Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN KEJANG DEMAM

Oleh:

LUH PUTU WIDYANTARI


NIM: 20.901.2533
KELOMPOK 10

PROGRAM STUDI PROFESI NERS NON REGULER


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kejang demam merupakankelainan neurologis yang paling sering

terjadi pada anak, 1 dari 25 anak akan mengalami satu kali kejang demam.

Hal ini dikarenakan, anak yang masih berusia dibawah 5 tahun sangat rentan

terhadap berbagai penyakit disebabkan sistem kekebalan tubuh belum

terbangun secara sempurna (Harjaningrum, 2011).

Serangan kejang demam pada anak yang satu dengan yang lain

tidaklah sama, tergantung nilai ambang kejang masing-masing. Oleh karena

itu, setiap serangan kejang harus mendapat penanganan yang cepat dan tepat,

apalagi kejang yang berlangsung lama dan berulang.Sebab, keterlambatan

dan kesalahan prosedur bisa mengakibatkan gejala sisa pada anak, bahkan

bisa menyebabkan kematian (Fida&Maya, 2012).

Kejang yang berlangsung lama biasanya disertai apneu (henti

nafas) yang dapat mengakibatkan terjadinya hipoksia (berkurangnya kadar

oksigen jaringan) sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul

edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Apabila anak

sering kejang, akan semakin banyak sel otak yang rusak dan

mempunyai risiko menyebabkan keterlambatan perkembangan, retardasi

mental, kelumpuhan dan juga 2-10% dapat berkembang menjadi epilepsi

(Mohammadi, 2010).
Insiden terjadinya kejang demam diperkirakan mencapai 4-5% dari jumlah
penduduk di Amerika Serikat, Amerika Selatan, dan Eropa Barat.Namun di Asia
angka kejadian kejang demam lebih tinggi, seperti di Jepang dilaporkan antara 6-9%
kejadian kejang demam, 5-10% di India, dan 14% di Guam (Hernal, 2010).
Kejang pada anak dapat mengganggu kehidupan keluarga dan kehidupan

sosial orang tua khususnya ibu, karena ibu dibuat stress dan rasa cemas yang luar

biasa.Bahkan, ada yang mengira anaknya bisa meninggal karena kejang. Beberapa

ibu panik ketika anak mereka demam dan melakukan kesalahan dalam mengatasi

demam dan komplikasinya.Kesalahan yang dilakukan ibu salah satunya disebabkan

karena kurang pengetahuan dalam menangani. Memberikan informasi kepada ibu

tentang hubungan demam dan kejang itu sendiri merupakan hal yang penting untuk

menghilangkan stress dan cemas mereka (Hazaveh, 2011).

Sebenarnya banyak hal yang bisa dilakukan ibu dalam mengatasi demam

pada anak sebelum terjadi kejang dan selanjutnya membawa ke rumah

sakit.Mengukur suhu dan memberi obat penurun panas, kompres air hangat (yang

suhunya kurang lebihsama dengan suhu badan anak) dan memberikan cairan yang

cukup dapat menurunkan suhu tubuh anak.Ibu harus menyadari bahwa demam

merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kejang, dikarenakan adanya

peningkatan suhu tubuh yang cepat (Raftery, 2008).

1.2 Rumusan Masalah

1. Jelaskan Pengertian dari kejang demam ?


2. Jelaskan klasifikasi dari kejang demam ?
3. Jelaskan penyebab dari kejang demam ?
4. sebutkan tanda dan gejala dari kejang demam ?
5. jelaskan patofisiologi dari kejang demam ?
6. Jelaskan pemeriksaan penunjang dari kejang demam ?
7. jelaskan penatalaksanaan dari kejang demam ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan Memahami pengertian dari kejang demam
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari kejang demam
3. Mengetahui dan Memahami penyebab dari kejang demam
4. Mengetahui dan Memahami tanda dan gejala dari kejang demam
5. Mengetahui dan Memahami patofisiologi dari kejang demam
6. Mengetahui dan Memahami pemeriksaan penunjang dari kejang demam
7. Mengetahui dan Memahami penatalaksanaan dari kejang demam
1.4 Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini yaitu sebagai bahan pembelajaran untuk

menambah wawasan baik kami maupun para pembaca lainnya tentang konsep kejang

demam.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI KEJANG DEMAM

Demam merupakan salah satu bentuk pertahanan tubuh terhadap

masalah yang terjadi dalam tubuh. Demam pada umumnya tidak berbahaya,

tetapi bila demam tinggi dapat menyebabkan masalah serius pada anak.

