KEJANG DEMAM
Disusun Oleh :
2022
KONSEP TEORI
1. Definisi
Kejang demam adalah perubahan aktivitas motorik atau behavior yang bersifat
paroksimal dan dalam waktu terbatas akibat dari adanya aktifitas listrik abnormal di otak
yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh. Kejang demam merupakan kejang yang terjadi
pada suhu badan tinggi (kenaikkan suhu tubuh diatas 38⁰C) karena terjadi kelainan
ektrakranial. Kejang demam atau febrile convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi
pada kenaikkan suhu tubuh yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Jadi dapat
disimpulkan, kejang demam adalah gangguan yang terjadi akibat dari peningkatan suhu
tubuh anak yang dapat menyebabkan kejang yang diakibatkan karena proses
ekstrakranium (Indrayati & Haryanti, 2020).
2. Penyebab
Menurut (Indrayati & Haryanti, 2019), mengatakan bahwa faktor resiko terjadinya
kejang demam diantaranya adalah faktor-faktor prinatal atau periode yang muncul pada
waktu 22 minggu kehamilan dan berakhir 7 hari setelah kelahiran, malformasi otak
congenital, faktor genetika dari orang tua, demam dengan suhu leih dari 38.5, gangguan
metabolisme, trauma, neoplasma, gangguan Sirkulasi.
3. Klasifikasi
f. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak
menunjukkan kelainan
g. Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali Kejang demam yang
tidak memenuhi salah satu atau lebih dari tujuh kriteria tersebut (modifikasi
livingstone) digolongkan pada kejang demam kompleks (Sugalingging, 2014).
2. Menurut (Hardika & Mahailni, 2019) kejang demam dibagi 3 jenis, yaitu :
a. Kejang demam sederhana (simple febrile convulsion), biasanya terdapat pada anak
umur 6 bulan sampai 5 tahun, disertai kenaikan suhu tubuh yang mencapai ≥ 39⁰C.
Kejang bersifat umum dan tonik-klonik, umumnya berlangsung beberapa
detik/menit dan jarang sampai 15 menit. Pada akhir kejang kemudian diakhiri
dengan suatu keadaan singkat seperti mengantuk (drowsiness), dan bangkitan kejang
terjadi hanya sekali dalam 24 jam, anak tidak mempunyai kelainan neurologik pada
pemeriksaan fisik dan riwayat perkembangan normal, demam bukan disebabkan
karena meningitis atau penyakit lain dari otak.
c. Kejang demam simtomatik (symptomatic febrile seizure) biasanya sifat dan umur
demam adalah sama pada kejang demam sederhana dan sebelumnya anak
mempunyai kelainan neurologi atau penyakit akut. Faktor resiko untuk timbulnya
epilepsi merupakan gambaran kompleks waktu bangkitan. Kejang bermula pda umur
< 12 bulan dengan kejang kompleks terutama bila kesadaran pasca iktal meragukan
maka pemeriksaan CSS sangat diperlukan untuk memastikan kemungkinan adanya
meningitis
4. Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi
CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid
dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui
dengan mudah ion kalium 9 (K+ ) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natriun (Na+ ) dan
elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (CI- ). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel
neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang diluar sel neuron terdapat keadaan
sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan luar sel, maka
terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron.
Untuk menjaga keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim
Na+/K+ATPase yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini
dapat diubah oleh : Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraselular, rangsangan yang
datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya,
perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan (Hardika &
Mahailni, 2019)
Pada keadaan demam kenaikkan suhu 1⁰C akan mengakibatkan kenaikkan
metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3
tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa
hanya 15%. Oleh karena itu kenaikkan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari
membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun
ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian
besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun ke membran sel disekitarnya
dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Tiap anak mempunyai ambang
kejang yang berbeda dan tergantung tinggiu rendahnya ambang kejang seseorang anak
akan menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu (Sari et al., 2021).
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak
meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang demam yang berlangsung lama ( lebih dari 15
menit) biasanya disertai apnea, meningkatkanya kebutuhan oksigen dan energi untuk
kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat
disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang
tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas
otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian diatas adalah
faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang
(Wulandini et al., 2019).
