Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEJANG DEMAM


KOMPLEKS (KDK) DI RUANG SEKAR TUNJUNG ANAK 1
RSUD KABUPATEN KARANGASEM

Oleh :

Luh Rina Sonia, S.Kep


NIM. 21089142042

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

2021
A. KONSEP DASARPENYAKIT
1. Definisi
Kejang demam yaitu perubahan aktivitas motorik yang bersifat
paroksimal dan dalam waktu terbatas akibat dari adanya aktifitas listrik
abnormal di otak yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (Widagno, 2012).
Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada suhu badan tinggi
(kenaikkan suhu tubuh diatas 38⁰C) karena terjadi kelainan ektrakranial.
Kejang demam atau febrile convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi
pada kenaikkan suhu tubuh yang disebabkan oleh proses ekstrakranium
(Lestari, 2016).
Jadi dapat disimpulkan, kejang demam adalah gangguan yang terjadi
akibat dari peningkatan suhu tubuh anak yang dapat menyebabkan kejang
yang diakibatkan karena prosesekstrakranium.
2. Etiologi
Hingga kini belum diketahui pasti penyebab kejang demam. Demam
sering disebabkan infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, pneumonia,
dan infeksi saluran kemih (Lestari, 2016). Menurut Ridha (2014), mengatakan
bahwa faktor resiko terjadinya kejang demam diantaranya :
a. Demam
b. Faktorgenetika
c. Faktor-faktorprinatal
d. Malformasi otakcongenital
e. Gangguanmetabolisme
f. Trauma
g. Neoplasma
h. GangguanSirkulasi
3. Tanda danGejala
Dewanto (2009), mengatakan gambaran klinis yang dapat dijumpai pada
pasien dengan kejang demam diantaranya :
a. Suhu tubuh mencapai >38⁰C
b. Anak sering hilang kesadaran saatkejang
c. Mata mendelik, tungkai dan lengan mulai kaku, bagian tubuh anak
berguncang (gejala kejang bergantung pada jeniskejang)
d. Kulit pucat danmembiru
e. Akral dingin
4. Klasifikasi
Widagno (2012), mengatakan berdasarkan atas studi epidemiologi,
kejang demam dibagi 3 jenis, yaitu :
1) Kejang demam sederhana (simple febrile convulsion), biasanya terdapat
padaanakumur6bulansampai5tahun,disertaikenaikansuhutubuh
yang mencapai ≥ 39⁰C. Kejang bersifat umum dan tonik-klonik, umumnya
berlangsung beberapa detik/menit dan jarang sampai 15 menit. Pada akhir
kejang kemudian diakhiri dengan suatu keadaan singkat seperti
mengantuk (drowsiness), dan bangkitan kejang terjadi hanya sekali dalam
24 jam, anak tidak mempunyai kelainan neurologik pada pemeriksaan
fisis dan riwayat perkembangan normal, demam bukan disebabkan karena
meningitis atau penyakit lain dariotak.
2) Kejang demam kompleks (complex or complicated febrile convulsion)
biasanya kejang terjadi selama ≥ 15 menit atau kejang berulang dalam 24
jam dan terdapat kejang fokal atau temuan fokal dalam masa pasca
bangkitan. Umur pasien, status neurologik dan sifat demam adalah sama
dengan kejang demam sederhana.
3) Kejang demam simtomatik (symptomatic febrile seizure) biasanya sifat
dan umur demam adalah sama pada kejang demam sederhana dan
sebelumnya anak mempunyai kelainan neurologi atau penyakit akut.
Faktor resiko untuk timbulnya epilepsi merupakan gambaran kompleks
waktu bangkitan. Kejang bermula pda umur < 12 bulan dengan kejang
kompleks terutama bila kesadaran pasca iktal meragukan maka
pemeriksaan CSS sangat diperlukan untuk memastikan kemungkinan
adanya meningitis.
5. Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi
dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari
permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan
normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah ion kalium (K+) dan
sangat sulit dilalui oleh ion Natriun (Na+ ) dan elektrolit lainnya, kecuali ion
klorida (CI-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan
konsentrasi Na+ rendah, sedang diluar sel neuron terdapat keadaan
sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan luar sel,
maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran
dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran diperlukan
energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh:
a. Perubahan konsentrasi ion diruangekstraselular
b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau
aliran listrik darisekitarnya
c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan
Pada keadaan demam kenaikkan suhu 1⁰C akan mengakibatkan
kenaikkan metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan
meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh
tubuh dibandingkan dengan orang dewasa hanya 15%. Oleh karena itu
kenaikkan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel
neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun
ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini
demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun ke membran
sel disekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Tiap
anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung tinggiu
rendahnyaambang kejang seseorang anak akan menderita kejang pada
kenaikan suhu tertentu.
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak
berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang demam yang
berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea,
meningkatkanya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skeletal
yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh
metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak
teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya
aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian
kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron
otak selama berlangsungnya kejang (Lestari, 2016 & Ngastiyah, 2012).
WOC

