Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN AN.

G
DENGAN MASALAH UTAMA KEJANG DEMAM
Memenuhi Ujian Praktek Keperawatan Anak
20 Desember 2022

Disusun Oleh :
Nurul Nuzulussyiffa Ullinnas
2021020092

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG


PRODI SARJANA KEPERAWATAN
2022/2023
BAB I

TINJAUAN MEDIS

A. DEFINISI
Kejang demam adalah kejang yang terjadi karena proses ekstrakranium tanpa
adanya kecacatan neurologik yang dialami oleh anak-anak. Kejang demam
memerlukan penanganan pertama. Beberapa faktor yang mempengaruhi penanganan
pertama pada ibu yaitu Pengetahuan, pengalaman, dan perilaku dalam penanganan
pertama kejang demam. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor apa saja
yang berhubungan dengan penanganan pertama pada kejadian kejang demam anak
usia 6 bulan-5 tahun.
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal diatas 38℃) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Baranan
dan Jaumar 2013) Sedangkan kejang demam merupakan gangguan transien pada
anak-anak yang terjadi bersamaan dengan demam. Keadaan ini merupakan kelainan
neurulogik yang paling sering dijumpai pada masa kanak-kanak dan menyerang
sekitar 4% anak.
B. ETIOLOGI
Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksimal yang berlebihan dari suatu
populasi neuron yang sangat mudah terpicu sehingga mengganggu fungsi normal otak
dan juga dapat terjadi karena keseimbangan asam basa atau elektrolit yang terganggu.
Kejang sendiri dapat juga menjadi masifestasi dari suatu penyakit mendasar yang
membahayakan.
Penyebab dari kejang demam ialah :
1. Faktor-fakto perinatal, malformasi otak kongenital.
2. Faktor genetika.
Faktor keturunan memegang penting untuk terjadinya kejang demam 20-50%
anak yang mengalami kejang memiliki anggota keluarga yang pernah mengalami
kejang demam sekurang-kurangnya sekali.
3. Penyakit infeksi
Bakteri : penyakit pada Traktus Respiratorius (pernapasan), Paringitis (radang
tenggorokan), Tonsilitis (amandel),Ootitis media (infeksi telinga).
Virus :Varicella (cacar), Morbili (campak), Dengue (virus penyebab demam
berdarah).
4. Demam
Kejang demam cenderung timbul dalam 24 jam pertama pada waktu sakit dengan
demam atau pada waktu demam lagi.
5. Gangguan metabolisme
Gangguan metabolisme seperti Uremia, Hipoglikemia, kadar gula darah kurang
dari 30 mg% pada neonatus cukup bulan dan kurang dari 20 mg% pada bayi
dengan berat badan lahir rendah atau Hiperglikemia.
6. Trauma
Kejang berkembang minggu pertama setalah cedera kepala.
7. Gangguan sirkulasi.
8. Penyakit degeneratif susunan saraf.
9. Neoplasma
Neoplasma dapat menyebabkan kejang pada usia berapapun, tetapi mereka
merupakan penyebab sangat penting dari kejang pada usia pertengahan dan
kemudian ketika insiden penyakit Neoplastik meningkat.
C. PATOFISIOLOGI
Mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ diperlukan energi yang
didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah
glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dengan perantar fungsi paru-paru dan
diteruskan keotak melalui system kardiovaskuler. Dari uraian tersebut dapat diketahui
bahwa sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah
menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam
yaitu Lifoid dan permukaan luar yaitu Ionic. Dalam keadaan normal membran sel
neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh
ion natrium dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida. Akibatnya konsentrasi kalium
dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi natrium rendah, sedang diluar sel neuron
terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion didalam dan
diluar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial
membran neuron. Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh: perubahan
konsentrasi ion diruang ekstraselular, rangsanagam yang datangnya mendadak
misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari seitarnya. Perubahan patofisiologi
dari membran sendiri dari penyakit atau keturunan.
Infeksi yang terjadi pada jaringan di luar kranial seperti tonsillitis, otitis media
akut, bronchitis penyebab terbanyaknya adalah bakteri yang bersifat toksik. Toksik
yang dihasilkan oleh mikroorganisme dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui
hematogen maupun limfogen. Penyebaran toksis ke seluruh tubuh akan direspon oleh
hipotalamus dengan menaikan pengaturan suhu di hipotalamus sebagai tanda tubuh
mengalami bahaya secara sistemik. Naiknya pengaturan suhu di hipotalamus akan
merangsang kenaikan suhu di bagian tubuh yang lain seperti otot, kulit sehingga
terjadi peningkatan kontraksi otot. Naiknya suhu di hipotalamus, otot, kulit dan
jaringan tubuh yang lain akan disertai pengeluaran mediator kimia seperti epinefrin
dan prostaglandin. Pengeluaran mediator kimia ini dapat merangsang peningkatan
potensial aksi pada neuron.Peningkatan potensial inilah yang merangsang
perpindahan ion Natrium, ion Kalium dengan cepat dari luar sel menuju kedalam sel.
Peristiwa inilah yang menaikan fase depolarisasi neuron dengan cepat sehingga
timbul kejang. Serangan yang cepat itulah yang dapat menjadikan anak mengalami
penurunan respon kesadaran, otot ekstremitas maupun bronkus juga dapat mengalami
spasme sehingga anak beresiko terhadap injuri dan kelangsungan jalan nafas oleh
penutupan lidah dan spasme bronkus.
D. PATHWAYY
Infeksi bakteri,
Virus dan parasit

