Anda di halaman 1dari 36

BAB 1

PENDAHULUAN
Periode neonatal merupakan waktu yang sangat peka bagi bayi karena akan melengkapi
penyesuaian fisiologis agar dapat bidup secara ekstrauterin. Angka morbiditas dan
mortalitas yang tinggi memperlihatkan adanya ketidakmampuan untuk hidup selama
periode ini. Kematian yang terjadi pada tahun pertama dua pertiganya merupakan kematian
bayi baru lahir.1
Peralihan bayi intrauterin menjadi ekstrauterin menimbulkan banyak perubahan
biokimia dan fisiologis. Karena tidak ada hubungan lagi dengan sirkulasi maternal melalui
plasenta fungsi paru bayi baru lahir diaktifkan untuk keperluan pertukaran oksigen dan
karbondioksida yang cukup. Organ-organ bayi akan berfungsi, traktus gastrointestinal
untuk penyerapan makanan, fungsi ginjal untuk ekskresi hasil metabolisme dan menjaga
keseimbangan asam basa, fungsi hepar untuk mengekskresi zat-zat toksik dan fungsi dari
sistem imunologi untuk melindungi tubuh melawan infeksi. Karena tidak melalui sistem
plasenta lagi, sistem kardiovaskuler dan endokrin neonatal juga menyesuaikan fungsinya
sendiri.1
Pada lingkungan intrauterin, janin tidak perlu memproduksi panas untuk menjaga
temperatur tubuhnya. Janin dikelilingi oleh cairan amnion yang dengan temperatur hanya
0,2C dari temperatur tubuh. Karena itu, tidak ada kebilangan panas akibat radiasi atau
evaporasi dan kehilangan panas secara konduksi dan konveksi dari kulit janin tidak terlalu
banyak. Temperatur tubuh janin tidak meningkat karena panas yang diproduksi akan hilang
karena konveksi melalui aliran darah pada plasenta. Penurunan aliran darah plasenta akan
menimbulkan peningkatan temperatur janin. Hal ini terjadi pada bayi dengan KMK yang
memiliki aliran darah plasenta yang kecil, yang biasanya lahir dengan temperatur rektal
sebesar 38-38,5C. Pada bayi baru lahir terjadi penurunan temperatur tubuh secara cepat
dan signifikan karena kehilangan panas terjadi dengan mudah sekali dan bayi memiliki
keterbatasan untuk memproduksi panas pada lingkungan yang dingin. Kecepatan
kehilangan panas dikaitkan dengan perbandingan luas permukaan tubuh dengan volume
tubuh. Bayi yang lahir dengan berat badan 3 kg memiliki perbandingan permukaan tubuh
terhadap volume tubuh tiga kali lipat lebih besar daripada orang dewasa dan bayi prematur
dengan berat lahir 1500 memiliki rasio empat kali lebih besar. Kulit bayi memiliki
konduktasi lebih besar daripada orang dewasa sehingga konsekuensinya akan lebih banyak

kehilangan panas per unit permukaan tubuhnya. Dari sekian hal di atas, banyak masalah
bayi baru lahir yang dihubungkan dengan ketidakmampuan penyesuaian diri untuk hidup
seperti asfiksia, kelahiran prematur dan anomali kongenital yang mengancam hidup.1
Salah satu tujuan nasional Healthy People 2010 di bidang kesehatan ibu dan anak
adalah untuk menurunkan angka kematian bayi usia 1 sampai 4,5 tahun per 1000 kelahiran
hidup di semua kelompok ras/etnik. Determinan penting dari perbedaan angka kematian
anak pada masing-masing ras/etnik adalah jumlah bayi dengan berat lahir rendah (Low
Birth Weight), berat lahir <2500 gram dan bayi dengan berat lahir sangat rendah (Very Low
Birth Weight) berat lahir <1500 gram. Angka kematian yang tinggi terdapat pada kelompok
bayi dengan berat lahir rendah (baik LBW maupun ELBW). Tujuan Healthy People 2010
termasuk menurunkan angka kelahiran BBLR menjadi 5% dan VLBW menjadi 0,9% dari
kelahiran hidup.2
Setiap tahunnya, sekitar 30 juta bayi dengan berat lahir rendah dilahirkan (sekitar
23,8% dari seluruh kelahiran) dengan segala konsekuensi kesehatan jangka pendek dan
jangka panjangnya. Bayi berat lahir rendah adalah determinan mayor kesakitan, kematian
dan kecacatan pada bayi dan anak-anak, yang juga mempunyai pengaruh jangka panjang
terhadap kehidupan masa dewasa. Salah satu hal yang berpengaruh terhadap kejadian
BBLR ini adalah status nutrisi ibu yang rendah dan intake nutrisi yang inadekuat selama
masa kehamilan. Hal ini tidak hanya akan mempengaruhi kesehatan ibu, tetapi juga
berpengaruh negatif terhadap berat lahir dan perkembangan awal bayi. BBLR juga akan
meningkatkan penggunaan biaya di sektor kesehatan khususnya di negara-negara
berkembang.3
Jumlah bayi berat lahir sangat rendah meningkat sampai hampir 500 kelahiran selama
kurun waktu 2001 hingga 2002. Peningkatan ini terjadi umumnya pada wanita yang hamil
pada usia 20 34 tahun dan terjadi pada semua ras/etnik. Kelahiran multipel juga dapat
menyebabkan peningkatan kejadian low birth weight.2

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Prematuritas dan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Istilah prematur dan bayi berat lahir rendah (BBLR), sejak tahun 1961 telah dibedakan
oleh World Health Organization. Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi dengan berat
kurang dari 2500 gram pada waktu lahirnya adalah bayi prematur.4
2.1.1

Prematuritas

Prematuritas adalah kategori neonatus yang lahir pada usia gestasi di bawah 37 minggu.
Walaupun usia kehamilan normal diperkirakan adalah 40 minggu, WHO melebarkan
rentangan usia kehamilan normal (full term) menjadi 37 42 minggu. Bayi prematur
memiliki banyak tantangan fisiologis ketika menyesuaikan diri dengan lingkungan
ekstrauterin. Neonatus dengan usia kehamilan 34 36 minggu telah dinyatakan sebagai
bayi prematur dengan segenap permasalahannya seperti imaturitas alat-alat pencernaan,
instabilitas suhu tubuh, dan prolonged jaundice.5
Bayi prematur dapat lahir dari wanita ras manapun. Wanita dengan resiko tinggi
melahirkan prematur dapat dinilai dengan menggunakan scoring system yang
menunjukkan keadaan sosial ekonomi mereka, riwayat hidup, kebiasaan sehari-hari dan
riwayat kehamilannya. Sekitar 30% wanita dengan skor resiko tinggi melahirkan bayi
prematur dibandingkan dengan 2,5% pada wanita dengan skor resiko rendah.5
Berdasarkan atas timbulnya bermacam-macam problematik pada derajat prematuritas
maka Usher mengelompokkan bayi tersebut menjadi 3 yaitu :4
a.

Bayi sangat prematur

: 24-30 minggu. Bayi dengan masa gestasi 24-

27 minggu masih sangat sukar hidup terutama di negara yang belum atau sedang
berkembang. Bayi dengan masa gestasi 28-30 minggu masih mungkin dapat hidup
dengan perawatan sangat intensif agar dicapai hasil yang optimal.
b.

Bayi prematur sedang : 31-36 minggu. Pada golongan ini kesanggupan


untuk hidup jauh lebih baik dan gejala sisa yang dihadapinya kemudian hari juga
lebih ringan, asal pengobatan pada bayi ini cukup intensif.

c.

Borderline premature

: 37-38 minggu. Bayi ini mempunyai sifat

prematur dan matur. Biasanya beratnya seperti bayi matur dan dikelola seperti bayi
matur, akan tetapi sering timbul masalah seperti sindroma gangguan pernapasan,

hiperbilirubinemia, daya isap yang lemah dan sebagainya sehingga bayi ini harus
diawasi dengan seksama.
Kelahiran prematur dapat disebabkan oleh kehamilan preterm dan PPROM (Preterm
Premature Rupture of Membranes) atau bisa terjadi karena indikasi maternal misalnya
hipertensi dalam masa kehamilan (eklampsia). Hal-hal yang dapat mengakibatkan
kelahiran prematur yaitu :5
a.

Korioamnionitis
Dikaitkan dengan fetal infection yang dapat didiagnosis secara pasti dengan
pemeriksaan bakteri, sel darah putih, dan kadar gula darah yang rendah. Angka
kematian perinatal, infeksi neonatal dan respiratory distress syndrome (RDS)
meningkat dengan adanya demam pada ibu hamil dan korioamnionitis.

b.

Intrauterine Growth Restriction (berat lahir pada 10 persentil) secara


signifikan berhubungan dengan kematian perinatal dan angka kesakitan perinatal.

c.

Status sosial ekonomi yang lemah.

d.

Diabetes melitus (DM) pada ibu


Kehamilan yang dipersulit oleh diabetes dihubungkan dengan tingginya kejadian
prematuritas, makrosomia, malformasi, kematian fetus, dan kematian neonatal. Sekitar
20-22% kelahiran preterm (usia kehamilan <37 minggu) timbul dari wanita dengan
diabetes.

e.

Kehamilan multipel
Wanita dengan kehamilan multipel beresiko tinggi melahirkan bayi prematur dan
preterm serta bayi berat lahir rendah. Angka kelahiran bayi kembar telah meningkat
dari 40,9% pada tahun 1981 menjadi 55% pada tahun 1997. Kelahiran preterm (usia
kehamilan <35 minggu) terjadi pada 26% pada kehamilan kembar dibandingkan
dengan 3% pada kehamilan tunggal. Demikian juga kehamilan kembar tiga, memiliki
resiko lebih tinggi melahirkan bayi prematur, preterm dengan berat lahir rendah.

f.

