Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PROSES PERUBAHAN DAN PENANGANAN PSIKOLOGIS PADA


MASA KEHAMILAN
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi

Dosen Pembimbing:
Aan Somana, S.Kep., M. Pd., MNS

Disusun Oleh :
Miati (E.0106.18.006)
Rina Maryani (E.0106.18.014)
Sindhy Octa Virginia Y (E.0106.18.022)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BUDI LUHUR
CIMAHI
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini, tentang “Proses Perubahan Dan
Penanganan Psikologis Pada Masa Kehamilan”. Tanpa ridha dan kasih sayang serta petunjuk
dari-Nya mustahil tugas ini dapat terselesaikan.
Penyusun membuat makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas Mata Kuliah
Psikologi yang diberikan oleh dosen, yaitu Bapak Aan Somana, S.Kep., M. Pd., MNS. Dari
pembuatan makalah ini tidak hanya menyelesaikan tugas, tetapi bertujuan untuk menambah
pengetahuan dan wawasan kita yang berkaitan dengan proses perubahan dan penanganan
psikologis pada masa kehamilan.
Kiranya makalah ini bisa menambah pengetahuan bagi pembaca, meski begitu
penyusun sadar bahwa makalah ini perlu untuk dilakukan perbaikan dan penyempurnaan.

Cimahi, Oktober 2019

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1

C. Tujuan.............................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3

A. Perubahan Dan Adaptasi Psikologis Pada Kehamilan Trimester I.................................3

B. Perubahan dan Adaptasi Psikologis pada Kehamilan Trimester II................................4

C. Perubahan dan Adaptasi Psikologis pada Kehamilan Trimester III................................5

D. Siklus Kehidupan dan Transisi Peran dalam Kehamilan (Reeder, 1994).......................6

E. Konseling Ibu Hamil.......................................................................................................7

F. Gangguan Psikologis pada Masa Kehamilan..................................................................7

BAB III HASIL PENELITIAN.............................................................................................16

A. HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENYESUAIAN


DIRI PEREMPUAN PADA KEHAMILAN PERTAMA...................................................16

B. PENGARUH PELATIHAN RELAKSASI DENGAN DZIKIR UNTUK


MENGATASI KECEMASAN IBU HAMIL PERTAMA..................................................16

C. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN IBU


HAMIL MENJELANG PERSALINAN DI POLI KIA PKM TUMINTING.....................17

D. HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DENGAN KECEMASAN PADA IBU


HAMIL.................................................................................................................................18

BAB IV PENUTUP................................................................................................................19

A. Kesimpulan...................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan periode krisis yang akan berakhir dengan dilahirkannya
bayi. Selama kehamilan, pada umumnya ibu mengalami perubahan baik fisik maupun
psikis yang tampaknya hal tersebut berhubungan dengan perubahan biologis (hormonal)
yang dialaminya. Emosi ibu hamil cenderung labil. Reaksi yang ditunjukkan terhadap
kehamilan dapat saja berlebihan dan mudah berubah-ubah.
Kehamilan merupakan episode dramatis dari kondisi biologis maupun psikologis
yang tentuntunya memerlukan adaftasi dari seorang wanita yang sedang mengalaminya.
Sebagian kaum wanita menganggap bahwa kehamilan kodrat yang harus dilalui, tetapi
sebagian lagi menganggap sebagai peristiwa yang menetukan kehidupan selanjutnya.
Perubahan fisik dan emosional yang konpleks memerlukan adaptasi terhadap
penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Persoalan dalam kehamilan
itu sendiri dapat menjadi pencetus berbagai reaksi psikologis mulai dari reaksi
emosionalyang ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa yng berat.
Seiring persiapannya untuk menghadapi peran baru, wanita tersebut mengubah
konsep dirinya agar ia siap menjadi orang tua, begitu pula halnya dengan suami. Selama
kehamilan, kebanyakan wanita mengalami perubahan psikologis dan emosional. Sering
kali kita mendengar seorang wanita mengatakan betapa bahagianya dia karena akan
menjadi seorang ibu dan bahwa dia sudah memilihkan sebuah nama untuk bayi yang akan
dilahirkannya. Namun, tidak jarang ada wanita yang merasa khawatir jika terjadi masalah
dalam kehamilannya, ada kemungkinan dia kehilangan kecantikannya atau kemungkinan
bayinya tidak normal.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja perubahan dan adaptasi psikologis pada kehamilan trimester I?
2. Apa saja perubahan dan adaptasi psikologis pada kehamilan trimester II?
3. Apa saja perubahan dan adaptasi psikologis pada kehamilan trimester III?
4. Apa saja siklus kehidupan dan transisi peran dalam kehamilan ?
5. Apa saja konseling pada ibu hamil?
6. Apa saja gangguan psikologis pada masa kehamilan?