Infeksi, rangsangan Reaksi


mekanik dan biomekanik Suhu tubuh
inflamasi Hipertemia
meningkat

Ketidakefektifan perfusi Sirkulasi


Kebutuhan
jaringan serebral oksigen di Metabolisme basal
oksigen
otak meningkat
meningkat
meningkat

Pelepasan muatan listrik meluas ke sel oleh neurotrasmiter


Ketidakseimbangan Difusi ion K+dan Na+ Kejang demam
membran sel neuron

KDS KDK Risiko cidera

- Kejang demam < 15menit - Kejang > 15 menit


Lidah jatuh
- Timbul dalam 16 jam pertama - EEGabnormal
kebelakang
setelahdemam - Gejala sisa
- Umur anak 6 bln-4 th
- Kejang bersifatumum Penyumbatan
- Pemeriksaan saraf normal jalannapas
- EEGnormal
- Frekuensi bangkitan kejang
dalam 1 th tidak >4kali Sesak
- Tanpa gejalasisa

Ketidakefektifa
n pola napas
6. PemeriksaanPenunjang
Menurut Dewi (2011) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu:
a) EEG (Electroencephalogram) Pemeriksaan EEG dibuat 10-14 hari setelah
bebas panas tidak menunjukan kelainan likuor. Gelombang EEG lambat
didaerah belakang dan unilateral menunjukan kejang demamkompleks.
b) Lumbal Pungsi Fungsi lumbar merupakan pemeriksaan cairan yang ada di
otak dan kanal tulang belakang (cairan serebrospinal) untuk meneliti
kecurigaan meningitis. Pemeriksaan ini dilakukan setelah kejang demam
pertama pada bayi (usia 18 bulan, fungsi lumbal dilakukan jika tampak
tanda peradangan selaput otak, atau ada riwayat yang menimbulkan
kecurigaan infeksi sistem saraf pusat. Pemeriksaan ini dilakukan setelah
kejang demam pertama pada bayi:
(1) Memiliki tanda peradangan selaput otak (contoh : kaku leher)
(2) Mengalami complex partialseizure
(3) Kunjungan kedokter dalam 48 jam sebelumnya (sudah sakit dalam 48
jamsebelumnya)
(4) Kejang saat tiba diIGD
(5) Keadaan post-ictal (pasca kejang) yang berkelanjutan. Mengantuk
hingga 1 jam setelah kejang adalahnormal
(6) Kejang pertama setelah usia 3 tahun
Pada kejang oleh infeksi pada otak ditemukan :
(1) warna cairan cerebrospinal : berwarna kuning, menunjukan pigmen
kuning santokrom.
(2) Jumlah cairan dalam cerebrospinal menigkat lebih dari normal (normal
bayi 40-60ml, anak muda 60-100ml, anak lebih tua 80- 120ml dan
dewasa 130-150ml).
(3) Perubahanbiokimia:kadarKaliummeningkat(normaldewasa3.5-
5.0 mEq/L, bayi 3.6-5.8mEq/L).
c) Neuroimaging
Yang termasuk pemeriksaan neuroimaging antara lain adalah CT-Scan, dan
MRI kepala. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan pada kejang demam yang
baru terjadi untuk pertama kalinya. Pemeriksaan tersebut dianjurkan bila
anak menujukkan kelainan saraf yang jelas, misalnya ada kelumpuhan,
gangguan keseimbangan, sakit kepala yang berlebihan, ukuran lingkar
kepala yang tidak normal.
d) Pemeriksaanlaboratorium
Pemeriksaan laboratorium ini harus ditujukan untuk mencari sumber
demam, bukan sekedar pemeriksaan rutin. Pemeriksaannya meliputi
pemeriksaaan darah rutin, kadar elektrolit, kalsium, fosfor, magnesium,
atau gula darah.