5. Manifestasi klinis
Manifestasi (Purnama Dewi et al., 2019), mengatakan gambaran klinis yang dapat
dijumpai pada pasien dengan kejang demam diantaranya adalah suhu tubuh mencapai
>38⁰C, anak sering hilang kesadaran saat kejang, mata melotot, tungkai dan lengan mulai
kaku, bagian tubuh anak berguncang (gejala kejang bergantung pada jenis kejang), kulit
pucat dan membiru, akral dingin, kedua kaki dan tangan kaku disertai gerakan – gerakan
kejut yang kuat dan kejang – kejang selama 5 menit, intensitas waktu saat kejang juga
sangat bervariasi dari beberapa detik sampai puluhan menit, bola mata terbalik keatas, gigi
terkatup dan muntah.
1. Sistem Pernapasan Pada anak dengan kejang demam laju metabolisme akan meningkat.
Sebagai kompensasi tubuh, pernapasan akan mengalami peningkatan pula sehingga
anak tampak pucat sampai kebiruan terutama pada jaringan perifer (Windawati &
Alfiyanti, 2020).
4. Sistem Muskulosketal Peningkatan suhu tubuh pada anak dengan kejang demam
menyebabkan terjadinya gangguan pada metaboilsme otak. Konsekuensinya,
keseimbangan sel otak pun akan terganggu dan terjadi pelepasan muatan listrik yang
menyebar keseluruh jaringan, sehingga menyebabkan kekakuan otot disekujur tubuh
terutama di anggota gerak.
7. Penatalaksanaan
Menurut (Marwan, 2017), Dalam penanggulangan kejang demam ada beberapa factor
yang perlu dikerjakan yaitu:
Bila pasien datang dalam keadaan status konvulsivus (kejang), obat pilihan
utama yang diberikan adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis
yang diberikan pada pasien kejang disesuaikan dengan berat badan, kurang dari 10
kg 0,5-0,75 mg/kgBB dengan minimal dalam spuit 7,5 mg dan untuk BB diatas 20
kg 0,5 mg/KgBB. Biasanya dosis ratarata yang dipakai 0,3 mg /kgBB/kali dengan
maksimum 5 mg pada anak berumur kurang dari 5 tahun, dan 10 mg pada anak
yang lebih besar.
Setelah kejang diatasi harus disusul pengobatan rumat. Daya kerja diazepan
sangat singkat yaitu berkisar antara 45-60 menit sesudah disuntikan, oleh karena
itu harus diberikan obat antiepileptik dengan daya kerja lebih lama. Lanjutan
pengobatan rumat tergantung daripada keadaan pasien. Pengobatan ini dibagi atas
dua bagian, yaitu pengobatan profilaksis intermiten dan pengobatan profilaksis
jangka panjang.
a) Airway Baringkan pasien ditempat yang rata, kepala dimiringkan dan pasangkan
sudip lidah yang telah dibungkus kasa atau bila ada guedel lebih baik,
Singkirkan benda-benda yang ada disekitar pasien, lepaskan pakaian yang
mengganggu pernapasan (3) berikan O2 boleh sampai 4 L/ mnt.
c) Circulation bila suhu tinggi lakukan kompres hangat secara intensif, setelah
pasien bangun dan sadar berikan minum hangat ( berbeda dengan pasien tetanus
yang jika kejang tetap sadar). Jika dengan tindakan ini kejang tidak segera
berhenti, hubungi dokter apakah perlu pemberian obat penenang.
2) Pencegahan kejang berulang
b) Bila diazepam tidak tersedia, langung dipakai fenobarbital dengan dosis awal
dan selanjutnya diteruskan dengan pengobatan ruma
8.1 Pengkajian
1. Anamnesis
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur,
tempat lahir, asal suku bangsa, agama, nama orang tua, pekerjaan orang tua,
penghasilan orang tua., mengatakan kebanyakan serangan kejang demam terjadi
setelah usia 6 bulan dan biasanya sebelum 3 tahun dengan peningkatan frekuensi
serangan pada anak-anak yang berusia kurang dari 18 bulan (Rasyid et al., 2019).
