Anda di halaman 1dari 4

NAMA : ISNAINI WOC KEJANG DEMAM

NPM : 18200100019

ETIOLOGI
Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada suhu badan tinggi (kenaikkan suhu
tubuh diatas 38⁰C) karena terjadi kelainan ektrakranial. Kejang demam atau febrile Demam sering disebabkan infeksi saluran pernapasan atas, otitis media,
convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikkan suhu tubuh yang pneumonia, dan infeksi saluran kemih (Lestari, 2016).
disebabkan oleh proses ekstrakranium (Lestari,2016).
Menurut Ridha (2014) faktor resiko terjadinya kejang demam : Faktor-faktor
prinatal , Malformasi otak congenital, Faktor genetika , Demam , Gangguan
Penelitian Gunawan, dkk (2012), menyebutkan hampir 1,5 juta kejadian kejang demam metabolisme , Trauma , Neoplasma , Gangguan Sirkulasi
terjadi tiap tahunnya di USA, dan sebagian besar terjadi dalam rentang usia 6 hingga
36 bulan dengan puncak pada usia 18 bulan. Daerah Eropa Barat dan Amerika tercatat KLASIFIKASI
2 sampai 4% angka kejadian kejang demam pertahunnya. Sedangkan di India sebesar 5
sampai 10 % dan di Jepang 8,8%. Hampir 80% kasus Kejang demam adalah kejang 1. Kejang demam sederhana (simple febrile convulsion), Terjadi pada
demam sederhana (kejang<15 menit, fokal atau klonik dan akan berhenti sendiri, anak umur 6 bulan sampai 5 tahun, disertai kenaikan suhu tubuh yang
tanpa gerakan fokal atau berulang pada waktu 24 jam). Sedangkan 20% kasus mencapai ≥ 39⁰C. Kejang bersifat umum dan tonik-klonik, umumnya
merupakan kejang demam komplek. berlangsung beberapa detik/menit dan jarang sampai 15 menit
2. Kejang demam kompleks (complex or complicated febrile convulsion)
biasanya kejang terjadi selama ≥ 15 menit atau kejang berulang dalam
24 jam dan terdapat kejang fokal atau temuan fokal dalam masa pasca
Penatalaksanaan
bangkitan. Umur pasien, status neurologik dan sifat demam adalah
sama dengan kejang demam sederhana
a. Diazepam (IV), kurang dari 10 kg 0,5-0,75 mg/kgBB dan . Biasanya dosis rata-rata
3. Kejang demam simtomatik (symptomatic febrile seizure) kejang pada
yang dipakai 0,3 mg /kgBB/kali dengan maksimum 5 mg pada anak berumur
anak yg mempunyai kelainan neurologi atau penyakit akut. Kejang
kurang dari 5 tahun, dan 10 mg pada anak yang lebih besar.
bermula pada umur < 12 bulan dengan kejang kompleks terutama bila
b. Diazepam supp ( BB < 10 kg= 5mg , BB > 10 kg = 10 mg )
kesadaran pasca iktal meragukan maka pemeriksaan CSS sangat
c. Pakaian ketat di buka, kepala dimiringkan, perhatikan A,B,C
diperlukan untuk memastikan kemungkinan adanya meningitis .
d. Kortikorsteroid dosis 20-30 mg/kgBB/hari 3 x hari/ glukokortikoid(dexametason
0,5-1 ampul/ 6 jam) sampai keadaan membaik.
Pemeriksaan penunjang ( Dewi , 2011 )

1. EEG ( Electroencephalogram )
2. Lumbal pungsi
3. Neuroimaging ( CT scan, MRI kepala )
4. Pemeriksaan Laboratorium
Infeksi diantaranya : MK : Hipertermia
Pneumonia
Kenaikan metabolisme
Proses inflamasi Inflamasi Suhu tubuh ↑ Kebutuhan O2↑20 %
Otitis Media basal 10-15 %

ISK

Pelepasan muatan listrik


meluas ke sel oleh Difusi ion K+dan Na+ Ketidakseimbangan
↑ sirkulasi O2 di otak
neurotrasmite membran sel neuron

MK: ketidakefektifan perfusi


Kejang Demam jaringan serebral

Kejang < 15 mnt-Timbul


 Kejang > 15 mnt Apnea, keb O2 & energi u/
dlm 16 jam pertama Kejang demam simplek Kejang demam kompleks  Gejala sisa (hemiparise) kontraksi otot skeletal ↑
setelah muncul demam -
 EEG abnormal
Umur anak 6 bln- 4 thn -
Kejang bersifat umum -
Pemeriksan saraf normal Lidah jatuh Cairan/ sekret dijalan hipoksemia
-EEG normal -Frekuensi kebelakang napas
Epilepsi
bangkitan kejang dlm 1
Hipotensi, denyut jantung tdk
thn tdk >4 kali -Tanpa
Penyumbatan jalan napas MK : Resiko aspirasi MK: resiko teratuMetabolisme anaerob
gejala sisa
keterlambatan

Hiperkapnia
sesak

Asidosis
MK : Ketidakefektifan pola napas

MK: gangguan Sesak napas, akral dingin


pertukaran gas

MK: Ketidakefektifan
perfusi jaringan
Hipertermia Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral Ketidakefektifan pola napas

NOC : NOC : NOC :

Termoregulasi - Status Sirkulasi - Status penrnapasan : ventilasi


NIC : - Status Neurologi - Status pernapasan : kepatenan jalan nafas

Perawatan Demam NIC : NIC :

1. Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainya. Terapi oksigen Terapi oksigen
2. Monitor warna kulit dan suhu
3. Monitor asupan dan keluaran, sadari perubahan 1. Periksa mulut, hidung, dan sekret trakea 1. Bersihkan mulut, hidung dan sekret trakea dengan
kehilangan cairan yang tak di rasakan. tepat
2. Pertahankan jalan napas yang paten
4. Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan
3. Atur peralatan oksigenasi 2. Pertahankan kepatenan jalan nafas
5. Dorong konsumsi cairan
3. Berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan
6. Fasilitasi istirahat, terapkan pembatasan aktivitas jika 4. Monitor aliran oksigen
di perlukan 4. Monitor aliran oksigen
5. Pertahankan posisi pasien
7. Tingkatkan sirkulasi udara. 5. Periksa perangkat pemberian oksigen secara berkala
8. Mandikan pasien dengan spon hangat dengan hati- 6. Observasi tanda-tanda hipoventilasi
untuk memastikan bahwa kosentrasi yang telah di
hati. 7. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi tentukan sedang di berikan
6. Pastikan penggantian masker oksigen/kanul nasal
Pengaturan suhu Manajemen edema serebral
setiap kali perangkat diganti
1. monitor suhu paling tidak setiap 2 jam sesuai 7. Pantau adanya tanda-tanda keracunan oksigen dan
1. Monitor adanya kebingungan, perubahan pikiran, keluhan pusing,
kebutuhan kejadian atelektasis.
pingsan
2. monitor dan laporkan adanya tanda gejala
hipertermia. 2. Monitor tanda-tanda vital Monitor neurologi
3. tingkatka intake cairan dan nutrisi adekuat. 3. Monitor status pernapasan: frekuensi, irama, kedalaman pernapasan,
4. berikan pengobatan antipiretik sesuai kebutuhan PaO2,PaCO2, pH, Bicarbonat 1. Pantau ukuran pupil, bentuk kesimetrisan dan
4. Berikan anti kejang sesuai kebutuhan reaktivitas
Manajemen pengobatan
5. Batasi cairan 2. Monitor tingkat kesadaran
1. Tentukan obat apa yang di perlukan, dan kelola 6. Dorong keluarga/orang yang penting untuk bicara pada pasien 3. Monitor GCS
menurut resep dan/atau protokol 4. Monitor status pernapasan
2. Monitor efektivitas cara pemberian obat yang sesuai. Monitoring peningkatan intrakranial
Monitor tanda-tanda vital
Manajemen kejang 1. Monitor tekanan perfusi serebral
1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2. Monitor intake dan output
1. Pertahankan jalan nafas 2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3. Periksa pasien terkait ada tidaknya gejala kaku kuduk
2. Balikkan badan pasien ke satu sisi 3. Monitor kualitas nadi
4. Letakkan kepala dan leher pasien dalam posisi netral, hindari fleksi
3. Longgarkan pakaian 4. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
4. Tetap disisi pasien selama kejang pinggang yang berlebihan
5. Monitor suara paru
5. Catat lama kejang 5. Sesuaikan kepala tempat tidur untuk mengoptimalkan perfusi
6. Monitor pola pernapasan abnormal
6. Monitor tingkat obat-obatan anti epilepsi serebral
7. Monitor suhu, warna, dan kelembapan kulit
6. Berikan agen farmakologis untuk mempertahankan TIK dalam
8. Identifikasi dari penyebab perubahan vital sign.
Gangguan pertukaran gas Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer Gangguan pertumbuhan dan perkembangan

NOC : NOC : NOC :

status pernafasan : pertukaran gas - Cardiopulmonaly status (Status kardiopulmonal) Pertumbuhan


- Status pernafasan
- Vital sign NIC :
NIC :
Stimulasi Tumbuh Kembang
Monitor vital NIC :
1. Kaji tingkat tumbuhkembang anak
Terapi oksigen
1. Memonitor tekanan darah, nadi, suhu, dan 2. Ajarkan untuk intervensi dengan terapi rekreasi dan aktivitas
status pernafasan 1. Monitor kemampuan pasien dalam mentoleransi kebutuhan 3. Berikan aktivitas yang sesuai, menarik, dan dapat dilakukan oleh anak
2. Memonitor Denyut jantung oksigen saat makan 4. Rencanakan bersama anak aktivitas dan sasaran yang memberikan
2. Observasi cara masuknya oksigen yang menyebabkan kesempatan untuk keberhasilan
3. Memonitor suara paru-paru
hipoventilalsi 5. Berikan pendkes stimulasi tumbuh kembang anak pada keluarga
4. Memonitor warna kulit
3. Monitor perubahan warna kulit pasien
5. Menilai CRT Manajemen nutrisi
4. Monitor posisi pasien untuk membantu masuknya oksigen
5. Monitor keefektifan terapi oksigen
Monitor pernafasan 1. Kaji adanya alergi makanan
6. Memonitor penggunaan oksigen saat pasien beraktivitas
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
3. nutrisi yang dibutuhkan pasien.
1. Memonitor tingkat, irama, kedalaman, dan Manajemen sensasi perifer
4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
respirasi 5. Berikan substansi gula
1. Memonitor perbedaan terhadap rasa tajam,tumpul,panas
2. Memonitor gerakan dada
atau dingin 6. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah
3. Monitor bunyi pernafasan 2. Monitor adanya mati rasa,rasa geli konstipasi
3. Diskusikan tentang adanya kehilangan sensasi atau 7. Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
4. Auskultasi bunyi paru
perubahan sensasi 8. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
5. Memonitor dyspnea dan hal yang 9. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
4. Minta keluarga untuk memantau perubahan warna kulit
meningkatkan dan memperburuk
setap hari

Daftar Pustaka

1. Lestari, T, 2016.Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika


2. Dewi, R. 2011.Waspadai Penyakit pada Anak.Jakarta : Indeks Penerbit
3. NANDA. 2015. Diagnosa Keperawatan Defenisi & Klasifikasi 2012-2014. (Budi Anna Keliat dkk, penerjemah). Jakarta: EGC
4. Ngastiyah. 2012. Perawatan anak sakit. Jakarta : EGC
5. Widagdo, 2012. Tata Laksana Masalah Penyakit Anak dengan Kejang Demam. Jakarta : CV Agung Seto
6. Ridha, N.H, 2014. Buku Ajar Keperawatan Anak, Yogyakarta : Pustaka Penerbit
7. Gunawan, P.I., dkk. 2012. Faktor Resiko Kejang Demam Berulang pada Anak. http://download.portalgaruda.org. Diaskes pada tanggal 10 Maret 2021

Anda mungkin juga menyukai