Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN KASUS (LK)

KEJANG DEMAM

Disusun Oleh :

NAMA: RAFIKA HUSNUL KHOTIMAH


NIM : 2212B1466

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA INDONESIA

2022
KONSEP TEORI

Konsep Kejang Demam

1. Definisi

Kejang demam adalah perubahan aktivitas motorik atau behavior yang bersifat
paroksimal dan dalam waktu terbatas akibat dari adanya aktifitas listrik abnormal di otak
yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh. Kejang demam merupakan kejang yang terjadi
pada suhu badan tinggi (kenaikkan suhu tubuh diatas 38⁰C) karena terjadi kelainan
ektrakranial. Kejang demam atau febrile convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi
pada kenaikkan suhu tubuh yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Jadi dapat
disimpulkan, kejang demam adalah gangguan yang terjadi akibat dari peningkatan suhu
tubuh anak yang dapat menyebabkan kejang yang diakibatkan karena proses
ekstrakranium (Indrayati & Haryanti, 2020).

Definisi kejang demam menurut National Institutes of Health Consensus Conference


adalah kejadian kejang pada bayi dan anak, biasanya terjadi antara usia 3 bulan sampai 5
tahun, berhubungan dengan demam tanpa adanya bukti-bukti infeksi atau sebab yang jelas
di intrakranial. Kejang Demam adalah suatu kejang yang terjadi pada usia antara 6 bulan
hingga 5 tahun yang berkaitan dengan demam namun tanpa adanya tanda – tanda infeksi
intracranial atau penyebab yang jelas. Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada saat
seorang bayin atau anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat. Hal ini dapat
terjadi pada 2-5 % populasi anak (Rasyid et al., 2019).

2. Penyebab

Menurut (Indrayati & Haryanti, 2019), mengatakan bahwa faktor resiko terjadinya
kejang demam diantaranya adalah faktor-faktor prinatal atau periode yang muncul pada
waktu 22 minggu kehamilan dan berakhir 7 hari setelah kelahiran, malformasi otak
congenital, faktor genetika dari orang tua, demam dengan suhu leih dari 38.5, gangguan
metabolisme, trauma, neoplasma, gangguan Sirkulasi.

3. Klasifikasi

1. Pedoman mendiagnosis kejang demam menurut (Susanti & Wahyudi, 2020) :

a. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 5 tahun

b. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit

c. Kejang bersifat umum

d. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam

e. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal

f. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak
menunjukkan kelainan
g. Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali Kejang demam yang
tidak memenuhi salah satu atau lebih dari tujuh kriteria tersebut (modifikasi
livingstone) digolongkan pada kejang demam kompleks (Sugalingging, 2014).

2. Menurut (Hardika & Mahailni, 2019) kejang demam dibagi 3 jenis, yaitu :

a. Kejang demam sederhana (simple febrile convulsion), biasanya terdapat pada anak
umur 6 bulan sampai 5 tahun, disertai kenaikan suhu tubuh yang mencapai ≥ 39⁰C.
Kejang bersifat umum dan tonik-klonik, umumnya berlangsung beberapa
detik/menit dan jarang sampai 15 menit. Pada akhir kejang kemudian diakhiri
dengan suatu keadaan singkat seperti mengantuk (drowsiness), dan bangkitan kejang
terjadi hanya sekali dalam 24 jam, anak tidak mempunyai kelainan neurologik pada
pemeriksaan fisik dan riwayat perkembangan normal, demam bukan disebabkan
karena meningitis atau penyakit lain dari otak.

b. Kejang demam kompleks (complex or complicated febrile convulsion) biasanya


kejang terjadi selama ≥ 15 menit atau kejang berulang dalam 24 jam dan terdapat
kejang fokal atau temuan fokal dalam masa pasca bangkitan. Umur pasien, status
neurologik dan sifat demam adalah sama dengan kejang demam sederhana.

