Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

BBLR (BAYI BERAT LAHIR RENDAH)

Oleh:

DEWA AYU AGUNG YUSPITA DEWI


NIM: 209012621

PROGRAM STUDI PROFESI NERS NON REGULER


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2021

1
LAPORAN PENDAHULUAN
BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

A. TINJAUAN TEORI PENYAKIT


1. PENGERTIAN
BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500
gram (Taurimasari, 2015). Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat
badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir (Nurarif&Kusuma, 2015).
2. KLASIFIKASI
Menurut ( Maryunani, 2013) klasifikasi BBLR, yaitu:
2.1 Klasifikasi berdasarkan berat badan
2.1.1 Bayi berat badan lahir ekstrem rendah, yaitu bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 1000 gram.
2.1.2 Bayi berat badan lahir sangat rendah, yaitu bayi yang lahir dengan berat
badan kurang 1.500 gram.
2.1.3 Bayi berat badan lahir rendah, yaitu bayi yang lahir dengan berat badan
1500-2500 gram.
2.2 Klasifikasi berdasarkan umur kehamilan
2.2.1 Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan belum
mencapai 37 minggu.
2.2.2 Bayi cukup bulan adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 38-42
minggu.
2.2.3 Bayi lebih bulan adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan lebih dari
42 minggu
2.3 Klasifikasi berdasarkan umur kehamilan dan berat badan:
2.3.1 Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK)/small-for-gestational-age (SGA)
adalah Bayi yang lahir dengan keterlambatan pertumbuhan intra uteri
dengan berat badan terletak dibawah persentil ke-10 dalam grafik
pertumbuhan intra-uteri.
2.3.2 Bayi sesuai dengan masa kehamilan (SMK) /appropriate-for-gestational-
age (AGA). Bayi yang lahir dengan berat badan sesuai dengan berat badan

2
untuk masa kehamilan, yaitu berat badan terletak antara persentil ke-10
dan ke-90 dalam grafik pertumbuhan intra-uterin.
2.3.3 Bayi besar untuk masa kehamilan/large-for-gestational-age (LGA). Bayi
yang lahir dengan berat badan lebih untuk usia kehamilan dengan berat
badan terletak diatas persentil ke-90 dalam grafik pertumbuhan intra-uteri
Berdasarkan pengertian diatas BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
2.1 Prematuritas Murni
Masa gestasi yang kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan
kurang dari berat badan semestinya untuk masa kehamilan atau disebut
neonatus kurang bulan, kecil untuk masa kehamilan (NKB-KMK).
2.2 Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk
masa kehamilan. Hal ini karena mengalami gangguan dalam kandungan
dan merupakan bayi Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK).
3. ETIOLOGI
Menurut (Taurimasari, 2015) penyebab BBLR yaitu sebagai berikut:
3.1 Faktor ibu
3.1.1 Gizi saat hamil kurang
Pemasukan makanan adalah lebih utama pada jumlah kalori yang
dikonsumsi setiap hari daripada komposisi dari kalori. Dalam masa hamil wanita
keadaan gizinya baik perlu mengkonsumsi 300 kalori lebih banyak daripada
sebelum hamil setiap hari.
3.1.2 Umur kurang dari 20 tahun dan diatas 35 tahun
3.1.3 Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
3.1.4 Penyakit menahun ibu: hipertensi, jantung, gangguan pembulu darah
3.1.5 Faktor pekerja yang terlalu berat
3.1.6 Kebiasaan, seperti: kebiasaan minum alkohol, merokok.
Wanita perokok, cenderung makan sedikit karena itu ibu akan kekurangan
substrat di dalam darahnya yang bisa dipergunakan oleh janin.Merokok
menyebabkan pelepasan efinefrin dan norefinefrin yang menyebabkan
vasokontriksi yang berkepanjangan sehingga terjadi pengurangan jumlah
pengaliran darah ke dalam uterus dan yang sampai ke dalam ruang intervillus.