Reaksi Inflamasi

Proses Demam Keseimbangan Potensial


Membrane ATPASE

Difusi Na’ dan k’


Kurang Kesadaran Kejang Aktivitas Otot
Resiko Cedera Metabolisme

Sel Tubuh

Hipertermi

E. MANISFESTASI KLINIS
Kejang selalu didahului oleh naiknya suhu tubuh dengan cepat. Pada kejang
demam simpleks, tipe kejang berupa kejang umum klonik atau tonik-klonik. Adanya
tanda kejang demam fokal atau parsial selama maupun sesudah kejang (misalnya
pergerakan satu tungkai saja, atau satu tungkai terlihat lebih lemah dibandingkan yang
lain) menunjukan kejang demam kompleks.
Tanda dan gejala dari kejang demam adalah:
1. Kejang demam mempunyai insiden yang tinggi pada anak, yaitu 3-4%.
2. Kejang biasanya singkat, berhenti sendiri, terjadi lebih banyak pada laki-laki.
3. Kejang timbul dalam 24 jam setelah naiknya suhu badan akibat infeksi diluar
susunan saraf misalnya otitis media akut, bronkitis, dan sebagainya.
4. Bangkitan kejang dapat berbentuk Tonik-klonik, fokal natau atonik.
5. Takikardi: pada bayi, frekuensi sering diata 150-200 per menit.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Jasni, 2021 pemeriksaan penunjang kejang demam yaitu :
1) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam,
teteapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam
atau keadaan lain, misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam.Pemeriksaan
laboratorium yang dapat dikerjakan, misalnya darah perifer, elektrolit, dan gula
darah (level II-2 dan level III, rekomendasi D).
2) Fungsi Lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau
meningkirkan kemungkinan meningitis. Risiko terjadinya meningitis batrerialis
adalah 0,6 % - 6,7 %. Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau
menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas.
Oleh karena itu, pungsi lumbal dianjurkan pada :
a. Bayi (kurang dari 12 bulan) sangat dianjurkan dilakukan
b. Bayi 12-18 bulan dianjurkan
c. Anak umur >18 bulan tidak rutin. Bila yakin bukan meningitis secara klinis
tidak perlu dilakukan fungsi lumbal.
3) Elektroensefalografi
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi berulangnya
kejang atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsy pada pasien kejang
demam. Oleh karenanya, tidk direkomendasikan (level II2, rekomendasi E).
Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak
khas, misalnya kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun atau
kejang demam fokal.
4) Pencitraan Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan
(CT-scan) atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak
rutin, dan hanya atas indikasi, seperti :
a. Kelainan neurologic fokal yang menetap (hemiparesis)
b. Paresis nervus VI
c. Papilledema
BAB II