c. Kejang demam simtomatik (symptomatic febrile seizure) biasanya sifat dan umur
demam adalah sama pada kejang demam sederhana dan sebelumnya anak
mempunyai kelainan neurologi atau penyakit akut. Faktor resiko untuk timbulnya
epilepsi merupakan gambaran kompleks waktu bangkitan. Kejang bermula pda umur
< 12 bulan dengan kejang kompleks terutama bila kesadaran pasca iktal meragukan
maka pemeriksaan CSS sangat diperlukan untuk memastikan kemungkinan adanya
meningitis

4. Patofisiologi

Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi
CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid
dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui
dengan mudah ion kalium 9 (K+ ) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natriun (Na+ ) dan
elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (CI- ). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel
neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang diluar sel neuron terdapat keadaan
sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan luar sel, maka
terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron.
Untuk menjaga keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim
Na+/K+ATPase yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini
dapat diubah oleh : Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraselular, rangsangan yang
datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya,
perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan (Hardika &
Mahailni, 2019)
Pada keadaan demam kenaikkan suhu 1⁰C akan mengakibatkan kenaikkan
metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3
tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa
hanya 15%. Oleh karena itu kenaikkan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari
membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun
ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian
besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun ke membran sel disekitarnya
dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Tiap anak mempunyai ambang
kejang yang berbeda dan tergantung tinggiu rendahnya ambang kejang seseorang anak
akan menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu (Sari et al., 2021).

Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak
meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang demam yang berlangsung lama ( lebih dari 15
menit) biasanya disertai apnea, meningkatkanya kebutuhan oksigen dan energi untuk
kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat
disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang
tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas
otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian diatas adalah
faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang
(Wulandini et al., 2019).

5. Manifestasi klinis

Manifestasi (Purnama Dewi et al., 2019), mengatakan gambaran klinis yang dapat
dijumpai pada pasien dengan kejang demam diantaranya adalah suhu tubuh mencapai
>38⁰C, anak sering hilang kesadaran saat kejang, mata melotot, tungkai dan lengan mulai
kaku, bagian tubuh anak berguncang (gejala kejang bergantung pada jenis kejang), kulit
pucat dan membiru, akral dingin, kedua kaki dan tangan kaku disertai gerakan – gerakan
kejut yang kuat dan kejang – kejang selama 5 menit, intensitas waktu saat kejang juga
sangat bervariasi dari beberapa detik sampai puluhan menit, bola mata terbalik keatas, gigi
terkatup dan muntah.

6. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis

1. Sistem Pernapasan Pada anak dengan kejang demam laju metabolisme akan meningkat.
Sebagai kompensasi tubuh, pernapasan akan mengalami peningkatan pula sehingga
anak tampak pucat sampai kebiruan terutama pada jaringan perifer (Windawati &
Alfiyanti, 2020).

2. Sistem Thermogulasi Masuknya Exogenus dan virogenus ke selaput otak akan


menstimulasi sel host inflamasi hipotalamus akan menghasilkan “set poin”. Demam
terjadi karena adanya gangguan pada “set poin”. Mekanisme tubuh secara fisiologis
pada anak dengan kejang demam mengalami vasokontriksi perifer sehingga suhu tubuh
meningkat.
3. Sistem Neurologis Kurangnya suplai oksigen ke otak akan menyebabkam iskemik
jaringan otak, bila tidak diatasi segera akan menyebabkan hipertrofi pada jaringan otak
yang beresiko pada abses serebri. Keluhan yang muncul pada anak kejang demam
kompleks adalah penurunan kesadaran (Purnama Dewi et al., 2019).

4. Sistem Muskulosketal Peningkatan suhu tubuh pada anak dengan kejang demam
menyebabkan terjadinya gangguan pada metaboilsme otak. Konsekuensinya,
keseimbangan sel otak pun akan terganggu dan terjadi pelepasan muatan listrik yang
menyebar keseluruh jaringan, sehingga menyebabkan kekakuan otot disekujur tubuh
terutama di anggota gerak.