1
2

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja perubahan dan adaptasi psikologis pada kehamilan trimester
I.
2. Untuk mengetahui apa saja perubahan dan adaptasi psikologis pada kehamilan trimester
II.
3. Untuk mengetahui apa saja perubahan dan adaptasi psikologis pada kehamilan trimester
III.
4. Untuk mengetahui apa saja siklus kehidupan dan transisi peran dalam kehamilan .
5. Untuk mengetahui apa saja konseling pada ibu hamil.
6. Untuk mengetahui apa saja gangguan psikologis pada masa kehamilan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perubahan Dan Adaptasi Psikologis Pada Kehamilan Trimester I


Segera setelah konsepsi, kadar hormone estrogen dan progesterone dalam tubuh
akan meningkat dan ini menyebabkan timbulnya mual dan muntah pada pagi hari, lemah
dan membesarnya payudara. Ibu merasa tidak sehat dan sering kali membenci
kehamilannya. Banyak ibu yang merasakan kekecewaan penolakan, kecemasan dan
kesedihan. Seringkali, biasanya pada awal kehamilannya, ibu berharap untuk tidak hamil.
Hampir sebanyak 80% kecewa, menolak, gelisah, depresi dan murung. Kejadian gangguan
jiwa sebesar 15% pada ibu hamil terjadi pada trimester I yang kebanyakan pada kehamilan
pertama (primipara).
Perubahan psikologis yang terjadi pada kehamilan trimester I didasari pada teori
revarubin. Teori ini menekankan pada pencapaian peran sebagai ibu untuk mencapai peran
ini seorang wanita memerlukan proses belajar melalui serangkaian aktifitas. Trimester
pertama ini sering dirujuk kepada masa penentuan. Penentuan membuat fakta wanita
bahwa ia hamil. Trimester pertama juga sering menjadi masa khawatiran dari penantian.
Kehamilan pada trimester I ini cenderung terjadi pada tahapan ketika seorang
wanita sedang belajar untuk mencapai peran barunya, yaitu peran sebagai seorang ibu.
Pada trimester pertama seorang ibu akan selalu mencari tanda – tanda yang lebih
meyakinkan bahwa dirinya memang hamil. Setiap perubahan yang terjadi pada tubuhnya
akan selalu di perhatikan dengan seksama. Oleh karena itu perutnya masih kecil,
kehamilan bisa menjadi rahasia seorang ibu yang mungkin akan diberitahuakannya kepada
rang lain atau mungkin juga tidak. Para wanita juga mungkin akan mengalami ketakutan
dan fantasi selama kehamilan, khususnya tetang perubahan pada tubuhnya. Mereka
khawatir terhadap perubahn fisik dn psikologisnya, jika mereka multigravida, atau
kecemasan yang berhubungan dengan pengalaman yang lalu. Banyak wanita hamil yang
mimpinya sering kali benar – benar seperti sesuatu yang nyata dan hal ini sangat
menganggu. Apabila jika mimpinya tentang bayinya yang bisa diartikan oleh ibu apalagi
bila mimpi itu tidak menyenangkan.
1. Stress yang terjadi pada kehamilan trimester 1
Ada dua tipe stress, yaitu yang negatif dan positif. Kedua stress ini dapat
mempengaruhi reaksi individu. Adapula yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik. Stress

3
intrinsik berhubungan dangan tujuan pribadi dari individu, yakni individu berusaha
untuk

4
5

membuat sesempurna mungkin tujuan hidupnya, baik dalam kehidupan pribadinya


maupun dalam kehidupan sosialnya secara rasa sakit, kehilangan, kesendirian, dan
masa reproduksi.
Menurut Burnard (1991), stres selama masa reproduksi dapat dihubungkan
dengan tiga aspek yaitu sebagai berikut.
a. Stress didalam individu
b. Stress yang disebabkan dari pihak lain.
c. Stress yang disebabkan dari penyesuaian terhadap tekanan social.
Stress dari dalam diri dapat terjadi berkenaan dengan kegelisahan terhadap
kemampuan beradaptasi dengan kejadian kehamilannya.
B. Perubahan dan Adaptasi Psikologis pada Kehamilan Trimester II
Perubahan psikologis pada trimester kedua dapat dibagi menjadi 2 fase, yaitu
sebagai berikut :
1. Fase prequickening
Selama akhir trimester pertamadan masa preqiuckening pada trimester kedua ibu
hamil mengevaluasi lagi hubungannya dan segala aspek didalamnya dengan orang
tuanya (ibunya) yang telah terjadi selama ini. Ibu menganalisis dan mengevaluasi
kembali segala hubungan interpersonal yang telah terjadi dan akan menjadi dasar
sebagaimana ia membanggakan hubungan dengan anak yang akan dilahirkannya. Ia
akan menerima segala nilai yang telah diberikan ibunya dengan rasa hormat, tetapi bila
ia menemukan adanya sikap yang negatif, maka ia akan menolaknya.
Perasaan menolak perasaan negatif ibunya akan menyebabkan rasa bersalah pada
dirinya. Kecuali bila ibu hamil menyadari bahwa hal tersebut normal karena ia sedang
mengembangkan identitas keibuannya. Proses yang terjadi pada masa pengevaluasian
kembali ini adalah perubahan identitas dari penerima kasih sayang (dari ibunya)
menjadi pemberi kasih sayang (persiapan menjadi seorang ibu). Transisi ini
memberikan pengertian yang jelas bagi ibu hamil untuk mempersiapkan dirinya sebagai
ibu yang memberikan kasih sayang kepada anak yang akan dilahirkannya. Trimester
kedua sering dikatakan periode pancaran kesehatan. Ini disebabkan selama trimester ini
wanita umumnya merasa baik dan terbebas dari ketidak nyamanan kehamilan.
2. Fase postquickening
Setelah ibu hamil merasakan quickening, identitas keibuan yang jelas akan
muncul. Ibu hamil akan focus pada kehamilannya dan persiapan menghadapi peran
6

baru sebagai seorang ibu. Perubahan in bisa menyebabkan kesedihan bagi ibu karena
telah meninggalkan peran lamanya sebelum masa kehamilan, terutama pada ibu yang
mengalami hamil pertama kali dan ibu yang menjadi wanita karier. Ibu harus diberikan
pengertian bahwa ia tidak tidak harus membuang segala peran yang ia terima sebelum
kehamilannya. Pada wanita multigravida, peran baru bagaimana ia menjelasakan
hubungan dengan anakanya yang lain dan bagaiman bila nanti ia harus meninggalakan
rumahnya untuk sementara ketika proses persalinan.