3
3.2 Faktor Kehamilan
3.2.1 Hamil Hidronmion
Hidramnion atau poli hidramnion adalah suatu kondisi dimana terdapat
keadaan dimana jumlah air ketuban melebihi dari batas normal, keadaan air
ketuban berlebihan ini akan mengakibatkan kelahiran bayi premature maupun
dismatur, selain itu akan mengakibatkan permasalahan pada tali pusat sang bayi,
pendarahan hebat pada sang ibu setelah melahirkan, perkembangan bayi lamban
sampai pada dengan kematian pada sang bayi.
3.2.2 Hamil Ganda
Kehamilan ganda (multifetus) adalah kehamilan yang terdiri dari dua janin
atau lebih.
3.2.3 Perdarahan Antepartum
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan
diatas 28 minggu atau lebih, karena perdarahan antepartum terjadi pada umur
kehamilan diatas 28 minggu maka sering disebut atau digolongkan perdarahan
pada trisemester III. Penanganan perdarahan antepartum memerlukan perhatian
karena dapat saling mempengaruhi dan merugikan janin dan ibunya.
3.2.4 Komplikasi Hamil: pre-eklamsia atau eklamsia, ketuban pecah dini.
3.2.5 Anemia dalam Kehamilan
3.2.6 Riwayat Melahirkan BBLR Sebelumnya
3.3 Faktor Plasenta
3.3.1 Berat plasenta berkuran atau berongga atau keduanya
3.3.2 Luas permukaan berkurang
3.3.3 Plasentitis vilus (bakterial, virus dan parasite)
3.3.4 Infark
3.3.5 Tumor (Koriongioma, Mola hidatidosa)
3.3.6 Plasenta yang lepas
3.3.7 Sindrom plasenta yang lepas
3.4 Faktor Janin
3.4.1 Kelainan kromosom (Trisomy autosomal)
3.4.2 Infeksi janin kronik
3.4.3 Disautonomia familial

4
3.4.4 Radiasi
3.4.5 Kehamilan ganda/kembar (Gameli)
3.4.6 Aplasia pankreas
3.5 Faktor Lingkungan
3.5.1 Bertempat tinggal di dataran tinggi
3.5.2 Terkena radiasi
3.5.3 Terpapar zat beracun
4 PATOFISIOLOGI
Secara umum BBLR berhubungan dengan usia kehamilan yang belum
cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi
lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan lahirnya lebih
kecil dari masa kehamilan yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Hal ini terjadi karena
adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan
oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan
keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi berkurang.
Kelahiran bayi premature BBLR terjadi sebagai akibat dari infeksi dan
dimediasi secara tidak langsung terutama oleh perpindahan produk bakteri seperti
endotoksin (lipposakarida atau LPS) dan aktivasi dari mediator inflamasi pada
kehamilan. Molekul aktif biologis seperti prostaglandin E2 (PGE2) dan tumor
necrosis faktor (TNF) terlibat dalam proses kelahiran normal. Dengan adanya
proses infeksi, level sitokin dan PGE2 menjadi meningkat yang dapat
menstimulasi terjadinya kelahiran prematur.
Produk bakteri seperti endotoksin yang dihasilkan bakteri gram negative,
menstimulasi produksi sitokin dan prostaglandin. Sitokin tertentu seperti
interleukin-1 (IL-1), interleukin-6 (IL-6), tumor necrosis factor alpha (TNF-α)
menstimulasi sintesa PGE2 dari plasenta dan chorioamnion. Sitokin ini dapat
mencapai peredaran darah, melewati membrane plasenta, masuk ke cairan
amnion. Pada kehamilan normal, mediator pada intra amnion meningkat secara
fisiologis sampai batas ambang tercapai pada titik kelahiran, menyebabkan
dilatasi servikal dan kelahiran. Produksi abnormal dari mediator pada infeksi
meningkat pada saat yang tidak tepat sewaktu kehamilan menyebabkan kontraksi

5
uterin dan rupture premature dari mebran memicu kelahiran bayi premature
BBLR.
Berdasarkan beberapa faktor yang telah disebutkan, hal itu akan
menyebakan gangguan sirkulasi utero plasenta. Akibatnya akan terjadi insufisiensi
plasenta, yang menyebabkan suplai nutrisi dan oksigen ke janin tidak adekuat. Hal
ini lama-kelamaan akan menyebabkan gangguan pertumbuhan intra uteri dan
lahirlah bayi BBLR. Neonatus dengan imaturitas pertumbuhan dan perkembangan
atau bayi BBLR tidak dapat menghasilkan kalori melalui peningkatan
metabolisme. Hal ini disebabkan karena respon menggigil bayi tidak ada atau
kurang, sehingga tidak dapat menambah aktivitas.
Sumber utama kalori bila ada stress dingin atau suhu lingkungan rendah
adalah thermogenesis nonshiver. Sebagai respon terhadap rangsangan dingin,
tubuh bayi akan mengeluarkan norepinefrin yang menstimulus metabolisme
lemak dari cadangan lemak coklat untuk menghasilkan kalori yang kemudian
dibawa oleh darah ke jaringan. Stres dingin dapat menyebabkan hipoksia,
metabolisme asidosis dan hipoglikemia. Peningkatan metabolisme sebagai respon
terhadap stres dingin akan meningkatkan kebutuhan kalori dan oksigen. Bila
oksigen yang tersedia tidak dapat memenuhi kebutuhan, tekanan oksigen
berkurang (hipoksia) dan keadaan ini akan menjadi lebih buruk karena volume
paru menurun akibat berkurangnya oksigen darah dan kelainan paru (paru yang
imatur). Keadaan ini dapat sedikit tertolong oleh haemoglobin fetal (HbF) yang
dapat mengikat oksigen lebih banyak sehingga bayi dapat bertahan lebih lama
pada kondisi tekanan oksigen yang kurang (Mochtar, 2012).
5 MANIFESTASI KLINIS
Menurut (Taurimasari, 2015) manifestasi klinis BBLR menunjukkan belum
sempurnanya fungsi organ tubuh dengan keadaan lemah yaitu:
5.1 Fisik
5.1.1 Bayi kecil
5.1.2 Pergerakan kurang dan masih lemah
5.1.3 Kepala lebih besar dari pada badan
5.1.4 Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm,
5.1.5 Lingkar kepalasama dengan atau kurang dari 33 cm,