7. Penatalaksanaan

Menurut (Marwan, 2017), Dalam penanggulangan kejang demam ada beberapa factor
yang perlu dikerjakan yaitu:

7.1 Penatalaksanaan Medis

1. Memberantas kejang secepat mungkin

Bila pasien datang dalam keadaan status konvulsivus (kejang), obat pilihan
utama yang diberikan adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis
yang diberikan pada pasien kejang disesuaikan dengan berat badan, kurang dari 10
kg 0,5-0,75 mg/kgBB dengan minimal dalam spuit 7,5 mg dan untuk BB diatas 20
kg 0,5 mg/KgBB. Biasanya dosis ratarata yang dipakai 0,3 mg /kgBB/kali dengan
maksimum 5 mg pada anak berumur kurang dari 5 tahun, dan 10 mg pada anak
yang lebih besar.

Setelah disuntikan pertama secara intravena ditunggu 15 menit, bila masih


kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga melalui intravena.
Setelah 15 menit pemberian suntikan kedua masih kejang, diberikan suntikan
ketiga denagn dosis yang sama juga akan tetapi pemberiannya secara
intramuskular, diharapkan kejang akan berhenti. Bila belum juga berhenti dapat
diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 % secara intravena.

Efek samping dari pemberian diazepan adalah mengantuk, hipotensi,


penekanan pusat pernapasan. Pemberian diazepan melalui intravena pada anak
yang kejang seringkali menyulitkan, cara pemberian yang mudah dan efektif
adalah melalui rektum. Dosis yang diberikan sesuai dengan berat badan ialah berat
badan dengan kurang dari 10 kg dosis yang diberikan sebesar 5 mg, berat lebih dari
10 kg diberikan 10 mg. Obat pilihan pertama untuk menanggulangi kejang atau
status konvulsivus yang dipilih oleh para ahli adalah difenilhidantion karena tidak
mengganggu kesadaran dan tidak menekan pusat pernapasan, tetapi dapat
mengganggu frekuensi irama jantung.
2. Pengobatan penunjang

Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan pengobatan penunjang


yaitu semua pakaian ketat dibuka, posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah
aspirasi isi lambung, usahakan agar jalan napas bebas untuk menjamin kebutuhan
oksigen. Fungsi vital seperti kesadaran, suhu, tekanan darah, pernapasan dan fungsi
jantung diawasi secara ketat. Untuk cairan intravena sebaiknya diberikan dengan
dipantau untuk kelainan metabolik dan elektrolit. Obat untuk hibernasi adalah
klorpromazi 2-. Untuk mencegah edema otak diberikan kortikorsteroid dengan
dosis 20-30 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis atau sebaiknya glukokortikoid
misalnya dexametason 0,5-1 ampul setiap 6 jam sampai keadaan membaik.

3. Memberikan pengobatan rumat

Setelah kejang diatasi harus disusul pengobatan rumat. Daya kerja diazepan
sangat singkat yaitu berkisar antara 45-60 menit sesudah disuntikan, oleh karena
itu harus diberikan obat antiepileptik dengan daya kerja lebih lama. Lanjutan
pengobatan rumat tergantung daripada keadaan pasien. Pengobatan ini dibagi atas
dua bagian, yaitu pengobatan profilaksis intermiten dan pengobatan profilaksis
jangka panjang.

4. Mencari dan mengobati penyebab

Penyebab kejang demam sederhana maupun epilepsi yang diprovokasi oleh


demam biasanya adalah infeksi respiratorius bagian atas dan otitis media akut.
Pemberian antibiotik yang adekuat perlu untuk mengobati penyakit tersebut.
Secara akademis pasien kejang demam yang datang untuk pertama kali sebaliknya
dilakukan pungsi lumbal untuk menyingkirkan kemungkinan adanya faktor infeksi
didalam otak misalnya meningitis

7.2 Penatalaksanaan keperawatan

1) Pengobatan fase akut

a) Airway Baringkan pasien ditempat yang rata, kepala dimiringkan dan pasangkan
sudip lidah yang telah dibungkus kasa atau bila ada guedel lebih baik,
Singkirkan benda-benda yang ada disekitar pasien, lepaskan pakaian yang
mengganggu pernapasan (3) berikan O2 boleh sampai 4 L/ mnt.