C. Perubahan dan Adaptasi Psikologis pada Kehamilan Trimester III


Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan dua hal yang mengingatkan ibu
pada bayinya. Kadang – kadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan lahit sewaktu
waktu. Ini menyebabkan ibu meningkatnya kewaspadaannysa akan timbulnya tanda dan
gejala persalinan. Kebanyakan ibu juga akan bersikap melindungi bayinya dan akan
menghindari orang atau benda apa saja yang dianggapnya membahayakan bayinya.
Seorang ibu mungkin mulai merasa takun akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan
timbul pada saat melahirkan. Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada
trimester ke tiga dan banyak ibu merasa dirinya aneh dan jelek. Disamping itu, ibu mulai
merasa sedih karena akan berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang
diterima selama hamil. Pada trimester inilah ibu memerlukan ketenangan dan dukungan
dari suami, keluarga dan bidan.
Trimester ke tiga sering kali disebutperiode menunggu/penantian dan waspada
sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Trimester ketiga
adalah waktu untuk mempersiapkan kelahiran dan peran sebagai orang tua seperti
terpusatnya perhatian pada kehadiran bayi.
Trimester ketiga merupakan saat persiapan aktif untuk kelahiran bayi. Orang tua
dan keeluarga mulai mengira-ngira bagaimana rupa anaknya (wajahnya akan menyerupai
siapa) dan apa jenis kelaminnya.
Kehamilan bagi keluarga, khususnya seorang wanita, merupakan peristiwa yang
penting. Meski demikian, kehamilan juga merupakan saat-saat krisis bagi keluarga, yaitu
terjadi perubahan identitas dan peran ibu, ayah serta keluarga lainnya. Tugas ibu pada
masa kehamilan adalah sebagai berikut :
1. Menerima kehamilannya.
2. Membina hubungan dengan janin.
7

3. Menyesuaikan perubahan fisik.


4. Menyesuaikan perubahan hubungan suami istri.
5. Persiapan melahirkan dan menjadi orang tua.
Kehamilan yang terjadi bagi seorang wanita dapat dirasakan sebagai hal berikut.
1. Krisis
Krisis merupakan ketidak seimbangan psikologis yang dapat disebabkan oleh situasi
atau tahapan perkembangan.
2. Stressor
Model konseptual menyatakan bahwa kritis psikologis dan social dipertimbangkan
sebagai kejadian yang kritis tapi tidak selalu ditunjukan dengan masalah psikologis dan
interpersonal nyata. Setiap perubahan yang tarjadi pada seseorang dapat merupakan
stressor. Kehamilanm memebawa perubahan yang segnifikan pada ibu sehingga dapat
dinyatakan sebagai stressor yang juga memengaruhi psikplogis anggota keluarga yang
lainnya.
3. Transisi Peran
Terjadi perubahan intraksi rutin dalam keluarga, dengan adanya anggota kelaurga yang
baru sehingga terjadi perubahan peran masing-masing anggota keluarga.

D. Siklus Kehidupan dan Transisi Peran dalam Kehamilan (Reeder, 1994)


1. Anticipatory Stage
Tahap sosialisasi atau latihan untuk penampilan peran yang diasumsikan pasangan
(suami/istri) berkaitan dengan fantasi.
2. Honeymoon Stage
Mengsumsikan peranyang harus ditampilkan, melakukan pendekatan dan eksplorasi
terhadap sikap yang dibutuhkan untuk penampilan peran, mulai melakukan latihan
peran.
3. Plautau Stage
Pada fase ini pasangan memvalidasikan apakah peran yang akan ditampilkan adekuat/
tidak. Semuanya tergantung pada bagaimana mereka atau yang lainnya membentuk
peran yang harus ditampilkan.
4. Disengagement atau Termination Stage
Tahap ini merupakan tahap terminasi/pengakhiran peran. Peran pasangan pada
kehamilan terakhir setelah terjadi proses perasalinan dan selanjutnya pasangan
mememasuki tahapan peran yang lain.
8

E. Konseling Ibu Hamil


Tingginya aknka kematian ibu (AKI) merupakan permasalahan karena kematian
ibu akan berdampak pada seluruh keluarga. Mengingat masih tingginya AKI diperlukan
suatu kerja sama yang baik antara bidan dengan ibu. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan oleh bidan adalah dengan melakukan konseling. Konseling dilakukan pada ibu,
suami dan keluarga lainya setelah bidan selsai melakukan pemeriksaan fisik.
Konseling yang diberikan oleh bidan pada trimester satu dan kedua adalah
pemberian informasi tentang perubahan yang terjadi pada parubahan janin sesuai dengan
usis kehamilan, perubahan yang terjadi pada ibu sendiri serta mencegah risiko terjadinya
komplikasi yang bisa mengancam jiwanya selama periode kehamilan. Adapun
pelaksanaan konseling pada ibu hamil, bidan diharapkan mampu melaksanakan asuhan
dan tindakan pemeriksaan, pendidikan kesehatan dan segala bentuk pelayanan kebidanan
pada ibu hamil. Dengan menerapkan komunikasi terapeutik, diharapkan dapat meredam
permasalahan psikologi yang berdampak negatif gagi kehamilan, membantu ibu sejak
prakonsepsi untuk mengorganisasikan perasaannya dan pikirannya untuk menerima serta
memelihara kehamilannya.