Masalah yang sering terjadi pada kenaikan suhu tubuh diatas 38ºC yaitu

kejang demam (Ngastiyah, 2012 dalam (Regina Putri, 2017).

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

suhu 38℃ biasanya terjadi pada usia 3 bulan – 5 tahun. Sedangkan usia < 4

minggu dan pernah kejang tanpa demam tidak termasuk dalam kategori ini.

(Ridha,2017). Kejang demam yang sering disebut step, merupakan kejang

yang terjadi pada saat seorang bayi ataupun anak mengalami demam tanpa

infeksi sestem saraf pusat yang dapat timbul bila seorang anak mengalami

demam tinggi (Sudarmoko, 2013).

Jadi bedasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kejang demam

adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di

atas 38℃) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium terutama pada anak

umur 3 bulan- 5 tahun.

2.2 KLASIFIKASI KEJANG DEMAM

Ada 2 golongan kejang demam menurut Ridha 2017:

a. Kejang demam sederhana


1) Dikeluarga penderita tidak ada riwayat epilepsi

2) Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyakit apapun

3) Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan – 6 tahun

4) Lamanya kejang berlangsung < 20 menit

5) Kejang tidak bersifat tonik klonik

6) Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang

7) Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurology atau

abnormalitas perkembangan

8) Kejang tidak berulang dalam waktu singkat

9) Tanpa gerakan fokal dan berulang dalam 24 jam.

b. Bila kejang tidak memenuhi kriteria tersebut diatas, maka golongan

sebagai kejang demam kompleks. (Ridha, 2017).

2.3 ETIOLOGI KEJANG DEMAM

Penentuan etiologi kejang berperan penting dalam tata laksana kejang

selanjutnya. Keadaan ini sangat penting terutama pada kejang yang sulit diatasi

atau kejang berulang. Etiologi kejang yang tersering pada anak dapat dilihat

pada tabel 1.
Tabel 1
Etiologi Kejang
pada Anak

Kejang Demam Sederhana Gangguan metabolik


Infeksi : hipoglikemia
- Infeksi intrakranial: - hiponatremia
meningitis, ensefalitis - hipoksemia
- hipokalsemia
- Shigellosis - Gangguan elektrolit atau dehidrasi
Keracunan : - Defisiensi piridoksin
- Alkohol - Gagal ginjal
- Gagal hati
- Teofilin
- Kelainan metabolik bawaan
- Kokain
Lain-lain:
- Ensefalopati hipertensi Penghentian obat anti epilepsi Trauma
kepala
- Tumor otak
- Perdarahan intrakranial
- Idiopatik

Dikutip dari: Schweich Pj, dkk. Oski’s pediatrics,1999. Dalam (Pudjiadi, et


al, 2011)

2.4 MANIFESTASI KLINIS

Kejang demam biasanya terjadi pada awal demam. Saat kejang, anak

akan terlihat aneh untuk beberapa saat, hilang kesadaran, tangan dan kaki

kaku, tersentak- sentak atau kelojotan, dan mata berputar-putar sehingga hanya

putih mata yang terlihat. Anak tidak responsive untuk beberapa waktu, napas

akan terganggu dan kulit akan tampak lebih gelap dari biasanya. Namun, tidak
seberapa lama kemudian, anak akan segera normal kembali (Sudarmoko,

2017).