TINJAUAN KEPERAWATAN

KASUS

An. G laki-laki usia 2 tahun dengan BB : 10 kg, dirawat di ruang anak dengan keluhan
demam sejak 7 hari yang lalu, di rumah hanya di kompres dengan air hangat di bagian dahi,
demam agak turun tapi panas lagi. Semalem klien kejang seluruh tubuh 3 kali, kejang sekitar
5 menit. Di IGD klien kejang sekali sekitar 5 menit. Hasil pemeriksaan Nadi : 100 x/menit, S
40℃, RR 30 x/menit, kesadaran somnolen. Ibu klien tampak cemas dan mengatakan
khawatir dengan kondisi anaknya, dia mengatakan menyesal mengapa tidak langsung di bawa
ke RS. Klien pernah di rawat di rumah sakit pada usia 8 bulan karena kejang demam.

Tanggal Pengkajian : 21 September 2022

Nama Pengkaji : Nurul Nuzulussyiffa Ullinnas

Ruang : Thopaz

Waktu Pengkajian : 08.00 sd 11.00

A. Identitas
1. Identitas Klien
Nama : An G
Tanggal Lahir : 07 April 2020
Umur : 2 tahun 5 bulan 14 hari
Jenis Kelamin : Laki-laki
BB : 10 kg
PB/TB :-
Alamat : Ciledug rt03/rw04
Agama : Islam
Pendidikan : Belum Sekolah
Suku Bangsa : Jawa
Tanggal Masuk : 16 Agustus
No. RM : 00023456
Diagnosa Medik : Kejang Demam
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Zaenab
Umur : 24 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Ciledug rt03/rw04
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hubungan dengan Klien : Ibu Kandung
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama :
Demam sejak 7 hari yang lalu
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Ibu pasien mengatakan Semalem klien kejang seluruh tubuh 3 kali, kejang sekitar
5 menit. Di IGD klien kejang sekali sekitar 5 menit. Hasil pemeriksaan Nadi : 100
x/menit, S 40℃, RR 30 x/menit, kesadaran somnolen.
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
Ibu pasien mengatakan, pasien pernah di rawat di rumah sakit pada usia 8 bulan
karena kejang demam
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
Ibu pasien mengatakan didalam keluarganya tidak ada anggota keluarga yang
menderita penyakit seperti di derita pasien
5. Riwayat Kehamilan :
 ANC ya (2x selama hamil)
 Imunisasi :
 Kejadian khusus selama kehamilan tidak ada
 Nutrisi saat hamil, ibu pasien selalu makan nasi, sayur, lauk pauk, buah
dan ibu klien pernah minum susu
6. Riwayat Persalinan :
 Penolong : Bidan
 Tempat : di Rumah Bersalin
 Usia Kehamilan : 9 Bulan
 Jenis Persalinan : Normal
 Kondisi Saat Lahir : Sehat Menangis
 BB/PB Saat Lahir : 3500 kg/51 cm
7. Riwayat Imunisasi :

No Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Reaksi Setelah Pemberian


1. BCG 1x Panas
2. DPT 3x Panas
3. Polio 4x -
4. Campak 1x Demam
5. Hepatitis 1x -

8. Riwayat Tumbuh Kembang :


a. Gizi : 20 IMT
b. Kemandirian dalam bergaul : gugup Ketika berada di dekat orang baru
c. Motoric halus : pasien mampu menggerakan tangan dan jari-
jari
d. Motoric kasar : pasien mampu berjalan tanpa bantuan dan
mulai belajar menaiki tangga
e. Kognitif dan Bahasa : pasien belum mampu bicara
f. Psikososial : ibu pasien mengatakan, sejak dirawat di
Rumah Sakit pasien hanya dengan ibunya
9. Genogram :

