Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

KEJANG DEMAM SEDERHANA

Oleh :
dr. Auliadina Tetrania Darmastuti

Pembimbing :
dr. Siti Hamidah P., M. H. Kes

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA PERIODE MEI 2023 – MEI 2024


WAHANA RS MARINIR EWA PANGALILA JAWA TIMUR
2023
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak usia 6 bulan – 5 tahun yang
disebabkan oleh demam dengan suhu 38’C atau lebih oleh karena suatu proses ekstrakranium.
Tanpa disebabkan oleh karena penyakit atau penyebab lain yang mencetuskan kejang. penyakit
atau penyebab lain yang mencetuskan kejang seperti:
• Infeksi Sistem saraf pusat
• Elektrolit imbalans
• Penggunaan obat2
• Trauma
• Terdapat Riwayat epilepsi
1.2 Epidemiologi

Berdasarkan WHO Reports 2021 21,65 juta anak di dunia pernah mengalami kejang
demam sederhana di seluruh dunia (WHO,2021). 80-90 % terjadi di wilayah Asia angka
kejadian kejang demam, dan sekitar 14.252 angka kejadian kejang demam di Indonesia
(Kemenkes, 2021)
1.3 Patogenesis

Gambar 1. Patogenesis Terjadinya KDS


● Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan suatu energi yang
didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah
glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dimana oksigen disediakan dengan perantaraan
fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskuler. Jadi sumber energi
otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel
dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid dan
permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal membran selneuron dapat dilalui
dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulitdilalui oleh ion Natrium (Na+) dan
elektrolit lainnya, kecuali ion Klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron
tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya.
Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan diluar sel, maka terdapat perbedaan
potensial yang disebut potensial membran sel dari sel neuron.Untuk menjaga keseimbangan
potensial membran ini diperlukan energi danbantuan enzim Na-K ATPase yang terdapat pada
permukaan sel
● Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya :
a Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.
b. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi ataualiran listrik
dari sekitarnya.
c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atauketurunan.
● Pada keadaan demam kenaikan suhu 1 derajat akan mengakibatkan kenaikan metabolisme
basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%.Pada seorang anak berumur 3
tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruhtubuh, dibandingkan dengan orang dewasa
yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan
keseimbangan darimembran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion
Kalium maupun ion Natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepasmuatan
listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel
maupun ke membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmiter
dan terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung
dari tinggi rendahnya ambang kejang seseorang anak menderita kejang pada kenaikansuhu
tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang telahterjadi pada suhu 38oC
sedangkan pada anak dengan ambang kejang yangtinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40oC
atau lebih. Dari kenyataan inidapatlah disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih
sering terjadipada ambang kejang yang rendah sehingga dalam penanggulangannya
perludiperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita kejang. Kejang demam yang
berlangsung singkat biasanya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi
pada kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit)biasanya disertai gejala apnea,
meningkatnya kebutuhan oksigen dan energiuntuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi
hipoksemia, hiperkapnea,asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi
arterialdisertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat
disebabkan oleh meningkatnya aktivitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak
meningkat. Rangkaian kejadian diatas adalah faktorpenyebab hingga terjadinya kerusakan
neuron otak selama berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting adalah gangguan
peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler
dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak .Kerusakan pada
daerah mesial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama
dapat menjadi“matang” dikemudian hari,sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan.
Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak
sehingga terjadi epilepsi.
1.4 Faktor Resiko

• Demam tinggi akibat infeksi bakteri atau virus


• Riwayat kejang demam keluarga
• Perkembangan terlambat spt pada kasus down syndrome
• Problem masa neonates (ex BBLR=> Bayi yang lahir dengan berat badan rendah dapat
mengalami hipoksia iskemia, dan atau kemungkinan mengalami perdarahan intraventrikular
• Kadar Natrium rendah pada kondisi anak yg diare (karena terlalu banyak air yang
mengencerkan nilai Na+. Akibatnya, air berpindah ke sel-sel tubuh sehingga menyebabkan
pembengkakan. Pembengkakan ini menimbulkan masalah besar pada sel otak, yaitu
perubahan status mental yang dapat berkembang menjadi kejang atau koma
• Setelah kejang demam pertama,kira-kira 33% anak akan mengalami satu kali rekurensi atau
lebih dan kira-kira 9% anak mengalami 3 kali rekurensi atau lebih, resiko
rekurensimeningkat dengan usia dini, usia dibawah 18 bulan, cepatnya anak mendapat
kejang setelah demam timbul, temperatur yang rendah saat kejang, Riwayat keluarga kejang
demam dan riwayat keluarga epilepsi.
1.5 Klasifikasi

