensi
Kehamilan
primipara atau
Malformasi otak multipara
congenital
Pasien dengan infeksi sistem saraf pusat seperti meningitis dan ensefalitis
biasanya terdapat demam dan kejang. Diagnosis yang mengarah ke infeksi
sistem saraf pusat ditandai dengan penurunan kesadaran, rash petekie, kaku
kuduk, tanda kernig dan brudzinki positif. Pengecualian pada anak usia kurang
12 bulan akan sulit dibedakan karena tanda meningeal masih belum jelas atau
belum ada.
Diagnosis (anamnesis)
Kejang: Demam:
Frekuensi dan lama kejang Timbul mendadak dan lamanya,
Kapan terjadinya menggigil, mengigau
Pertama kali atau sudah pernah Gejala penyerta: mencret, muntah,
Bila sudah pernah, saat umur berapa sesak nafas, dll
Sifat kejang
Gejala penyerta (muntah, lumpuh,
kemunduran fungsi kognitif)
Kesadaran saat kejang dan pasca kejang
Diagnosis (Pemeriksaan fisik)
Bila kejang terjadi pada suhu tubuh kurang dari 39 derajat Celsius
Obat yang digunakan: diazepam oral 0,3 mg/kg/kali per oral atau rektal 0,5 mg/kg/kali (5 mg untuk berat
badan <12 kg dan 10 mg untuk berat badan >12 kg), sebanyak 3 kali sehari, dengan dosis maksimum
Apabila
diazepam pada episode
7,5 kejang demam sebelumnya, suhu tubuh meningkat dengan cepat.
mg/kali.
Diazepam intermiten diberikan selama 48 jam pertama demam. Perlu diinformasikan pada orangtua
bahwa dosis tersebut cukup tinggi dan dapat menyebabkan ataksia, iritabilitas, serta sedasi
Tatalaksana
Antikonvulsan Rumat
Pengobatan jangka panjang tidak dianjurkan pada kejang demam sederhana, tetapi diberikan pada kejang
demam yang dengan pengobatan profilaksis intermittent masih sering terjadi kejang berulang.
Fenobarbital: l 3-4 mg/kg/hari dalam 1-2 dosis
Asam valproat 15-40 mg/kg/hari dibagi daln 2 dosis
Komplikasi.
Kerusakan neurotrasmitter Kelainan anatomi di otak