Anda di halaman 1dari 3

PANDUAN PRAKTEK KLINIS (PPK)

KEJANG DEMAM (ICD X : 93.0)


1. Pengertian Bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di
(Definisi) atas 38 C) pada anak berumur 6 bulan – 5 tahun tanpa adanya infeksi
susunan saraf pusat, gangguan elektrolit atau metabolik lain.

2. Anamnesis a. Identifikasi/pastikan kejang atau bukan kejang


b. Identifikasi jenis kejang, lama kejang, frekuensi kejang dalam 24jam,
interval antara serangan kejang, suhu sebelum/pada saat kejang,
keadaan anak pasca kejang, dan kesadaran.
c. Tentukan adanya penyebab demam di luar infeksi susunan saraf
pusat (gejala ISPA, ISK, OMA, dll).
d. Riwayat kelahiran, tumbuh kembang, kejang demam dan epilepsi
dalam keluarga.
e. Singkirkan kemungkinan penyebab kejang lainnya, seperti gangguan
elektrolit, hipoksemia, atau hipoglikemia.

3. Pemeriksaan fisik a. Tanda vital: kesadaran, tekanan darah, nadi, frekuensi napas, dan
suhu tubuh.
b. Tanda peningkatan TIK: ubun ubun besar (UUB) membonjol, papil
edema
c. Pemeriksaan neurologi: tonus, motorik, reflex fisiologis, reflex
patologis, pemeriksaan nervus cranial, tanda rangsang meningeal
(Kaku kuduk, Bruzinski I dan II, Kernique, Laseque)
d. Tanda infeksi di luar SSP : ISPA, OMA, ISK, dll

4. Pemeriksaan a. Laboratorium: darah perifer lengkap, gula darah, elektrolit,


Penunjang urinalisis dan biakan darah, urin atau feses.
a. Pemeriksaan LCS: dilakukan untuk menegakkan/menyingkirkan-
kemungkinan meningitis
b. EEG: dilakukan pada kejang demam yang tidak khas, misalnya
kejang demam kompleks pada anak berusia > 6tahun atau kejang
demam fokal.
c. Pencitraan (CT-scan atau MRI kepala): dilakukan hanya jika ada
indikasi misal:
 Kelainan neurologi fokal yang menetap (hemiparesis) atau
kemungkinan adaya lesi structural di otak (mikrosefali,
spastisitas)
 Terdapat tanda peningkatan tekanan intrakranial
(kesadaran menurun, muntah berulang, UUB membonjol,
paresis nervus VI, edema papil).
5. Kriteria Diagnosis Kejang demam diklasifikasikan menjadi:
1. Kejang demam sederhana
Jika memenuhi ketiga kriteria
Kejang yang berlangsung < 15 menit
Bentuk kejang umum (tonik dan atau klonik)
Tidak berulang dalam 24 jam.
2. Kejang demam kompleks
Jika memenuhi ketiga kriteria
Kejang yang berlangsung > 15 menit.
Kejang bersifat fokal atau parsial 1 sisi atau kejang umum
didahului kejang fokal
Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
1. Diagnosis Kerja Kejang demam
2. Diagnosis Meningitis
Banding Epilepsi
Gangguan metabolik
3. Penatalaksanaan a. Antipiretik
Parasetamol 10-15 mg/kgBB/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak
lebih dari 5 kali atau ibuprofen 5-10 mg/kgBB/kali, 3-4 kali
sehari.
b. Anti kejang
Diazepam oral dengan dosis 0,3 mg/kgBB setiap 8 jam atau
diazepam rektal dosis 0,5 mg/kgBB setiap 8 jam pada saat suhu
tubuh > 38,5 C.
c. Pengobatan jangka panjang/rumatan
Pengobatan jangka panjang hanya diberikan jika kejang demam
menunjukkan ciri sebagai berikut (salah satu):
- Kejang lama > 15 menit
- Kelainan neurologi yang nyata sebelum/sesudah kejang :
hemiparesis, paresis Todd, palsi serebral, retardasi mental,
hidrosefalus.
- Kejang fokal
Pengobatan jangka panjang dipertimbangkan jika :
- Kejang berulang 2 kali/lebih dalam 24 jam
- Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
- Kejang demam > 4 kali per tahun

Obat untuk pengobatan jangka panjang : fenobarbital (dosis 3-4


mg/kgBB/hari dibagi 1-2 dosis) atau asam valproat (dosis 15-40
mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis). Pengobatan diberikan selama 1 tahun
bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan.
4. Komplikasi dan Kejang demam suatu kondis yang jinak/benign, tidak menyebabkan
prognosis kematian. Sebagian besar akan menghilang pada usia 5-6 tahun. Faktor
risiko epilepsi di kemudian hari tergantung dari: (1) kejang demam
kompleks, (2) riwayat epilepsy dalam keluarga, (3) terdapat defisit
neurologis.
5. Edukasi a. Perkecil resiko trauma
b. Perkecil resiko perubahan tekanan udara tiba-tiba (diving, naik
pesawat terbang, mengejan, mengangkat beban berat.
c. Berhenti merokok.
6. Kepustakaan Pedoman Pelayanan .

Mengetahui,
Dr. Henry Kolondang, SpB dr. Rosie SpBTKV

Anda mungkin juga menyukai