6
5.1.6 Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm.
5.1.7 Berat badan < 2500 gram
5.2 Kulit dan Kelamin
5.2.1 Kulit tipis dan transparan
5.2.2 Rambut lanugo banyak
5.2.3 Rambut halus dan tipis
5.2.4 Genetalia belum sempurna
5.3 Sistem Syaraf
5.3.1 Refleks moro
5.3.2 Refleks menghisap, menelan, dan batuk belum sempurna
5.4 Sistem Musculoskeletal
5.4.1 Axifikasi tengkorak sedikit
5.4.2 Ubun-ubun dan satura lebar
5.4.3 Tulang rawan elastis kurang
5.4.4 Otot-otot masih hipotonik
5.4.5 Tungkai abduksi
5.4.6 Sendi lutut dan kaki fleksi
5.4.7 Kepala menghadap satu jurusan
5.5 Sistem Pernafasan
5.5.1 Pernafasan belum teratur
5.5.2 Frekuensi nafas bervariasi
6 KOMPLIKASI
Menurut (Taurimasari, 2015) komplikasi langsung yang dapat terjadi pada
bayi berat lahir rendah yaitu:
6.1 Hipotermia
6.2 Gangguan cairan dan elektrolit
6.3 Hiperbilirubinemia
6.4 Sindroma gawat nafas
6.5 Infeksi
6.6 Perdarahan intraventikuler
6.7 Apnea of prematurity
6.8 Anemia

7
Komplikasi jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan
berat lahir rendah yaitu:
6.1 Gangguan perkembangan
6.2 Gangguan pertumbuhan
6.3 Gangguan penglihatan
6.4 Gangguan pendengaran
6.5 Penyakit paru kronis
6.6 Sering sakit dan sering masuk rumah sakit
6.7 Peningkatan frekuensi kelainan bawaan
7 PEMERIKSAAN PENUNJANG/DIAGNOSTIK
Menurut (Nurarif&Kusuma, 2015) pemeriksaan penunjang pada bayi berat
lahir rendah yaitu:
7.1 Jumlah sel darah putih: 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-
24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun
bila ada sepsis).
7.2 Hematokrit (HT): 43%-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih
menandakan polisitemia, penurunan kadar
menunjukkan anemia atau hemoragic prenatal/
perinatal).
7.3 Hemoglobin (Hb): 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan
anemia atau hemolysis berlebihan).
7.4 Bilirubin total: 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8mg/dl 1-2 hari, dan
12 mg/dl pada 3-5 hari.
7.5 Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran
rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.
7.6 Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl): biasanya dalam batas normal pada
awalnya.
7.7 Pemeriksaan analisa gas darah.

8
8 PENATALAKSANAAN MEDIS
8.1 Penatalaksanaan prematuritas murni
Mengingat belum sempurnanya kerja organ-organ tubuh yang perlu untuk
pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian diri dengan lingkungan hidup
di luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian
makanan dan bila perlu oksigen, mencegah infeksi serta mencegah kekurangan
vitamin dan zat besi.
8.1.1 Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/BBLR
Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi
hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik,
metabolismenya rendah dan permukaan badan relative luas. Oleh karena itu bayi
prematuritas harus dirawat didalam incubator. Sehingga panas badannya
mendekati seperti di dalam Rahim. Bila bayi dirawat dalam inkubator maka suhu
bayi dengan berat badan 2 kg adalah 35oC, berat badan 2-2,5kg adalah 33-34oC.
Bila incubator tidak ada, bayi dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya
ditaruh botol yang berisi air panas, sehingga panas badannya dapat dipertahankan.
8.1.2 Makanan bayi premature
Sistem pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung kecil,
enzim pencernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan
kalori 110 kal/kg BB sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian
minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan
lambung. Refleks menghisap masih lemah, sehingga pemberian minuman
sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi frekuensi yang lebih sering. Permulaan
cairan diberikan sekitar 50-60 cc/kg BB/hari dan terus dinaikkan sampai mencapai
sekitar 200 cc/kg BB/hari.
8.1.3 Menghindari infeksi
Bayi premature mudah terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang
masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan antibody
belum sempurna. Oleh karena itu upaya preventif sudah dilakukan sejak
pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas (BBLR).
Sehingga perawatan dan pengawasan bayi premature secara khusus dan terisolasi
dengan baik.