b) Breathing : Isap lendir sampai bersih

c) Circulation bila suhu tinggi lakukan kompres hangat secara intensif, setelah
pasien bangun dan sadar berikan minum hangat ( berbeda dengan pasien tetanus
yang jika kejang tetap sadar). Jika dengan tindakan ini kejang tidak segera
berhenti, hubungi dokter apakah perlu pemberian obat penenang.
2) Pencegahan kejang berulang

a) Segera berikan diazepam intravena, dosis rata-rata 0,3mg/kgBB atau diazepam


rektal. Jika kejang tidak berhenti tunggu 15 menit dapat diulang dengan dengan
dosis dan cara yang sama.

b) Bila diazepam tidak tersedia, langung dipakai fenobarbital dengan dosis awal
dan selanjutnya diteruskan dengan pengobatan ruma

8 Konsep Asuhan Keperawatan pada Kasus Kejang Demam

8.1 Pengkajian

1. Anamnesis

Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur,
tempat lahir, asal suku bangsa, agama, nama orang tua, pekerjaan orang tua,
penghasilan orang tua., mengatakan kebanyakan serangan kejang demam terjadi
setelah usia 6 bulan dan biasanya sebelum 3 tahun dengan peningkatan frekuensi
serangan pada anak-anak yang berusia kurang dari 18 bulan (Rasyid et al., 2019).

2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama : biasanya anak mengalami peningkatan suhu tubuh >38,0⁰C,


pasien mengalami kejang dan bahkan pada pasien dengan kejang demam
kompleks biasanya mengalami penurunan kesadaran (Supriyanto, 2017).

b. Riwayat penyakit sekarang : biasanya orang tua klien mengatakan badan


anaknya terasa panas, nafsu makan anaknya berkurang, lama terjadinya kejang
biasanya tergantung pada jenis kejang demam yang dialami anak (Windawati &
Alfiyanti, 2020).

c. Riwayat kesehatan : Riwayat perkembangan anak : biasanya pada pasien dengan


kejang demam kompleks mengalami gangguan keterlambatan perkembangan
dan intelegensi pada anak serta mengalami kelemahan pada anggota gerak
(hemifarise).

Riwayat imunisasi : Biasanya anak dengan riwayat imunisasi tidak lengkap


rentan tertular penyakit infeksi atau virus seperti virus influenza. Riwayat nutrisi
Saat sakit, biasanya anak mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan
muntahnya (Rasyid et al., 2019).

3. Pemeriksaan fisik

Pada anak yang mengalami kejang demam di perlukan pemeriksaan fisik untuk
mengetahui apakah ada kelainan yang terjadi pada anak meliputi.

a. Keadaan umum biasnaya anak rewel dan kesadaran compos mentis, dan kerjadi
gejala mengantuk sesaat setelah kebangkitan (Ardian, 2020).
b. Tanda- tanda vital : Suhu : biasanya >38,0⁰C, Respirasi: pada usia < 12 bulan :
biasanya > 49 kali/menit Pada usia 12 bulan - 40 kali/menit, Nadi : biasanya
>100 x/i 3) (Butarbutar, 2017).

c. Berat badan pada anak dengan kejang demam tidak terjadi penurunan berar
badan yang berarti, namun bisanya terjadi kekurangan cairan (Sitohang, 2019).

d. Kepala Biasanya tampak simetris dan tidak ada kelainan yang tampak (Isnaini,
2020).

e. Mata Biasanya simetris kiri-kanan, skelera tidak ikhterik, konjungtiva anemis


(Supriyanto, 2017).

f. Mulut dan lidah Biasanya mukosa bibir tampak kering, tonsil hiperemis, lidah
tampak kotor (Ardian, 2020).

g. Telinga Biasanya bentuk simetris kiri-kanan, normalnya pili sejajar dengan katus
mata, keluar cairan, terjadi gangguan pendengaran yang bersifat sementara,
nyeri tekan mastoid (Kakalang et al., 2016).

h. Hidung Biasanya penciuman baik, terdapat pernafasan cuping hidung, bentuk


simetris, mukosa hidung berwarna merah muda, terdapat otot bantu pernafasan
ketika kejang terjadi (Windawati & Alfiyanti, 2020).