- Kejang Demam Sederhana


o Durasi <5 menit, umumnya berhenti sendiri.
o Kejang umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal.
o Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam.
- Kejang Demam Komplikata
o Kejang demam dengan salah satu ciri berikut ini:
o Kejang lama > 15 menit
o Kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum didahului kejang parsial
o Berulang atau lebih dari 1x dalam 24 jam.
1.6 Diagnosis

Adanya kejang , jenis kejang, kesadaran, lama


Anamnesis
kejang, suhu sebelum/saat kejang, frekuensi,
interval, pasca kejang, penyebab demam diluar
susunan saraf pusat.

Riwayat perkembangan, kejang demam dalam


Riwayat Pasien
keluarga, epilepsy dalam keluarga.

Suhu Tubuh >/= 38’C

kesadaran, suhu tubuh, tanda rangsal meningeal,


Pemeriksaan Fisik tandapeningkatan tekanan intrakranial, tanda
infeksi di luar SSP

Pemeriksaan Laboratorium, CSF, EEG,


Pemeriksaan Penunjang
Pencitraan

1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin padakejang demam, tetapi dapat
dikerjakan untuk mengevaluasi sumberinfeksi penyebab demam, atau keadaan lain misalnya
gastroenteritisdehidrasi disertai demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapatdikerjakan
misalnya darah perifer, elektrolit dan gula darah
2. Pemeriksaan cairan serebrospinal
dilakukan untuk menegakkan ataumenyingkirkan kemungkinan meningitis. Resiko terjadinya
meningitisbakterialis adalah 0,6%-6,7%. Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan
atau menyingkirkan diagnosis meningitis karenamanifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena
itu pungsi lumbaldianjurkan pada ; bayi kurng dari 12 bulan sangat dianjurkandilakukan, bayi
antara 12-18 bulan dianjurkan, bayi > 19 bulan tidak rutin. Bila yakin bukan meningitis secara
klinis tidak perlu dilakukanpungsi lumbal.
3. Elektroensefalografi (EEG)
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksiberulangnya kejang atau
memperkirakan kemungkinan kejadianepilepsi pada pasien kejang demam. Oleh karenanya
tidak direkomendasikan. Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan padakeadaan kejang demam
tidak khas misalnya kejang demam komplekspada anak usia lebih dari 6 tahun atau kejang
demam fokal
4. Radiologi
Foto X- ray kepala dan pencitraan seperti computed tomographyscan (CT-scan) atau magnetic
resonance imaging (MRI) jarang sekalidikerjakan, tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti ;
kelainanneurologik fokal yang menetap (hemiparesis), paresis nervus VI, papil edema.

1.7 Differensial Diagnosa


- Meningitis
- Encephalitis
- Kejang Tonik Klonik
- Epilepsi
1.8 Tatalaksana
1.8.1 Saat Kejang

Gambar 2. Algoritma Tatalaksana Saat Kejang


● Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang kejang sudah
berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang obat yang paling cepat untuk menghentikan
kejang adalah diazepam intravena adalah 0,3 -0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1-
2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 20 mg. Obat yang praktis
dan dapat diberikan oleh orang tua atau dirumah adalah diazepam rektal. Diazepam rektal
adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari
10 kg dan 10 mg untuk beratbadan lebih dari 10 kg. Atau Diazepam rektal dengan dosis 5 mg
untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak diatas usia 3tahun.
● Bila setelah pemberian Diazepam rektal kejang belum berhenti,dapat diulang lagi dengan
cara dan dosis yang sama dengan intervalwaktu 5 menit. Bila setelah 2 kali pemberian
Diazepam rektal masihtetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Di rumah sakit dapat
diberikanDiazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg. Bila kejang tetap belumberhenti
diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis awal 10-20mg/kg/kali dengan kecepatan 1
mg/kg/menit atau kurang dari 50mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-
8 mg/kg/hari,dimulai 12 jam setelah dosis awal. Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti
maka pasien harus dirawat di ruang rawat intensif. Bila kejang berhenti, pemberian obat
selanjutnya tergantung dari jenis kejang demam apakah kejang demam sederhana atau
kompleks dan faktor resikonya