9
8.2 Penatalaksanaan dismaturitas
8.2.1 Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine serta
menemukan gangguan pertumbuhan misalnya dengan pemeriksaan ultra
sonografi.
8.2.2 Pemeriksaan kadar gula darah (true glukose) dengan dextrostix atau
laboratorium kalau hipoglikemia perlu diatasi.
8.2.3 Pemeriksan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya.
8.2.4 Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi SMK.
8.2.5 Melakukan tracheal-washingpada bayi yang diduga akan menderita
aspirasi mekonium.
8.2.6 Sebaiknya setiap jam dihitung frekuensi pernafasan dan bila frekuensi
lebih dari 60 x/menit dibuat foto thorax (Taurimasari, 2015).

B. TINJAUAN TEORI ASKEP


1. Pengkajian Keperawatan
Menurut (Taurimasari, 2015) pengkajian keperawatan pada BBLR, yaitu:
1.1 Identitas Klien
Meliputi, nama, umur, TTL, jenis kelamin, alamat, pendidikan, agama,
nama ayah atau ibu, pekerjaan ayah atau ibu, tanggal MRS, nomer registrasi,
status, dan tangal pengkajian.
1.2 Riwayat Kesehatan
1.2.1 Keluhan Utama
Pada klien dengan BBLR yang sering tampak adalah sesak nafas.
1.2.2 Riwayat Kesehatan Sekarang
Berat badan bayi kurang dari 2500 gram, rambut tipis, kulit merah sampai
dengan merah muda dengan vena dapat dilihat, rambut tipis dan halus, lanugo
pada punggung dan wajah, sedikit atau tidak ada bukti lemak subkutan, kepala
lebih besar dari tubuh, kartilago telinga berkembang buruk, sedikit keriput pada
telapak tangan dan kaki. Pada wanita klitoris menonjol, pada laki-laki skrotum
belum berkembang, tidak menggantung, dan testis tidak menurun.

10
1.2.3 Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Prenatal :
1.2.3.1 Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak
teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan serta tempat
melakukan pemeriksaan kehamilan.
1.2.3.2 Pendidikan kesehatan yang diperoleh selama hamil
1.2.3.3 Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan
postdate atau preterm).
1.2.3.4 Keadaan ibu selama hamil (komplikasi) dengan anemia, hipertensi, gizi
buruk, merokok ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti
diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru.
1.2.3.5 Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran multiple,
kelainan kongenital, riwayat persalinan preterm.
Natal
1.2.3.1 Lama persalinan yang dilakukan
1.2.3.2 Komplikasi persalinan yang dialami
1.2.3.3 Tempat persalinan, cara melahirkan apakah pervaginam, vakum atau SC,
dan penolong persalinan
Post-natal
1.2.3.1 Apakah usaha nafas dilakukan dengan atau tanpa bantuan
1.2.3.2 Kebutuhan resusitasi yang diperlukan bayi seperti jenis dan lamanya
1.2.3.3 Pemeriksaan APGAR Skor.
Metode yang paling sering digunakan untuk mengkaji penyesuaian segera
bayii baru lahir terhadap kehidupan ekstrauterin adalah sistem skoring APGAR.
1.2.4 Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada ibu didapat kekurangan nutrisi, kebiasaan merokok, mengkonsumsi
alcohol atau narkoba, karena adanya penyakit kronis atau akut, dan atau gangguan
proses persalinan.
1.2.5 Riwayat Kesehatan Keluarga
Kemungkinan tidak banyak ditemukan penyakit keturunan dan keluarga
yang membahayakan. Dibuatkan bagan atau genogram dan dikaji apakah dalam
keluarga terdapat anggota yang menderita penyakit keturunan atau menular.