Usia ibu
Pada wanita berusia 13-15 tahun, angka kejadian bayi preterm adalah 5,9%. Angka ini
menurun menjadi 1,7% pada wanita usia 18-19 tahun dan 1,1% pada wanita usia 20-24
tahun. Kejadian kelahiran preterm meningkat pada ibu usia 40 tahun ke atas.

g.

Kebiasaan merokok
Merokok adalah faktor resiko untuk abrupsi plasenta dan mengakibatkan 15%
kelahiran preterm serta 20-30% kejadian bayi berat lahir rendah.

2.1.2

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau Low Birth Weight menurut WHO didefinisikan
sebagai berat bayi baru lahir kurang dari 2500 gram, sebab dibawah nilai ini angka
kematian bayi mulai meningkat secara signifikan. Ini dapat disebabkan oleh masa gestasi
yang singkat atau pertumbuhan intrauterin yang terganggu (atau kombinasi keduanya).
BBLR adalah penyebab utama kematian bayi khususnya di negara-negara berkembang
bahkan UK (United Kingdom) dan dapat mempengaruhi status kesehatan pada saat bayi
tersebut beranjak dewasa.6
Berat lahir rendah dapat disebabkan oleh :4
1.

masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat yang sesuai


(preterm sesuai masa kehamilan/SMK).

2.

bayi small for gestational age (bayi yang beratnya kurang dari berat
seharusnya menurut masa kehamilannya atau kecil masa kehamilan/KMK).

3.

keduanya.

Untuk menentukan apakah bayi baru lahir itu prematur (sesuai masa kehamilan/SMK),
matur normal, KMK atau besar untuk masa kehamilan (BMK) dapat dipakai tabel growth
charts of weight against gestation. Pada tabel ini berat bayi matur normal dan bayi
prematur (SMK) terletak di antara 10th percentile dan 90th percentile. Pada bayi KMK
beratnya dibawah 10th percentile. Bila berat bayi di atas 90th percentile disebut BMK atau
heavy for dates.4
2.2

Klasifikasi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Berdasarkan berat badannya BBLR dapat dibagi menjadi 3 kelas yaitu :7


1.

Low Birth Weight yaitu BBLR dengan berat badan antara 1500 2500 gram.

2.

Very Low Birth Weight yaitu BBLR dengan berat badan 500 1499 gram.

3.

Extremely Low Birth Weight yaitu BBLR dengan berat badan < 500 gram.

2.3

Etiologi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Telah diketahui secara umum, bahwa etiologi dari BBLR adalah multifaktorial karena
banyak faktor yang berperan di sini (baik terhadap lamanya gestasi maupun pertumbuhan
janin dalam rahim). Terdapat kontroversi yang membingungkan tentang faktor-faktor yang
mempunyai pengaruh paling besar terhadap kejadian BBLR.4
Hal-hal yang berhubungan dengan kejadian BBLR yaitu :4

a. Usia ibu (hamil usia muda)


Usia muda pada saat hamil, bukan sebagai determinan independen yang penting
dari IUGR. Bagaimanapun, usia yang sangat muda dapat berefek secara tidak
langsung terhadap kejadian BBLR dengan mempengaruhi tinggi ibu, berat badan
dan nutrisi.
b. Suplementasi nutrisi
c. Infeksi pada ibu hamil
d. Penggunaan energi, kerja dan aktivitas fisik
e. Antropometri ibu
f. Faktor lain
2.4

Patofisiologi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Suatu hal yang sulit untuk memisahkan faktor-faktor yang berhubungan dengan
prematuritas dalam hubunagnnya dengan IUGR. Korelasi yang kuat ditemukan pada
prematuritas dan IUGR adalah status sosial ekonomi yang rendah. Pada keluarga dengan
status sosial ekonomi yang rendah terdapat insiden yang tinggi dalam kekurangan nutrisi
maternal, anemia, asuhan prenatal yang kurang, kecanduan obat, komplikasi obstetri, dan
riwayat ibu dengan inefisiensi reproduktif seperti infertilitas, abortus, prematur atau bayi
dengan berat badan lahir rendah. Hal lain yang ada hubungannya dengan masalah di atas
adalah kehamilan pada ibu yang yang masih berusia remaja, jarak kehamilan yang terlalu
dekat atau ibu telah memiliki lebih dari empat anak dari kehamilan sebelumnya. Perbedaan
sistematik dari pertumbuhan janin berhubungan dengan ibu, jumlah kelahiran, berat
saudara kandung, status sosial, kebiasaan merokok ibu dan faktor-faktor yang lain. Tingkat
keragaman berat badan lahir dalam populasi dalam kaitan dengan lingkungan ekstauterin
dibandingkan dengan perbedaan genetik dalam pertumbuban sulit untuk ditentukan.4
Pada kelahiran prematur dengan berat badan lahir rendah sesuai dengan usia gestasi
preterm secara umum dihubungkan dengan kondisi ketidakmampuan uterus untuk
mempertahankan janin, interperensi selama kehamilan, pelepasan prematur plasenta atau
karena pengaruh kontraksi uterus. IUGR dihubungkan dengan sirkulasi dan efisiensi
plasenta, perkembangan dan pertumbuban janin atau dengan kondisi kesehatan dan nutrisi
ibu.4
2.5

Pemeriksaan Fisik Bayi Prematur9

Pemeriksaan fisik bayi prematur umumnya sama dengan bayi cukup bulan, hanya pada
bayi prematur pemeriksaan fisik harus dilakukan di bawah radiant heater dan harus lebih
halus dan hati-hati karena bayi lemah.
Secara umum penampakan luar bayi prematur sangat tergantung pada maturitas dan
lamanya masa gestasi. Bayi prematur murni, biasanya mempunyai berat badan kurang dari
2500 gram dan panjang badan kurang atau sama dengan 45 cm, lingkar dada kurang dari
30 cm dan lingkaran kepala kurang dari 33 cm. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
Pada waktu lahir bayi prematur mungkin belum menangis, baru menangis pada hari ke
2 3 dengan nada tinggi (high pitch). Suhu masih labil, umumnya yang diperiksa adalah
suhu aksila.
Napas normal pada bayi prematur tidak teratur, mungkin tipe Cheyne Stokes, dengan
laju napas 40 80 kali/menit. Laju napas yang rendah menunjukkan adanya depresi
susunan saraf pusat, sedangkan laju nafas yang cepat menunjukkan adanya infeksi seperti
omfalitis, meningitis, septikemia atau pneumonia.
Tulang rongga dada masih lunak, pada pernapasan sternum sering tertarik ke dalam.
Penarikan sternum ke dalam menghilang pada hari ke 4-5. Jika penarikan sternum menetap
menandakan adanya atelektasis. Kadang-kadang beberapa menit atau jam setelah lahir
napas baik, kemudian terjadi tanda distres napas berupa kolaps dinding dada, pernapasan
cepat dan sianosis. Jika hal ini terjadi harus dicurigai adanya sindroma membran hialin,
aspirasi benda asing dengan atelektasis sekunder, pneumotoraks atau pneumomediastinum.
Refleks batuk pada bayi prematur belum ada.
Kulit prematur tipis dan halus, mudah lecet, perdarahan dan infeksi. Kelainan kulit
yang sering terjadi adalah sklerema.
Beberapa tanda yang khas untuk prematuritas adalah kepala bulat lebih besar daripada
dada, mata agak menonjol, alis dan bulu mata tidak ada, tidak ada keringat, kutis
marmorata, lanugo seluruh tubuh, kuku lunak. Leher dan ekstremitas pendek. Labio
minora besar/menonjol. Kadang-kadang terlihat gerakan peristaltik, pembuluh darah kulit
banyak terlihat. Muntah darah dapat terjadi jika bayi menelan darah ibu. Ikterus terjadi
lebih lambat. Sering terdapat hernia umbilikalis dan inguinalis. Kelainan bawaan juga lebih
sering terjadi pada bayi prematur.
Yang paling penting pada bayi prematur harus ditentukan masa gestasinya berdasarkan
data-data yang ditemukan pada pemeriksaan fisik bayi.
2.5.1

Penilaian Masa Gestasi Menurut Dubowitz9

Penilaian masa gestasi menurut Dubowitz adalah dengan menggabungkan hasil penilaian
pemeriksaan fisik eksternal dan penilaian pemeriksaan neurologis. Kriteria pemeriksaan
fisik eksternal diberi skor, demikian juga kriteria pemeriksaan neurologis. Jumlah skor
pemeriksaan fisik eksternal dan pemeriksaan neurologis dipadukan, kemudian dengan
menggunakan grafik regresi linear dicari masa gestasinya. Penilaian Dubowitz ini harus
dilakukan paling lambat 12 jam setelah bayi lahir dan perbedaan umur kehamilan menurut
Dubowitz dengan perkiraan dari bagian kebidanan tidak lebih dari 2 minggu.
Interpretasi
Setelah didapat jumlah skor dari pemeriksaan eksternal dan pemeriksaan neurologis, kedua
skor tersebut dijumlahkan. Hasil penjumlahan tersebut dengan menggunakan grafik linier
didapat usia kehamilan dalam minggu.
Contoh : jumlah skor 20 + 20 = 40 ~ umur kehamilan 36-37 minggu.
Kemudian dengan menggunakan grafik dari Battaglia F dan Lubscenso L dicari titik
perpotongan antara umur kehamilan yang kita dapatkan dengan berat badan lahir bayi,
sehingga didapat interpretasi apakah bayi tersebut : Besar Masa Kehamilan (BMK), Sesuai
Masa Kehamilan (SMK) atau Kecil Masa Kehamilan (KMK).
Contoh : kita mendapatkan usia kehamilan 38 minggu dan berat lahir bayi adalah 2000
gram. Interpretasinya : BBLR (2000 gram), kehamilan aterm, KMK.
2.5.2

