KEPERAWATAN ANAK
ALL (AKUT LIMFOBLASTIK LEUKIMIA)
Disusun oleh :
RIZKHY ERWIN H
071211027
Penyebab dari kejang demam menurut Wulandari & Erawati (2016) diantaranya
sebagai berikut.
a. Faktor genetika
Faktor keturunan memegang penting untuk terjadinya kejang demam 25-50 %
anak yang mengalami kejang memiliki anggota keluarga yang pernah mengalami
kejang demam sekurang-kurangnya sekali.
b. Infeksi
1) Bakteri diantaranya penyakit pada traktus respiratorius (pernapasan),
pharyngitis (radang tenggorokan), tonsillitis (amandel), dan otitis media
(infeksi telinga).
2) Virus diantaranya varicella (cacar), morbili (campak), dan dengue (virus
penyebab demam berdarah ).
c. Demam
Kejang demam cenderung timbul dalam 24 jam pertama pada waktu sakit dengan
demam atau pada waktu demam tinggi.
d. Gangguan Metabolisme
Hipoglikemia, gangguan elektrolit (Na dan K) misalnya pada pasien dengan
riwayat diare sebelumnya.
e. Trauma
Kejang demam dapat terjadi karena trauma lahir dan trauma kepala.
3. Fatofisiologi
Menurut Staff pengajar FKUI (2005: 847) sumber energi otak adalah glukosa
yang melalui proses oksidasi menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran
yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu
ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah
oleh ion kalium (K+) yang sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan
elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (CL-). Akibatnya konsentrasi kalium dalam
sel neuron tinggi dan konsentrasi natrium rendah, dan di luar sel neuron terdapat
keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar
sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran
dari neuron. Untuk menjaga keseinibangan potensial ini diperlukan energi dan
bantuan enzim Na-K-ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1°C akan mengakibatkan kenaikan
metabolisms basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20 %. Pada,
usia 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan
dengan orang dewasa hanya 15%. Sehingga kenaikan suhu tubuh dapat
mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan terjadi difusi ion
kalium maupun natrium melalui membran, akibatnya terjadi lepas muatan listrik.
Lepas muatan listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh
sel maupun ke membran sekitarya dan dengan bantuan neurotransmitter
mengakibatkan terjadinya kejang.
Pathway
4. Klasifikasi
c. Muka/ Wajah.
Paralisis fasialis menyebabkan asimetri wajah; sisi yang paresis tertinggal bila
anak menangis atau tertawa, sehingga wajah tertarik ke sisi sehat. Adakah tanda
rhisus sardonicus, opistotonus, strimus. Apakah ada gangguan nervus cranial.
d. Mata
Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil dan
ketajaman penglihatan. Apakah keadaan sklera, konjungtiva.
e. Telinga
Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya infeksi
seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar cairan dari
telinga, berkurangnya pendengaran.
f. Hidung
Apakah ada pernapasan cuping hidung. Polip yang menyumbat jalan napas.
Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya.
g. Mulut
Adakah tanda-tanda sardonicus. Adakah cynosis. Bagaimana keadaan lidah.
Adakah stomatitis. Berapa jumlah gigi yang tumbuh. Apakah ada caries gigi .
h. Tenggorokan
Adakah tanda-tanda peradangan tonsil. Adakah tanda-tanda infeksi faring,
cairan eksudat.
i. Leher
Adakah tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid. Adakah
pembesaran vena jugulans.
j. Thorax
Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan,
frekwensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi Intercostale. Pada auskultasi,
adakah suara napas tambahan.
k. Jantung
Bagaimana keadaan dan frekwensi jantung serta iramanya. Adakah bunyi
tambahan . Adakah bradicardi atau tachycardia.
l. Abdomen
Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen . Bagaimana
turgor kulit dan peristaltik usus. Adakah tanda meteorismus. Adakah pembesaran
lien dan hepar.
m. Kulit
Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya. Apakah
terdapat oedema, hemangioma. Bagaimana keadaan turgor kulit.
n. Ekstremitas
Apakah terdapat oedema, atau paralise terutama setelah terjadi kejang.
Bagaimana suhunya pada daerah akral.
o. Genetalia
Adakah kelainan bentuk oedema, sekret yang keluar dari vagina, tanda-tanda
infeksi.
7. Pemeriksaan Diagnostic
1. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan perjalanan patofisiologi dan manifestasi klinik yang muncul maka
diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan kejang demam adalah:
a. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu tubuh
diatas nilai normal, kulit merah, kejang, takikardi, takipnea, dan kulit teraba
panas.
b. Pola napas tidak efektif behubungan dengan hambatan upaya napas ditandai
dengan dispnea, penggunaan otot bantu napas, fase ekspirasi memanjang, pola
napas abnormal, ortopnea, tekanan ekspirasi menurun, tekanan inspirasi
menurun, dan ekskursi dada berubah.
c. Risiko cedera berhubungan dengan hipoksia jaringan.
DAFTAR PUSTAKA
Betz Cecily L, Sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC.
Sacharin Rosa M. (1996). Prinsip Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa : Maulanny R.F. Jakarta :
EGC.
Arjatmo T.(2001). Keadaan Gawat Yang Mengancam Jiwa. Jakarta : gaya baru
LEMBAR PENGESAHAN
……………., ….…………2019
Nama Pembimbing/CI Nama Mahasiswa
……………………….. …………………………...
NIP. NIM.
Nama Pembimbing/CT
………………………….
NIP.