11
1.3 Pemeriksaan Fisik Bayi
1.3.3 Pengukuran umum
Lingkar kepala: < persentil ke-10 atau > persentil ke-90
Berat badan lahir: < persentil ke-10 atau > persentil ke-90
1.3.4 Tanda-tanda vital
Suhu: hipotermia, hipertermia. Nadi: bradikardia-frekuensi istirahat
dibawah 80 sampai 100 x/menit, takikardia-frekuensi kira-kira 160 sampai 180
x/menit, irama tidak teratur. Pernafasan: takipnea-frekwensi dibawah 60
kali/menit, apnea-frekwensi > 15-20 detik.
1.3.5 Kulit
Ikterik berlanjut khususnya pada 24 jam pertama, kulit memucat, sianosis
umum, pucat, keabu-abuan, turgor kulit buruk, ruam.
1.3.6 Kepala
Sutura menyatu, pelebaran sutura dan fontanel.
1.3.7 Mata
Warna merah muda dan iris, rabas purulent, tidak ada reflek merah, pupil
dilatasi, tidak ada reflek pupil atau kornea, ketidakmampuan mengikuti objek atau
cahaya terang kegaris tengah, sclera biru dan kuning, katarak congenital.
1.3.8 Telinga
Penempatan telinga terlalu rendah, tidak ada reflek kejut atau moro
sebagai respon terhadap bunyi keras, abnormalitas pinna minor dapat menjadi
tanda dan berbagai sindrom.
1.3.9 Hidung
Kanal tidak paten, rabas nasal kental dan berdarah, pelebaran cuping
hidung, sekresi nasal berlebihan atau tersumbat, tidak ada septum, batang hidung
datar.
1.3.10 Mulut dan tenggorokan
Bibir sumbing, palatum terbelah,lidah besar menjulur atau kesalahan
posisi posterior dan lidah, saliva berlebihan, ketidakmampuan untuk menelan
selang nasogastik, dagu kecil dan tertaruk kebelakang.

12
1.3.11 Leher
Lipatan kulit yang berlebihan atau berselaput, tahanan terhadap fleksi,
tidak adanya leher tonik.
1.3.12 Dada
Depresi sternum, retraksi dada dan ruang interkontal selama pernafasan,
kemerahan dan keras di sekitar putting, putting berjarak jauh.
1.3.13 Paru-paru
Dada naik sementara abdomen turun, menetap mengi, penurunan bunyi
napas, takipnea.
1.3.14 Jantung
Murmur, sianosis menetap.
1.3.15 Abdomen
Distensi abdomen, penonjolan setempat, distensi vena, bising usus tidak
ada, abdomen cekung, tali umbilicus hijau.
1.3.16 Genetalia
Wanita: pembesaran klitoris dengan meatus uretra pada bagian ujung,
labia menyatu, tidak berkemih dalam 24 jam, masa pada labia.
Pria : hipospadia, epispadia, testis tidak dapat diraba dalam skrotum,
tidak ada urinasi selam 24 jam, masa dalam skrotum.
1.4 Pengkajian Bayi
1.4.1 Pernapasan
Takipnea sementara dapat dilihat, khususnya setelah kelahiran cesaria.
Pola napas diafragmatik dan abdominal dengan gerakan sinkron dari dada dan
abdomen, perhatikan adanya sekret yang mengganggu pernapasan, mengorok,
pernapasan cuping hidung, pernapasan lebih dari 70x/mnt.
1.4.2 Gerak aktivitas
Bayi sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama, tidur sehari rata-rata
20 jam.
1.4.3 Makanan dan cairan
Berat badan rata-rata 2500-4000 gram: kurang dan 2500 gram
menunjukkan kecil untuk usia gestasi, pemberian nutrisi harus diperhatikan. Bayi
dengan dehidrasi harus diberi infus, beri minum dengan tetes ASI/sonde karena

13
refleks menelan BBLR belum sempurna, kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir
120-150 ml/kg BB/hari.
1.4.4 Berat badan kurang dari 2500 gram
1.4.5 Suhu
BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh karena itu suhu tubuhnya harus
dipertahankan.
1.4.6 Integumen
Pada BBLR mempunyai tanda-tanda kulit tampak mengkilat dan kering.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
yang berlangsung aktual maupun potensial (Tim Pokja SDKI PPNI, 2017).
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada kasus BBLR yaitu:
2.1 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernafasan,
hambatan upaya napas (mis. nyeri saat bernapas, kelemahan otot
pernapasan), deformitas dinding dada, deformitas tulang dada, gangguan
neuromuscular, gangguan neurologis (mis elektroensefalogram (EEG)
positif, cedera kepala ganguan kejang), imaturitas neurologis, penurunan
energy, obesitas, posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru, sindrom
hipoventilasi, kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf CS ke atas),
cedera pada medula spinalis, efek agen farmakologis, kecemasan
dibuktikan dengan (d/d) dyspnea, penggunaan otot bantu pernapasan, fase
ekspirasi memanjang pola napas abnormal, ortopnea, pernapasan pursed-
lip, pernapasan cuping hidung, diameter thoraks anterior-posterior
meningkat, ventilasi semenit menurun, kapasitas vital menurun, tekanan
ekspirasi menurun, tekanan inspirasi menurun, ekskursi dada berubah.
2.2 Hipotermia berhubungan dengan kerusakan hipotalamus, konsumsi
alcohol, berat badan ekstrem, kekurangan lemak subkutan, terpapar suhu
lingkungan rendah, malnutrisi, pemakaian pakaian tipis, penurunan laju
metabolism, tidak beraktivitas, transfer panas (mis. konduksi, konveksi,
evaporasi, radiasi), trauma, proses penuaan, efek agen farmakologis,