2.5 PATOFISIOLOGI KEJANG DEMAM

Pada keadaan demam, kenaikan suhu sebanyak 1℃ akan menyebabkan

kenaikan kebutuhan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen

meningkat sebanyak 20%. Pada seorang anak yang berumur 3 tahun

sirkulasi otak mencapai

65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%.

Pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat menyebabkan terjadinya perubahan

keseimbangan dari membran sel neuron. Dalam waktu yang singkat terjadi

difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui membran tadi, akibatnya

terjadinya lepasan muatan listrik. Lepasan muatan listrik ini dapat meluas ke

seluruh sel maupun membran sel tetangganya dengan bantuan neurotransmitter

dan terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan

tergantung pada tinggi atau rendahnya ambang kejang seseorang anak pada

kenaikan suhu tubuhnya. Kebiasaannya, kejadian kejang pada suhu 38ºC,

anak tersebut mempunyai ambang kejang yang rendah, sedangkan pada suhu

40ºC atau lebih anak tersebut mempunyai ambang kejang yang tinggi. Dari

kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih

sering terjadi pada ambang kejang yang rendah (Ngastiyah, 2007).


2.5 PATHWAY

Infeksi bakteri, virus,


dan parasit Rangsang mekanik dan
biokimia

Reaksi Inflamasi Perubahan konsentrasi ion di


ruang ekstraseluler

Proses demam Keseimbangan potensial


membrane ATPASE

Difusi Na+ dan K+

Kejang Aktivitas otot


Resiko kejang berulang
meningkat

Kurang informasi Kurang dari 15 Lebih dari 15


pengobatan perawatan : menit menit Metabolisme
kondisi, prognosis, lanjut, meningkat
dan diet.
Tidak menimbulkan Perubahan suplay
gejala sisa darah ke otak Suhu tubuh
Kurang Pengetahuan meningkat
Resiko kerusakan sel
neuron otak
Hipertermi

Ketidaefektifan perfusi
jaringan cerebral
Inkordinasi
konstraksi otot
mulut dan lidah

Resiko cidera Kurang


kesadaran
1
0

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut Mansjoer (2000), beberapa pemeriksaan penunjang yang

dilakukan pada pasien dengan kejang demam adalah meliputi:

1. Elektro encephalograft (EEG)

Untuk pemeriksaan ini dirasa kurang mempunyai nilai

prognostik. EEG abnormal tidak dapat digunakan untuk

menduga kemungkinan terjadinya epilepsi atau kejang demam

yang berulang dikemudian hari. Saat ini pemeriksaan EEG

tidak lagi dianjurkan untuk pasien kejang demam yang sederhana.

Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan dan

dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi.

2. Pemeriksaan cairan cerebrospinal

Hal ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya

meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama.

Pada bayi yang masih kecil seringkali gejala meningitis fidak

jelas sehingga. harus dilakukan lumbal pungsi pada bayi yang

berumur kurang dari 6 bulan dan dianjurkan untuk yang berumur

kurang dari 18 bulan.

2.7 PENATALAKSANAAN KEJANG DEMAM

Tatalaksana yang dilakukan saat anak datang dalam keadaan kejang adalah:

 Diazepam intravena 0.3 – 0.5 mg/kgBB bolus pelan 1 – 2 mg/menit (3 – 5 menit),

dosis maksimal 20 mg.


1
1

 Bila belum terpasang akses intravena atau dilakukan di Rumah, bisa diberikan

diazepam rektal 0.5 – 0.75 mg/kgBB atau 5 mg untuk BB < 10 kg dan 10 mg untuk

BB > 10 kg

 Bila diazepam rektal diberikan oleh orang tua di Rumah, dengan 2 kali pemberian

diazepam rektal berselang 5 menit, kejang masih belum berhenti, anjurkan ke Rumah

Sakit dan diberikan diazepam intravena

 Bila kejang belum berhenti setelah tatalaksana awal, berikan Fenitoin intravena

dosis awal 10 – 20 mg/kgBB/pemberian (kecepatan 1 mg/kgBB/menit atau kurang

dari 50 mg/menit)

 Bila kejang berhenti, fenitoin diberikan kembali 4 – 8 mg/kgBB/hari 12 jam

setelah dosis awal.