Keterangan :
: Pasien l___l : Garis Perkawinan

: Perempuan l l : Garis Keturunan


: Laki-laki
10. Kebutuhan Cairan :
BB bayi : 10 kg
Rumus BB anak > 20 kg
1500 cc + 20 cc (BB-20)/kg/BB/hari
1500 + 20 (10-20) = -1.700 cc
11. Kebutuhan Kalori :
-1700 kilo kalori

C. Pola Pengkajian Fungsional Menurut Gordon


1. Pola persepsi Kesehatan/penanganan Kesehatan
Sebelum sakit:
Ibu pasien mengatakan tidak tahu tentang penyakit yang di alami anaknya, saat
panas anaknya hanya di kompres dan di beri obat penurun panas
Saat dikaji:
Ibu pasien mengatakan Ketika anaknya sakit langsung dibawa ke RS
2. Pola nutrisi/metabolic
Sebelum sakit :
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak ada masalah menelan, tidak ada gangguan
nutrisi
Saat dikaji :
Ibu pasien mengatakan pasien tidak mengalami mual maupun muntah
3. Pola eliminasi
Sebelum sakit :
Ibu pasien mengatakan tidak ada gangguan BAB sehari 1-2 x dan BAK 6-8 x
sehari sesuai kebutuhan
Saat dikaji :
Ibu pasien mengatakan BAB tidak teratur dengan konsistensi lunak dan BAK
tidak ada keluhan,warna kekuningan jernih
4. Pola aktivitas/Latihan
Sebelum sakit :
Ibu pasien mengatakan anaknya masih lebih sering bermain dirumah karena
belum terlalu lancar berjalannya
Saat dikaji :
Ibu pasien mengatakan pasien sangat lemah, dan hanya bisa berbaring di tempat
tidur
5. Pola tidur/istirahat
Sebelum sakit :
Ibu pasien mengatakan pasien biasa tidur jam 9 malam sampai jam 5 pagi
Saat dikaji :
Ibu pasien mengatakan pasien lebih banyak tertidur
6. Pola persepsi kognitif
Sebelum sakit :
Ibu pasien mengatakan pasien berespon terhadap sentuhan, suara dan objek baik,
pasien belum bisa bicara dan hanya mampu berkata belum jelas
Saat dikaji :
Ibu pasien mengatakan pasien seperti terlelap, tetapi ada respon terhadap nyeri
7. Pola konsep diri
Ibu pasien mengatakan, tidak tahu apa penyebab kejang yang dialami anaknya,
ibu hanya mengetahui anaknya demam, ia sangat cemas dan khawatir dengan
keadaan anaknya
8. Pola peran/hubungan
Sebelum sakit :
Ibu pasien mengatakan pasien anak yang periang dan sering bermain dengan
anggota keluarga yang lain
Saat dikaji :
Ibu pasien mengatakan saat sakit pasien lebih sering Bersama ibunya saja
9. Pola seksualitas/reproduksi
Pasien berjenis laki-laki, genetalia bersih
10. Pola koping/toleransi stress
Ibu pasien mengatakan pasien sering menangis karena merasa tidak nyaman
11. Pola nilai/kepercayaan
Ibu pasien mengatakan klien belum terlalu mengerti dan paham apa yang
dikatakan dan lakukan oleh orang lain.
D. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Lemah
2. Kesadaran : Somonel
3. TTV
N : 100 x/menit
S : 40℃
RR : 30 x/menit
4. Antropometrik
BB : 10 kg
PB : 80 cm
Status Gizi : Normal
5. Kepala : Kepala bersih, rambut berwarna hitam, tampak
simetris, dan tidak ada kelainan yang tampak pada kepala
6. Mata : Saat terjadi kejang bola mata memutar sehingga hanya
terlihat bagian putihnya saja
7. Hidung : Adanya pernafasan cuping hidung post ictal, bersih
tidak ada polip
8. Mulut : Mukosa lembab, tidak ada iritasi mukosa, bersih tidak
ada polip
9. Telinga : Tidak menggunakan alat bantu dengar, telinga tampak
bersih dan tidak ada infeksi atau pembengkakan
10. Leher : Tidak ada benjolan, simetris, tidak ada serumen
11. Thorak :
- Paru
Inspeksi : Tidak ada jejas dan tidak ada retraksi
Palpasi : Pergerakan dada simetris
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler
- Jantung
Inspeksi : Tidak ada tanda-tanda inflamasi
Palpasi : Tidak ada
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Terdengar detak jantung
- Abdomen
Inspeksi : Tidak ada pembengkakan
Auskultasi : Peristaltik (+) 10 x/menit
Perkusi : Tidak ada nyeri tekan
Palpasi : Bunyi timfani
12. Abdomen : Perut datar dan tidak terdapat benjolan
13. Genetalia : Bersih, tidak gatal dan tidak ada edema
14. Ekstremitas : Kejang pada ekstremitas atas dan bawah
E. Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan penunjang