14
kurang terpapar informasi tentang pencegahan hipotermia dibuktikan
dengan (d/d) kulit teraba dingin, menggigil, suhu tubuh dibawah nilai
normal, akrosianosis, bradikardi, dasar kuku sianotik, hipoglikemia,
hipoksia, pengisian kapiler >3 detik, konsumsi oksigen meningat, ventilasi
menurun, piloereksi, takikardia, vasokonstriksi perifer, kutis memorata
(pada neonatus).
2.3 Ikterik neonatus berhubungan dengan penurunan berat badan abnormal
(>7-8% pada bayi baru lahir yang menyusu ASI, > 15% pada bayi cukup
bulan), pola makan tidak ditetapkan dengan baik, kesulitan transisi ke
kehidupan ekstra uterin, usia kurang dari 7 hari, keterlambatan
pengeluaran feses (mekonium) dibuktikan dengan (d/d) profil darah
abnormal (hemolisis, bilirubin serum total >2mg/dL, bilirubin serum total
pada rentang risiko tinggi menurut usia pada normogram spesifik waktu,
membrane mukosa kuning, kulit kuning, sklera kuning.
2.4 Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan,
ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrien, peningkatan kebutuhan metabolisme, faktor ekonomi, faktor
psikologis dibuktikan dengan (d/d) berat badan menurun minimal 10% di
bawah rentang ideal, cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen,
nafsu makan menurun, bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot
menelan lemah, membrane mukosa pucat, sariawan, serum albumin turun,
rambut rontok berlebihan, diare.
2.5 Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis, efek prosedur invasif,
malnutrisi, peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan,
ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer (gangguan peristaltik,
kerusakan integritas kulit, perubahan sekresi pH, penurunan kerja siliaris,
ketuban pecah lama, ketuban pecah sebelum waktunya, merokok, statis
cairan tubuh), ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder (penurunan
hemoglobin, imunosupresi, leukopenia, supresi respon inflamasi, vaksinasi
tidak adekuat).

15
3. Intervensi Keperawatan

No. Masalah Tujuan dan Kriteria Hasil Perencanaan Keperawatan


Keperawatan (SLKI) (SIKI)
1 Pola Nafas Tidak Setelah dilakukan asuhan  Manajemen Jalan Napas
Efektif keperawatan selama 3x24 Observasi
jam, diharapkan pola nafas 1. Monitor pola napas (frekuensi,
tidak efektif dapat teratasi kedalaman, usaha napas)
dengan kriteria hasil : 2. Monitor bunyi napas tambahan
1. Dispnea menurun (mis. gurgling, mengi,
2. Penggunaan otot bantu wheezing, ronkhi kering)
napas menurun 3. Monitor sputum (jumlah,
3. Perpanjangan fase warna, aroma)
ekspirasi menurun Terapeutik
4. Pernapasan cuping 1. Pertahankan kepatenan jalan
hidung menurun napas dengan head-tilt dan
5. Frekuensi napas chin-lift (jaw-thrust jika curiga
membaik trauma servikal)
6. Kedalaman napas 2. Lakukan penghisapan lender
membaik kurang dari 15 detik
3. Keluarkan sumbatan benda
padat dengan forsep McGill
4. Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000
mL/hari, jika tidak
kontraindikasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu

16
 Pemantauan Respirasi
Observasi
1. Monitor frekuensi, irama,
kedalaman, dan upaya napas
2. Monitor pola napas (seperti
bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, kussmaul,
cheyne-stiokes biot, ataksik)
3. Monitor adanya produksi
sputum
4. Monitor adanya sumbatan jalan
napas
5. Palpasi kesimetrisan ekspansi
paru
6. Auskultasi bunyi napas
7. Monitor saturasi oksigen
Terapeutik
1. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

2 Hipotermia Setelah dilakukan asuhan  Manajemen Hipotermia


keperawatan selama 3x24, Observasi
diharapkan hipotermia 1. Monitor suhu tubuh
teratasi degan kriteria hasil : 2. Identifikasi penyebab
1. Menggigil menurun hipotermia (mis.terpapar suhu
2. Dasar kuku sianotik lingkungan rendah, pakaian
menurun tipis, kerusakan hipotalamus,