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kejang demam dapat dilakukan dengan cara :
a. PenatalaksanaanMedis
1) Memberantas kejang secepatmungkin
Bila pasien datang dalam keadaan status konvulsivus (kejang), obat
pilihan utama yang diberikan adalah diazepam yang diberikan secara
intravena. Dosis yang diberikan pada pasien kejang disesuaikan
dengan berat badan, kurang dari 10 kg 0,5-0,75 mg/kgBB dengan
minimal dalam spuit 7,5 mg dan untuk BB diatas 20 kg 0,5 mg/KgBB.
Biasanya dosis rata-rata yang dipakai 0,3 mg/kgBB/kali dengan
maksimum 5 mg pada anak berumur kurang dari 5 tahun, dan 10 mg
pada anak yang lebihbesar.
Setelah disuntikan pertama secara intravena ditunggu 15 menit, bila
masih kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga
melalui intravena. Setelah 15 menit pemberian suntikan kedua masih
kejang, diberikan suntikan ketiga denagn dosis yang sama juga akan
tetapi pemberiannya secara intramuskular, diharapkan kejang akan
berhenti. Bila belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau
paraldehid 4% secara intravena. Efek samping dari pemberian
diazepan adalah mengantuk, hipotensi, penekanan pusatpernapasan.
Pemberian diazepan melalui intravena pada anak yang kejang
seringkali menyulitkan, cara pemberian yang mudah dan efektif adalah
melalui rektum. Dosis yang diberikan sesuai dengan berat badan ialah
berat badan dengan kurang dari 10 kg dosis yang diberikan sebesar 5
mg, berat lebih dari 10 kg diberikan 10 mg. Obat pilihan pertama
untuk menanggulangi kejang atau status konvulsivus yang dipilih oleh
para ahli adalah difenilhidantion karena tidak mengganggu kesadaran
dan tidak menekan pusat pernapasan, tetapi dapat mengganggu
frekuensi iramajantung.
2) Pengobatanpenunjang
Sebelum pengobatan penunjang semua pakaian ketat dibuka, posisi
kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung,
usahakan agar jalan napas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen.
Fungsi vital seperti kesadaran, suhu, tekanan darah, pernapasan dan
fungsi jantung diawasi secara ketat. Untuk cairan intravena sebaiknya
diberikan dengan dipantau untuk kelainan metabolik dan elektrolit.
Obat untuk hibernasi adalah klorpromazi. Untuk mencegah edema otak
diberikan kortikorsteroid dengan dosis 20-30 mg/kgBB/hari dibagi
dalam 3 dosis atau sebaiknya glukokortikoid misalnya dexametason
0,5-1 ampul setiap 6 jam sampai keadaan membaik.
3) Memberikan pengobatanrumat
Setelah kejang diatasi harus disusul pengobatan rumat. Daya kerja
diazepan sangat singkat yaitu berkisar antara 45-60 menit sesudah
disuntikan, oleh karena itu harus diberikan obat antiepileptik dengan
daya kerja lebih lama. Lanjutan pengobatan rumat tergantung daripada
keadaan pasien. Pengobatan ini dibagi atas dua bagian, yaitu
pengobatan profilaksis intermiten dan pengobatan profilaksis jangka
panjang.
4) Mencari dan mengobatipenyebab
Penyebab kejang demam sederhana maupun epilepsi yang diprovokasi