Penilaian Umur Bayi Menurut Ballard9

Penilaian menurut Ballard merupakan versi pendek sistem Dubowitz. Pada prosedur ini
penggunaan kriteria neurologis tidak tergantung pada keadaan bayi yang tenang dan
beristirahat, sehingga dapat lebih diandalkan selama beberapa jam pertama kehidupan.
Penilaian menurut Ballard adalah dengan menggabungkan hasil penilaian maturitas
neuromuskuler dan maturitas fisik. Kriteria pemeriksaan maturitas diberi skor, begitu pula
dengan skor maturitas fisik. Hasil pemeriksaan fisik eksternal dan neurologis dipadukan
dengan menggunakan tabel nilai kematangan dicari masa gestasinya.
Interpretasi
Setelah didapatkan jumlah skor dari pemeriksaan neuromuskuler dan maturasi fisik, maka
kedua skor itu dijumlahkan. Hasil penjumlahan tersebut dengan menggunakan tabel nilai
kematangan didapat usia kehamilan dalam minggu.
Contoh : jumlah skor 20 + 15 = 35 ~ 38 minggu
Kemudian dengan menggunakan grafik dari Battaglia F dan Lubscenso L dicari titik
perpotongan antara umur kehamilan yang kita dapatkan dengan berat badan lahir bayi,

sehingga didapat interpretasi apakah bayi tersebut : Besar Masa Kehamilan (BMK), Sesuai
Masa Kehamilan (SMK) atau Kecil Masa Kehamilan (KMK).
Contoh : kita mendapatkan usia kehamilan 38 minggu dan berat lahir bayi 2000 gram.
Interpretasinya : BBLR (2000 gram), kehamilan aterm dan KMK.
2.6

Permasalahan pada Bayi Prematur dengan BBLR4

Organ tubuh bayi prematur belum berfungsi dengan baik. Oleh sebab itu bayi akan
mengalami lebih banyak kesulitan untuk hidup di luar uterus ibunya. Makin pendek masa
kehamilannya makin kurang sempurna pertumbuhan alat-alat tubuhnya, dengan akibat
makin mudahnya terjadi komplikasi dan makin tinggi angka kematiannya. Masalah yang
timbul pada bayi prematur sebagai berikut :
1.

Suhu tubuh yang tidak stabil karena kesulitan mempertahankan suhu tubuh yang
disebabkan oleh penguapan yang bertambah akibat kurangnya jaringan lemak di bawah
kulit. Permukaan tubuh yang relatif lebih luas dibandingkan dengan berat badan, otot
yang tidak aktif dan pusat pengaturan suhu tubuh yang belum berfungsi sebagaimana
mestinya.

2.

Gangguan pernapasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada BBLR. Hal
ini disebabkan karena kurangnya surfaktan, pertumbuhan dan pengembangan paru
yang belum sempurna, otot pernapasan yang masih lemah dan tulang iga yang mudah
melengkung. Penyakit pernapasan yang sering diderita bayi prematur adalah penyakit
membran hialin dan aspirasi pneumonia.

3.

Gangguan alat pencernaan dan masalah nutrisi, yaitu distensi abdomen karena
motilitas usus kurang, volume lambung berkurang sehingga waktu pengosongan
lambung bertambah, daya untuk mencerna dan mengabsorbsi lemak, laktosa berkurang,
sfingter kardioesofagus belum sempurna sehingga mudah terjadi regurgitasi isi
lambung ke esofagus.

4.

Immatur hepar memudahkan terjadinya hiperbilirubinemia dan defisiensi vitamin


K. Kemicterus terjadi pada 2,20% dari otopsi bayi prematur. Pada BBLSR resiko akan
semakin meningkat terutama jika mereka juga menderita meningitis. Pada bayi ini
kadar bilirubin sebesar 10 mg/dL mungkin berbahaya.

5.

Fungsi ginjal yang belum sempurna sehingga produksi urin sedikit dan urea
clerance rendah.

6.

Perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh.

7.

Gangguan imunologik : daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena


rendahnya kadar IgG gamma globulin. Bayi prematur relatif belum sanggup
membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan masih
belum baik.

8.

Perdarahan intraventrikuler : lebih dari 50% bayi prematur menderita perdarahan


intraventrikuler. Hal ini disebabkan karena bayi prematur sering menderita apnea,
asfiksia berat dan sindrom gangguan pemapasan. Akibatnya bayi menjadi hipoksia,
hipertensi dan hiperkapnia. Keadaan ini menyebabkan aliran ke otak bertambah.
Penambahan aliran darah ke otak akan lebih banyak lagi karena tidak adanya auto
regulasi serebral pada bayi prematur, sehingga mudah terjadi perdarahan dari pembuluh
darah kapiler yang rapuh dan iskemia di lapisan germinal yang terletak di dasar
ventrikellateralis antara nukleus kaudatus dan ependim.

9.

Retrolental fibroplasia: kelainan ini terutama disebabkan oleh gangguan oksigen


yang berlebihan. Dengan menggunakan oksigen konsentrasi tinggi maka akan terjadi
vasokontriksi pembuluh darah retina. Kemudian setelah bayi bernapas dengan udara
biasa lagi, pembuluh darah ini akan mengalami vasodilatasi yang selanjutnya disusul
dengan proiferasi pembuluh darah baru secara tidak teratur.

2.7

Anemia pada Bayi Prematur/ Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)10

Semua bayi, mengalami penurunan konsentrasi hemoglobin pada saat lahir karena transisi
dari keadaan hipoksik di dalam uterus ke keadaan hiperoksik di ruangan terbuka.
Peningkatan oksigenasi jaringan menyebabkan penurunan konsentrasi eritropoietin (EPO),
dimana untuk bayi akan terjadi anemia fisiologis yang tanpa gejala terjadi pada usia 8
sampai 12 minggu. Anemia prematuritas (AOP) adalah respon berlebihan dan patologis
yang timbul pada bayi-bayi dengan rentang usia tersebut. Gambaran darah tepi adalah
anemia normositik normokromik, hiporegeneratif yang ditandai dengan penurunan serum
EPO pada darah anak tersebut.
Patofisiologi anemia pada bayi prematur dijelaskan dengan 3 mekanisme, yaitu :
produksi sel darah merah yang tidak adekuat, hemolisis sel darah merah, dan kehilangan
darah. Anemia pada bayi-bayi prematur bertanggung jawab atas beberapa gejala klinik
yang tampak pada bayi-bayi tersebut yaitu apneu,sedikit makan, sehingga tidak akan
tercapai berat idealnya. Race has no influence on the incidence of AOP.

Semakin prematur bayi tersebut, semakin besar kemungkinan menderita anemia. Pada
bayi dengan berat 1200-1400 gram akan didapatkan level hemoglobinnya 8-10 g/dL
sedangkan pada bayi dengan berat kurang dari 1200 gram mempunyai kadar Hb 6-9 g/dL.
Anemia ini akan sembuh dengan sendirinya pada saat bayi berusia 3 6 bulan.
2.8

Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

2.8.1

Kebutuhan Cairan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

2.8.2

Kebutuhan Nutrisi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Pengalaman yang mengesankan selama hidup bagi seorang ibu adalah kelahiran seorang
bayi tetapi kadang-kadang yang lahir tidak sesuai dengan yang diharapkan seperti bayi
yang sehat, cukup bulan dan lain-lainnya. Apalagi yang lahir adalah bayi yang kecil yang
memerlukan perawatan yang intensif, terutama mengenai makanan atau minuman yang
berkualitas tinggi untuk pertumbuhannya.
Sekarang di banyak tempat telah dianjurkan pemberian air susu ibu pada semua bayi
prematur tanpa memandang besar atau kecilnya bayi atau siap/tidaknya siibu untuk
menyusui. Hal ini dianut karena air susu ibu dianggap makanan yang superior.
Keuntungan Air Susu Ibu Pada Bayi Prematur
Bila dibandingkan dengan susu formula air susu sapi, masi sangat mudah diterima oleh
bayi, seperti diketahui kolostrum mengandung protein yang lebih tinngi dari air susu yang
berikutnya, maka kolostrum ini dianggap penting untuk pertumbuhan badan pada tahap
permulaan dari bayi prematur. Disamping itu kolostrom dapat menimbulkan ikterus
terutama pada bayi prematur.
ASI mudah dicerna karena kadar lemak dan karbohidratnya rendah. Lemak ini mudah
dipecah dilambung dan sebagian basar dapat dipergunakan unuk energi. Protein yang
terdapat dalam Asi betul-betul bermanfaat untuk pertumbuhan otak si bayi. Demikian juga
protein ini tidak dipengaruhi fungsi ginjal yang masih belum matur. Dalam suatu
penyidikan didaptkan bahwa ASI yang melahirkan bayi prematur mengandung kadar
protein yang lebih tinngi dari ASI yang melahirkan bayi matur. Demikian juga kadar
kalsium, sodium dan klorida.
ASI banyak mengandung sistin; sedangkan air susu sapi mengandung banyak
methionin dimana hepar bayi tidak sanngup merubah methionin menjadi sistin secara
efektif, apalagi pada bayi prematur. ASI mengandung banyak taurin dan bayi prematur dan

bayi prematur tidak dapat mensitesinya secara efektif. Dilaporkan bahwa taurin penting
untuk pertumbuhan sistim saraf.
Protein asing tidak terdapat pada ASI sehingga dapat dipergunakan pada bayi prematur.
Sampai sekarang belum diketahui berapa kebutuhan nutrisi yang tepat