17
3. Pengisian kapiler penurunan laju metabolisme,
membaik kekurangan lemak subkutan
4. Suhu tubuh membaik 3. Monitor tanda dan gejala
5. Suhu kulit membaik hipotermia (mis. menggigil,
takipnea)
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang
hangat (mis.atur suhu ruangan,
incubator)
2. Ganti pakaian dan/atau linen
yang basah
3. Lakukan penghangatan pasif
(mis. selimut, menutup kepala,
pakaian tebal)
4. Lakukan penghangatan aktif
eksternal (mis.kompres hangat,
botol hangat, selimut hangat,
perawatan metode kangguru)
5. Lakukan penghangatan aktif
internal (mis.infus cairan
hangat, oksigen hangat)
Edukasi
1. Anjurkan makan/minum
hangat

 Terapi Paparan Panas


Observasi
1. Identifikasi kontraindikasi
penggunaan terapi
2. Monitor suhu alat terapi
3. Monitor kondisi kulit selama
terapi

18
4. Monitor kondisi umum,
kenyamanan dan keamanan
selama terapi
5. Monitor respon pasien
terhadap terapi
Terapeutik
1. Pilih metode stimulasi yang
nyaman dan mudah didapatkan
(mis.lampu, bantal panas
listrik)
2. Tentukan durasi terapi sesuai
dengan respon pasien
Edukasi
1. Ajarkan cara menyesuaikan
suhu secara mandiri

3 Ikterik Neonatus Setelah dilakukan asuhan  Fototerapi Neonatus


keperawatan selama 3x24 Observasi
jam, diharapkan ikterik 1. Monitor ikterik pada sklera dan
neonatus teratasi dengan kulit bayi
kriteria hasil : 2. Monitor suhu dan tanda vital
1. Kerusakan jaringan setiap 4 jam sekali
menurun 3. Monitor efek samping
2. Kerusakan lapisan kulit fototerapi (mis.hipertermi,
menurun diare, rush pada kulit,
3. Suhu kulit membaik penurunan berat badan lebih
dari 8-10%
Terapeutik
1. Siapkan lampu fototerapi dan
incubator atau kotak bayi
2. Lepaskan pakaian bayi kecuali
popok

19
3. Berikan penutup mata pada
bayi
4. Ukur jarak antara lampu dan
permukaan kulit bayi (30 cm
atau tergantung spesifikasi
lampu fototerapi)
5. Biarkan tubuh bayi terpapar
sinar fototerapi secara
berkelanjutan
6. Gunakan linen berwarna putih
agar memantulkan cahaya
sebanyak mungkin
Edukasi
1. Anjurkan ibu menyusui sekitar
20-30 menit
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemeriksaan darah
vena bilirubin direk dan
indirek

4 Defisit nutrisi Setelah dilakukan asuhan  Pemantauan Nutrisi


keperawatan selama 3x24 Observasi
jam, diharapkan defisit 1. Identifikasi faktor yang
nutrisi teratasi dengan mempengaruhi asupan gizi
kriteria hasil : (mis. Pengetahuan,
 Berat Badan ketersediaan makanan,
1. Berat badan membaik agama/kepercayaan, budaya,
2. Mempertahankan asupan mengunyah tidak adekuat,
makanan dan minuman gangguan menelan,
yang bernutrisi penggunaan obat-obatan atau
3. Memonitor berat badan pascaoperasi)
2. Identifikasi perubahan berat

20
badan
3. Identifikasi kelainan pada kulit
(mis. Memar berlebihan, luka
sulit sembuh, dan pendarahan)
4. Identifikasi kelainan pada
rambut (mis. Kering, tipis,
kasar, dan mudah patah)
5. Identifikasi pola makan (mis.
Kesukaan, konsumsi makanan
cepat saji, makan terburu-buru)
6. Identifikasi kemampuan
menelan (mis. Fungsi motorik
wajah, refleks menelan)
7. Identifikasi kelainan rongga
mulut (mis. Peradangan, gusi
berdarah, bibir kering dan
retak, luka)
8. Identifikasi kelainan eliminasi
(mis. Diare, darah, lendir, dan
eleminasi tidak teratur)
9. Monitor mual dan muntah
10. Monitor asupan oral
11. Monitor hasil laboratorium
(mis. Kadar kolesterol,
albumin serum, transferrin,
kreatinin, hemoglobin,
hematokrit, dan elektrolit darah
Terapuetik
1. Timbang berat badan
2. Ukur antroprometrik tubuh
(mis. Indeks massa tubuh,
pengukuran pinggang dan

21
ukuran lipatan kulit)
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

 Manajemen Gangguan
Makan
Observasi
1. Monitor asupan dan keluarnya
makanan
Terapeutik
1. Timbang berat badan secara
rutin
2. Diskusikan perilaku makan dan
jumlah aktivitas fisik yang
sesuai
Edukasi
1. Anjurkan membuat catatan
harian tentang perasaan dan
situasi pemicu pengeluaran
makanan (mis. Pengeluaran
yang disengaja, muntah,
aktivitas berlebihan)
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang target berat badan,
kebutuhan kalori dan pilihan
makanan

