Tugas ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Profesi Ners Departemen
Keperawatan Anak
DISUSUN OLEH
MALANG
2023-2024
A. TINJAUAN TEORI
1. Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu 38oC. Yang
disebabkan oleh suatu proses ekstranium, biasanya terjadi pada usia 3 bulan-5 tahun.
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
mencapai >38C). kejang demam dapat terjadi karena proses intracranial maupun
ekstrakranial. Kejang demam terjadi pada 2-4% populasi anak berumur 6 bulan sampai
dengan 5 tahun (Amid dan Hardhi, NANDA NIC-NOC, 2013).
Dari beberapa faktor diatas yang menyebabkan kejang demam maka masalah yang
bisa muncul diantaranya ialah: Perfusi jaringan serebral yang tidak efektif disebabkan
karena rangsang mekanik dan biokimia yang menyebabkan perubahan konsentrasi ion di
ruang ekstraseluler difusi Na dan K yang akhirnya terjadi kejang kurang dari 15 menit
atau lebih dari 15 menit yang menimbulkan resiko kerusakan sel neuron, selain itu resiko
cedera juga terjadi dikarenakan adannya inkordinasi kontraksi otot mulut dan lidah saat
anak mengalami kejang, hipertermi pada anak terjadi setelah kejang saat aktivitas otot
meningkat, metabolisme dan suhu juga mengalami peningkatan dan kurangnya
pengetahuan orang tua dalam menangani dan mencegah kejang demam pada anak.
Resiko Infeksi
Proses demam
ATP ASE
Pengobatan perawatan
Dan diit
c). Pencegahan
Pencegahan berkala (intermitten) untuk kejang demam sederhana. Beri
diazepam dan antipiretika pada penyakit-penyakit yang disertai demam.
Pencegahan kontinyu untuk kejang demam komplikasi, Dapat digunakan :
Penobarbital 5-7 mg/kg/24 jam dibagi 3 dosis, Fenitorri 2-8 mg/kg/24 jam
dibagi 2-3 dosis, Diazepam (indikasi khusus).
B. Pengkajian Keperawatan
1. Anamnesa
a. Aktivitas atau Istirahat : Keletihan, kelemahan umum, Keterbatasan dalam beraktivitas,
bekerja, dan lain-lain
b. Sirkulasi : Iktal ; Hipertensi, peningkatan nadi sinosis, Posiktal : Tanda-tanda vital
normal atau depresi dengan penurunan nadi dan pernafasan
c. Intergritas Ego : Stressor eksternal atau internal yang berhubungan dengan keadaan dan
atau penanganan. Peka rangsangan : pernafasan tidak ada harapan atau tidak berdaya
Perubahan dalam berhubungan
d. Eliminasi : Inkontinensia epirodik, Makanan atau cairan, Sensitivitas terhadap
makanan, mual atau muntah yang berhubungan dengan aktivitas kejang
e. Neurosensori : Riwayat sakit kepala, aktivitas kejang berulang, pinsan, pusing riwayat
trauma kepala, anoreksia, dan infeksi serebal, Adanya area (rasangan visual, auditoris,
area halusinasi), Posiktal : Kelamaan, nyeri otot, area paratise atau paralisis,
Kenyamanan Sakit kepala, nyeri otot, (punggung pada periode posiktal), Nyeri
abnormal proksimal selama fase iktal
f. Pernafasan : Fase iktal : Gigi menyetup, sinosis, pernafasan menurun cepat peningkatan
sekresi mulus, Fase posektal : Apnea
g. Keamanan : Riwayat terjatuh, Adanya alergi
h. Interaksi Sosial : Masalah dalam hubungan interpersonal dalam keluarga lingkungan
sosialnya
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum biasanya anak rewel
b. TTV : Suhu : >38,0⁰C, Respirasi: Pada usia 2- < 12 bulan : biasanya > 49 kali/menit
Pada usia 12 bulan - <5 tahun : biasanya >40 kali/menit, Nadi : >100 x/menit
c. BB : Pada anak dengan kejang demam tidak terjadi penurunan berat badan yang
berarti
d. Kepala : Tampak simetris dan tidak ada kelainan yang tampak
e. Mata : Biasanya simetris kiri-kanan, sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis.
f. Mulut dan lidah: Mukosa bibir tampak kering, tonsil hiperemis, lidah tampak kotor
g. Telinga : Bentuk simetris kiri-kanan, keluar cairan, terjadi gangguan pendengaran
yang bersifat sementara, nyeri tekan mastoid.
h. Hidung : Penciuman baik, ada pernafasan cuping hidung, bentuk simetris, mukosa
hidung berwarna merah muda.
i. Leher : Terjadi pembesaran kelenjar getah bening
j. Dada : Thoraks, Inspeksi: gerakan dada simetris, tidak ada penggunaan otot bantu
pernapasan, Palpasi: vremitus kiri kanan sama, Auskultasi: ditemukan bunyi napas
tambahan seperti ronchi. Jantung Terjadi penurunan atau peningkatan denyut jantung ,
I: Ictus cordis tidak terlihat, P: Ictus cordis di SIC V teraba , P: batas kiri jantung :
SIC II kiri di linea parastrenalis kiri (pinggang jantung), SIC V kiri agak ke mideal
linea midclavicularis kiri. Batas bawah kanan jantung disekitar ruang intercostals III-
IV kanan, dilinea parasternalis kanan, batas atasnya di ruang intercosta II kanan linea
parasternalis kanan. A: BJ II lebih lemah dari BJ I
k. Abdomen: Lemas dan datar, kembung
l. Anus : Tidak terjadi kelainan pada genetalia anak
m. Ekstermitas : Atas : Tonus otot mengalami kelemahan, CRT > 2 detik, akral dingin.