oleh demam biasanya adalah infeksi respiratorius bagian atas dan otitis
media akut. Pemberian antibiotik yang adekuat perlu untuk mengobati
penyakit tersebut. Secara akademis pasien kejang demam yang datang
untuk pertama kali sebaliknya dilakukan pungsi lumbal untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya faktor infeksi didalam otak
misalnya meningitis.
b. PenatalaksanaanKeperawatan
1) Pengobatan faseakut
a) Airway
(1) Baringkan pasien ditempat yang rata, kepala dimiringkan dan
pasangkan sudip lidah yang telah dibungkus kasa atau bila ada
guedel lebih baik.
(2) Singkirkan benda-benda yang ada disekitar pasien, lepaskan
pakaian yang mengganggupernapasan
(3) berikan O2 boleh sampai 4 L/mnt.
b) Breathing
(1) Isap lendir sampaibersih
c) Circulation
(1) suhu tinggi lakukan kompres hangat secaraintensif.
(2) Setelah pasien bangun dan sadar berikan minum hangat
(berbeda dengan pasien tetanus yang jika kejang tetapsadar).
Jika dengan tindakan ini kejang tidak segera berhenti, hubungi
dokter apakah perlu pemberian obat penenang.
2) Pencegahan kejangberulang
a) Segera berikan diazepam intravena, dosis rata-rata 0,3mg/kgBB
atau diazepam rektal. Jika kejang tidak berhenti tunggu 15 menit
dapat diulang dengan dengan dosis dan cara yangsama.
b) Bila diazepan tidak tersedia, langung dipakai fenobarbital dengan
dosis awal dan selanjutnya diteruskan dengan pengobatanrumat.
B. KONSEP ASUHANKEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Anamnesis
1) Identitaspasien
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir,
umur, tempat lahir, asal suku bangsa, agama, nama orang tua, pekerjaan
orang tua, penghasilan orang tua. Wong (2009), mengatakan
kebanyakan serangan kejang demam terjadi setelah usia 6 bulan dan
biasanya sebelum 3 tahun dengan peningkatan frekuensi serangan pada
anak-anak yang berusia kurang dari 18 bulan.
2) Riwayatkesehatan
a) Keluhanutama
Biasanya anak mengalami peningkatan suhu tubuh >38,0⁰C, pasien
mengalami kejang dan bahkan pada pasien dengan kejang demam
kompleks biasanya mengalami penurunan kesadaran.
b) Riwayat penyakitsekarang
Biasanya orang tua klien mengatakan badan anaknya terasa panas,
nafsu makan anaknya berkurang, lama terjadinya kejang biasanya
tergantung pada jenis kejang demam yang dialami anak.
c) RiwayatKesehatan
(1) Riwayat perkembangan anak : biasanya pada pasien dengan
kejang demam kompleks mengalami gangguan keterlambatan
perkembangan dan intelegensi pada anak serta mengalami
kelemahan pada anggota gerak (hemifarise).
(2) Riwayat imunisasi : Biasanya anak dengan riwayat imunisasi
tidak lengkap rentan tertular penyakit infeksi atau virus seperti
virusinfluenza.
3) Riwayatnutrisi
Saat sakit, biasanya anak mengalami penurunan nafsu makan karena
mual dan muntahnya
b. PemeriksaanFisik
1) Keadaan umum biasnaya anak rewel dan kesadaran composmentis
Penilaian tingkatkesadaran
- Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya, nilai GCS:15-14.
- Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan
dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh, nilai GCS: 13 -12.
- Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),
memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal, nilai
GCS: 11 -10.
- Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat
pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur
lagi, mampu memberi jawaban verbal, nilai GCS: 9 – 7.
- Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi
ada respon terhadap nyeri, nilai GCS: 6 –4.
- Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon
terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun
reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap
cahaya), nilai GCS: ≤3.
2) TTV:
Suhu : biasanya >38,0⁰C
Respirasi : pada usia 2- < 12 bulan : biasanya > 49 kali/menit Pada
usia 12 bulan - 40 kali/menit
Nadi : biasanya >100 x/menit
BB : Biasanya pada anak dengan kejang demam tidak terjadi
penurunan berar badan yang berarti
3) Kepala
Biasanya tampak simetris dan tidak ada kelainan yang tampak
4) Mata
Biasanya simetris kiri-kanan, skelera tidak ikterik, konjungtiva anemis.
5) Mulut danlidah
Biasanya mukosa bibir tampak kering, tonsil hiperemis, lidah tampak
kotor
6) Telinga
Biasanya bentuk simetris kiri-kanan, normalnya pili sejajar dengan
katus mata, keluar cairan, terjadi gangguan pendengaran yang bersifat
sementara, nyeri tekan mastoid.
7) Hidung
Biasanya penciuman baik, tidak ada pernafasan cuping hidung, bentuk
simetris, mukosa hidung berwarna merah muda.
8) Leher
Biasanya terjadi pembesaran KGB
9) Dada
a) Thoraks
(1) Inspeksi, biasanya gerakan dada simetris, tidak ada penggunaan
otot bantupernapasan
(2) Palpasi, biasanya fremitus kiri kanansama
(3) Auskultasi, biasanya ditemukan bunyi napas tambahan seperti
ronchi.
10) Jantung
Biasanya terjadi penurunan atau peningkatan denyut jantung
I: Ictus cordis tidak terlihat
P: Ictus cordis di SIC V teraba
P: batas kiri jantung : SIC II kiri di linea parastrenalis kiri (pinggang
jantung), SIC V kiri agak ke mideal linea midclavicularis kiri. Batas
bawah kanan jantung disekitar ruang intercostals III-IV kanan, dilinea
parasternalis kanan, batas atasnya di ruang intercosta II kanan linea
parasternalis kanan.
A: BJ II lebih lemah dari BJ I
11) Abdomen,
Biasanya lemas dan datar, kembung
12) Anus
Biasanya tidak terjadi kelainan pada genetalia anak
13) Ekstermitas:
a) Atas : biasanya tonus otot mengalami kelemahan, CRT > 2 detik,
akraldingin.
b) Bawah : biasanya tonus otot mengalami kelemahan, CRT > 2 detik,
akraldingin.
Penilaian kekuatan otot
Respon Skala
Kekuatan otot tidak ada 0
Tidak dapat digerakkan, tonus otot ada 1
Dapat digerakkan, mampu terangkat sedikit 2
Terangkat sedikit <450, tidak mampu melawan gravitasi 3
Bisa terangkat, bisa melawan gravitasi, namun tidak 4
mampu melawan tahanan pemeriksa, gerakan tidak
terkoordinasi
Kekuatan otot normal 5