22
5 Risiko Infeksi Setelah dilakukan asuhan  Pencegahan Infeksi
keperawatan selama 3x24 Observasi
jam, diharapkan risiko 1. Monitor tanda dan gejala
infeksi tidak menjadi aktual infeksi
dengan kriteria hasil : Terapeutik
1. Demam menurun 1. Batasi jumlah pengunjung
2. Kemerahan menurun 2. Berikan perawatan kulit pada
3. Nyeri meunurun area edema
4. Bengkak menurun 3. Cuci tangan sebelum dan
5. Kadar sel darah putih sesudah kontak dengan pasien
membaik dan lingkungan pasien
4. Pertahankan teknik aseptic
pada pasien berisiko tinggi
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan nutrisi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Implementasi merupakan tahap ke empat dari
proses keperawatan yang di mulai setelah perawat menyusun rencana
keperawatan. Tindakan meliputi tindakan mandiri dan kolaborasi untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan (Nursalam, 2013).

23
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intlektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan keberhasilan dari diagnosa keperawatan, rencana intervensi,
dan implementasinya. Tahap evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor
keadaan yang terjadi selama tahap pengkajian, analisis, perencanaan, dan
implementasi (Nursalam,2013). Evaluasi yang diharapkan dari kriteria hasil
pasien dengan BBLR adalah sebagai berikut :
5.1 Dispnea menurun
5.2 Penggunaan otot bantu napas menurun
5.3 Perpanjangan fase ekspirasi menurun
5.4 Pernapasan cuping hidung menurun
5.5 Frekuensi napas membaik
5.6 Kedalaman napas membaik
5.7 Menggigil menurun
5.8 Dasar kuku sianotik menurun
5.9 Pengisian kapiler membaik
5.10 Suhu tubuh membaik
5.11 Suhu kulit membaik
5.12 Kerusakan jaringan menurun
5.13 Kerusakan lapisan kulit menurun
5.14 Suhu kulit membaik
5.15 Porsi makanan yang dihabiskan meningkat
5.16 Pengetahuan tentang pilihan makanan yang sehat meningkat
5.17 Berat badan membaik
5.18 Indeks Masa Tubuh (IMT) membaik
5.19 Frekuensi makan membaik
5.20 Nafsu makan membaik
5.21 Demam dan kemerahan menurun
5.22 Nyeri meunurun
5.23 Bengkak menurun
5.24 Kadar sel darah putih membaik

24
PATHWAY BBLR
Etiologi

Faktor Ibu Faktor Fator plasenta Faktor janin Faktor


kehamilan lingkungan

Gizi kurang, Gangguan sirkulasi


Kehamilan hidramnion, Infeksi dlm rahim
merokok dll utero plasenta Toksin →peredaran
ganda, KPD, Pre eklamsi,
eklamsi darah
Produk bakteri:
Pelepasan Suplai nutrisi dan
endotoksin
efinefrin dan oksigen ke janin tidak
Dilatasi servikal adekuat Gawat janin
norefinefrin
Produksi sitokin dan
prostaglandin ↑
Vasokontriksi Gangguan pertumbuhan
intra uteri
Kontraksi uterin dan
Jumlah pengaliran
rupture premature
darah ke uterus ↓

BBLR

25
BBLR

Kontrol suhu imatur Refleks menelan belum Imaturitas paru dan Prematuritas fungsi organ-organ
sempurna dan imaturitas neuromuscular belum sempurna
system pencernaan
Permukaan tubuh Imaturitas
relative lebih luas Vaskuler imunologis konjugasi bilirubin
Defisit Nutrisi paru imatur belum sempurna

Pemaparan Risiko Infeksi


Insufisiensi Hiperbilirubin
dengan suhu luar
pernapasan

Jaringan lemak Ikterik Neonatus


subkutan lebih tipis Regulasi pernafasan
tidak teratur
Kehilangan panas
melalui kulit
Pola Napas Tidak
Efektif
Hipotermia

26
DAFTAR PUSTAKA

Maryunani, Anik. 2013. Buku Saku Asuhan Bayi Dengan Berat Badan Lahir
Rendah. Jakarta: CV Trans Info Media.
Mochtar, Rustam. 2012. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologis, Obstetri Patologi
Edisi Ketiga. Jakarta: EGC.
Nurarif, A.H., & Hardhi K. 2015. Aplikasi Asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa medis & NANDA NIC-NOC Edisi Revisi, Jilid 1. Jogjakarta:
Mediaction Jogja.
Susilaningrum, R., Nursalam, Utami, S. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan
Anak Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Taurimasari, Nurvina. 2015. Laporan Pendahuluan BBLR. Dalam web
http://id.scribd.com.
Tim Pokja SDKI PPNI, D. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st
ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

27
28

Anda mungkin juga menyukai