Bawah : Tonus otot mengalami kelemahan, CRT > 2 detik, akral dingin.
n. Aktivitas kejang: Meliputi karakteristik kejang, lama kejang, dan frekuensi kejang,
Penilaian tingkat kesadaran, Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal,
sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya,
nilai GCS: 15-14. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan
dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh, nilai GCS: 13 - 12. Delirium, yaitu
gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-teriak,
berhalusinasi, kadang berhayal, nilai GCS: 11 - 10. Somnolen (Obtundasi, Letargi),
yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun
kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi,
mampu memberi jawaban verbal, nilai GCS: 9 – 7. Stupor (soporo koma), yaitu
keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri, nilai GCS: 6 – 4.
Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap
rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga
tidak ada respon pupil terhadap cahaya), nilai GCS: ≤ 3.
Penilaian kekuatan otot
Respon Skala
Kekuatan otot tidak ada 0
Tidak dapat digerakkan, tonus otot ada 1
Dapat digerakkan, mampu terangkat sedikit 2
Terangkat sedikit < 45, tidak mampu melawan gravitasi 3
Bisa terangkat, bisa melawan gravitasi, namun tidak mampu melawan 4
tahanan pemeriksa, gerakan tidak terkoordinasi
Kekuatan otot normal 5
3. Diagnosa Keperawatan
1) Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
2) Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan
sirkulasi otak
3) Resiko cidera berhubungan dengan gangguan sensasi
4. Intervensi Tindakan Keperawatan
No Dx Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1. Hipertermi Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor suhu tubuh sesering mungkin
berhubungan keperawatan selama 2x24 jam 2. Monitor warna kulit
dengan proses diharapkan tidak terjadi 3. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
infeksi hipertermi atau peningkatan 4. Monitor penurunan tingkat kesadaran
suhu tubuh dengan kriteria 5. Tingkatkan sirkulasi udara dengan
hasil: membatasi pengunjung
a. Suhu tubuh dalam rentan 6. Berikan cairan dan elektrolit sesuai
normal (36,5-37oC) kebutuhan
b. Nadi dalam rentan normal 7. Menganjurkan menggunakan pakaian
80-120x/menit yang tipis dan menyerap keringat
c. RR dalam rentan normal 18- 8. Berikan edukasi pada keluarga tentang
24x/menit kompres hangat dilanjutkan dengan
d. Tidak ada perubahan warna kompres dingin saat anak demam
kulit dan tidak ada pusing. 9. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat penurun panas
2. Gangguan perfusi Setelah diberikan asuhan 1. Monitor TD, nadi, suhu dan RR
jaringan cerebral keperawatan selama 2x24 jam 2. Catat adanya penginkatan TD
berhubungan diharapkan pasien tampak tidak 3. Monitor tingkat kesadaran
dengan kerusakan lemah, tidak pucat, kulit tidak 4. Monitor GCS
neuromuskular kebiruan dengan kriteria hasil:
otak a. TD sistole dan diastole
dalam batas normal 80-
100/60 mmHg
b. RR normal 20-30 x/menit
c. Nadi normal 80-90 x/menit
d. Suhu normal 36-37 derajat
celcius
e. GCS 456
3. Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan 1. Sediakan lingkungan yang aman
cedra berhubungan keperawatan selama 2x24 jam untuk pasien
dengan spasme diharapkan masalah tidak 2. Identifikasi kebutuhan dan
otot ekstermitas menjadi aktual dengan kriteria keamanan pasien
hasil: 3. Menghindarkan lingkungan yang
a. Tidak terjadi kejang berbahaya
b. Tidak terjadi cedra 4. Memasang side rail tempat tidur
5. Menyediakan tempat tidur yang
nyaman dan bersih
6. Membatasi pengunjung
7. Memberikan penerangan yang
cukup
8. Menganjurkan keluarga untuk
menemani pasien
9. Mengontrol lingkungan dari
kebisingan
10. Edukasi tentang penyakit kepada
keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Amid dan Hardhi, 2013. Diagnosis keperawatan, NANDA NIC-NOC, EGC, Jakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI).
Edisi 1. Jakarta. Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
Edisi 1. Jakarta. Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).
Edisi 1. Jakarta. Persatuan Perawat Indonesia
Suriadi, Rita. 2010. Asuhan Keperawatan pada Anak.Edisi 2. Sagung Seto. Jakarta