 Bila kejang belum berhenti, rawat ruang intensif untuk diberikan obat-obatan

anestesi.

Berobat Jalan

Tatalaksana rumatan diberikan sampai pada waktu 1 tahun periode bebas kejang, dan

diberhentikan bertahap (tappering off) dalam waktu 1 – 2 bulan pada:

 Kejang demam kompleks, atau

 Timbulnya kelainan neurologis sebelum atau sesudah kejang (contoh: paresis

Todd, hemiparesis, cerebral palsy, hidrosefalus dan retardasi mental), atau

 Kejang lebih dari 2x dalam 24 jam, atau kurang usia 12 bulan, atau lebih sama

dengan 4x kejadian kejang demam dalam 1 tahun (dipertimbangkan).


1
2

Berdasarkan analisis keuntungan dan kerugian, obat-obatan anti-konvulsan tidak

direkomendasikan pada pasien kejang demam sederhana yang terjadi satu kali atau

lebih.

Persiapan Rujukan Ke Rumah Sakit

Anjurkan orang tua atau pengasuh untuk lakukan hal-hal berikut bila sedang terjadi

kejang demam anak:

 Jangan tahan anak dalam keadaan kejang, posisikan anak di tempat yang aman

(contoh: lantai)

 Sebisa mungkin kepala dimiringkan ke samping agar bila anak muntah, tidak

terjadi aspirasi

 Jangan diberikan apapun ke dalam mulutnya

 Bila orang tua memiliki diazepam sediaan rektal, berikan dengan dosis 5 mg untuk

< 10 kg, atau 10 mg untuk > 10 kg

 Bila kejang tidak berhenti dalam 10 menit, segera bawa anak ke Unit Gawat

Darurat terdekat. [1,3]

Medikamentosa

Obat anti-konvulsi yang digunakan saat kejang demam:

Diazepam

Dosis saat terjadi kejang:

 5 mg sediaan per rectal untuk berat badan < 10 kg

 10 mg sediaan per rectal untuk berat badan > 10 kg

 0.2 – 0.5 mg/kgBB/kali dapat diulang dalam 4 – 12 jam


1
3

IDAI menyarankan pemberian diazepam oral dengan dosis 0.3 mg/kgBB atau

diazepam rektal dengan 0.5 mg/kgBB pada saat demam karena dapat menurunkan

risiko terjadinya kejang. Bekerja sebagai neurotransmitter inhibitor dengan

meningkatkan aktivitas GABA, menekan pada semua tingkatan sistem saraf pusat.

Fenitoin

Dosis awal fenitoin 10 – 20 mg/kgBB/pemberian (kecepatan 1 mg/kgBB/menit atau

kurang dari 50 mg/menit).

Dosis rumatan: 4 – 8 mg/kgBB/hari 12 jam setelah dosis awal.

Fenitoin bekerja dengan menurunkan aktivitas neuron dengan mengganggu kerja dari

kanal natrium. Tidak boleh diberikan pada cairan yang mengandung dekstrosa karena

risiko presipitasi. Cairan pengencer yang disarankan adalah NaCl 0.9%.

Fenobarbital

Dosis fenobarbital adalah 15 – 20 mg/kgBB/hari IV dengan pemberian yang tidak

melebihi kecepatan 2 mg/kgBB/menit, dan tidak melebihi 1000 mg/dosis. Dapat

diulangi dengan dosis 5 – 10 mg/kgBB bolus setelah 15 – 30 menit bila diperlukan.

Dosis maksimal kumulatif adalah 40 mg/kgBB.

Beberapa dokter spesialis anak mempertimbangkan pemberian fenobarbital ketika

golongan barbiturat (diazepam) tidak memberikan efek klinis. Tidak ditemukan

superioritas antara fenobarbital dengan fenitoin.