2. Riwayat kesehatan
3. Pemeriksaan fisik
Pada anak yang mengalami kejang demam di perlukan pemeriksaan fisik untuk
mengetahui apakah ada kelainan yang terjadi pada anak meliputi.
a. Keadaan umum biasnaya anak rewel dan kesadaran compos mentis, dan kerjadi
gejala mengantuk sesaat setelah kebangkitan (Ardian, 2020).
b. Tanda- tanda vital : Suhu : biasanya >38,0⁰C, Respirasi: pada usia < 12 bulan :
biasanya > 49 kali/menit Pada usia 12 bulan - 40 kali/menit, Nadi : biasanya
>100 x/i 3) (Butarbutar, 2017).
c. Berat badan pada anak dengan kejang demam tidak terjadi penurunan berar
badan yang berarti, namun bisanya terjadi kekurangan cairan (Sitohang, 2019).
d. Kepala Biasanya tampak simetris dan tidak ada kelainan yang tampak (Isnaini,
2020).
f. Mulut dan lidah Biasanya mukosa bibir tampak kering, tonsil hiperemis, lidah
tampak kotor (Ardian, 2020).
g. Telinga Biasanya bentuk simetris kiri-kanan, normalnya pili sejajar dengan katus
mata, keluar cairan, terjadi gangguan pendengaran yang bersifat sementara,
nyeri tekan mastoid (Kakalang et al., 2016).
j. Dada meliputi Thoraks : Inspeksi, biasanya gerakan dada simetris, tidak ada
penggunaan otot bantu pernapasan, Palpasi, biasanya vremitus kiri kanan sama,
Auskultasi, biasanya ditemukan bunyi napas tambahan seperti ronchi (Shodikin,
2017).
l. Abdomen biasanya lemas, datar, kembung, dan bising usus diatas normal
(Irdawati, 2016).
m. Ekstermitas : Atas : biasanya tonus otot mengalami kelemahan, CRT > 2 detik,
akral dingin. Bawah : biasanya tonus otot mengalami kelemahan, CRT > 2
detik, akral dingin (Kakalang et al., 2016).
n. Penilaian kekuatan otot : Penilaian Kekuatan Otot Respon Skala : Kekuatan otot
tidak ada : 0 ,Tidak dapat digerakkan, tonus otot ada : 1 ,Dapat digerakkan,
mampu terangkat sedikit : 2 ,Terangkat sedikit < 450 , tidak mampu melawan
gravitasi : 3 ,Bisa terangkat, bisa melawan gravitasi, namun tidak mampu
melawan tahanan pemeriksa, gerakan tidak terkoordinasi : 4 ,Kekuatan otot
normal : 5 (Abidah & Novianti, 2021)
Berdasarkan asesmen dan respons yang diberikan oleh pasien, sebagian besar
diagnosis keperawatan yang sering muncul dalam kejang demam pada anak adalah
(SDKI, 2018) :
Berikut intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada pasien dengan kejang
demam (SIKI, 2018).
a. Pastikan keamanan tempat tidur dan pengguna tempat tidur rendah, anjurkan
anggota keluarga untuk tinggal bersama pasien selama fase kejang, berikan tongue
spatel diantara gigi atas dan bawah, letakkan pasien ditempat yang lembut.
b. Identifikasi penyebab hipertermi, monitor suhu tubuh dan tanda tanda vital untuk
mengetahui keadaan pasien, melakukan pemberian kompres hangat pada area dahi,
axilla, dan lipatan paha, memberikan pendidikan kesehatan tentang kejang demam
dan upaya penanganan pada keluarga, kolaborasi pemberian antipiretik sesuai
dengan kondisi pasien.
c. Anjurkan klien untuk makan makanan bebas serat, beri mereka makanan lunak,
hidrasi melalui infus, dorong pasien untuk minum lebih banyak, dan dorong pasien
untuk makan sedikit tapi sering.
d. Kaji tingkat pengetahuan keluarga, jelaskan penyebab dan akibat serangan demam
pada keluarga, jelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan, berikan pendidikan
kesehatan tentang cara membantu dan mencegah serangan anak, memberikan
pendidikan kesehatan, Selalu menurunkan demam Obat rumah yang harus
dihindari orang yang terinfeksi dan teman-teman serta merawat anak yang
terinfeksi agar suhu tubuhnya tidak naik