1.8.2 Saat Demam


1. Antipiretik =
Paracetamol 10-15 mg/kgbb/kali diberikan 4 kali/hari atau Ibuprofen 5-10 mg/kgBB/kali 3-
4 kali/hari
2. Antikonvulsan:
Diazepam PO 0.3 mg/kgBB setiap 8 jam saat demam
● Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam menurunkan
resiko berulangnya kejang pada 30% -60%kasus, begitu pula dengan diazepam rektal dosis
0,5 mg/kg setiap 8 jam pada suhu > 38,5oC. Dosis tersebut cukup tinggi dan menyebabkan
ataksia, iritabel dan sedasi yang cukup berat pada 25-39% kasus. Fenobarbital,
karbamazepin dan fenitoin pada saat demam tidak berguna untuk mencegah kejang demam.

1.8.3 Obat Rumatan


- Indikasi pemberian obat rumatan:
o Bila kejang demam menunjukkan salah satu ciri sebagai berikut:
§ Kejang lama > 15 menit
§ Adanya kelainan neurologis yg nyata sebelum atau sesudah kejang
§ Kejang fokal
o Pengobatan rumat dipertimbangkan bila:
§ Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam
§ Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
§ Kejang demam >= 4x per tahun
- Kelainan neurologis yg nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya hemiparesis, paresis
todd,cerebral palsy, retardasi mental,hidrosefalus.
- Jenis antikonvulsan untu pengobatan rumatan:
- Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hariefektif dalam menurunkan risiko
berulangnya kejang. Berdasarkanbukti ilmiah bahwa kejang demam tidak berbahaya dan
penggunaanobat dapat menyebabkan efek samping, maka pengobatan rumathanya diberikan
terhadap kasus selektif dan dalam jangka pendek.Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat
menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan belajar pada 40-50% kasus. Obat pilihan
saatini adalah asam valproat. Pada sebagian kecil kasus, terutama yangberumur kurang dari
2 tahun asam valproat dapat menyebabkangangguan fungsi hati. Dosis asam valproat 15-40
mg/kg/hari dalam2-3 dosis, dan fenobarbital 3-4 mg/kg per hari dalam 1-2 dosis.
- Pengobatan rumat diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara
bertahap selama 1-2 bulan
1.8.4 Edukasi Penanganan Saat Kejang
● Tetap tenang dan tidak panik
● Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher
● Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan atau
lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah tergigit, jangan memasukkan
sesuatu kedalam mulut.
● Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang.
● Tetap bersama pasien selama kejang.
● Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti.
● Bawa kedokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih
1.9 Prognosis
- Dubia Ad Bonam
- Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan.
- Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya
normal.
BAB 2
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien

• Nama : An. AR
• Usia : 3 th
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Alamat : Surabaya
• BB : 11 kg
• Tanggal MRS : 28/08/23
2.2 Anamnesis
• Keluhan Utama : Kejang
• Keluhan Tambahan: Demam, Diare
• Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang diantar oleh kedua orang tuanya ke IGD
dengan keluhan kejang dirumah, satu kali, dengan durasi kurang lebih 1 menit, saat kejang
pasien tidak sadar, dan setelah selesai kejang pasien kembali sadar. Ketika sampai di IGD,
pasien sudah tidak kejang. Pasien sebelumnya demam sudah sejak kemarin malam, sudah
minum obat namun demam tidak turun dan suhu tidak di ukur. Pasien juga mengeluhkan
diare 5x sejak kemarin malam, berupa ampas makanan + cairan. Keluhan lain seperti batuk
pilek mual muntah disangkal. BAK normal, Makan minum menurun.
• Riwayat Penyakit Dahulu :kejang -
• Riwayat Perinatal: Pervaginam, Aterm, BBL: 3200 g
• Riwayat Obat: Paracetamol
• Riwayat Penyakit Keluarga: -
• Riwayat Alergi :-

A. Pemeriksaan fisik
Status umum
KU : lemah
GCS : 4/5/6
HR : 167x/m
RR : 20x/m
SpO2 : 97%
Temp : 39,2’C
BB : 11 kg
TB: 90 cm
Status Generalis
K/L : a-/i-/c-/d-, mata cowong (-/-)
Tho :cor s1s2 single, m(-), g(-), pulmo ves (+/+), rh(-/-), wh(-/-)
Abd : Soepel, BU(+) meningkat, NT(-), turgor kulit normal, hepar lien ttb
Ext Atas: AKHM +/+, CRT < 2s
Ext Bawah : AKHM +/+, CRT < 2s

