Anda di halaman 1dari 13

PENGANIAYAAN DAN KEKERASAN PADA ANAK

“Untuk memenuhi tugas mata kuliah intervensi”

Dosen pengampu :

DISUSUSN OLEH :

1. NADIA (01011708)
2. RISKA (01)
3. RISA
4. SISKA

PRODI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita panjatkan kepada kahadirat Allah SWT yang telah memberikan
begitu banyak nikmat yang mana makhluk-Nya pun tidak akan menyadari begitu banyak
nikmat yang telah di dapatkan dari Allah SWT. Selain itu, penulis juga merasa sangat
bersyukur karena telah mendapatkan hidayah-Nya baik iman maupun islam.

Atas karunia dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
pada waktunya. Banyak rintangan dan hambatan yang kami hadapi dalam penyusunan
makalah “Penganiayaan Dan Kekerasan Pada Anak“. Namun berkat kerjasama dari anggota
kelompok kami serta bimbingan dari dosen pembimbing:

sehinga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat
membantu dalam proses pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan para pembaca.
Penulis juga tidak lupa untuk mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan, dorongan, dan doa untuk terselesainya makalah ini.Penulis
menyadari bahwa di dalam makalah ini masih begitu banyak kekurangan-kekurangan dan
kesalahan-kesalahan baik dari isinya maupun dari struktur penulisannya, oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran positif untuk perbaikan dikemudian
hari.Demikian semoga makalah ini memberikan manfaat umumnya pada para pembaca dan
khusunya bagi penulis sendiri, Amin.

Ungaran, 13 Juli 2019

Kelompok 6
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kekerasan dan penganiayaan merupakan dua istilah yang sering digunakan untuk
menggambarkan suatu keadaan yang sama berupa bentuk tindakan yang dilakukan seseorang
terhadap orang lain yang menyebabkan luka baik fisik maupun psikis. Istilah kekerasan
digunakan untuk menggambarkan sebuah perilaku, baik yang terbuka (overt) atau tertutup
(covert) dan baik yang bersifat menyerang (offensive) atau yang bersifat bertahan (deffense)
yang disertai penggunaan kekuatan kepada orang lain.1 Kekerasan dapat dipandang dari tiga
sudut pandang.
Hasil dari kekerasan itu adalah terjadinya cedera fisik ataupun psikis, atau menyebabkan
kematian pada korban. Kekerasan yang demikian merupakan suatu tindakan yang
bertentangan dengan hukum dan masuk dalam kategori kejahatan. Adapun pengertian
penganiayaan berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu perlakuan yang
sewenang-wenang. Dalam KUHP tidak dijelaskan arti dari penganiayaan namun secara
umum kata penganiayaan mengacu pada tindak pidana terhadap tubuh. Dari segi tata bahasa,
penganiayaan adalah suatu kata sifat yang berasal dari kata dasar ""aniaya" yang mendapat
awalan "pe" dan akhiran "an" sedangkan penganiaya itu sendiri berasal dari kata benda yang
berasal dari kata aniaya yang menunjukkan subyek atau pelaku penganiayaan itu.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian penganiayaan dan kekerasan pada anak
2. Macam –macam bentuk kekerasan pada anak
3. Dampak kekerasan pada anak
4. faktor-faktor terjadinya kekerasan terhadap anak
5. Pencegahan dan penanggulangan kekerasan pada anak
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian penganiayaan dan kekerasan pada anak
2. Untuk mengetaghui macam –macam bentuk kekerasan pada anak
3. Untuk mengetahui dampak kekerasan pada anak
4. Untuk mengetahui faktor-faktor terjadinya kekerasan terhadap anak
5. Untuk mengetahui pencegahan dan penanggulangan kekerasan pada anak
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENEGRTIAN KEKERASAN DAN PENGANIAYAAN PADA ANAK

Kekerasan terhadap anak adalah tindak kekerasan secara fisik, seksual, penganiyaan
emosional, atau pengabaian terhadap anak. Di Amerika Serikat, Pusat Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit (CDC) mendefinisikan penganiayaan anak sebagai setiap tindakan atau
serangkaian tindakan wali atau kelalaian oleh orang tua atau pengasuh lainnya yang
dihasilkan dapat membahayakan, atau berpotensi bahaya, atau memberikan ancaman yang
berbahaya kepada anak. Sebagian besar terjadi kekerasan terhadap anak di rumah anak itu
sendiri dengan jumlah yang lebih kecil terjadi di sekolah, di lingkungan atau organisasi
tempat anak berinteraksi.

Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang
masih dalam kandungan. Tindak kekerasan terhadap anak merupakan kondisi yang sudah ada
sejak lama di tengah-tengah masyarakat, tidak mengenal wilayah, suku, agama atau tingkat
ekonomi, dan hampir ada pada semua lapisan masyarakat. Tindak kekerasan terhadap anak
saat ini umumnya masih dianggap urusan domestik keluarga atau urusan rumah tangga yang
bersangkutan sehingga orang luar tidak boleh atau tidak mau ikut campur.

B. MACAM-MACAM BENTUK KEKERASAN PADA ANAK

Dalam masyarakat, tindak kekerasan yang terjadi pada anak dapat dikelompokkan ke dalam
bentuk-bentuk tindak kekerasan berdasarkan dampak yang diderita oleh anak. Bentuk-bentuk
tindak kekerasan tersebut sebagai berikut :

1. Tindak kekerasan fisik


Yaitu tindak kekerasan yang diarahkan secara fisik kepada anak, sehingga anak
merasa tidak nyaman dengan tindakan tersebut. Beberapa jenis tindak kekerasan fisik
yang dialami anak antara lain ditendang, dipukul, didorong, dicekik, dijambak
rambutnya, diracuni, dibenturkan ke tembok, diguncang, disiram dengan air panas,
ditenggelamkan, dilempar dengan barang, dan lain-lainnya.
2. Tindak kekerasan psikis
Yaitu tindak kekerasan yang diarahkan pada psikis anak yang mengakibatkan
terganggunya emosional anak sehingga dapat mempengaruhi tumbuh kembangnya.
Jenis tindak kekerasan psikis antara lain menggertak, mengancam, menakuti,
menggunakan kata-kata kasar, mencemooh, menghina, memfitnah, mengontrol
aktivitas sosial secara tidak wajar, menyekap, memutuskan hubungan sosial secara
paksa, mengontrol atau menghambat pembicaraan, membatasi kegiatan keagamaan
yang diyakini oleh seorang anak dan lain sebagainya.
3. Tindak kekerasan seksual
Yaitu tindak kekerasan yang dialami oleh anak yang diarahkan pada alat
reproduksinya, sehingga mengakibatkan terganggunya tumbuh kembang anak secara
fisik, psikis maupun sosial anak. Jenis tindak kekerasan seksual tersebut antara lain
hubungan seksual secara paksa/tidak wajar (pemerkosaan/percobaan pemerkosaan,
incest, sodomi), penjualan anak untuk pelacuran/ pornografi, pemaksaan untuk
menjadi pelacur, atau pencabulan/ pelecehan seksual serta memaksa anak untuk
menikah.
4. Penelantaran
Yaitu tindak kekerasan yang dialami anak baik disengaja atau tidak sengaja, yang
mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang
secara fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual dari orang yang memiliki hak
atau kewenangan mengasuh anak tersebut. Jenis penelantaran tersebut antara lain
pengabaian terhadap kebutuhan dan keinginan anak, membiarkan anak melakukan hal
– hal yang membahayakan anak, lalai dalam pemberian asupan gizi atau layanan
kesehatan, pengabaian pemberian pendidikan yang tepat bagi anak, pengabaian
pemberian perhatian dan kasih sayang dan tindakan pengabaian lainnya.
5. Perlakuan salah terhadap anak
Yaitu semua bentuk tindak kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh mereka yang
seharusnya bertanggung jawab dan/atau mereka yang memiliki kuasa atas anak, yang
seharusnya dapat dipercaya yaitu orang tua, keluarga dekat, guru, pembina, aparat
penegak hukum, pengasuh dan pendamping. Contoh bentuk perlakuan salah terhadap
anak antara lain dalam hal kedisiplinan murid atau anak, orangtua atau guru
menyuruh anak melakukan hal-hal yang memalukan bagi anak misalnya menyuruh
anak berdiri di depan sambil mengangkat kakinya, atau orang tua sambil bercanda
memperkenalkan anak kepada tamu dengan julukan tertentu.
C. FAKTOR-FAKTOR TERJADINYA KEKERASAN TERHADAP ANAK
Terjadinya kekerasan terhadap anak disebabkan oleh berbagai faktor yang dapat
mempengaruhinya. Kegagalan dalam proses pemenuhan kebutuhan anak akan
berdampak negatif bagi pertumbuhan fisik dan perkembangan intelektual, mental dan
sosial anak. Seorang psikiater terkenal, yakni Dadang Hawari berpendapat bahwa
tumbuh kembang anak seutuhnya dipengaruhi oleh empat faktor yang saling
berinteraksi antara yang satu dengan yang lainnya, yaitu : faktor organobiologik,
psiko-edukatif, sosial-budaya, dan spiritual (agama). Anak akan tumbuh dan
berkembang secara sehat apabila keempat faktor tersebut terpenuhi dengan baik. Hal
ini sesuai dengan pengertian ”sehat” oleh Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO,
1984), yang menyebutkan bahwa yang disebut ”sehat” itu adalah sehat dalam fisik,
psikologis, sosial, dan spiritual.8 Interaksi dari keempat faktor tersebut antara lain :
1. Faktor Organobiologik
Perkembangan mental-intelektual (taraf kecerdasan) dan mental emosional (taraf
kesehatan jiwa) banyak ditentukan sejauh mana perkembangan susunan saraf
pusat (otak) dan kondisi fisik organ tubuh lainnya. Tumbuh kembang anak secara
fisik sehat, memerlukan gizi yang baik dan bermutu.
2. Faktor Psiko-Edukatif
Tumbuh kembang anak secara kejiwaan (mental intelektual dan mental emosional
yaitu IQ dan EQ), yang dipengaruhi oleh sikap cara, dan kepribadian orangtua
dalam mendidik anak-anaknya. Dimana dalam tumbuh kembang anak terjadi
proses ”imitasi” dan ”identifikasi” anak terhadap kedua orangtuanya. Tumbuh
kembang anak memerlukan makanan yaitu makanan yang bergizi untuk
pertumbuhan otak dan fisiknya, gizi mental yaitu berupa kasih-sayang, perhatian,
pendidikan dan pembinaan yang bersifat kejiwaan atau psikologi (non fisik).
3. Faktor Sosial Budaya
Faktor ini penting bagi tumbuh kembang anak dalam proses pembentukan
kepribadian kelak di kemudian hari. Perubahan-perubahan sosial yang serba cepat
sebagai konskuunsi globalissi, modernisasi, industrialisasi, sains, dan teknologi
telah mengakibatkan perubahan pada nilai kehidupan sosial budaya, yakni
perubahan pada nilai moral, etik, kaidah agama dalam pendidikan anak di rumah,
pergaulan serta dalam perkawinan, dan pada akhirnya terjadi pergeseran pada
hidup dari semula bercorak sosial religius kepada pola individual materialistis dan
sekuler.

4. Faktor Agama
Meskipun perubahan sosial budaya tersebut terjadi, maka pendidikan agama
hendaknya tetap diutamakan. Sebab di dalam pendidikan agama terkandung nilai-
nilai moral, etik dan pedoman hidup sehat yang universal dan abadi sifatnya.
Orang tua mempunyai tanggung jawab yang besar bagi pertumbuhan anaknya. Di
samping beberapa faktor tersebut di atas, terjadinya kekerasan terhadap anak
disebabkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya. Faktor yang
mempengaruhi demikian kompleks, seperti yang dijelaskan oleh beberapa
pendapat berikut. Menurut Suharto, kekerasan terhadap anak umumnya
disebabkan oleh faktor internal yang berasal dari anak itu sendiri maupun faktor
eksternal yang berasal dari kondisi keluarga dan masyarakat, seperti.
a. Anak mengalami cacat tubuh, retardasi mental, gangguan tingkah laku,
autisme, anak terlalu lugu, memiliki temperamen lemah, ketiaktahuan
anak akan hak-haknya, anak terlalu bergantung pada orang dewasa.
b. Kemiskinan keluarga, orang tua menganggur, penghasilan tidak cukup,
banyak anak.
c. Keluarga tunggal atau keluarga pecah (broken home), misalnya
perceraian, ketiadaaan ibu untuk jangka panjang atau keluarga
tanpa ayah dan ibu tidak mampu memenuhi kebutuhan anak secara
ekonomi
d. Faktor keluarga yang kurang matang secara psikologi, ketidaktahuan cara
mendidik anak, harapan orang tua yang tidak realistis, anak yang tidak
diinginkan (unwanted child), serta anak yang lahir di luar nikah
e. Gangguan mental pada salah satu atau kedua orangtua, sehingga tidak
mampu merawat dan mengasuh anak karena gangguan emosional, depresi.
f. Kondisi lingkungan sosial yang buruk, pemukiman kumuh, sikap acuh tak
acuh terhadap tindakan eksploitasi, pandangan terhadap nilai anak yang
terlalu rendah, meningkatnya paham ekonomi upah, lemahnya perangkat
hukum dan tidak adanya mekanisme kontrol sosial yang stabil.
D. DAMPAK KEKERASAN PADA ANAK

Tindak kekerasan terhadap anak dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak.

1. Tindak kekerasan fisik


Bagi anak-anak yang mengalami tindak kekerasan secara fisik akan terlihat perubahan
bentuk fisik, misalnya lebam pada permukaan kulit, memar, luka, patah tulang,
sehingga berdampak pada kecacatan, kehilangan fungsi alat tubuh atau indra,
kerusakan pada organ reproduksi anak bahkan kematian.
2. Tindak kekerasan psikis
Anak-anak yang mengalami tindak kekerasan secara psikis dapat mengalami
gangguan kejiwaan mulai dari tingkat yang ringan sampai berat, kehilangan
kepercayaan diri dalam pergaulan sosial, tidak peduli pada orang lain dan lingkungan,
menyendiri, menjadi pendendam, mengalami stress bahkan depresi.
3. Tindak kekerasan seksual
Anak yang mengalami kekerasan seksual dapat terinfeksi penyakit yang dapat
menyebabkan gangguan fungsi reproduksi, termasuk HIV/AIDS. Ketika memasuki
jenjang perkawinan anak tidak dapat menikmati kehidupan seksualnya. Secara
kejiwaan, anak akan mengalami trauma yang sangat berat, sehingga sebagian besar
anakanak itu mengalami depresi, tidak percaya diri karena kehilangan kesucian, rasa
takut yang berkepanjangan, gangguan emosional, kecemasan akan masa depan,
bahkan ada yang ingin mencoba bunuh diri hidup karena merasa hidupnya sia-sia.
4. Penelantaran Tindak kekerasan
Dalam bentuk penelantaran berdampak tidak terpenuhinya hak-hak dasar anak seperti
hak memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan, dan perlindungan. Kondisi
demikian menyebabkan tumbuh kembang anak menjadi terganggu,anak menjadi tidak
peduli pada orang lain, tidak percaya diri, dan mengalami gangguan emosional.

E. PENCEGAHAN KEKERASAN PADA ANAK

Pencegahan tindak kekerasan terhadap anak merupakan upaya yang harus dilakukan oleh
semua pihak, baik negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, maupun anak itu sendiri.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga Pasal 15 menyatakan bahwa “Setiap orang yang mendengar, melihat, atau
mengetahui terjadinya tindak kekerasan dalam rumah tangga wajib melakukan upaya-upaya
sesuai dengan batas kemampuannya untuk: a. mencegah berlangsungnya tindak pidana; b.
memberikan perlindungan kepada korban; c. memberikan pertolongan darurat; dan d.
membantu proses pengajuan permohonan penetapan perlindungan.

Upaya pencegahan tindak kekerasan terhadap anak dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:

Di Lingkungan Keluarga

1. Peningkatan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.


2. Peningkatan pemahaman tentang hak asasi manusia, hak-hak anak, dan kesetaraan
gender
3. Peningkatan kesadaran hukum dan dampak tindak kekerasan terhadap anak.
4. Pengintegrasian program pencegahan tindak kekerasan terhadap anak dalam program
pemberdayaan keluarga.
5. Penerapan pola pengasuhan anak yang bebas dari tindak kekerasan, dan penguatan
pendidikan anti tindak kekerasan sejak dini di tingkat keluarga.

Di lingkungan Masyarakat

1. Peningkatan pemahaman tentang hak asasi manusia, hak-hak anak, dan kesetaraan
gender.
2. Peningkatan kesadaran masyarakat tentang hukum dan dampak tindak kekerasan
terhadap anak.
3. Pengintegrasian program pencegahan tindak kekerasan terhadap anak dalam program
pemberdayaan masyarakat.
4. Penguatan peran komunitas peduli anak melalui pelatihan pola pengasuhan anak.
5. Mendorong upaya penegakan ketentuan Peraturan Perundangundangan Republik
Indonesia untuk mencegah tindak kekerasan terhadap anak. Pada pelaksanaannya,
pencegahan tindak kekerasan terhadap anak dalam keluarga dapat dilakukan dengan
mengintegrasikannya dalam pola pengasuhan yang bebas dari tindak kekerasan.
Sedangkan peran serta masyarakat dalam pencegahan tindak kekerasan terhadap anak
bisa dilakukan melalui pola penguatan komunitas peduli anak.
F. PENANGANAN

Penanganan tindak kekerasan terhadap anak telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Negara
Pemberdayaan Perempuan Nomor 01 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Layanan Terpadu Bagi Perempuan dan Anak Korban Tindak Kekerasan yang
meliputi lima jenis layanan sebagai berikut:

1. Layanan Pengaduan Layanan pengaduan/identifikasi korban adalah layanan pertama


yang diberikan kepada dan didapat oleh korban pada waktu memasuki lembaga
layanan. Layanan pengaduan berbentuk proses identifikasi kondisi korban, asesmen,
persiapan penanganan untuk korban, dan rencana intervensi atau tindakan yang
diperlukan oleh korban.
2. Layanan kesehatan Layanan kesehatan adalah pemulihan korban dari gangguan
kesehatan yang dideritanya, baik fisik maupun psikis. Jenis layanan berupa :
a. pelayanan non kritis
b. pelayanan semi kritis
c. pelayanan kritis
d. pelayanan medikolegal
Pemberian layanan ini dilakukan oleh dokter, dokter gigi, perawat atau bidan yang
telah dilatih tentang tata laksana kasus tindak kekerasan terhadap perempuan dan
anak. Pelayanan spesialistik dilakukan oleh tenaga medis spesialistik, ada pun tata
laksana pelayanan medis mengacu pada Panduan Pengembangan Puskesmas Mampu
KTP/A dan Prosedur Standar Operasional (SOP) rumah sakit.
3. Layanan rehabilitasi sosial Rehabilitasi sosial adalah layanan yang ditujukan untuk
memulihkan dan mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi
sosial, agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya kembali secara wajar. Dalam
Rehabilitasi Sosial korban mendapat layanan :
a. kontrak sosial
b. konseling awal
c. konseling lanjutan
d. bimbingan mental dan spiritual
e. pendampingan
f. rujukan
Layanan tersebut dilakukan oleh pekerja sosial, psikolog sosial, psikolog klinis,
petugas konseling terlatih. Pada kasus tertentu dimana korban mengalami depresi
berat, dilakukan penanganan oleh psikiater. Ada pun tata laksana pelayanan
psikososial mengacu pada Prosedur Standar Operasional (SOP) masing-masing
tempat pelayanan.
4. Layanan bantuan hukum Bantuan hukum adalah layanan yang diberikan oleh
pendamping, maupun aparat penegak hukum, yang meliputi pemberian konsultasi
hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela dan melakukan
tindakan hukum lain untuk korban tindak kekerasan. Layanan bantuan hukum
diberikan dalam bentuk:
a. perlindungan saksi dan korban
b. Berita Acara Pemeriksaan (BAP)
c. Penuntutan
d. Putusan
e. Restitusi
G. PERAN PERAWAT TERHADAP KEKERASAN DAN PENGANIAYAAN PADA
ANAK
a. Jika anak itu ada cidera fisik setelah adanya kekerasan atau penganiayaan pada
anak tersebut peran perawat yang lebih utrama menangani luka fisiknya
b. Peran perawat yang kedua sebagai advokasi juga dapat melindungianak
sehingga membantu pihak kepolisian dan komisi perlindungan anak indonesia
(KPAI) untuk mencegah terjadinya kekerasan pada anak
c. Memberikan terapi bermain kepada anak tersebut agar tidak mengalami
trauma setelah adanya kekerasan ataiu penganiayaan pada anak
d. Mengajak pada pendekatan dengan teman sebayanya
e. Perawat komunikasi dengan orang tua agar tidak terjadi kekerasan pada anak
yang berulang.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kekerasan terhadap anak adalah tindak kekerasan secara fisik, seksual, penganiyaan
emosional, atau pengabaian terhadap anak. Penganiayaan anak sebagai setiap
tindakan atau serangkaian tindakan wali atau kelalaian oleh orang tua atau pengasuh
lainnya yang dihasilkan dapat membahayakan, atau berpotensi bahaya, atau
memberikan ancaman yang berbahaya kepada anak. Dampak kekerasan pada anak
terdiri tindak kekerasan fisik, tindak kekerasan psikis, tindak kekerasan seksual,
penelantaran, tindak kekerasan.
B. SARAN
Saran dari kelompok, kita sebagai orang yang lebih dewasa harus menjaga anak-anak
agar tidak masuk kedalam kekerasan, dan untuk orang tua agar lebih menjaga anak-
anaknya dimanapun anak itu berada, serta lebih berhati-hati ketika ada permasalahn
dalam di dalam keluarga agar tidak membawa anak tersebut dalam permasalahan
kedua orang tuanya.
DAFTAR PUSTAKA

Soekresno. 2007. Mengenali Dan Mencegah Terjadinya TindakKekerasan Terhadap Anak.

Abu, Huraerah. 2006. Kekerasan Terhadap Anak Jakarta : Nuansa,Emmy.

Wadong, Maulana Hassan, (2000) Pengantar Advokasi dan Hukum Perlindungan Anak, Jakarta: PT.
Gramedia Indonesia, Jakarta 2000.

UU PA No. 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak

Anda mungkin juga menyukai