untuk

bayi

prematur, tetapi pada suatu penyelidikan dikatakan ASI cukup untuk kebutuahan bayi yang
prematur. Karenanya, kalau memungkinkan maka bayi prematur diberikan susu dari ibunya
sendiri.
Faktor imun yang terdapat dalam ASI melindungi bayi dari infeksi diare dan
necrotizing enetrocolitis, suatu penyakit serius yang sering menyerang bayi prematur.
Dalam suatu penelitaian didapatkan bahwa bayi prematur yang mendapat air susu ibunya
sendiri akan tumbuh sempurna, lebih sehat dan cepat dapat dipulangkan dari rumah sakit.
Kualitas Air Sus Ibu Yang Mempunyai Bayi Prematur
Air susu ibu yang mempunyai bayi prematur mengandung kalori yang lebih tinggi, ini dise
babkan karena kadar lemak yng lebih tinggi dan kadar protein yang lebih tinggi (kira-kira
25%) dibandingkan air susu ibu yang mempunyai bayi matur. Seperti pada bintang
kangguru yang mampu mensitesis bermacam-macam tipe susu dalam waktu yng sama
untuk diberikan kepada bayinya yang berbeda-beda masa gestasinya, maka manusia
dikatakan mempunyai kempuan yang sama. Pada beberapa keadaan dimana bayi prematur
harus dipasang sonde lambung, maka air susu yang diberikan sebaiknya yang diperoleh
dari ibunya yang masih baru dan jangan dari bank ASI.
Pemberian Air Susu Ibu Pada Bayi Prematur
Bila tidak terdapat komplikasi sepetri kesulitan pernapasan, sepsis dan malformasi, maka
sebagian besar bayi prematur dengan masa gestasi di atas 36 minggu biasanya mampu
menyusui dengan segera. Sedangkan bayi dengan masa gestasi 34-36 minggu yang sehat,
ada yang mampu menyusu tetapi da juga yang tidak mampu. Pada bayi dengan masa
gestasi kurang dari 34 minngu biasanya belum mamapu menyusu dengan segara. Pada
bayi ini kontrol terhadap suhu masih jelek sehingga memerlukan perawatan didalam
inkubator. Dalam keadaan seperti ini si lbu dianjurkan untuk melakukan pemijitan pada
buah dada atau mempergunakan pompa selam 5-10 menit setiap 2-3 jam pada siang hari
dan sekali pada waktu malam hari. Pemijatan atau pemompaan buah dada ibu dalam

beberapa minggu akan menyebabkan penuruna produksi akan meningkatan kembali bila si
bayi mulai menyusu.
Pemakaian Air Susu Ibu Lain
Bila semua memungkinkan sebaiknya diberikan air susu ibunya sendiri. Hal ini disebabkan
oleh beberapa alasan, yang terpenting adalah kulitas air susu ibu dari satu ibu dengan ibu
yang lain sangat bervariasi dan air susu ibunya mempunyai imunitas yang terbaik untuk
biayanya sendiri. Disamping itu akan terhindar dari terjadinya infeksi silang bila diberikan
susu ibuny sendiri. Banyak ruamh sakit mensterilkan air susu ibu donor sebelum diberikan
pada bayi penerima. Sebaiknya air susu ibu jangan dioproses karena panas akan merusak
protein, vitamin, bakteri komensal dan komponen yang lainnya yang penting pada ASI.
Panas juga merubah komposisi protein. Bila si bayi membutuhkan air susu yang lebih
banyak, maka si bayi dapat diberikan ASI donor untuk sementara.
Pertumbuhan Bayi Prematur
Yang menjadi pertanyaan apakah bayi prematur tumbuh dengan subur atau tidak dengan
minum ASI masih belum terpecahkan. Pada suatu penelitian diman dibandingkan
kecepatan pertumbuhan antara bayi yang mendapat susu formula dengan bayi yang
mendapat ASI akan mendapat hasil sebagai berikut:
Bahwa bayi yang medapat ASI npeningkatan berat badannya lebih lambat, demikian
juga pertumbubhan panjang lingkaran kepala lebih lambat pada bulan pertama (bayi
dibandingakan memiliki masa gestasi antara 28-32 minggu). Tetapi pada penelitian dimana
dibandingakan anatara bayi yang bayi yang mendapatkan ASI, didapatkan hasil bahwa
tidak terdapat perbedaan dalam hal kecepatan pertumbuhanan dapat terjadinya kelainan
metabolik pada bayi yang mendapat susu formula seperti asidosis metabolik dan
peningkatan kadar asam amino dalam serum.
Problem yang nyata ialah bahwa kita belum mengetahui standar pertumbuhan dan
metabolisme yang optimal sesuai untuk bayi prematur.
Bank Air Susu Ibu
Sekarang dengan adanya bank air susu ibu dibanyak negara maka kebutuhan ASI untuk
bayi prematur dapat terpenuhi dengan teratur. Banyak problem yamg timbul dalam hal
bank ini seperti:

1. Apakah tidak mungkin sel keganasan misalnya yang didapat dari ibu donor berbahaya
untuk si bayi.
2. Apakah tidak ada kemungkinan adanya transmisi dari virus seperti hepatitis B, HIV atau
hipersensitivitas.
3. Apakah tidak mungkin adanya kontaminasi dengan obat atau bahan karsinogen selama
ASI disimpan.
4. Tidak terdapat persamaan komposisi dari ASI sehingga dapat menimbulkan kesukaran
dalam mengevaluasi apakah ASI yang tersimpan tersebut cukup untuk kebutuhan nutrisi
bayi prematur.
5. Bagaimana cara pengumpulan, pengelolaan, penyimpanan dan cara pemberian minum
yang bebas dari kuman-kuman dan apakah masih bisa bermanfaat untuk kebutuhan nutrisi
dan kekebalan bagi si bayi penerima.
Dalam suatu penelitian didapatkan hal-hal sebagai berikut
1. Leukosit yang berada dalam ASI, hidup dalam suasana temperatur tubuh yang normal.
Bila kita menginginkan fagositosis dari lekosit masih baik, maka pemanasan dan
pembekuan ASI sebaiknya jangan dikerjakan. Sel leukosit ini bertendensi melekat pada
penampung dari gelas dan tidak dapat menampung dari plastik.
2. Pasteurisasi (62,50c selama 30 menit) akan mengurangi kadar IgA sampai 20-30%.
Panas yang lebih tinggi akan merusak lebih IgA, IgG dan IgM. Pada pembekuan ASI tidak
terjadi perubahan yang berarti tetapi pada penelitaian yang lain didapatkan kadar IgA akan
hilang sampai 20%. Sehingga diambil kesimpulan bahwa kadar immunoglobulin berkurang
pada pemanasan tetapi tidak pada pembekuan.
3. Komplemen dan laktoferin dirusak pada pasteurisasi, sedangakan lisosim akan dirusak
pada temperatur yang tinggi (100 oc)
4. Harus dilakukan pencegahan terhadap kontamisasi kuman.Kontamisasi kuman ini dapat
dihindari dengan megadakan seleksi yang ketat dan melatih ibu donor. Dalam suatu
penelitan didapatkan bahwa bola karet yang terdapat pada pompa ASI adalah sebagai
sumber kontaminasi kuman-kuman.

2.8.3

Stimulasi Dini Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Bayi-bayi Risiko Tinggi


Yang dimaksud dengan bayi risiko tinggi ialah bayi yang secara klinis belum
menunjukkan

hambatan

perkembangan

tetap

berpotensi

untuk

mengalami

gangguan perkembangan akibat faktor-faktor risiko biomedik maupun risiko


lingkungan psikososial atau sosial ekonomi yang dialami sejak masa konsepsi
sampai masa neonatal.
Risiko biomedik yang berpotensi untuk menghambat tumbuh kembang antara
lain : prematuritas, perdarahan intrakranial, hambatan pertumbuhan intra uterin,
ensefalopati ikemik hipoksik, hipoglikemia, polisitemia, hiperbilirubinemia,
kelainan kongenital, infeksi, kejang neonatal, ibu pengguna NAZA dll Faktor
risiko biomedik yang tersarig adalah prematuritas.
Risiko lingkungan psikososial atau sosial ekonomi yang dapat menghambat
tumbuh kembang antara alin : status sosial ekonomi yang buruk (kemiskinan,
pendidikan orang tua rendah, perumahan yang buruk, jumlah anak terlalu banyak),
ibu terlalu muda, ibu mental retardasi, gangguan kejiwaan, pengguna narkoba,
riwayat perlakuan salah di dalam keluarga, perceraian dll.
Faktor-faktor risiko tersebut diatas secara langsung atau tidak langsung dapat
mengganggu

perkembangan

gerak, komunikasi,

kognitif,

emosi-sosial dan

perkembangan yang terganggu. Bentuk gangguan perkembangan yang tersaring


adalah : palsi serebral, retardasi psikomotor, gangguan penglihatan, pendengaran,
gangguan bicara dan perilaku.
Umumnya

gangguan perkembangan tersebut bersumber pada gangguan

perkembangan otak akibat pengaruh faktor-faktor risiko tersebut diatas secara


langsung atau tidak langsung.
Dengan menggunakan Positron Emission Tomography (PET) dan metoda
autoradiografik dengan 14 C-2 deoxyglukosa dapat diukur penggunaan glukosa di
korteks otak yang berkaitan dengan peningkatan sinaptogenesis, pematangan
fungsi sel-sel dan maturasi perilaku.
Bayi Baru Lahir
Pada bayi baru lahir kecepatan metabolisme penggunaan glukosa secara regional
atau lokal 30% lebih rendah dari dewasa muda, tertinggi di korteks sensori dan