2. Diagnosa Keperawatan yang MungkinMuncul


a) Hipertermia berhubungan dengan peningkatan lajumetabolisme
b) Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan
oksigen darah
c) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan gangguan neurologis
atau kejang
d) Risiko cidera berhubungan dengan penurunan respon terhadaplingkungan
3. IntervensiKeperawatan
Diagnosa Tujuan dan kriteria
No Intervensi Rasional
Keperawatan evaluasi

1 Hipertermia Setelah dilakukan O: Monitor suhu  Untuk


berhubungan tindakan keperawatan tubuh, TTV dan mengetahui suhu
dengan selama ... x 24 jam warna kulit tubuh, TTV dan
peningkatan laju diharapkan temperatur warna kulit
N: Berikan kompres
metabolisme tubuh dalam batas
air hangat  Untuk membantu
normal. Dengan
menurunkan
kreteria hasil: E: KIE keluarga
demam
pasien untuk
 Suhu tubuh dalam
membatasi  Agar keluarga
rentang normal
penggunaan pakaian pasien dapat
36,5°C -37,5°C
yangtebal mempertahankan
 Nadi dan respirasi suhu mendekati
C: Kolaborasi
dalam rentang normal atau
dengan dokter dalam
normal normal
pemberian obat
 Tidak ada antipiretik  Mmengurangi
perubahan warna demam dengan
kulit aksi sentral pada
hipotalamus

2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan O: Monitor TTV  Umtuk


perfusi jaringan tindakan keperawatan mengetahui TTV
N: Berikan oksigen
serebral selama ... x 24 jam pasien
tambahan sesuai
berhubungan diharapkan perfusi
kebutuhan  Agar suplai
dengan jaringan serebral
oksigenterpenuhi
penurunan menjadi efektif. E: KIE keluarga

oksigen darah Dengan kreteria hasil: pasien untuk  Untuk membatasi


mengurangi stimulus kunjungan pada
 Aktivitas kejang
dalam lingkungan pasien
menurun
pasien
 Meminimalkan
 Kesadaran
C: Kolaborasi adanya
meningkat
dengan dokter dalam pembekuandarah
 Pola napas menjadi pemberian obat
normal kejang

3 Ketidakefektifan Setelah dilakukan O: Monitor frekuensi  Untuk


pola napas tindakan keperawatan napas dan adanya mengetahui
berhubungan selama ... x 24 jam suara tambahan frekuensidan
dengan diharapkan pola napas N: Berikan oksigen suara tambahan
gangguan pasien menjadi efektif. tambahan
 Agar suplai
neurologis atau Dengan kreteria hasil :
E: KIE keluarga oksigenterpenuhi
kejang
 Frekuensi pasien tentang posisi
 Untuk
pernapasan dalam nyaman mempermudah
rentang normal (semifowler)
fungsi pernafasan
 Tidak adanya suara C: Kolaborasi dalam dan
tambahan pemberian oksigen memaksimalkan
ventilasi

 Mengurangi
sesak nafas

4 Risiko cidera Setelah dilakukan O: Monitor KU  Untuk


berhubungan tindakan keperawatan pasien dan mengetahui
dengan selama ... x 24 jam identifikasi keadaan umum
penurunan diharapkan pasien kebutuhan keamanan pasien dan tanda-
respon terhadap tidak mengalami pasien tanda risiko
lingkungan risiko cidera. Dengan cidera
N: Berikan
kreteria hasil:
pengaman dikedua  Mencegah anak
 Pasien bebas dari sisi tempattidur jatuh
cidera
E: KIE keluarga  Untuk menjaga
 Mampu pasien tentang posisi posisi tubuh lurus
memodifikasi nyaman untuk pasien sehingga jalan
lingkungan nafas menjadi
C: Kolaborasi dalam
lancar
 Pasien tidak pemberian bedrail
terjatuh saattidur  Mengurangi
risiko terjadinya
cidera
DAFTAR PUSTAKA

Dewanto, G. dkk. 2009. Panduan Praktis Diagnosis & Tata laksana Penyakit Saraf.

Jakarta: EGC. hlm 92-93.

Dewi, R. 2011.Waspadai Penyakit pada Anak.Jakarta : Indeks Penerbit

Lestari, T, 2016.Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika

Ngastiyah. 2012. Perawatan anak sakit. Jakarta : EGC

Nurarif, H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC (revisi). Jogjakarta: MediAction.

Ridha, N.H, 2014. Buku Ajar Keperawatan Anak, Yogyakarta : Pustaka Penerbit

Widagdo, 2012. Tata Laksana Masalah Penyakit Anak dengan KejangDemam.

Jakarta : CV Agung Seto

Wong, D, L. Eaton, M, H. Wilson, D. Winkelstein, M, L. Schwartz. 2009. Buku Ajar

Keperawatan pediatrik. Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai