Anda di halaman 1dari 24

BAB III

KONSEP MEDIK KDS


( KEJANG DEMAM SIMPLEK)

A. Konsep Medik KDS


1. Definisi
Kejang demam adalah perubahan aktivitas motorik atau behavior yang
bersifat paroksimal dan dalam waktu terbatas akibat dari adanya aktifitas
listrik abnormal di otak yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (Widagno,
2012). Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada suhu badan tinggi
(kenaikkan suhu tubuh diatas 38⁰C) karena terjadi kelainan ektrakranial.
Kejang demam atau febrile convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi
pada kenaikkan suhu tubuh yang disebabkan oleh proses ekstrakranium
(Lestari, 2016). Jadi dapat disimpulkan, kejang demam adalah gangguan yang
terjadi akibat dari peningkatan suhu tubuh anak yang dapat menyebabkan
kejang yang diakibatkan karena proses ekstrakranium.
2. Etiologi
Hingga kini belum diketahui pasti penyebab kejang demam. Demam
sering disebabkan infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, pneumonia,
dan infeksi saluran kemih (Lestari, 2016). Menurut Ridha (2014),
mengatakan bahwa faktor resiko terjadinya kejang demam diantaranya : a.
Faktor-faktor prinatal b. Malformasi otak congenital c. Faktor genetika d.
Demam e. Gangguan metabolisme f. Trauma g. Neoplasma h. Gangguan
Sirkulasi
3. Klasifikasi
Klasifikasi Pedoman mendiagnosis kejang demam menurut Livingstone :
a. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun
b. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit
c. Kejang bersifat umum
d. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam

1
e. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
f. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal
tidak menunjukkan kelainan
g. Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali Kejang
demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari tujuh kriteria tersebut
(modifikasi livingstone) digolongkan pada kejang demam kompleks.
(Ngastiyah, 2012).`
Widagno (2012), mengatakan berdasarkan atas studi epidemiologi, kejang
demam dibagi 3 jenis, yaitu :
a. Kejang demam sederhana (simple febrile convulsion), biasanya
terdapat pada anak umur 6 bulan sampai 5 tahun, disertai kenaikan
suhu tubuh yang mencapai ≥ 39⁰C. Kejang bersifat umum dan
tonik-klonik, umumnya berlangsung beberapa detik/menit dan
jarang sampai 15 menit. Pada akhir kejang kemudian diakhiri
dengan suatu keadaan singkat seperti mengantuk (drowsiness), dan
bangkitan kejang terjadi hanya sekali dalam 24 jam, anak tidak
mempunyai kelainan neurologik pada pemeriksaan fisis dan
riwayat perkembangan normal, demam bukan disebabkan karena
meningitis atau penyakit lain dari otak.
b. Kejang demam kompleks (complex or complicated febrile
convulsion) biasanya kejang terjadi selama ≥ 15 menit atau kejang
berulang dalam 24 jam dan terdapat kejang fokal atau temuan fokal
dalam masa pasca bangkitan. Umur pasien, status neurologik dan
sifat demam adalah sama dengan kejang demam sederhana. 9
Poltekkes Kemenkes Padang
c. Kejang demam simtomatik (symptomatic febrile seizure) biasanya
sifat dan umur demam adalah sama pada kejang demam sederhana
dan sebelumnya anak mempunyai kelainan neurologi atau penyakit
akut. Faktor resiko untuk timbulnya epilepsi merupakan gambaran
kompleks waktu bangkitan. Kejang bermula pda umur < 12 bulan
dengan kejang kompleks terutama bila kesadaran pasca iktal

2
meragukan maka pemeriksaan CSS sangat diperlukan untuk
memastikan kemungkinan adanya meningitis.
4. Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah
menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari
permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam
keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah ion kalium
(K+ ) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natriun (Na+ ) dan elektrolit lainnya,
kecuali ion klorida (CI- ). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron
tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang diluar sel neuron terdapat keadaan
sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan luar sel,
maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran
dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran diperlukan
energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh : a. Perubahan
konsentrasi ion diruang ekstraselular b. Rangsangan yang datang mendadak
misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya c. Perubahan
patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan Pada
keadaan demam kenaikkan suhu 1⁰C akan mengakibatkan kenaikkan
metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%.
Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh
dibandingkan dengan orang dewasa hanya 15%. Oleh karena itu kenaikkan
suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan
dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium
akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian
besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun ke membran sel
disekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Tiap anak
mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung tinggiu
rendahnyaambang kejang seseorang anak akan menderita kejang pada
kenaikan suhu tertentu. Kejang demam yang berlangsung singkat pada
umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang

3
demam yang berlangsung lama ( lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea,
meningkatkanya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skeletal
yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan
oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang
tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya
aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian
kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron
otak selama berlangsungnya kejang (Lestari, 2016 & Ngastiyah, 2012).
5. Patway

4
Infeksi bakteri rangsang mekanik dan biokimia.
Virus dan parasit gangguan keseimbangan cairan&elektrolit

Reaksi inflamasi perubahan konsentrasi ion


di ruang ekstraseluler
Proses demam
Ketidakseimbangan kelainan neurologis

Hipertermia potensial membran perinatal/prenatal


ATP ASE
Resiko kejang berulang
difusi Na+ dan K+

nausea

Pengobatan perawatan

Kondisi, prognosis, lanjut kejang resiko cedera


Dan diit

Kurang informasi, kondisi kurang dari lebih dari 15 menit


Prognosis/pengobatan 15 menit
Dan perawatan perubahan suplay
Tidak menimbulkan Darah ke otak

Defisit pengetahuan/ gejala sisa


Inefektif
Penatalaksanaan kejang resiko kerusakan sel
Cemas Neuron otak
Cemas

5
Risiko Perfusi jaringan cerebral tidak efektif

6
6. Manifestasi
Dewanto (2009), mengatakan gambaran klinis yang dapat dijumpai pada
pasien dengan kejang demam diantaranya :
a. Suhu tubuh mencapai >38⁰C
b. Anak sering hilang kesadaran saat kejang
c. mata mendelik, tungkai dan lengan mulai kaku, bagian tubuh anak
d. berguncang (gejala kejang bergantung pada jenis kejang)
e. Kulit pucat dan membiru
f. Akral dingin
7. Komplikasi
a. Sistem Pernapasan.
Pada anak dengan kejang demam laju metabolisme akan meningkat.
Sebagai kompensasi tubuh, pernapasan akan mengalami peningkatan
pula sehingga anak tampak pucat sampai kebiruan terutama pada
jaringan perifer (Brunner & Suddart, 2013).
b. Sistem Thermogulasi
Masuknya Exogenus dan virogenus ke selaput otak akan menstimulasi
sel host inflamasi.hipotalamus akan menghasilkan “set poin”. Demam
terjadi karena adanya gangguan pada “set poin”. Mekanisme tubuh
secara fisiologis pada anak dengan kejang demam mengalami
vasokontriksi perifer sehingga suhu tubuh meningkat. (Suriadi &
yuliani, 2010).
c. Sistem Neurologis
Kurangnya suplai oksigen ke otak akan menyebabkam iskemik
jaringan otak, bila tidak diatasi segera akan menyebabkan hipertrofi
pada jaringan otak yang beresiko pada abses serebri. Keluhan yang
muncul pada anak kejang demam kompleks adalah penurunan
kesadaran (Muttaqin, 2008).

7
d. Sistem Muskulosketal
Peningkatan suhu tubuh pada anak dengan kejang demam
menyebabkan terjadinya gangguan pada metaboilsme otak.
Konsekuensinya, keseimbangan sel otak pun akan terganggu dan
terjadi pelepasan muatan listrik yang menyebar keseluruh jaringan,
sehingga menyebabkan kekakuan otot disekujur tubuh terutama di
anggota gerak.
8. Uji Laboratorium dan Diagnostik

1. Elektroensefalogram (EEG) : dipakai


unutk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.

2. Pemindaian CT : menggunakan kajian


sinar X yang lebih sensitif dari biasanya untuk
mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI) :
menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan
magnetik dan gelombang radio, berguna untuk
memperlihatkan daerah–daerah otak yang tidak jelas
terlihat bila menggunakan pemindaian CT
4. Pemindaian Positron Emission
Tomography (PET) : untuk mengevaluasi kejang yang
membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi,
perubahan metabolik atau aliran darah dalam otak

8
5. Uji laboratorium
a. Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
b. Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit
c. Panel elektrolit
d. Skrining toksik dari serum dan urin
e. AGD
f. Kadar kalsium darah
g. Kadar natrium darah
h. Kadar magnesium darah
9. Penatalaksanaan
Ngastiyah (2012), Dalam penanggulangan kejang demam ada beberapa faktor yang
perlu dikerjakan yaitu:
a. Penatalaksanaan Medis
1) Memberantas kejang secepat mungkin.
Bila pasien datang dalam keadaan status konvulsivus (kejang), obat
pilihan utama yang diberikan adalah diazepam yang diberikan secara
intravena. Dosis yang diberikan pada pasien kejang disesuaikan dengan
berat badan, kurang dari 10 kg 0,5-0,75 mg/kgBB dengan minimal dalam
spuit 7,5 mg dan untuk BB diatas 20 kg 0,5 mg/KgBB. Biasanya dosis
rata-rata yang dipakai 0,3 mg /kgBB/kali dengan maksimum 5 mg pada
anak berumur kurang dari 5 tahun, dan 10 mg pada anak yang lebih besar.
Setelah disuntikan pertama secara intravena ditunggu 15 menit, bila masih
kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga melalui
intravena. Setelah 15 menit pemberian suntikan kedua masih kejang,
diberikan suntikan ketiga denagn dosis yang sama juga akan tetapi
pemberiannya secara intramuskular, diharapkan kejang akan berhenti. Bila
belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 %
secara intravena. Efek samping dari pemberian diazepan adalah
mengantuk, hipotensi, penekanan pusat pernapasan. Pemberian diazepan
melalui intravena pada anak yang kejang seringkali menyulitkan, cara
pemberian yang mudah dan efektif adalah melalui rektum. Dosis yang

9
diberikan sesuai dengan berat badan ialah berat badan dengan kurang dari
10 kg dosis yang diberikan sebesar 5 mg, berat lebih dari 10 kg diberikan
10 mg. Obat pilihan pertama untuk menanggulangi kejang atau status
konvulsivus yang dipilih oleh para ahli adalah difenilhidantion karena
tidak mengganggu kesadaran dan tidak menekan pusat pernapasan, tetapi
dapat mengganggu frekuensi irama jantung.
2) Pengobatan penunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan pengobatan
penunjang yaitu semua pakaian ketat dibuka, posisi kepala sebaiknya
miring untuk mencegah aspirasi isi lambung, usahakan agar jalan napas
bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen. Fungsi vital seperti kesadaran,
suhu, tekanan darah, pernapasan dan fungsi jantung diawasi secara ketat.
Untuk cairan intravena sebaiknya diberikan dengan dipantau untuk
kelainan metabolik dan elektrolit. Obat untuk hibernasi adalah
klorpromazi 2-. Untuk mencegah edema otak diberikan kortikorsteroid
dengan dosis 20-30 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis atau sebaiknya
glukokortikoid misalnya dexametason 0,5-1 ampul setiap 6 jam sampai
keadaan membaik.
3) Memberikan pengobatan rumat
Setelah kejang diatasi harus disusul pengobatan rumat. Daya kerja
diazepan sangat singkat yaitu berkisar antara 45-60 menit sesudah
disuntikan, oleh karena itu harus diberikan obat antiepileptik dengan daya
kerja lebih lama. Lanjutan pengobatan rumat tergantung daripada keadaan
pasien. Pengobatan ini dibagi atas dua bagian, yaitu pengobatan
profilaksis intermiten dan pengobatan profilaksis jangka panjang.
4) Mencari dan mengobati penyebab
Penyebab kejang demam sederhana maupun epilepsi yang diprovokasi
oleh demam biasanya adalah infeksi respiratorius bagian atas dan otitis
media akut. Pemberian antibiotik yang adekuat perlu untuk mengobati
penyakit tersebut. Secara akademis pasien kejang demam yang datang
untuk pertama kali sebaliknya dilakukan pungsi lumbal untuk

10
menyingkirkan kemungkinan adanya faktor infeksi didalam otak misalnya
meningitis.
b. Penatalaksanaan keperawatan
Pengobatan fase akut
1) Airway
Hal yang perlu diperhatikan: Baringkan pasien ditempat yang rata, kepala
dimiringkan dan pasangkan sudip lidah yang telah dibungkus kasa atau
bila ada guedel lebih baik. Singkirkan benda-benda yang ada disekitar
pasien, lepaskan pakaian yang mengganggu pernapasan. Memberikan O2
boleh sampai 4 L/ mnt.
2) Breathing
Isap lendir sampai bersih
3) Circulation
Bila suhu tinggi lakukan kompres hangat secara intensif. Setelah pasien
bangun dan sadar berikan minum hangat (berbeda dengan pasien tetanus
yang jika kejang tetap sadar). Jika dengan tindakan ini kejang tidak segera
berhenti, hubungi dokter apakah perlu pemberian obat penenang.
Pencegahan kejang berulang
a) Segera berikan diazepam intravena, dosis rata-rata 0,3mg/kgBB
atau diazepam rektal. Jika kejang tidak berhenti tunggu 15 menit
dapat diulang dengan dengan dosis dan cara yang sama.
b) Bila diazepan tidak tersedia, langung dipakai fenobarbital
dengan dosis awal dan selanjutnya diteruskan dengan
pengobatan rumat.
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Menurut Riyadi & Sukarmin (2013) terdapat 3 pengkajian yang harus di lakukan,
antara lain:
a. Riwayat Pengkajian Pada anak kejang demam riwayat yang menonjol adalah
adanya demam yang di alami oleh anak (suhu rektal di atas 38ºC). Demam ini
dilatarbelakangi adanya penyakit lain yang terdapat pada luar kranial seperti

11
tonsilitis, faringitis. Sebelum serangan kejang pada pengkajian status kesehatan
biasanya anak tidak mengalami kelainan apa-apa. Anak masih menjalani aktivitas
sehari-hari seperti biasanya.
b. Pengkajian Fungsional Pengkajian fungsional yang sering mengalami gangguan
adalah terjadi penurunan kesadaran anak dengan tiba-tiba sehingga kalau di
buktikan dengan tes GCS skor yang di hasilkan berkisar antara 5 sampai 10
dengan tingkat kesadaran dari apatis sampai somnolen atau mungkin dapat koma.
Kemungkinan ada gangguan jalan nafas yang di buktikan dengan peningkatan
frekwensi pernapasan >30 x/menit dengan irama cepat dan dangkal, lidah terlihat
menekuk menutup faring. Pada kebutuhan rasa aman dan nyaman anak
mengalami gangguan kenyamanan akibat hipertermi, sedangkan keamanan terjadi
ancaman karena anak mengalami kehilangan kesadaran yang tiba-tiba beresiko
terjadinya cidera secara fisik maupun fisiologis. Untuk pengkajian pola kebutuhan
atau fungsi yang lain kemungkinan belum terjadi gangguan kalau ada mungkin
sebatas ancaman seperti penurunan personal hygiene, aktivitas, intake nutrisi.
c. Pengkajian Tumbuh Kembang Anak Secara umum kejang demam tidak
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. Ini di pahami dengan catatan
kejang yang di alami anak tidak terlalu sering terjadi atau masih dalam batasan
yang dikemukakan oleh Livingstone (1 tahun tidak lebih dari 4 kali) atau penyakit
yang melatarbelakangi timbulnya kejang seperti tonsilitis, faringitis, segera dapat
di atasi. Kalau kondisi tersebut tidak terjadi anak dapat mudah mengalami
keterlambatan pertumbuhan misalnya berat badan yang kurang karena ketidak
cukupan nutrisi sebagai dampak anoreksia, tinggi badan yang kurang dari umur
semestinya sebagai akibat penurunan asupan mineral. Selain gangguan
pertumbuhan sebagai dampak kondisi atas anak juga dapat mengalami gangguan
perkembangan seperti penurunan kepercayaan diri akibat sering kambuhnya
penyakit sehingga anak lebih banyak berdiam diri bersama ibunya kalau di
sekolah, tidak mau berinteraksi dengan teman sebaya. Saat dirawat di rumah sakit
anak terlihat pendiam, sulit berinteraksi dengan orang yang ada di sekitar, jarang
menyentuh mainan. Kemungkinan juga dapat terjadi gangguan perkembangan
yang lain seperti penurunan kemampuan motorik kasar (meloncat, berlari).

12
Pengkajian menurut Judha & Nazwar (2011) adalah pendekatan sistemik untuk
mengumpulkan data dan menganalisa, sehingga dapat diketahui kebutuhan perawatan
pasien tersebut. Langkahlangkah dalam pengkajian meliputi pengumpulan data,
analisa dan sintesa data serta perumusan diagnosa keperawatan. Pengumpulan data
akan menentukan kebutuhan dan masalah kesehatan atau keperawatan yang meliputi
kebutuhan fisik, psikososial dan lingkungan pasien. Sumber data didapatkan dari
pasien, keluarga, teman, team kesehatan lain, catatan pasien dan hasil pemeriksaan
laboratorium. Metode pengumpulan data melalui observasi (yaitu dengan cara
inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi), wawancara (yaitu berupa percakapan untuk
memperoleh data yang diperlukan), catatan (berupa catatan klinik, dokumen yang
baru maupun yang lama), literatur (mencakup semua materi, buku-buku, masalah dan
surat kabar). Pengumpulan data pada kasus kejang demam ini meliputi :
Data subyektif
a. Biodata/ Identitas Biodata anak mencakup nama, umur, jenis kelamin.
Biodata orang tua perlu dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak
meliputi nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan,
penghasilan, alamat.
b. Riwayat Penyakit Riwayat penyakit yang diderita sekarang tanpa kejang
seperti :
- Riwayat penyakit sekarang
- Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat Penyakit Keluarga. (1) Anggota keluarga menderita kejang (2)
Anggota keluarga yang menderita penyakit syaraf (3) Anggota keluarga
yang menderita penyakit seperti ISPA, diare atau penyakit infeksi
menular yang dapat mencetuskan terjadinya kejang demam.
- Riwayat Kehamilan dan Persalinan Kedaan ibu sewaktu hamil per
trimester, apakah ibu pernah mengalami infeksi atau sakit panas
sewaktu hamil. Riwayat trauma, perdarahan per vaginam sewaktu
hamil, penggunaan obat-obatan maupun jamu selama hamil. Riwayat
persalinan ditanyakan apakah sukar, spontan atau dengan tindakan
(forcep atau vakum), perdarahan ante partum, asfiksi dan lain-lain.

13
Keadaan selama neonatal apakah bayi panas, diare, muntah, tidak mau
menetek, dan kejang-kejang.
- Riwayat Imunisasi Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang
belum ditanyakan serta umur mendapatkan imunisasi dan reaksi dari
imunisasi. Pada umumnya setelah mendapat imunisasi DPT efek
sampingnya adalah panas yang dapat menimbulkan kejang.
- Riwayat Perkembangan (1) Personal sosial (kepribadian atau tingkah
laku sosial), kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi
dengan lingkungannya. (2) Gerakan motorik halus : berhubungan
dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan
yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-
otot kecil dan memerlukan koordinasi yang cermat, misalnya
menggambar, memegang suatu benda, dan lain-lain. (3) Gerakan
motorik kasar : berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh. (4)
Bahasa : kemampuan memberikan respon terhadap suara, mengikuti
perintah dan berbicara spontan.
- Riwayat sosial (1) Perilaku anak dan keadaan emosional (2) Hubungan
dengan anggota keluarga dan teman sebaya
- Pola kebiasaan dan fungsi kesehatan :
1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat. Gaya hidup yang
berkaitan dengan kesehatan, pengetahuan tentang kesehatan,
pencegahan serta kepatuhan pada setiap perawatan dan tindakan medis.
2) Pola nutrisi. Asupan kebutuhan gizi anak, kualitas dan kuantitas
makanan, makanan yang disukai, selera makan, dan pemasukan cairan.
3) Pola Eliminasi (a) BAK : frekuensi, jumlah, warna, bau, dan nyeri
(b) BAB : frekuensi, konsistensi, dan keteraturan
4) Pola aktivitas dan latihan Kesenangan anak dalam bermain,
aktivitas yang disukai, dan lama berkumpul dengan keluarga.
5) Pola tidur atau istirahat Lama jam tidur, kebiasaan tidur, dan
kebiasaan tidur siang.
Data Obyektif

14
a. Pemeriksaan tanda-tanda vital.
b. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan kepala Keadaan ubun-ubun dan tanda kenaikan
intrakranial.
2) Pemeriksaan rambut Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta
katakteristik lain rambut. Pasien dengan malnutrisi energi protein
mempunyai rambut yang jarang, kemerahan seperti rambut jagung dan
mudah dicabut tanpa menyebabkan rasa sakit pada pasien.
3) Pemeriksaan wajah Paralisis fasialis menyebabkan asimetris wajah,
sisi yang paresis tertinggal bila anak menangis atau tertawa sehingga
wajah tertarik ke sisi sehat, tanda rhesus sardonicus, opistotonus, dan
trimus, serta gangguan nervus cranial.
4) Pemeriksaan mata Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu
periksa pupil dan ketajaman penglihatan.
5) Pemeriksaan telinga Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta
tandatanda adanya infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di daerah
belakang telinga, keluar cairan dari telinga, berkurangnya
pendengaran.
6) Pemeriksaan hidung Pernapasan cuping hidung, polip yang
menyumbat jalan nafas, serta secret yang keluar dan konsistensinya.
7) Pemeriksaan mulut Tanda-tanda cyanosis, keadaan lidah, stomatitis,
gigi yang tumbuh, dan karies gigi.
8) Pemeriksaan tenggorokan Tanda peradangan tonsil, tanda infeksi
faring, cairan eksudat.
9) Pemeriksaan leher Tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid,
pembesaran vena jugularis.
10) Pemeriksaan Thorax Amati bentuk dada klien, bagaimana gerak
pernapasan, frekwensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi, adakah
intercostale pada auskultasi, adakah suara tambahan.
11) Pemeriksaan Jantung Bagaimana keadaan dan frekwensi jantung, serta
irama jantung, adakah bunyi tambahan, adakah bradicardi atau

15
tachycardia.
12) Pemeriksaan Abdomen Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot
pada abdomen, bagaimana turgor kulit, peristaltik usus, adakah tanda
meteorismus, adakah pembesaran lien dan hepar.
13) Pemeriksaan Kulit Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun
warnanya, apakah terdapat oedema, hemangioma, bagaimana keadaan
turgor kulit.
14) Pemeriksaan Ekstremitas Apakah terdapat oedema, atau paralise,
terutama setelah terjadi kejang. Bagaimana suhu pada daerah akral. (
15) Pemeriksaan Genetalia Adakah kelainan bentuk oedema, sekret yang
keluar dari vagina, adakah tanda-tanda infeksi pada daerah genetalia.
2. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan patofisiologi penyakit, dan manifestasi klinik yang
muncul maka diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan kejang
demam menurut Riyadi & Sukarmin (2013) adalah:
a. Hipertermi berhubungan dangan proses penyakit (infeksi)
b. Mual dan Muntah (nausea) berhubungan dengan Distensi Lambung
c. Risiko cidera ditandai dengan post kejang
d. Risiko perfusi jaringan cerebral tidak efektif ditandai dengan cedera kepala,
e. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi

C. Konsep Anak Usia Toddler


1. Pengertian Anak Usia Toddler
Anak usia toddler ( 1 – 3 th ) mempunyai sistem kontrol tubuh yang mulai
membaik,hampir setiap organ mengalami maturitas maksimal. Pengalaman dan perilaku
mereka mulai dipengaruhi oleh lingkungan diluar keluarga terdekat, mereka mulai
berinteraksi dengan teman, mengembangkan perilaku/ moral secara simbolis,kemampuan
berbahasa yang minimal. Sebagai sumber pelayanan kesehatan , perawat berkepentingan
untuk mengetahui konsep tumbuh kembang anak usia toddler guna memberikan asuhan
keperawatan anak dengan optimal.
Pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada individu, yaitu secara
bertahap, berat dan tinggi anak semakin bertambah dan secara simultan mengalami

16
peningkatan untuk berfungsi baik secara kognitif, psikososial maupun spiritual. Anak
usia toddler memiliki karakteristik tersendiri dalam berbagai ranah pertumbuhandan
perkembangannya.

2. Karakteristik Anak Usia Prasekolah


a. Pertumbuhan dan Perkembangan Toddler
Pertumbuhan merupakan bertambah jumlah dan besarnya sel seluruh bagian
tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur. Sedangkan perkembanganmerupakan
bertambahnya sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh
kematangan belajar. Usia 1 tahun merupakan usia yang penuh berbagai hal yang
menarik antara lain berubah dalam cara makan, cara bergerak, juga dalam
keinginan dan sikap atau perasaan si kecil apabila disuruh melakukan sesuatu yang
tidak ia sukai, ini akan menyatakan sikap dan nalurinya mengatakan “tidak” baik
dengan kata-kata maupun perbuatan, meskipun sebetulnya hal itu di sukai (Psikolog
menyebutnya Negatifisme). Kenyataan ini berbeda pada saat usia di bawah satu
tahun, si kecil akan menjadi seorang penyidik yang sangat menjengkelkan, mereka
akanmenyelinap keluar masuk setiap sudut rumah, menyentuh semua benda yang
ditemukannya, menggoyangkan meja dan kursi, menjatuhkan benda apapun yang
dapat dijatuhkan, memanjat apa yang bisa dipanjat, memasukkan benda-benda kecil
kedalam benda yang lebih besar dan sabagainya. Pendek kata tangannya tidak bisa
diam setiap hari. Pada usia 2 tahun si kecil akan cenderung mengikuti orang tuanya
kesana-kemari, ikut ikutan menyapu, mengepel, menyiram tanaman, semua ini di
lakukan dengan penuh kesungguhan. Pada usia 2 tahun anak sudah mulai belajar
bergaul, ia senang sekali menonton anak lain bermain, perasaan takut dan cemas
sering terjadi apabila orang tuanya meninggalkan anak sendiri. Seandainya orang
tua harus bepergian lama atau memutuskan untuk kembali bekerja dan meminta
bantuan orang lain untuk mengawasi anaknya, biasanya anak tidak rewel pada saat
orang tua pergi tetapi pada saat mereka kembali anak akan terus-menerus melekat
pada ayah dan ibunya dan tidak mengizinkan siapapun juga mendekatinya, karena
ia takut orang tuanya akan pergi lagi. Perasaan takut akansemakin menghambat
pada saat tidur ia mau berbaring jika ayah atau ibunya duduk disampingnya. Anak

17
pada usia 3 tahun biasanya lebih mudah dikendalikan karena anak sudah dalam
perkembangan emosi, sehingga mereka menganggap ayah dan ibunya sebagai
orang yang istimewa. Sikap permusuhan dan kebandelan yang muncul pada usia
antara 2 ½ - 3 tahun tampaknya makin berkurang, sikap pada orang tua bukan saja
bersahabat tetapi sangat ramah dan hangat. Anak menjadi sangat patuh pada orang
tuanya, sehingga mereka akan bertingkah laku baik dan menurut sekali. Jika
keinginan mereka bertentangan dengan kehendak orangtuanya karena mereka tetap
makluk hidup yang mempunyai pendapat sendiri. Padausia 3 tahun anak cenderung
meniru siapapun yang dilakukan orang tuanya sehari-hari disebut proses
identifikasi. Dalam proses inilah karakter anak di bentuk jauh lebih banyak dari
petunjuk yang diterima dari orang tuanya, seperti membentuk model diri mereka,
membina kepribadian, membentuk sikap dasar, baik terhadap pekerjaan, orang tua
dan dirinya sendiri.
b. Faktor Pengaruh Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
1) Faktor herediter
Merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai dasar dalam mencapai
tumbuh kembang anak disamping faktor lain. Faktor herediter adalah bawaan,
jenis kelamin, ras, suku bangsa
2) Faktor lingkungan
Merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam menentukan
tercapai dan tidaknya potensi yang sudah dimiliki antara lain :
a) Lingkungan pranatal
Merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai konsepsi lahir
sampai yang meliputi gizi pada waktu ibu hamil, zat kimia atau toksin,
kebiasaan merokok dan lain-lain.
b) Lingkungan postnatal
Seperti sosial ekonomi orang tua, nutrisi, iklim atau cuaca,
olahraga, posisi anak dalam orang tua dan status kesehatan.
c. Perkembangan Kognitiif
1) Pengertian
Pengertian kognitif adalah operasi-operasi atau prosedur-prosedur mental

18
yang bisa digunakan individu untuk mendapatkan, menahan, serta
mengambilkembali berbagai pengetahuan dan kepandaian. Strategi kognitif
mencerminkan bagaimana seseorang belajar, mengingat, dan berfikir serta
bagaimana memotivasi diri mereka sendiri. Strategi-strategi kognitif
merepresentasikan kegiatan- kegiatan kognitif yang sangat luas yang mendukung
pembelajaran seseorang. Dengan demikian, jelas bahwa strategi kognitif sangat
penting bagi siapa pun untuk mencapai kompetensi yang baik.
2) Sifat-sifat kognitif yang umumnya pada bayi toddler:
Pada usia 1-3 tahun anak sudah dapat:
a) Membedakan diri sendiri dengan setiap objek.
b) Mengenal diri sebagai pelaku kegiatan dan mulai bertindak dengan tujuan
tertentu contohnya: menarik seutas tali untuk menggerakkan sebuah mobil
atau menggerakkan mainansupaya bersuara.
c) Menguasai keadaan tetap dari objek misalnya: menyadari bahwa benda tetap
ada meskipun tidak terjangkau oleh mata.
3) Sifat-sifat fisik kognitif yang umumnya pada bayi toddler:
a) Sewaktu lahir, berat otak anak sekitar 27% berat otak orang dewasa.
Sedangkan pada usia 2 tahun, berat otak anak sudah mencapai 90%dari
berat otak orang dewasa (sekitar 1200 gram). Hal ini menunjukkan
bahwa padausia ini, masa perkembangan otak sangat pesat. Pertumbuhan
ini memberikanimplikasi terhadap kecerdasan anak.
b) Pada usia 1–2 tahun, anak memiliki rasaingin tahu yang sangat besar.
Pada usia ini, anak mengembangkan rasa keingintahuannya melalui
beberapa hal
c) Memahami kalimat yang terdiri dari beberapa kata. Pada usia 12–17
bulan, anak sudah dapat memahami kalimat yang terdiri atas rangkaian
beberapa kata. Selain itu, anak juga sudah dapat mengembangkan
komunikasi dengan menggunakan gerakan tubuh, tangisan dan mimik
wajah. Pada usia 13 bulan, anak sudah mulai dapat mengucapkan kata-
kata sederhana seperti “mama” atau “papa”. Pada usia 17 bulan,
umumnya anak sudah dapat mengucapkan kata ganti diri dan

19
merangkainya dengan beberapa kata sederhana dan mengutarakan pesan-
pesan seperti: “ Adik mau susu.”
d) Cepat menangkap kata-kata baru. Pada usia 18–23 bulan, anak
mengalami perkembangan yang pesat dalam mengucapkan kata-kata.
Perbendaharaan kata anak-anak pada usia ini mencapai 50 kata. Selain
itu, anak sudah mulai sadar bahwa setiap benda memiliki nama sehingga
hal ini mendorongnya untuk melancarkan kemampuan bahasanya dan
belajar kata-kata baru lebih cepat.
e) Belajar melalui pengamatan/ mengamati. Mulai usia 13 bulan, anak
sudah mulai mengamati hal-hal di sekitarnya. Banyak “keajaiban” di
sekitarnya mendorong rasa ingin tahu anak. Anak kemudian melakukan
hal-hal yang sering dianggap bermain, padahal anak sedang mencari tahu
apa yang akan terjadi kemudian setelah anak melakukan suatuhal sebagai
pemuas rasa ingin tahunya. Pada usia 19 bulan, anak sudah
dapatmengamati lingkungannya lebih detail dan menyadari hal-hal yang
tidak semestinyaterjadi berdasarkan pengalamannya.
d. Perkembangan Psikoseksual
Teori perkembangan psikoseksual yang bahwa setiap makhluk hidup pasti
mengalami pertumbuhan dan perkembangan, begitu pula manusia juga
mengalaminya. Seksualitas adalah faktor pendorong terkuat untuk melakukan
sesuatu dan bahwa padamasa anak-anak pun mengalami ketertarikkan dan
kebutuhan seksual. Apabila tahap-tahap psikoseksual selesai dengan sukses,
hasilnya adalah kepribadian yang sehat. Jika masalah tertentu tidak diselesaikan
pada tahap yang tepat, fiksasi dapat terjadi. Fiksasi adalah fokus yang gigih pada
tahap awal psikoseksual. Sampai konflik ini diselesaikan, individu akan tetap
“terjebak” dalam tahap ini. Misalnya, seseorang yang terpaku pada tahap oral
mungkin terlalu bergantung pada orang lain dan dapat mencari rangsangan oral
melalui merokok, minum, atau makan.
Sifat-sifat umum
Perkembangan Psikoseksual Anak Pada Usia 1-3 Tahun dibagi dua fase:
1) Fase Anal

20
Pada fase ini fungsi tubuh yang memberi kepuasan berkisar pada sekitar
anus. Tugas perkembangan yang harus dilalui anak adalah melakukan kontrol
terhadap BAB dan BAK, dan bila tercapai anak akan senang melakukan
sendiri. Sedangkan bila tugas perkembangan tidak tercapai akan muncul
beberapa masalah seperti anak akan menahan dan melakukannya dengan
mempermainkan. Peran lingkungan adalah membantu anak untuk belajar
mengontrol pengeluaran (melakukan Toilet Training), yaitu suatu konsep
bersih dimana anak belajar mengontrol pengeluaran tepat waktu dan tempat
serta dapat melakukan dengan mandiri. Adapun kriteria yang umumnya
ditemukan antara lain:
a) Kehidupan anak berpusat pada kesenangan anak terhadap dirinya sendiri,
sangat egoistik, mulai mempelajari struktur tubuhnya
b) Pada fase ini tugas yang dapat dilaksanakan anak adalah latihan kebersihan
c) Anak senang menahan feses, bahkan bermain-main dengan fesesnya sesuai
dengan keinginanya
d) Untuk itu toilet training adalah waktu yang tepat dilakukan dalam periode
ini
e) Masalah yang yang dapat diperoleh pada tahap ini adalah bersifat obsesif
(ganggan pikiran) dan bersifat impulsif yaitu dorongan membuka diri,
tidak rapi, kurang pengendalian diri.
2) Fase Perkembangan Moral
Tingkatan pertama dari perkembangan moral adalah prekonvensional ketika
anak merespon pada label “baik” atau “buruk”. Selama tahun kedua kehidupan,
anak mulai belajar mengetahui beberapa aktifitas yang mendatangkan pengaruh
dan persetujuan. Mereka juga mengenal ritual-ritual tertentu, seperti
mengulang bagian dari doa-doa. Saat usia dua tahun, toddler belajar pada
perilaku orang tua mereka yang berkaitan dengan urusan moral. Pola disiplin
mempengaruhi perkembangan moral toddler:
a. Hukuman fisik dan pengambilan hak-hak khusus cenderung membentuk
moral yang negatif