motor, talamus, batang otak dan vermis serebelum. Selain itu juga di daerah
korteks singuli, amigdala, hipokampus dan kadang-kadang ganglia basal juga
relatif tinggi dibanding tempat lain. Sebagian besar korteks serebri pada masa
neonatal kurang aktif sehingga perilaku bayi bari lahir masih terbatas, refleksrefleks batang otak dan integrasi visuomotor yang masih terbatas.
Aktivitas metabolik di amigdala dan korteks singuli cukup tinggi, menunjukkan
bahwa struktur sistem limbik tersebut sudah aktif, sehingga bayi baru lahir mampu
melakukan interaksi emosi dengan ibunya yang sangat penting dalam pembentukan
ikatan hubungan ibu dan bayi (mother infant bonding/attachment).
Umur 0-4 Tahun
Pada umur 2-3 bulan terlihat peningkatan penggunaan glukosa di korteks parietal,
temporal dan korteks visual primer, basal gangila serta hemisfer rebelum.
Perubahan ini bersamaan dengan peningkatan kemampuan integrasi visuoaspasial
dan visuosensorimotor.
Mulai umur 6-8 bulan korteks frontal bagian lateral dan inferior secara
fungsional lebih aktif, dan akhirnya antara 8-12 bulan bagian dorsal dan medial
korteks frontal juga menunjukkan peningkatan penggunaan glukosa. Perubahanperubahan metabolisme pada korteks frontal munucl bersamaan dengan munculnya
perilaku kognitif bayi, misalnya mengenali orang asing, peningkatan kemampuan
membedakan gambar dll. Peningkatan metabolisme glukosa di korteks frontal juga
bersama dengan perluasan daerah dendrit dan peningkatan percabangan kapilre di
korteks frontal.
Sampai umur 3-4 tahun di korteks serebri menunjukkan peningkatan
metabolisme yang mencapai 2 kali tingkat dewasa. Di basal ganglia dan talamus
peningkatan tidak setinggi korteks serebri, sedangkan di batang otak tidak terlihat
perubahan.
Umur 4-10 tahun
Antara umur 4 sampai 9-10 tahun tingkat metabolisme glukosa di korteks tidak
meningkat lagi, tetapi tetap tinggi (2 kali dewasa) tetapi tidak meningkat lagi. Hal
ini sesuai dengan penelitian aliran darah serebral anak umur 3-11 tahun sekitar 1.8
kali dewasa muda, sedangkan penggunaan oksigen otak sekitar 1.3 kali dewasa
muda.
Umur 10-18 tahun

Mulai umur 9-10 tahun tingkat metabolisme glukosa korteks serebri menurun
dan mencapai tingkat metabolisme dewasa pada umum 16-18 tahun. Semua daerah
di korteks serebri menunjukkan tahapan perkembangan yang hampir sama. Yang
berbeda hanya di basal

ganglisa dan talamus, sedangkan di batang otak tidak

menunjukkan perubahan yang bermakna.


Prinsip Umum Stimulasi Psikososial Bayi Risiko Tinggi
1.

Waktu
Intervensi yang dilakukan sejak dini dan berlangsung lebih lama akan
memberikan manfaat lebih besar dibanding dengan intervensi yang terlambat
atau dalam waktu yang lebih singkat. Intervensi yang dilakukan sejak masa
neonatal menunjukkan manfaat terbesar pada kemampuan kognitif dan pra
akademik intervensi yang dilakukan setiap hari dan dimonitor setiap bulan
selama 3 tahun menunjukkan hasil yang nyata untuk perkembangan intelektual
dan perilaku pada umur 36 bulan.
Intervensi menunjukkan pengaruh signifikan pada penyesuaian maternal
dan persepsi tentang bayi setelah 6 bulan. Tidak ada pengaruh bermakna pada
perkembangan kognitif bayi pada umur 36 bulan (yaitu 31 bulan setelah
program dihentikan).
Pengaruh intervensi lebih signifikan pada umur 48 bulan. Tampaknya kedua
kelompok mulai berbeda setelah umur 12 buln, kelompok intervensi meningkat
sampai mendekati kemampuan kognitif bayi berat lahir normal, sedangkan
kelompok kontrol menunjukan perburukan.
Pada umur 8 tahun anak yang telah mendapatkan intervensi berkelanjutan
sejak bayi (selama 8 tahun) menunjukkan kemampuan terbaik dibanding
kelompok lain dalam hal membaca dan matematik, melebihi kemampuan anak
yang mendapat latihan sejak TK (selama 5 tahun) dan kelompok yang dilatih
hanya di sekolah dasar saja.

2.

Jenis Stimulasi
Tidak semua jenis stimulasi mempunyai efektifitas yang sama, bahkan bayibayi yang mendapat stimulasi yang sama menunjukkan hasil yang berbeda.
Berbagai parameter stimulasi perlu dipertimbangkan, termasuk jumlah, tipe,

saat, pola, kualitas stimulasi, disamping berbagai faktor risiko yang ada pada
bayi.
Umumnya untuk bayi dianjurkan pendekatan rangsangan multimodal yang
meliputi rangsang :
1. Taktil (pijat, fleksi ekstensi, posisi)
2. Vestibular kinestetik (menggoyang, mengayun)
3. Pendengaran (menyanyi, musik, rekaman suara ibu, irama jantung ibu).
4. Visual (gerakan, warna, bentuk)
Tetapi konon stimulasi multimodal lebih banyak menimbulkan stress pada
bayi daripada stimulasi cara tunggal.
Sebelum umur 3 tahun stimulasi diarahkan untuk mencapai semua aspek
perkembangan (Penglihatan, pendengaran, kognitif, sosial kemandirian,
gerak halus, kasar). Sesudah umur 3 tahun stimulasi diarahkan lebih spesifik
untuk kesiapan akademik : menggambar, mengenal bentuk, huruf, angka,
menulis, membaca, berhitung, disamping emosi-sosial dan kemandirian.
3.

Intensitas
Program yang lebih intensif akan memberikan hasil yang lebih besar. Anak
dan orang tua yang lebih aktif dan teratur mengikuti program menunjukan
kemajuan yang lebih besar. Secara individual isyarat perilaku bayi dapat
digunakan sebagai penentu intensitas yang cocok untuk bayi tanda ketegangan
atau perilaku yang menghindar menunjukkan stimulasi harus dihentikan.
Stimulasi yang berlebihan akan memperburuk ketidakstabilan sistem saraf
otonom yang dapat menimbulkan hipoksia, apne dan bradikardia pada bayi
prematur.
Intervensi yang dilakukan setiap hari dan dimonitor setiap bulan selama 3
tahun menunjukkan hasil yang nyata untuk perkembangan intelektual dan
perilaku pada umur 36 bulan. Bayi berat lahir rendah yang berperan aktif dalam
intervensi kemungkinannya lebih kecil 9 kali untuk menjadi retardasi mental.
Bayi yang partisipasinya lebih rendah 4,9 kali, sedangkan yang tidak aktif
lebih rendah 1,3 kali untuk menjadi retardasi mental. Variasi partisipasi tidka
dipengaruhi oleh etnis, tingkat pendidikan orang tua, penghasilan keluarga atau
berat lahir.

Infant Health and Development Program juga melaporkan bahwa tingkat


perkembangan intelektual berkaitan erat dengan tingkat partisipasi (jumlah
kunjungan ke tempat stimulasi, kunjungan rumah, kehadiran orang tuan ke
pertemuan penyuluhan), tetapi tidak berkaitan dengan berat lahir atau
pendidikan orang tua.
Pada bayi yang diketahui sejak dini mempunyai kecacatan dengan
intervensi 1-3 hari perminggu tidak menunjukan manfaat pada anak atau
keterlibatan orang tua. Intervensi yang sama pada anak dengan risiko tinggi
sosial ekonomi tidak menunjukan hasil yang bermakna. Jadi intensitas harus
lebih banyak untuk mendapatkan efek positif yang terukur.
4.

Perbedaan Individual
Hasil stimulasi pada beberapa individu dengan metoda yang sama dapat
menghasilkan kemajuan yang berbeda, tergantung pada faktor risiko sebelum
intervensi dan derajat kecocokan antara program dengan cara belajar anak.
Bayi dengan risiko biologis lebih besar akan mengalami kemajuan lebih sedikit
walaupun kemajuannya bermakna. Anak yang kemampuannya relatif lebih
tinggi mendapatkan manfaat lebih banyak melalui instruksi langsung,
sedangkan anak yang kemampuannya relatif lebih rendah mendapatkan
kemajuan melalui instruksi tidak langsung.
Anak yang menunjukkan kemajuan terbesar adalah anak yang ibunya
mempunyai IQ dibawah 75-70. Mereka mencapai IQ rata-rata 32 butir
(minimal 20 butir) lebih tinggi dari ibu mereka.

5.

Keterpaduan
Masih terdapat perbedaan pendapat apakah lebih baik intervensi hanya pada
bayi atau melalui orang tua atau kombinasi keduanya. Penelitian Barera dkk,
Resnick dkk dan pendapat Gallagher menyimpulkan bahwa hasil stimulasi
lebih baik jika melalui orang tua.
Oleh karena itu stimulasi psikososial bayi risiko tinggi sebaiknya ditujukan
untuk pengembangan individu dengan memanfaatkan orang tua, anggota
keluarga, faktor-faktor lingkungan sosial-ekonomi, termasuk membantu orang
tua untuk berhadapan dengan perasaan mereka sendiri. Rencana intervensi

sebaiknya melibatkan tim interdisiplin termasuk dari dokter, perawat,


psikologi, terapi okupasi dan fisik, pendidikan anak-anak dan pekerja sosial.
Keterpaduan yang menggabungkan cara langsung dan tidak langsung
mempunyai pengaruh yang kuat, terutama bila tersedia sarana untuk hidup
sehat dan layanan sosial untuk keluarga (transportasi, bantuan kebutuhan yang
mendesak dan dukungan orang tua) selain intervensi di pusat pelayanan
perkembangan.
Barrera dkk melakukan stimulasi di rumah selama 1 tahun pada bayi berat
lahir rendah dan keluarganya yang dibagi ke dalam 3 kelompok. Kelompok I
intervensinya berfokus pada bayinya dengan tujuan untuk memperkuat
ketrampilan perkembangan. Kelompok II intervensinya berfokus pada orang
tuanya dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas interaksi bayi dan orang
tua. Kelompok kontrol prematur dan kelompok kontrol bayi cukup bulan.
Hasilnya menunjukkan bahwa kedua intervensi itu effektif falam mengubah
beberapa aspek lingkungan rumah dan perkembangan kognitif bayi, tetapi yang
berfokus pada orang tua menunjukkan hasil yang lebih besar. Pada kedua
kelompok intervensi bayi prematur secara konsisten lebih menunjukkan
perubahan yang nyata pada perkembangan kognitif dibanding kelompok
kontrol yang prematur. Tetapi pada pengamatan jangka panjang kelompok
kontrol cukup bulan mengungguli ketiga kelompok bayi prematur ketika umur
4 sampai 16 bulan untuk perkembangan mental dan gerak.
Rsnick dkk melaporkan hasil yang sama setelah intervensi perkembangan
yang dimulai sejak mereka di rumah sakit, kemudian dilanjutkan di rumah
sampai umur 2 tahun. Intervensi terutama difokuskan pada orang tua untuk
memperkuat kualitas interaksi orang tua dan bayi. Kelompok eksperimental
menunjukkan angka lebih tinggi ketimbang kontrol dengan

skala Bayley

Mental dan Motor pada umur 12 dan 24 bulan. Penelitian ini kemudian
menyimpulkan lebih baik bekerja melalui orang tua, dengan memberi contoh
intervensi untuk diterapkan pada bayi-bayi mereka.
Kunjungan rumah seminggu 3 kali akan menghasilkan kemajuan yang
bermakna. Orang tua dan anggota keluarga lain di rumah adalah penting untuk
memberikan pembelajaran sejak dini.