F. Gangguan Psikologis pada Masa Kehamilan


1. Gangguan psikologis pada pasangan infertile
Infertilitas merupakan suatu kondisi yang menunjukan ketidakmampuan suatu
pasangan untuk mendapatkan atau menghasilkan keturunan. Beda dengannya dengan
infertil yang berarti kekurang mampuan suatu pasangan pasangan untuk menghasilkan
keturunan, dan bukan ketidakmampuan mutlak (Sugiharto, G., 2005).
a. Penyebab Infertilitas
1) Usia: Puncak kesuburan untuk pria didapat ketka berusia 24 – 25 tahun dan 21
-24 tahun untuk wanita, sebelum matang usia tersebut kesuburan belum benar
matang dan setelahnya berangsur menurun.
2) Frekuensi hubungan berkurang
3) Lingkungan: baik fisik, kimia maupun biologis (Panas, radiasi, rokok, narkotika,
alkohol, infeksi, dan lainnya).
4) Gizi dan nutrisi: termasuk kekurangan protein dan vitamin tertentu.
5) Stres psikis: mengganggu siklus haid, menurunkan libido, serta kualitas
spermatozoa, dan lain – lain.
9

6) Kelainan anatomi dan fisiologi saluran reproduksi atau organ reproduksi wanita
seperti vagina, uterus, serviks, tuba fallopi, dan ovarium.
7) Faktor lain: Prolactinoma (tumor pada hopofisis), hiper / hipotiroid
(kelebihan/kekurangan hormon tiroid).
b. Tanda Gejala Gangguan Psikologis Pada Wanita Infertilitas
Dalam buku psikologis wanita karangan kartini kartono (2006) disebutkan gambaran
tentang gangguan psikologis pada wanita yang inertil, yaitu sebagai berikut.
1) Ada kebiasaan dan religi dari banyak suku bangsa di dunia yang menegaskan
bahwa wanita yang tidak mampu melahirkan anak adalah wanita inferior. Hal
yang membuat wanita tidak mampu memberikan keturunan menjadi rendah diri
dan kehilangan kepercayaan diri.
2) Pada beberapa wanita lain, selalu berusaha mengingkari trauma sterilitas dengan
justifikasi bahwa ia tidak menginginkan kehadiran anak dalam kehidupannya.
3) Sebagai manifestasi dari sterilitasnya, banyak wanita infertil mengambil
substitusi lain dengna cara mengembangkan hobi, meniti karir, mengadopsi anak,
dan lainnya.
4) Setiap kegagalan dan kekecewaan selalu diproyeksikan kepada orang lain.
5) Adapula wanita steril yang memiliki sifat pseudo-keibuan, menghibur diri dengan
memilih pekerjaan yang bersifat keibuan.
c. Pengelolaan Gangguan Psikologis Pada Infertilitas
Gangguan psikologis pada infertilitas merupakan siklus yang tidak terputus.
Infertilitas dapat disebabkan oleh adanya gangguan psikologis yang meghambat
proses reproduksi itu sendiri dan dampak dari infertilitas itu juga mengakibatkan
gangguan psikologis. Adapun penanganannya dapat dilakukan dengan konseling
baik secara individu atau konseling pasangan, mengingat kondisi ini, melibatkan
kedua belah pihak, yaitu suami dan istri.

2. Gangguan Psikologis Pada Kehamilan Palsu (Pseudocyesis)


Kehamilan palsu pseudocyesis adalah suatu keadaan dimana seorang wanita
berada dalam kondisi yang menunjukan berbagai tanda dan gejala kehamilan seperti
tidak mendapatkan menstruasi, adanya mual muntah, pembesaran perut, peningkatan
berat badan, dan gejala kehamilan lainnya bahkan kadang kala hasil tes urine dapat
menjadi positif palsu (false positive), tetapi sesungguhnya tidak benar-benar
hamil(Suririnah, 2005). Faktor yang sangat sering berhubungan dengan terjadinya
10