Antikonvulsan Rumatan

Pemberian obat anti-konvulsan yang terus menerus seperti fenobarbital dan asam

valproat serta terapi intermiten dengan diazepam ditemukan efektif untuk mengurangi

kejadian kejang demam. Pertimbangan efek samping dari obat-obatan ini dianggap
1
4

lebih berbahaya bila dibandingkan dengan risiko yang terjadi akibat kejang demam

sederhana.

Obat rumatan disarankan oleh IDAI untuk kejang demam yang berpotensi menjadi

epilepsi yaitu kejang demam kompleks. Obat anti-konvulsi rumatan yang dapat

diberikan:

 Asam Valproat. Dosis: 15 – 40 mg/kgBB/hari dalam 2 – 3 dosis, namun  memiliki

risiko gangguan fungsi hati terutama pada usia di bawah 2 tahun

 Fenobarbital. Dosis: 3 – 4 mg/kgBB/hari dalam 1 – 2 dosis. Penggunaan setiap

hari meningkatkan risiko terjadinya kesulitan belajar dan gangguan perilaku.

Antipiretik

Pemberian obat anti-piretik secara rutin tidak dianjurkan karena hasilnya tidak

berbeda bermakna dengan pemberiannya hanya pada saat kejadian demam dalam

menurunkan kejadian kejang demam berulang. Obat anti-piretik yang dianjurkan

IDAI adalah:

 Paracetamol 10 – 15 mg/kgBB/kali, sampai 4 kali sehari

 Ibuprofen 5 – 10 mg/kgBB/kali, 3 – 4 kali sehari

Terapi Suportif

Tidak ada terapi suportif yang direkomendasikan untuk kejang demam.

Zink

Zink diduga berperan dalam patogenesis kejang demam dan pemberiannya sebagai

terapi suportif masih dalam pro dan kontra. Studi cochrane menyimpulkan bahwa

pemberian zink tidak memberikan keuntungan.


1
5

2.8 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Identitas

Lakukan pengkajian identitas seperti nama, alamat, dan pada umur


anak di bawah 6 bulan sampai 4 tahun (Sodidin,2012 dlm Farida & Selviana,
2016), jenis kelamin, agama, pendidikan, orang tua klien, dll.

b. Keluhan Utama
Kejang merupakan gangguan tersier pada anak yang sering terjadi
bersamaan dengan demam yang melebihi 38oC (Juanita & Manggarwati,
2016). Keluhan utama pada kejang demam dapat mengakibatkan
hipertermi. Hipertermi yaitu peningkatan suhu tubuh di atas normal
(wilkison, 2016).
c. Riwayat Penyakit Sekarang
kejang demam merupakan bangkitan kejang akibat kenaikan suhu tubuh di
atas 38oC yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium(Badrul, 2015).
Menurut Nurhayati et al., 2017 dalam penelitian menyebutkan bahwa demam
memiliki resiko lebih besar terjadinya kejang demam pada anak.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah pasien pernah mengalami kejadian yang sedang di alami sekarang
atau pernah di rawat dengan sakit tertentu. Dewanti (2012) mendapatkan 86
anak mengalami kejang demam, dan 47,7% diantaranya mengalami kejang
demam berulang. Perbandingan kejadian kejang demam yang diperoleh peneliti
pada kejang demam pertama dan kejang demam berulang adalah 2 : 1. Hal ini
menunjukkan ada perubahan kejadian kejang demam berulang.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga dengan riwayat pernah menderita kejang demam sebagai factor
resiko untuk terjadi kejang demam pertama adalah kedua orang tua ataupun
saudara.
1
6

f. Pemeriksaan Fisik
Batas suhu yang bias mencetuskan kejang demam 38oC atau lebih, tapi

suhu sebenarnya pada waktu kejang sering tidak di ketahui (Soetomongolo, 1999

dalam Badrul, 2015).