B. Pemeriksaan Penunjang
- Darah lengkap
- Urinalisis

2.3 Diagnosa Kerja


Kejang Demam Sederhana + Fever e.c. Acute Gastroenteritis
2.4 Tatalaksana
- Terapi Extra IGD:
o Dumin supp 1x125 mg
o Oksigen NK 2 lpm
o èVS: HR: 146x/mnt, RR: 20x/mnt, Temo:37,6’C, SpO2: 99%
- Terapi DPJP dr.Esthy, Sp.A
o IVFD D5 1/4 NS 1000 cc/24 jam
o Drip ceftriaxon 2x250 mg IV
o inj antrain 3x100 mg IV
o PO L Bio 2x1 sach
o PO Zinkid syr 1x1 cth
o PO paracetamol 100 mg/ asam mefenamat 50 mg --- 3x1 pulv
2.5 Follow Up
a. Tulip 1(29/08/23)
S: Demam sudah turun, kejang -, diare -
O: GCS : 456
HR : 98 bpm
Temp : 36.5
SpO2 : 99%
RR : 21
PF: Abdomen: bu (+) normal, turgor kulit normal.
A: Kejang Demam Sederhana + Fever e.c. Acute Gastroenteritis
P:
IVFD D5 1/4 NS 1000 cc/24 jam
IV inj ceftriaxon 2x250 mg
IV inj antrain 3x100 mg
PO L Bio 2x1 sach
PO Zinkid Syr 1x1 cth
po paracetamol 100 mg + asam mefenamat 50 mg --- 3x1 pulv

b.Tulip 1 (30/08/23)
S: kejang – diare – demam -
O: GCS : 456
T: 36,2’C
HR: 176 bpm
Spo2 97%
PF : Abdomen : BU (+) normal, turgor kulit normal
A: Kejang Demam Sederhana + fever e.c. Acute Gastroenteritis
P:
IVFD D5 1/4 NS 1000 cc/24 jam
IV inj ceftriaxon 2x250 mg
IV inj antrain 3x100 mg
po paracetamol 100 mg asam mefenamat 50 mg --- 3x1 pulv
PO L bio 2x1 sach
PO zinkid syr 1x1 cth

c.Tulip 1 (31/08/23)
S: kejang -, diare - , demam -
O:GCS 456
T: 36,2’C
N: 176 bpm
Spo2 97%
PF : Abdomen : bu(+) normal, turgor kulit normal
A: Kejang Demam Sederhana + Fever e.c. Acute Gastroenteritis
P:
DL ulang sebelum KRS
PO Cefixime Syr 2x1/2 cth
PO Paracetamol Syr 3x1 cth
PO L Bio 1x1 sach

Pemeriksaan Penunjang (31/08/23)


BAB 3
DAFTAR PUSTAKA

1. WHO, 2013 dalam Untari 2015. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Kejang
Demam dengan Frekuensi Kejang Anak Toddler Di Rawat Inap Puskesmas Gatak Sukoharjo.

2. Indriyani, R. (2017).Asuhan Keprawatan pada Anak yang Mengalami Kejang Demam dengan
Hipertermia di Ruang Melati RSUD Karanganyar. Karya Tulis Ilmiah ,7-20

3. NANDA.(2018).Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC.


4. Nurarif.A.H,.& Kusuma. H.(2015).Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
& NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction

5. Rohmah Nikmatur & Walid Saiful,.(2017).Dokumentasi Proses Keprawatan.Fakultas Ilmu


kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember
6. Yuliastati & Amelia, A.(2016). Keperawatan Anak. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.
7. Eny Susilowati, (2016). Hubungan antara pengetahuan orang tua tentang penanganan demam
dengan kejadian kejang demam berulang di ruang anak SDUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.
Surakarta.

8. Ismael S, Pusponegoro HD, Widodo DP, Mangunatmadja I, Handryastuti, Saharso D, dkk.


Rekomendasi Penatalaksanaan Kejang Demam. Edisi ke-3. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter
Anak Indonesia, 2016.
9. Adhar Arifuddin(2016). Analisis Faktor Risiko Kejadian Kejang Demam Di Ruang Perawatan
Anak RSU ANUTAPURA PALU. Jurnal Kesehatan Tadulako, 1-72 .

10. Indrayati Novi (2019).Gambaran Kemampuan Orang Tua Dalam Penanganan Pertama Kejang
Demam Pada Anak Usia .Jurnal Ilmiah Permas,149-154

Anda mungkin juga menyukai