kehamilan palsu adalah faktor emosional atau psikis yang menyebabkan kelenjar
pituitari terpengaruh sehingga menyebabkan kegagalan sistem endokrin dalam
mengontrol hormon yang menimbulkan keadaan seperti hamil.
a. Tanda gejala gangguan psikologis pada pseudocyesis
Wanita dengan pseudocyesis memiliki kondisi psikologis seperti berikut ini.
1) Adanya sikap yang ambivalen terhadap kehamilannya, yaitu ingin sekali menjadi
hamil, sekaligus tidak ingin menjadi hamil.
2) Keinginan untuk menjadi hamil terutama sekali tidak timbul dari dorongan
keibuan, akan tetapi khusus dipacu oleh dendam, sikap bermusuhasn, dan harga
diri.
3) Secara bersamaan muncul kesediaan untuk menyadari, sekaligus kesedian untuk
tidak mau menyadari bahwa kehmailannya adalah ilusi belaka.
4) Wanita dengan pseudocyesis tidak terlepas dari pseudologi, yaitu fantasi-fantasi
kebohongan yang selalu ditampilkan kedepan untuk mengingkari hal-hal yang
tidak menyenangkan.
b. Pengelolaan gangguan psikologis pada pseudocyesis
Peristiwa pseudocyesis merujuk pada peristiwa pseudologia, yaitu fantasi-
fantasi kebohongan yang selalu ditampilkan kedepan untuk mengingkari atau
menghindari realitas yang tidak menyenangkan. Wanita pseudocyesis ingin sekali
menonjolkan egonya untuk menutupi kelemahan dirinya, oleh karena itu dipilihlah
aliran konseling psikoanalisis dengan menekankan pentingnya riwayat hidup klien,
pengaruh dari pengalaman diri pada kepribadian individu, serta irasionalitas dan
sumber-sumber tak sadar dari tingkah laku manusia.
Peran konselor dalam hal ini adalah menciptakan suasana senyaman mungkin
agar klien merasa bebas untuk mengekspresikan pikiran-pikiran yang sulit. Proses
ini bisa dilakukan dengan meminta klien berbaring di sofa dan konselor dibelakang
(sehingga tidak terlihat). Dengan begitu klien diharapkan dapat memperoleh
kesadarn diri, kejujuran dan hubungan pribadi yang lebih efektif, dapat menghadapi
ansietas dengan realistis, serta dapat mengendalikan tingkah laku, irasional
(Lesmana, 2006).
3. Gangguan Psikologis Pada Kehamilan Diluar Nikah
a. Fenomena kehamilan diluar nikah
Remaja bisa saja mengatakan bahwa seks bebas atau seks pra nikah itu aman untuk
dilakukan. Namun, bila remaja melihat dan memahami akibat dari perilaku itu,
11

ternyata lebih banyak membawa kerugian. Salah satu resikonya adalah kehamilan
diluar nikah. Sungguh merupakan suatu permasalahan kompleks yang dapat
menghancurkan segalanya, masa muda, pendidikan, kepercayaan dan kebanggaan
orangtua, serta pandangan negatif dari masyarakat. Selain itu juga kehamilan yang
tidak diinginkan yang juga mengarah pada tindakan aborsi kriminalis.
b. Tanda gejala gangguan psikologis pada kehamilan diluar nikah
Umunya kehamilan diluar nikah dialami oleh remaja, dimana remaja dengan rentang
usia 12-19 tahun memiliki kondisi psikis yang labil, karena masa ini merupakan
masa transisi dan pencarian jati diri. Dengan kehamilan diluar nikah banyak
permasalahan yang akan dihadapi oleh remaja antara lain adalah sebagai berikut.
1) Timbulnya perasaan takut dan bingung yang luar biasa, terutama pada wanita
yang menjadi objek akan merasakan ketakutan besar terhadap respon orang tua,
dan biasanya mereka menutupi kehamilan nya sehingga didapatkan tindakan lain.
2) Rasa ketakutan jika kekasih yang menghamilinya tidak mau bertanggung jawab
dan tidak mau menolongnya keluar dari kondisi yang rumit itu.
3) Cemas jika sampai teman-temannya mengetahui, apalagi pihak sekolah yang
mungkin saja akan mengeluarkan nya dari bangku sekolah.
4) Rasa takut yang timbul karna ia sangat tidak siap menjadi seorang ibu.
5) Timbul keinginan untuk mengakhiri kehamilan nya dengan aborsi. (Kartono, K.,
2007).
c. Pengelolaan gangguan psikologis pada kehamilan diluar nikah
Penatalaksanaan yang bisa dilakukan guna menangani permasalahan ini adalah
dengan konseling humanistik, dimana manusia sebagai individu berhak menentukan
sendiri keputusannya dan selalu berpandangan bahwa pada dasarnya manusia itu
adalah baik (Rogers, 1971). Konseling perlu memiliki tiga karakter seperti berikut
ini:
1) Empati adalah kemampuan konselor untuk merasakan bersama dengan klien,
usaha berpikir bersama tentang, dan untuk mereka (klien)
2) Positif regard (acceptance) yaitu menghargai klien dengan berbagai kondisi dan
keberadaan nya.
3) Congruence (genuineness) adalah kondisi transparan dalam hubungan terapeutik.
4) Didalam menghadapi permasalahan kehamilan diluar nikah bagi para remaja,
maka bidan dapat memberikan konseling bersama yaitu konseling keluarga,
12

antara remaja itu sendiri, konselor dan pihak keluarga, mengingat ornagtua masih
memiliki andil yang besra pada kehidupan anak remaja mereka (Lesmana, 2006).

4. Gangguan Psikologis Pada Kehamilan Yang Tidak Di Kehendaki


a. Permasalahan kehamilan yang tidak dikehendaki
Kehamilan yang tidak dikehendaki tidak hanya terjadi pada remaja akibat hubungan
yang terlampau bebas, tetapi juga pada wanita yang telah menikah sebagai akibat
dari kegagalan kontrasepsi dan penolakan pada jenis kelamin bayi yang ia kandung.
b. Tanda gejala pada wanita dengan kehamilan yang tidak dikehendaki
1) Pada kehamilan yang tidak dikehendaki, wanita merasa bahwa janin yang
dikandungnya bukan bagian dari dirinya dan berusaha untuk mengeluarkan dari
tubuhnya melalui tindakan seperti aborsi.
2) Beberapa wanita bersikap aktif-agresif mereka sangat mearah dan dendam pada
kekasih atau suaminya serta merasa sanggup menanggung konsekuensi dari
tindakan nya. Dan calon bayinya dianggap sebagai beban dan malapetaka bagi
dirinya.
c. Pengelolaan gangguan psikologis pada wanita dengan kehamilan yang tidak
dikehendaki
Penanganan permaslahan ini tidak jauh berbeda dengan penanganan kehamilan pada
kehamilan diluar nikah hanya pada teknik konselingnya karena kehamilan ini terjadi
pada wanita yang telah menikah yaitu dengan konseling pasangan.
5. Gangguan Psikologis Pada Kehamilan Dengan Keguguran
a. Konsep keguguran atau abortus
Abortus spontan adalah suatu keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus
belum sanggup hidup sendiri diluar uterus (berat 400-1000 gram atau usia kehamilan
kurang dari 28 minggu), sedangkan abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi
karena tindakan-tindakan yang legal atau tidak berdasarkan indikasi mendis
(Rustam, M., 1998)
b. Faktor penyebab abortus
1) Kemiskinan atau ketidakmampuan ekonomi
2) Ketakutan terhadap orangtua
3) Moralitas sosial
4) Rasa malu dna aib
5) Hubungan cinta yang tidak harmonis
13

6) Pihak pria yang tidak bertanggung jawa


7) Kehamilan yang tidak diinginkan
c. Tanda dan gejala gangguan psikologis pada abortus
1) Reaksi psikologis wanita terhadap keguguran bergantung pada konstitusi
psikisnya.
2) Menimbulkan sindrom pasca abortus yang meliputi menangis terus-menerus,
deppresi kepanjangan, perasaan bersalah, ketidak mampuan untuk memaafkan
diri sendiri, kesedihan mendlalam, amarah, kelumpuhan emosional, problem atau
kelainan seksual, kekacauan pola makan, penyalahgunaan alkohol dan obat-
obatan terlarang, mimpi-mimpi buruk dan gangguan tidur lainnya.
d. Pengelolaan gangguan psikologis pada wanita pasca abortus
Sindrom pasca abortus berada dalam kategori “kekacauan akibat stress pasca
trauma”. The American Phsyciatric Asosiation (APA) menjelaskan bahwa
kekacauan akibat stress pasca trauma terjadi apabila orang mengalami suatu
peristiwa yang melampaui batas. Dimana pengalaman ini hampir dipastikan akan
mengguncangkan jiwa siapa saja. Sindrom pasca abortus ditangani dengan konseling
kejiwaan dan psikologis, namun demikian penyembuhan secara rohani juga
diperlukan. Terapi konseling utnuk wanita post aborsi tidak jauh berbeda dengan
konseling karena kehilangan dimana dalam konseling ini harus memperhatikan fase
dalam setiap penerapanya.
6. Gangguan Psikologi Kehamilan Dengan Janin Mati
Kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin,
kegawatan janin, dan akibat infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya sehingga tidak
terobati (Saefudin, A.B., 2007).
a. Tanda gejala gangguan psikologis pada kehamilan dengan janin mati
Ibu dari bayi yang meninggal pada periode perinatal akan mengalami kesedihan
yang mendalam. Selama kehamilan mereka telah mulai mengenali dan merasa dekat
dengan bayinya. Ibu yang mengalami proses kehilangan atau kematian janin dalam
kandungan akan merasakan kehilangan. Perilaku yang khas dan merasakan reaksi
emosional tertentu, yang dapat dkelompokan dalam berbagai tahapan berikut:
1) Menolak (denial)
Ketika disampaikan janinnya mati, reaksi ibu pertama kali adalah syok dan
menyangkal bahwa janin nya telah mati.
14

2) Marah (anger)
Beberapa ahli menyebutkan ini sebagai tahap pencarian. Orangtua atau ibu
marah, mengapa bayinya sampai meninggal?.
3) Tawar-menawar (bargainning)
Dalam fase ini orangtua atau ibu akan mulai menawar, seandainya bayinya tidak
meninggal ia akan melakukan hal tertentu apapun akan dilakukannya asal bayinya
dapat hidup.
4) Depresi (depression)
Emosi predominan dalam fase ini adalah kesedihan berduka diiringi dengan
kehilangan mereka menolak dan menarik diri, orangtua mungkin akan mengalami
kesulitan untuk kembali ke kehidupan normal sehari-hari
5) Menerima (acceptance)
Fase akhir dari berduka meliputi penerimaan masa kehilangan dan kembali ke
aktivitas normal sehari-hari.
b. Pengelolaan gangguan psikologis pada kehamilan dengan janin mati.
Dalam memberikan bantuan dan konseling pada ibu dnegan janin mati harus
disesuaikan dengan fase dimana ia berada. Hal itu diharapkan bantuan yang
diberikan adalah bantuan yang tepat, bukan bantuan yang justru membuat keadaan
semakin kacau.
7. Gangguan Psikologis Pada Kehamilan Dengan Ketergantungan Obat
Kehamilan dnegan ketergantungan obat didefiniskan sebagai kondisi suatu
kehamilan dimana terdapat pola pengguanaan zat psikoatktif dan zat lain yang memiliki
implikasi berbahaya bagi wanita dan janinnya atau bayi baru lahir (Varney, 2007)
a. Jenis-jenis obat yang menimbulkan ketergantungan
1) Antikolinergik
Yaitu jenis obat yang memberikan efek menenangkan, membuat pemakai tidak
atau kurang mampu merasakan sensasi. Obat ini juga banyak digunakan dalam
tindakan medis seperti anastesi (pembiusan)
2) Kanadis / ganja
Yaitu jenis-jenis obat yang tergolong dalam kelas canadis sativa atau tanaman
rami. Tanaman semak / perdu yang tumbuh secara liar dihutan yang mana daun,
bunga, dan biji kanadis berfungsi untuk relaksan dan mengatasi keracunan ringan
15

(intoksikasi ringan). Jenisnya antara lain adlah mariyuana, tetra hidrokanabino


(THC) dan ganja.
3) Sedatif pada susunan sistem saraf pusat
Yaitu berbagai jenis obat-obatan yang mampu menenangkan atau menjadikan
fase relaksasi pada sistem saraf pusat, yaitu barbiturat, klordiazepoksid,
diazepam, flurazepam, flutetimida, dan meprobamat.
4) Stimulan pada susunan sistem saraf pusat
Yaitu berbagai jenis obat-obatan yang mampu menstimulasikan sistem saraf pusat
yang terdiri atas antiobesitas, ampetamin, kokain, metilfedinat, metakualon, dan
fematrazin.
5) Halusinogen
Yaitu berbagai jenis obat-batan yang memberikan efek rasa sejahtera dan euforia
ringan, serta membuat pemakainya berhalusinasi yaitu LSD, ketamin, meskalin,
dimetiltritamin, dan fensiklidin.
6) Opiat atau narkotik
Adalah bubuk yang dihasilkan oleh tanaman yang bernama poppy atau papaver
somiferum dimana dalam bubuk haram tersebut terkandung morfin yang sangat
baik untuk menghilangkan rasa sakit dan kodein yang berfungsi sebagai obat
antitusif. Jenisnya yaitu hidromorfon, heroin, meferidin, morfin, opium, dan
pripelenamin.
b. Tanda gejala gangguan psikologis pada kehamilan dengan ketergantungan obat
1) Wanita dengan ketergantungan obat cenderung memiliki angka depresi,
kepanikan, dan fobia yang lebih tinggi dari pria, sehingga ia dalam masa
kehamilan akan memberikan dampak buruk pada janinnya.
2) Wanita dengan ketergantungan obat merasa dirinya tidak layak untuk hamil,
sehingga ia cenderung mengingkari kehamilannya.
3) Wanita dnegan ketergantungan obat sangat beresiko terlambat dalam melakukan
perawatan pranatal. Terutaman jika mereka menggunakan obat-obatan terlarang
yang menyebabkan mereka ketakukan terhadap implikasi hukum.
4) Terdapat perasaan berdosa dalam dirinya karna kehamilannya, sehingga dia takut
bayi yang dikandungnya juga akan mengalami hal seperti dirinya
5) Bagi wnaita dengan adiksi yang tidak mau bergerak ke siklus pemulihan, setiap
kehawatiran pada bayinya mungkin dikesampingkan oleh kehawatirannya dengan
mendapatkan obat.
16

6) Adakalanya kehamilan menjadi katalis untuk memulai siklus pemulihan pada


wanita dengan ketergantungan obat.
c. Penanganan gangguan psikologis pada kehamilan dengan ketergantungan obat
1) Ketergantungan obat merupakan suatu kondisi yang tercipta karena adanya
pengaruh lingkunga dan factor kebiasaan.
2) Dalam penanganan permasalahan ini, perlu dilakukan konseling dengan
pendekatan behavioristic, yaitu konselor membantu klien untuk belajar bertindak
dengan cara-cara yang baru dan pantas, atau membantu mereka untuk
memodifikasi atau mengeliminasi tingkah laku yang berlebihan atau maladaptive.
3) Tujuan dari konseling yang diberikan adalah untuk mengubah tingkah laku yang
meladaptif dan belajar tingkah laku yang lebih efektif. Memfokuskan pada factor-
faktor yang memengaruhi tingkah laku dan menemukan cara untuk mengatasi
tingkah laku yang bermasalah. Dalam hal ini, bidan harus mampu membantu klien
untuk mengubah tingkah laku maladaptifnya, yang tentunya melalui tahapan-
tahapan dan proses yang kontinu.
4) Riwayat pasien yang lengkap dengan pertanyaan secara spesifik sangat diperoleh
bertujuan mendeteksi masalah penyalahgunaan zat, sehingga akan dapat diperoleh
factor-faktor yang memengaruhi ketergantungan obat pada wanita tersebut. Bidan
harus mengerti bahwa wanita sering kali mengguanakan lebih dari satu zat.
Contohnya wanita yang menggunakan sedative mungkin juga menggunakan
stimulan.
5) Bidan harus mampu memberikan penguatan/reinforcement dan terus memberikan
dukungan pada wanita pada setiap tahap perubahan tingkah laku pemulihannya.
Selain itu, menanamkan pengertia akan berharganya sang buah hati, sehingga
dapat mendorong wanita untukmelakukan proses pemulihan. Bidan harus
memberikan dukungan kontinu pda wanita saat melakukan pemulihan dan pola
kekambuhan adiksi.
6) Jadilah pendengar yang baik bagi wanitandengan ketergantungan zat, karena
sering kali penerimaan yang baik menimbulkan kepercayaan dan rasa tenang bagi
wanita.
7) Dengan perawatan yang terus-menerus, bidan dapat bekerja dengan
meminimalkan konflikasi ibu dan janin, mendorong pengurangan zat, dan
mendukung siklus pemulihan.
17