ANALISA DATA

Tgl/Jam DATA ETIOLOGI PROBLEM Dx Keperawatan


21 Ds : Hipertermi Proses Penyakit Hipotermia b.d
September - Ibu pasien Proses Penyakit
/ jam mengatakan pasien
08.00 demam sejak 7 hari
yang lalu sebelum
masuk RS
Do : KU : Lemah
- Kesadaran Somnolen
- TTV
N : 100 x/menit
S : 40℃
RR : 30 x/menit
21 Ds : Resiko Kurangnya Resiko Cedera b.d
September Ibu pasien mengatakan Cedera koordinasi Kurangnya
/ jam sebelum di bawa ke RS otot/kejang koordinasi
08.00 pasien kejang 3 kali ± 5 menit otot/kejang
Do :
- Suhu : 40℃
- Kejang saat di IGD 1
kali ± 5 menit

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hipertermi b.d Proses Penyakit


2. Resiko Cedera b.d Kurangnya Koordinasi otot/Kejang

RENCANA KEPERAWATAN
Tgl/Jam No SLKI SIKI TTD
21 1. Setelah dilakukan Tindakan Manajemen Hipertermia
September/ keperawatan selama 3x24 jam, Observasi
jam 08.00 diharapkan suhu berada dalam  Indikasi penyebab
rentang normal dengan kriteria hipertermia
hasil :  Monitor Suhu Tubuh
Terapeutik
Indikasi A T  Sediakan lingkungan
Kejang 2 5 yang dingin
Suhu Tubuh 2 5  Longgarkan dan lepas
pakaian
Ket :
 Berikan cairan oral
1. Menurn
 Ganti linen setiap hari
2. Cukup menurun
atau lebih sering jika
3. Sedang
mengalami
4. Cukup meningkat
hyperhidrosis
5. Meningkat
(keringet berlebih)
 Lakukan pendinginan
eksternal
 Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
 Pemberian cairan dan
elektrolit intravena,
jika perlu
21 2. Setelah dilakukan Tindakan Manajemen Kejang
September/ keperawatan selama 3x24 jam, Observasi
jam 08.00 diharapkan kejang membaik  Monitor terjadinya
dengan kriteria hasil : kejang berulang
 Monitor karakteristik
kejang
 Monitor tanda-tanda
vital
Terapeutik
 Baringkan pasien agar
tidak terjatuh
 Berikan alas empuk
dibawah kepala
 Pertahankan
kepatenan jalan nafas
 Longgarkan pakaian
terutama dibagian
leher
 Damping selama
periode kejang
 Jauhkan benda-benda
berbahya terutama
tajam
 Catat durasi kejang
 Beri oksigen, jika
perlu
Edukasi
 Anjurkan keluarga
menghindari
memasukan apapun
ke dalam mulut pasien
saat periode kejang
 Anjurkan keluarga
tidak menggunakan
kekerasan untuk
menahan Gerakan
pasien
IMPLEMENTASI

Tgl/Jam No Implementasi

EVALUASI

NO WAKTU RESPON

Anda mungkin juga menyukai