Pendapat yang berbeda menyimpulkan bahwa intervensi langsung pada bayi


untuk meningkatkan pengalaman pembelajaran sehari-hari menunjukkan hasil
yang lebih banyak dan lebih lama dibandingkan cara tidak langsung tidak
langsung misalya dengan kunjungan rumah atau pelatih orang tua saja. Cara
langsung lebih banyak meningkatkan kemampuan inteligensia anak terutama
yang mempunyai faktor-faktor risiko yang serius : ekonomi, bilogis, atau kedua
faktor tersebut.
Wasik dkk, membandingkan intervensi dini langsung dan tak langsung
secara acak terkendali pada bayi risiko tinggi sejak lahir sampai umur 5 tahun.
Kombinasi intervensi di tempat pelatihan setiap hari dan kunjungan rumah
setiap minggu menghasilkan kemajuan kognitif yang nyata, sedangkan
kunjungan ke rumah seminggu sekali tidak terlihat pengaruh pada kemampuan
anak, perilaku orang tua atau perubahan lingkungan rumah.
Anak yang mendapat intervensi melalui orang tuanya hasilnmya sama
dengan kelompok kontrol yang hanya mendapat makanan tambahan dan
surveilans kesehatan, walaupun orang tua menunjukkan

kepuasan pada

program kunjungan rumah.


Peneliti-peneliti lain menyatakan sulit untuk menyimpulkan mana yang
lebih baik, atau lebih baik digabungkan saja.
6.

Perlu Dukungan Yang Berkelanjutan


Semakin lama pengaruh positif stimulasi akan berkurang jika tidak ada
dukungan yang adekuat untuk mempertahankan sikap dan perilaku yang positif
dan untuk memacu pembelajaran lanjutan yang sesuai dengan kebutuhan anak.
Dampak jangka panjang stimulasi dini pada nilai IQ semakin lama akan
berkurang. Beberapa faktor yang terkait antara lain anak dengan riwayat risiko
tinggi tidak mampu mempertahankan manfaat efektivitas intervensi dini,
karena harus melanjutkan perkembangan dalam kecepatan yang umum di
sekolah. Lingkungan sekolah yang buruk, kesehatan yang suboptimal,
lingkungan rumah yang kacau dan berbagai faktor lain mempengaruhi
perkembangan anak pada usia selanjutnya.
Pada umur 8 tahun anak yang telah mendapatkan intervensi berkelanjutan
selama 8 tahun menunjukkan kemampuan terbaik dibanding

kelompok lain

dalam hal membaca dan matematik, melebihi kemampuan anak yang mendapat
latihan selama 5 tahun dan kelompok yang dilatih hanya di sekolah dasar saja.
Pada kelompok intervensi mulai TK sampai umur 8 tahun tidak
menunjukkan peningkatan IQ. Pada umur 12 tahun anak yang mendapat
intervensi dini tetap menunjukkan manfaat pada kemampuan akademik dan
nilai IQ dan yang tidak naik kelas turun 50%. Kelompok anak yang
menunjukkan hasil terbaik adalah yang mendapat intervensi sejak prasekolah
sampai usia sekolah.
Stimulasi Di Ruang Rawat Bayi
Perasaan dan Sikap Orang Tua Bayi Risiko Tinggi
Orang tua umumnya tidak siap menghadapi kenyataan bahwa bayinya berbeda dari
bayi-bayi lain karena adanya faktor risiko tinggi. Bayi risiko tinggi kadang-kadang
dirawat di ruang khusus, dalam inkubator tertutup, dengan kabel dan selang,
sehingga orang tua sulit untuk melihat, menyentuh, tidak dapat mengambil,
menggendong atau menimang bayinya. Perasaan dan sikap orang tua juga
dipengaruhi oleh penampilan fisik bayi dan sikap/prilaku dokter atau perawat yang
segera melakukan intervensi pada bayinya dengan serius.
Keperdulian ibu terfokus kepada keselamatan si bayi semata. Ketidaktentuan
tentang keselamatan dan kemampuan dimasa depan menyebabkan kecemasan,
kecewa, sedih, marah dan merasa bersalah, disamping merasa adanya beban karena
bayinya membutuhkan lebih banyak perawatan, padahal keselamatannya belum
dapat dipastikan.
Ibu-ibu lain asyik bermain dengan bayi masing-masing yang normal dan lucu,
sehingga ia merasa kehilangan, terasing dan tidak merasa sebagai ibu, karena
bayinya tidak dimiliki secara penuh, bahkan lebih dikuasai oleh teknologi dan para
petugas. Perasaan dan sikap tersebut menghambat tumbuhnya ikatan kasih sayang
ibu-bayi yang merupakan landasan interaksi ibu dan bayi dan sangat penting untuk
merangsang perkembangannya.
Bila orang tua tidak ada, tidak peka, tidak terlibat, bayi akan merasa ikatn
emosialnya kurang kuat, merasa tidak aman. Bayi yang ikatan emosinya merasa
tidak aman cenderung tak menentu (ambivalen), menghindar, tidak beraturan

dalam usaha membentuk hubungan dengan orang lain. Bayi yang selalu merasa
yang aman perkembangan emosi sosialnya lebih baik.
Ketidaktahuan orang tua tenatng keadaan bayinya dapat

menimbulkan

kecemasan yang berlebihan, sehingga sikap dan perilaku orang tua justru tidak
mendukung perkembangan bayinya. Oleh karena itu orang tua harus segera diberi
penjelasan tentang prognois, kemungkinan perjalanan penyakitnya, kemungkinan
penyulit, gejala sisa, agar mereka dapat mengetahui keadaan bayinya secara
proporsional, agar tidak menimbulkan kecemasan yang berlebihan, bahkan
diharapkan dapat menerima kenyataan tersebut secara bertahap.
Pentingnya Pelatihan untuk orang tua bayi risiko tinggi
Setelah mendapat penjelasan tersebut di atas maka orang tua secara bertahap
dilatih mengasuh bayinya sejak di NICU, di ruang rawat bayi atau rawat gabung
dengan tujuan :
1. Agar

ibu

dapat

mengerti

keadaan

khusus

bayinya

dan

potensi

perkembangannya sehingga menghilangkan ketakutan dan kecemasan serta


mendorong ibu untuk menikmati kebersamaan dengan bayinya.
2. Untuk meningkatkan kepekaan ibu terhadap syarat-syarat bayinya, terutama
yang mengisyaratkan kelebihan rangsang atau kelelahan, serta mengetahui
kapan bayi dalam keadaan siap untuk berinteraksi.
3. Untuk mengajarkan ibu berinteraksi yang sesuai dan saat yang tepat terhadap
isyarat-isyarat bayi tersebut ibu akan belajar kapan harus beristirahat,
menghibur, merangsang dst. Untuk membiasakan dengan keinginan dan
temperamen bayinya.
4. Meningkatkan ketrampilan membersihkan, memandikan, mengganti pakaian,
memberi minum dan menenangkan bayi.
5. Untuk meningkatkan kepercayaan diri dan memperkuat kesenangan ibu
terhadap bayinya.
Ibu dilatih cara-cara berinteraksi secara bertahap (lihat tabel 1) sesuai keadaan
bayi dan ibunya. Bilamana keadaan bayi dan ibu sudah memungkinkan (misalnya
sudah dipindahkan di ruang bayi atau atau rawat gabung), maka ibu dilatih
memberikan perawatan sehari-hari secara bertahap (lihat tabel 2).