Pemeriksaan fisik yang lainnya bertujuan untuk mencari sumber infeksi

dan kemungkinan adanya infeksi intracranial meningitis atau ensevalitis (Basuki,

2009 dalam Badrul, 2015).

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral
2) Hipertermi
3) Resiko Cidera
4) Defisit Pengetahuan
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Kriteria Hasil dan Intervensi (SIKI)
Keperawatan Tujuan (SLKI)
Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan Perawatan Sirkulasi
perfusi jaringan keperawatan selama ... x Observasi
cerebral 24 jam tingkat nyeri 1. Periksa sirkulasi perifer
menurun dengan kriteria (mis. Nadi perifer, suhu,
hasil: warna)
1. tingkat kesadaran Manajemen Sensasi Perifer
membaik (5) Observasi
2. tekanan intracranial 1. periksa perbedaan sensasi
menurun (5) panas atau dingin
3. Sakit kepala 2. identifikasi penyebab
menurun (5) perubahan sensasi
4. Gelisah menurun Terapiutik
(5) 1. Hindari prmakian benda-
1
7

5. Kecemasan benda yang berlebihan


menurun (5) suhunya
6. Demam menurun Edukasi
(5) 1. Anjurkan penggunaan
thermometer untuk menguji
suhu
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgesik, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian
kortikosteroid, jika perlu

Hipertermi Setelah dilakukan asuhan Manajemen Hipertermia


keperawatan selama ... x Observasi
24 jam tingkat nyeri 1. Identifikasi penyebab
menurun dengan kriteria hipertermia (mis. Dehidrasi)
hasil: 2. Monitor suhu tubuh
1. menggigil menurun 3. Monitor kadar elektrolit
(1) Terapiutik
2. Kejang menurun (1) 1. Sediakan lingkungan yang
3. suhu tubuh dingin
membaik (5) 2. Longgarkan atau lepaskan
Suhu kulit membaik pakian
(5) 3. Berikan cairan oral
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
1
8

Kolaborasi
1. Kolaborasi dalam pemberian
cairan intravena , jika perlu
Resiko Cidera Setelah dilakukan asuhan Pencegahan Cidera
keperawatan selama ... x Observasi
24 jam tingkat nyeri 1. Identifikasi area lingkungan
menurun dengan kriteria yang berpotensi menyebabkan
hasil: cidera
1. kejadian cidera Terapiutik
menurun (5) 1. sediakan pencahayaan yang
memadai
2. gunakan lampu tidur selama
jam tidur
1
9

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu

38℃ biasanya terjadi pada usia 3 bulan – 5 tahun. Sedangkan usia < 4 minggu

dan pernah kejang tanpa demam tidak termasuk dalam kategori ini. (Ridha,2017).

3.2 SARAN

Kami sebagai penulis dapat berharap kepada para pembaca, dimana

setelah membaca makalah yang kami buat ini para pembaca apalagi para

mahasiswa keperawatan dapat memahami tentang Konsep kejang demam pada

anak.
2
0

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A.A., 2012. Riset Keperawatan Dan Penulisan Teknik Ilmiah.


Jakarta: Salemba Medika.

Hk, N., Susilawati, F. & Amatiria, G., 2017. Faktor-Faktor Yang


Berpengaruh Dengan Kejadian Kejang Demam Pada Pasien
Anak D
Diarini, E.D.A., 2017. Asuhan Keperawatan Anak Kejang Demam Pada Klien An.
Y Dan An. H Dengan Masalah Keperawatan Hipertermi Di
Ruang Bougenvile Di Rsud Dr. Haryoto Lumajang. Karya Tulis
Ilmiah. Lumajang : Akademi Keperawatan Lumajang Akademi
Keperawatan Lumajang.

Farida, J. & Selviana, M., 2016. Peningkatan Self Efficacy Ibu Melalui
Metode Chalk And Talk Tentang Penanganan Pertama Kejang
Demam Pada Balita Di Desa Plosowahyu Kabupaten Lamongan.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 9, No. 2, Pp.178-85.

Anda mungkin juga menyukai