i. Leher Biasanya terjadi pembesaran kelenjar getah bening (Shodikin, 2017)

j. Dada meliputi Thoraks : Inspeksi, biasanya gerakan dada simetris, tidak ada
penggunaan otot bantu pernapasan, Palpasi, biasanya vremitus kiri kanan sama,
Auskultasi, biasanya ditemukan bunyi napas tambahan seperti ronchi (Shodikin,
2017).

k. Jantung Biasanya terjadi penurunan atau peningkatan denyut jantung I: Ictus


cordis tidak terlihat P: Ictus cordis di SIC V teraba P: batas kiri jantung : SIC II
kiri di linea parastrenalis kiri (pinggang jantung), SIC V kiri agak ke mideal
linea midclavicularis kiri. Batas bawah kanan jantung disekitar ruang
intercostals III-IV kanan, dilinea parasternalis kanan, batas atasnya di ruang
intercosta II kanan linea parasternalis kanan. A: BJ II lebih lemah dari BJ I
(Isnaini, 2020).

l. Abdomen biasanya lemas, datar, kembung, dan bising usus diatas normal
(Irdawati, 2016).

m. Ekstermitas : Atas : biasanya tonus otot mengalami kelemahan, CRT > 2 detik,
akral dingin. Bawah : biasanya tonus otot mengalami kelemahan, CRT > 2
detik, akral dingin (Kakalang et al., 2016).

n. Penilaian kekuatan otot : Penilaian Kekuatan Otot Respon Skala : Kekuatan otot
tidak ada : 0 ,Tidak dapat digerakkan, tonus otot ada : 1 ,Dapat digerakkan,
mampu terangkat sedikit : 2 ,Terangkat sedikit < 450 , tidak mampu melawan
gravitasi : 3 ,Bisa terangkat, bisa melawan gravitasi, namun tidak mampu
melawan tahanan pemeriksa, gerakan tidak terkoordinasi : 4 ,Kekuatan otot
normal : 5 (Abidah & Novianti, 2021)

8.2 Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan asesmen dan respons yang diberikan oleh pasien, sebagian besar
diagnosis keperawatan yang sering muncul dalam kejang demam pada anak adalah
(SDKI, 2018) :

a. Resiko cidera d.d kegagalan mekanisme pertahanan tubuh, perubahan kesadaran,


kehilangan koordinasi otot.

b. Hipertermi b.d proses penyakit, dehidrasi, aktivitas berlebihan, peningkatan laju


metabolisme.

c. Resiko hipovolemia d.d kegagalan mekanisme regulasi, kekurangan intake cairan,


kehilangan cairan aktif

d. Deficit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi, ketidaktahuan menemukan


sumber informasi.

8.3 Intervensi Keperawatan

Berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada pasien dengan kejang
demam (SIKI, 2018).

a. Pastikan keamanan tempat tidur dan pengguna tempat tidur rendah, anjurkan
anggota keluarga untuk tinggal bersama pasien selama fase kejang, berikan tongue
spatel diantara gigi atas dan bawah, letakkan pasien ditempat yang lembut.

b. Identifikasi penyebab hipertermi, monitor suhu tubuh dan tanda tanda vital untuk
mengetahui keadaan pasien, melakukan pemberian kompres hangat pada area dahi,
axilla, dan lipatan paha, memberikan pendidikan kesehatan tentang kejang demam
dan upaya penanganan pada keluarga, kolaborasi pemberian antipiretik sesuai
dengan kondisi pasien.

c. Anjurkan klien untuk makan makanan bebas serat, beri mereka makanan lunak,
hidrasi melalui infus, dorong pasien untuk minum lebih banyak, dan dorong pasien
untuk makan sedikit tapi sering.

d. Kaji tingkat pengetahuan keluarga, jelaskan penyebab dan akibat serangan demam
pada keluarga, jelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan, berikan pendidikan
kesehatan tentang cara membantu dan mencegah serangan anak, memberikan
pendidikan kesehatan, Selalu menurunkan demam Obat rumah yang harus
dihindari orang yang terinfeksi dan teman-teman serta merawat anak yang
terinfeksi agar suhu tubuhnya tidak naik

Anda mungkin juga menyukai