Walaupun riwayat medis bayi akan mempengaruhi kualitas perkembangannya,


tetapi interaksi antara orang tua (terutama ibu) dan bayinya juga besar
pengaruhnya terhadap perkembangan bayinya.
Ibu dianjurkan sering memandang wajah dan menatap mata bayi, mengajak
bayinya tersenyum, berbicara yang lembut dan dikombinasi dengan sentuhan
sehingga memberikan 3 rangsangan sekaligus. Karena bayi telah akrab dengan
suara orang tuanya sejak kehamilan maka suara-suara ibu akan menenangkan bayi
ketika orang tua tidak disitu, dapat ditinggalkan rekaman suara mereka yang
menyanyikan lagu menidurkan bayi, membacakan sajak, cerita atau seolah
mengajak bermain.
Orang tua sebaiknya menyentuh bayinya segera mungkin dimulai pada tungkai
atau lengan yang tidak terlalu sensitif dibanding badan, misalnya dengan mengelus
atau memijat lembut, bahkan dapat dilakukan hanya melalui jendela kecil di
inkubator.
Tabel 1. Stimulasi psikososial untuk bayi risiko tinggi
Pengelihatan

Cara Berinteraksi
Menarik perhatian bayi, dekatkan wajah ibu
Pertahankan kontak mata yang lama
Rubah ekspresi wajah untuk mempertahankan
interaksi visual, menggunakan senyuman, ekspresi

kaget, gerakan lidah


Gerakan kepala, ajak bayi anda untuk mengikuti

gerakan kepala
Gerakan, anggukan dan gelengkan kepala untuk

mempertahankan interaksi
Tirukan ekspresi wajah bayi
Gerakan benda berwarna terang untuk membantu

pemfokusan bayi dan mengikutinya


Pegang bayi posisi tegak sehingga ia melihat

melampaui bahu orang tua


Atur kursi bayi sehingga ia dapat melihat ke orang

Pendengaran -

tua
Gunakan

suara

anda

untuk

berbagai

cara

berkomunikasi dengan bayi (bernyanyi, bergumam,


-

berkotek, memanggil nama, bercakap)


Berusaha agar bayi menggerakkan matanya dan
kepalanya kearah suara anda

Perabaan

Tiru suara bayi


Gunakan
benda

(kerincingan, bel, musik)


Membungkus, menggendong, mengatur posisi
Sentuhan, tepukan, urut/pijat bayi dengan cara

menenangkan dan berirama


Manfaatkan refleks bayi untuk interaksi (refleks

isap, refleks memegang)


Pegang dan timang bayi
Ayunkan bayi ketika diam, dan hibur dengan

menggoyang ketika rewel


Bergerak keliling dengan bayi tegak di bahu
Kombinasi gerakan badan dan wajah dengan

mencium dan menyundul bayi


Bermain sambil mengganti baju atau memandikan

untuk

menimbulkan

suara

Tabel 2 Cara melakukan perawatan/pengasuhan bayi risiko tinggi


Kegiatan
Membangunkan

Mengganti pakaian

Memberi minum

Memandikan

Cara melakukan perawatan/pengasuhan


Masuk ke kamar perlahan, nyalakan lampu, buka

korden perlahan
Bersuara lembut
Buka selimut bertahap
Hindari stimulasi yang berlebihan, walaupun bayi

sukar dibangunkan.
Sesuaikan suhu ruangan
Hindari perubahan posisi yang mendadak
Tahan dan ikutkan tungkai dan lengan ketika

merubah posisi
Lakukan rangsang sentuhan yang ringan
Sering menghibur mungkin perlu, tetapi beri

kesempatan bayi untuk menenangkan diri sendiri.


Perhatikan kebutuhan minum individual
Saat pemberian minum bersamaan dengan saat

bangun spontan
Hindari berisik yang tidak penting
Cegah gerakan bayi yang berlebihan dengan

membungkus atau memeluk bayi rapat ke tubuh


Atur jarak yang sesuai untuk bayi
Perlahan,
perhatikan
tanda
kelelahan,

ketidakstabilan (tremor, pucat, terkejut)


Menahan permukaan badan bagian

mungkin dibutuhkan
Sediakan dot atau mainan yang bisa dipegang,

digigit, diisap
Beri kesempatan sering berhenti (istirahat)
Beri kesempatan bayi untuk mengatur dirinya,

depan

jangan terus menerus berusaha menghibur bayi


Bayi prematur yang dipijat 20 menit sehari mengalami pertambahan berat
badan lebih baik, lebih sedikit henti napas, dan uji perkembangan beberapa tahun
kemudian mempunyai nilai yang lebih baik dibanding bayi prematur yang tidak
mendapat perhatian ini.
Orang tua harus belajar untuk mengenal sinyal fisiologis, yang menunjukan
ketidaknyamanan, atau kelelahan antara lain : sianosis, warna kulit yang bertitiktitik (mottling), nafas yang tidak teratur, henti nafas, cekukan, muntah, kejutan
(starles), menyeringai (grimace), kejang (twitching), sikap tubuh, ketegangan otot,

geraan yang kaku (jerky), perubahan ketegangan otot yang tiba-tiba (abrupt) dan
yang

gradual.

Menunjukkan

terganggunya

hemosostasis

akibat

pengaruh

lingkungan : kedinginan, suara yang keras, cahaya yang menyilaukan atau gerakan
yang tiba-tiba, sehingga tidak memberikan stimulasi berlebihan pada bayi
prematur.
Ibu

dilatih

menanggapi

isyarat-isyarat

bayinya

untuk

menghilangkan

ketidaknyamanan dengan memperbaiki lingkungan, mengusahakan agar tiak


kedinginan, cahaya yang tidak menyilaukan, atau dengan tanggapan dari
pengasuhnya berupa suara yang menenangkan, gerakan lembut yang teratur.
Ibu dilatih mengenali tingkat kesadaran bayinya untuk mengetahui apakah bayi
dapat menerima stimulasi atau justru akan mengganggunya.
Ibu dilatih untuk selalu memandang, bersuara, memegang tangan atau kaki,
merubah

posisi

bayi,

menggendong

vertikal,

menggoyang,

mengayun,

menggendong dan membungkus bayi untuk menghilangkan ketidaknyaman agar


bayi menjadi tenang.
Ibu diajarkan mempertahankan interaksi sosial dengan bola warna-warni atau
kerincingan, dengan menirukan gerakan dan ekspresi wajah bayi, dengan
menggendong bayi pada beberapa posisi, atau dengan menggoyang-goyang.
Dalam program ini ibu belajar untuk mengenali toleransi bayi terhadap
stimulasi sosial, yaitu merangsang bayi ketika memungkinkan, dan menghentikan
rangsangan bila bayi menjadi kelelahan dan menyesuaikan dengan perilaku bayi.
Robin Henig dan Anne Fletcher menyarankan bahwa orang tua memotret
bayinya sehingga setiap saat bisa dipandang untuk memperkuat ikatan emosi dan
kasih sayang orang tua dan anak.
Jika ibu tidak bisa meninggalkan kamarnya, maka ayah harus mengunjungi
seorang diri sebagai pengganti ibu. Sebagian ayah merasa dekat dengan bayinya
dan bisa memulai proses ikatan kasih sayang ayah dan bayi. Ibu yang mendapat
dukungan dari suaminya dan orang tuanya lebih mampu berhadapan dengan
masalah emosional dalma mengasuh bayinya.
Perilaku

ibu

yang

menunjukkan

rasa

kasih

sayang

dan

kepekaan

(responsiveness) terhadap bayinya mempunyai hubungan bermakna dengan


perkembangan koginitip dan motivasi bayi pada umur 5 bulan.

Stimulasi Di Rumah
Stimulasi di rumah pada prinsipnya melanjutkan latihan yang telah didapat
selama di Rumah Sakit. Karena di rumah keadaan bayi dan ibu lebih baik, dan ibu
setiap saat dapat berinteraksi dengan bayinya, seharusnya stimulasi dirumah lebih
berkembang dan bervariasi dibanding di rumah sakit.
Tetapi peralihan perawatan di rumah sakit ke rumah tinggal walaupun
menggembirakan, sering disertai ketakutan dan keragu-raguan. Sering keluarga
tidak siap mengantisipasi masalah akibat adanya bayi itu, sehingga ibu merasa
letih, tidak mampu menyelesaikan

berbagai tugas rumah tangga, merasa gagal

menjadi orang tua yang sempurna. Orang tua harus belajar untuk mengatur
prioritas, dan harus saling membantu.
Beberapa Pedoman Umum Stimulasi
Orang tua menyediakan stimulasi melalui 2 cara : melalui pengaturan
lingkungan yang merangsang kegiatan sensorimotor, atau dengan langsung
berinteraksi dengan bayinya.
Stimulasi Penglihatan
Rangsang visual sebaiknya terdiri dari warna yang mencolok, kontras gelap
dan terang (garis-garis, lingkaran-lingkaran sepusat, bentuk geometrik), obyek
yang bergerak dan permukaan di sekitarnya. Wajah manusia adalah obyek yang
paling disukai untuk menarik perhatian, bentuknya, gerakannya dan suaranya.
Tatapan wajah yang sangat dekat dan bersuara memungkinkan stimulasi visual,
auditori dan taktil secara bermakna. Perubahan posisi yang sering (dari telentang
ke tengkurap, dari tempat tidur ke gendongan, dari kursi ayunan) memungkinkan
bayi mendapatkan berbagai stimulasi penglihatan dan pemandangan yang berbeda.
Stimulasi Pendengaran
Untuk merangsang pendengaran : bersuara (menirukan suara, bayi, berbicara,
bernyanyi) adalah sangat penting. Banyaknya dan tipe bahasa yang digunakan di
rumah selama periode bayi merupakan faktor penting dalam perkembangan
kecerdasan anak. Pemaparan terhadap berbagai musik, suara harian keluar masuk
rumah, membacakan untuk abyi akan membantu rangsang pendengaran bayi.

Tetapi jangan terlalu berisik dan mengganggu. Bayi yang dihujani dengan suara
yang berisik (suara TV, radio, teriakan, kegaduhan yang konstan) terlatih
menghilangkan gangguan tersebut sehingga kelak sulit untuk membedakan dengan
menggunakan pendengaran dan perhatian.
Stimulasi taktil (Perabaan, sentuhan)
Dari semua rangsang sensori, rangsang raba (taktil) adalah yang paling penting
untuk perkembangan yang sehat. Sensasi sentuhan adalah yang paling berkembang
pada saat lahir, dan telah berfungsi sejak sebelum lahir, jauh sebelum fungsi
sensasi lainnya berkembang. Memegang, menimbang, mengurut, menepuk,
menggoncang dan gerakan adalah sangat penting, termasuk memijat dan
memandikan. Pengasuh dapat melakukan ini selama memberi makan, mengganti
baju dan kegiatan rutin lainnya. Ibu yang memberi botol dengan disangga, atau
yang meletakkan bayi di tempat tidur dengan botol berarti merampasnya dari
sensasi kehangatan dan kedekatan, juga merampas dari rangsang pandangan,
pendengaran dan rabaan. Mainan yang mempunyai permukaan yang bervariasi
(lembut, licin, fleksibel dan kaku) juga memungkinkan pengalaman perabaan yang
beragam.
Stimulasi Pengecapan dan Pembauan
Variasi rasa dan tekstur makanan memungkinkan rangsang pengecapan dan
pembauan.

Koordinasi visual dan gerak


Koordinasi mata-tangan dapat diperkuat dengan mainan di tempat tidur bayi,
bermain di ayunan, mendorong partisipasi selama makan, penempatan mainan di
luar jangkauan anak yang masih memungkinkan bayi menggeser tubuhnya untuk
meraihya,

menyediakan

obyek

yang

dimasukkan kembali (dumped and filled).


Peran Orang Tua

dapat

dipukulkan,

ditumpahkan

dan

Jika orang tua mengembangkan lingkungan yang menarik dan merangsang maka
bayi dapat belajar sendiri lingkungannya. Menurut Gordon (1976) orang tua adalah
guru utama anak dimulai pada masa bayi. Disamping menyediakan lingkungan
belajar, contoh perilaku orang tua dan keterlibatan dalam bermain adalah penting
untuk perkembangan anak.
Lima peran orang tua menurut Gordon (5P) adalah penyediaan lingkungan
pembelajaran, sikap orang tua dapat diramalkan ( predictability), bermain dengan
proses ping-pong, membiarkan dan mendorong bayi secara persisten untuk tetap
tertarik dan didalam aktivitas, jangan menjadi professor (selalu berbicara, tidak
memberi kesempatan pada bayi).
Selain itu orang tua harus merangsang 4R : responsiveness, reasoning,
rasionality dan reading. Sedangkan warm (kehangatan, mencintai, perduli) sangat
diperlukan agar 5P dan 4R berfungsi baik.
Pengasuh yang peka akan terlibat bersama bayi dengan mengamati perasaan
bayi, mengetahui apa yang menarik untuk bayi dan mempelajari keterampilannya,
memberikan kesempatan untuk memperaktekan yang sudah dikenalnya, dan
kemudian merangsang untuk memperluas ketrampilannya dengan cara lain, dengan
bahan dan perilaku yang lebih baru. Penting untuk menyeimbangkan kapan bayi
memaulai sendiri kegiatan bebas dan kapan orang tua menentukan permainan
interaktif. Bayi-bayi yang ibunya mendukung kebebasannya, lebih menunjukkan
persistensi dan kompetensi dalam orientasi tugas selama bermain, dibanding bayi
yang terlalu banyak dikendalikan ibu.

Stimulasi Berdasarkan Kelompok Umur


Umur 0-3 bulan
Berikan rasa nyaman, aman, tunjukkan perhatian dan kasih sayang dengan cara :
memeluk

menggendong,

menyelimuti,

memberikan

ASI,

menghibur,

membersihkan badan, mengganti popok basah dll. Rangsanglah penglihatan,


perkembangan sosial dan kognitif bayi dengan cara : menatap mata bayi dari jarak
sekitar 30 cm, mengajak tersenyum, membalas senyuman, menggantung mainan
yang bisa bergerak, menggerakkan mainan berwarna-warni kekanan-kiri, ke depan

belakang. Rangsanglah pendengaran, perkembangan berbahasa, sosial dan


kognitif bayi dengan : mengajak berbicara, menirukan ocehan bayi, menggerakan
mainan yang berbunyi, mendengarkan musik dll. Rangsanglah perkembangan
gerak kasar dan keseimbangan dengan melatih bayi mengangkat kepala, dada,
miring, tengkurap. Rangsanglah perkembangan gerak halus, perabaan dan
perkembangan kognitif dengan memberikan mainan yang dapat diraih, diraba,
dipegang, digenggam, diremas.
Umur 3-6 bulan
Lanjutkan perangsangan untuk umur 0-3 bulan tersebut diatas, ditambah dengan
rangsang yang lebih kompleks. Rangsanglah penglihatan, perkembangan sosial dan
kognitif dengan : bermain

cilukba, bayi melihat bayangan dirinya di cermin,

meraih mainan. Rangsanglah pendengaran, perkembangan berbahasa dan kognitif


dengan mencari sumber suara, mengulang-ulang beberapa kata. Rangsanglah gerak
kasar dan keseimbangan dengan melatih tengkurap, berguling, telentang, posisi
duduk. Rangsanglah gerak halus dan koordinasi dengan memegang menggunakan
2 tangan, meraup benda kecil, meraih benda-benda yang agak jauh, memasukan
biskuit ke mulut dll.
Umur 6-9 bulan
Lanjutkan rangsangan untuk umur 3-6 bulan, ditambah dengan rangsang yang
lebih kompleks. Rangsanglah pendengaran, perkembangan berbahasa, emosi dan
kognitif dengan memanggil namanya, memanggil mama-papa, mengulang-ulang
beberapa kata-kata. Rangsanglah gerak kasar, keseimbangan dan kemandirian
dengan latihan duduk, merangkak, berdiri, melangkah berpegangan. Rangsanglah
gerak halus, koordinasi visual, kognitif dan kemandirian dengan bersalaman,
bertepuk tangan, melambaikan tangan, menunjuk ke benda-benda yang agak jauh.
Umur 9-12 bulan
Lanjutkan rangsangan untuk umur 6-9 bulan, ditambah dengan rangsang yang
lebih kompleks.
Rangsanglah penglihatan, pendengaran, perkembangan berbahasa, kognitif dan
komunikasi dengan menyebutkan nama-nama orang di dalam keluarga, mengulang

kata-kata yang sering digunakan pada bayi. Rangsanglah perkembangan agak


halus, koordinasi, kognitif dan kemandirian dan sosial dengan memasukan benda
ke dalam tempat dan mengeluarkannya lagi, minum dari gelas, menggelindingkan
bola ke orang lain. Rangsanglah gerak kasar dengan berdiri, berjalan berpegangan.
Umur 12 bulan 18 bulan
Lanjutkan rangsangan untuk umur 9-12 bulan, ditambah dengan rangsang yang
lebih kompleks. Rangsanglah gerak halus, koordinasi visual dan kognitif dengan
mencoret-coret,

menyusun

kubus-kubus,

balok-balok,

memasukkan

dan

mengeluarkan benda-benda kecil dari wadahnya. Rangsanglah gerak halus,


kemandirian dan kognitif dengan bermain menggunakan boneka, alat-alat rumah
tangga, sendok garpu, belajar melepas celana dan baju. Rangsanglah gerak kasar,
keseimbangan dan kognitif dengan berjalan tanpa berpegangan, agak cepat,
berjalan

mundur, memanjat

kursi, tangga,

menendang

bola. Rangsanglah

perkembangan berbahasa dan kognitif dengan nama-nama benda, perintah


sederhana.
Umur 18 bulan 24 bulan
Lanjutkan rangsangan untuk umur 15-18 bulan, ditambah dengan rangsang yang
lebih kompleks. Rangsanglah perkembangan berbahasa, penglihatan, kognitif dsn
sosial dengan bertanya menyebutkan nama gambar, bagian-bagian tubuh anak,
binatang, benda-benda di sekitar rumah, kegiatan sehari-hari. Rangsanglah
kemampuan gerak halus, kemandirian, dan kognitif dengan berlatih mencuci
tangan, menyikat gigi, memakai celana, baju, menggambar garis. Rangsanglah
gerak kasar, koordinasi, sosial dan kognitif dengan bermain melempar bola,
melompat.
Umur 2-3 tahun
Lanjutkan rangsangan untuk umur 18-24 bulan, ditambah dengan rangsang yang
lebih kompleks. Rangsanglah perkembangan berbahasa dan kognitif dengan
menyebutkan warna-warna, kata-kata sifat yang sering digunakan (besar-kecil,
panas-dingin, banyak-sedikit, tinggi-rendah, enak tidak enak), kegunaan benda
sehari-hari, menghitung benda-benda. Rangsanglah perkembangan gerak halus,

kemandirian dan sosial dengan memakai baju sendiri, menyikat gigi, bermain
kartu, menyebutkan nama teman, menggambar garis dan lingkaran, menggambar
manusia. Rangsanglah gerak kasar dan keseimbangan dengan berdiri satu kaki.
Bilamana terjadi keterlambatan perkembangan, maka dilakukan intervensi yang
spesifik sesuai dengan jenis keterlambatannya.
Setelah umur 3 tahun umumnya intervensi diarahkan untuk perkembangan
kesiapan sekolah, antara lain kesiapan untuk menulis, mengenal bentuk huruf dan
angka, berhitung sederhana, mengerti perintah-perintah sederhana, kemandirian
sosial.
2.9

Prognosis Bayi Berat Lahir Re

Female sex is associated with increased rates of survival of newborns born at 22-25 weeks'
GA

BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1

Identitas

3.2

Heteroanamnesa

3.2.1

Riwayat Prenatal

3.2.2

Riwayat Penyakit Ibu

3.2.3

Riwayat Intranatal

3.2.4

Diagnosa Ibu

3.2.5

Data Bayi

3.2.6

Riwayat Pengobatan

3.2.7

Riwayat Nutrisi

3.2.8

Riwayat Imunisasi

3.2.9

Lembar Follow Up

3.3

Diagnosis Klinis

3.4

Faktor Resiko

3.5

Problem List

3.6

Kebutuhan Dasar Anak

3.6.1

Asah

3.6.2

Asih

3.6.3

Asuh

3.7

KIE

BAB 4
KESIMPULAN
1. g
2. g
3. g
4. g
5. g
6. g
7. g

DAFTAR PUSTAKA
1. A
2. A
3. A
4. AA
5. A
6. A
7. A
8. A
9. A
10. A
11. A
12. A
13. A
14. A
15. A
16. A
17. A
18.

Anda mungkin juga menyukai