21
b. Menghilangkan cinta dan perasaan sebagai bentuk dari hukuman
menimbulkan perasaan bersalah pada toddler
c. Disiplin diukur secara tepat dengan memberikan penjelasan yang
sederhana mengapa perbuatannya tidak diperbolehkan, memberikan
pujian terhadap perbuatan yang baik
e. Perkembangan Psikososial
Teori perkembangan psikososial ini adalah salah satu teori kepribadian
terbaik dalam psikologi. Kepribadian berkembang dalam beberapa tingkatan. Salah
satu elemen penting dari teori tingkatan psikososial adalah perkembangan
persamaan ego. Persamaan ego adalah perasaan sadar yang kita kembangkan
melalui interaksi sosial. Perkembangan ego selalu berubah berdasarkan pengalaman
dan informasi baru yang kita dapatkan dalam berinteraksi dengan orang lain.
Kemampuan memotivasi sikap dan perbuatan dapat membantu perkembangan
menjadi positif, inilah alasan mengapa teori ini disebut sebagai teori perkembangan
psikososial. Teori ini terpapar melalui konsep polaritas yang bertingkat/bertahapan.
Ada 8 (delapan) tingkatan perkembangan yangakan dilalui oleh manusia.
Menariknya bahwa tingkatan ini bukanlah sebuah gradualitas. Manusia dapat naik
ketingkat berikutnya walau ia tidak tuntas padatingkat sebelumnya. Setiap tingkatan
dalam teori ini berhubungan dengan kemampuan dalam bidang kehidupan. Jika
tingkatannya tertangani dengan baik,orang itu akan merasa pandai. Jika tingkatan
itu tidak tertangani dengan baik, orang itu akan tampil dengan perasaan tidak
selaras. Dalam setiap tingkat, setiap orang akan mengalami konflik/ krisis yang
merupakan titik balik dalam perkembangan. Konflik-konflik ini berpusat pada
perkembangan kualitas psikologi atau kegagalan untuk mengembangkan kualitas
itu. Selama masa ini, potensi pertumbuhan pribadi meningkat. Begitu juga dengan
potensi kegagalan.
Sifat-sifat umum psikososial yang pada bayi toddler :
Anak di daycare/toddler akan banyak berinteraksi dengan teman sebayanya
di sekolah toddler/ PG atau ketika aktivitas daycare. Anak akan bertemu dengan
guru, pengasuh, orang tua, dan terutama temen-temannya itu sendiri. Anak belajar
bagaimana bisa berhubungan dan berteman dengan baik.

22
f. Perkembangan Bahasa
Bahasa adalah alat berkomunikasi berdasarkan visual daripada rangsangan
pendengaran,dan penglihatan,yang mempunyai tiga bentuk secara umum yaitu
baahsa lisan, tulisan, dan bahasa isyarat. Bahasa memegang peranan kunci dalam
perkembangan kognitif anak. Bahasa adalah "alat" menuju kecerdasan-kecerdasan
lain karena bahasa adalah alat untuk berkomunikasi. Katakanlah begini, jika si kecil
belajar matematika ia perlu memahami soal- soalnya. Itu berarti ia perlu memahami
bahasa. Begitu juga dengan kecerdasan lainnya. Perkembangan bahasa anak toddler
secara umum : Pemerolehan bahasa pada anak usia1–3 tahun merupakan proses
yang bersifat fisik dan psikis. Secara fisik, kemampuan anak dalam memproduksi
kata-kata ditandai oleh perkembangan bibir, lidah, dan gigi mereka yang sedang
tumbuh. Pada tahap tertentu pemerolehan bahasa (kemampuan mengucapkan dan
memahami arti kata juga tidak lepas dari kemampuanmendengarkan, melihat, dan
mengartikan simbol-simbol bunyi dengan kematangan otaknya. Sedangkan secara
psikis, kemampuan memproduksi kata-kata dan variasi ucapan sangat ditentukan
oleh situasi emosional anak saat berlatih mengucapkan kata-kata. Anak-anak yang
mendapatkan bimbingan dan dorongan moral yang sangat kuat akan memperoleh
kata-kata yang banyak dan bervariasi dibandingkan anak-anak lainnya. Makalah ini
menguraikan secara singkat dan sederhana proses pemerolehan bahasa tersebut
secara pragmatis dan memaparkan beberapa contoh ucapan anak untuk fonem-
fonem tertentu yang secara umum mengalami kesulitan dalam pengucapan (ditinjau
secara fonologis). Dari berbagai macam keuniversalan serta proses pemerolehan
seperti yang barusaja digambarkan tampak bahwa pemerolehan bahasa seorang
anak berkaitan eratdengan keuniversalan bahasa. Bahkan keterkaitan ini lebih
menjurus lagi dalam arti bahwa ada elemen-elemen bahasa yang urutan
pemerolehannya bersifat universal absolut, ada yang universal statistikal, dan ada
pula yang universal implikasional.
g. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik (motorik) merupakan proses tumbuh kembang sistem gerak
seorang anak. Setiap gerakan yang dilakukan anak merupakan sistem interaksi yang

23
kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak.
Perkembangan fisik ini terbagi menjadi sistem motorik halus dan kasar:
1) Motorik Halus
Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan
dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-
tangan. Saraf motorik halus ini dapat dilatih dan dikembangkan melalui
kegiatan dan rangsangan yang kontinu secara rutin. Seperti, bermain puzzle,
menyusun balok, memasukan benda ke dalam lubang sesuai bentuknya,
membuat garis, melipat kertas dan sebagainya. Kemampuan dasar motorik
halus anak usia toddler secara umum
a) Menggambar mengikuti bentuk
b) Menarik garis vertikal, menjiplak bentuk lingkaran
c) Membuka menutup kotak
d) Menggunting kertas mengikuti pola garis lurus
2) Perkembangan Motorik Kasar
Kemampuan motorik kasar adalah kemampuan yang berhubungan
dengan gerak-gerak kasar yang melibatkan sebagian besar organ tubuh seperti
berlari, dan melompat. Perkembangan motorik kasar sangat dipengaruhi oleh
proses kematangan anak semakin karena proses kematangan anak juga bisa
berbeda. Kemampuan dasar motorik halus anak usia toddler secara umum
a) Berjalan dan berlari kecil di sekitar rumah
b) Mengangkat dan mengambil benda disekitanya
c) Menari dengan gerakan kecil tangan dan kaki

24

Anda mungkin juga menyukai