8) Bidan perlu berkolaborasi dengan tim kesehatan yang lain dalam proses
pemulihan, yaitu dengan perawat, dokter dan psikolog serta melibatkan keluarga
dalam proses pemulihan.
BAB III
HASIL PENELITIAN

A. HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENYESUAIAN


DIRI PEREMPUAN PADA KEHAMILAN PERTAMA
Peneliti:
1. Arini Budi Astuti
2. Singgih Wibowo Santosa
3. Muhana Sofiati Utami

Resume :
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga yang terdiri dari
dukungan suami, ibu kandung, dan ibu mertua memiliki sumbangan yang cukup besar
terhadap penyesuaian diri ibu hamil pertama, oleh karena itu keluarga diharapkan
memberikan dukungan perhatian, instrumental, informasi dan penilaian kepada calon ibu.
Dukungan yang dapat diberikan antara lain melalui penciptaan suasana rumah yang
menyenangkan, berbagi informasi, menemani ketika pemeriksaan rutin apabila diperlukan,
memberikan kritik atau saran yang membangun kepada ibu hamil yang dapat digunakan
oleh ibu hamil sebagai sarana evaluasi diri.
Ada hubungan yang sangat signifikan antara dukungan keluarga dengan
penyesuaian diri perempuan pada kehamilan pertama yang ditunjukkan oleh koefisien
korelasi (r) sebesar 0,7311 dengan p < 0,01. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi
dukungan keluarga maka semakin tinggi penyesuaian diri perempuan pada kehamilan
pertama dan semakin rendah dukungan keluarga maka semakin rendah pula penyesuaian
diri perempuan pada kehamilan pertama.

B. PENGARUH PELATIHAN RELAKSASI DENGAN DZIKIR UNTUK


MENGATASI KECEMASAN IBU HAMIL PERTAMA
Peneliti :
1. Annisa Maimunah
2. Sofia Retnowati

Resume :

18
19

Relaksasi dengan dzikir adalah sebuah metode yang digunakan dengan harapan
dapat mengurangi kecemasan kehamilan. Relaksasi pernafasan, membantu mengurangi
kecemasan dengan cara mengatur langkah dan kedalaman pernafasan (Schaffer, 2000).
Davis, Eshelman, & McKay (1995) menyatakan bahwa pernafasan yang tepat adalah
merupakan pereda stres. Relaksasi pernafasan pada penelitian ini diakui subjek dapat
merilekskan dan mengendurkan bagian tubuh yang tegang, serta mampu menenangkan,
melegakan, dan menjernihkan pikiran sehingga subjek merasa lebih nyaman setelah
latihan relaksasi.
Sementara itu, dzikir dan doa mengurangi kecemasan dengan cara membantu
individu membentuk persepsi yang lain selain ketakutan yaitu keyakinan bahwa stresor
apapun akan dapat dihadapi dengan baik dengan bantuan Allah.
Saat seorang muslim membiasakan dzikir, ia akan merasa dirinya dekat dengan
Allah, berada dalam penjagaan dan lindungan-Nya, yang kemudian akan membangkitkan
percaya diri, kekuatan, perasaan aman, tenteram, dan bahagia (Najati, 2005). Dzikir akan
membuat seseorang merasa tenang sehingga kemudian menekan kerja sistem syaraf
simpatetis dan mengaktifkan kerja sistem syaraf parasimpatetis (Saleh, 2010).

C. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN IBU


HAMIL MENJELANG PERSALINAN DI POLI KIA PKM TUMINTING
Peneliti :
1. Wa Ode Zamriati
2. Esther Hutagaol
3. Ferdinand Wowiling

Resume:

1. Ada hubungan yang signifikan antara umur dengan kecemasan ibu hamil menjelang
persalinan di Poli KIA Puskesmas Tuminting.
2. Tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan kecemasan ibu
hamil menjelang persalinan di Poli KIA Puskesmas Tuminting.
3. Ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan kecemasan ibu hamil menjelang
persalinan di Poli KIA Puskesmas Tuminting.
4. Ada hubungan yang signifikan antara pengalaman traumatis dengan kecemasan ibu
hamil menjelang persalinan di Poli KIA Puskesmas Tuminting.
20

D. HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DENGAN KECEMASAN PADA IBU


HAMIL
Peneliti :

1. Annie Aprisandityas

Resume :

Berdasarkan pengujian hipotesis penelitian, maka diperoleh koefisien korelasi sebesar


-0,215 (p=0,034), dengan demikian terdapat hubungan negatif yang signifikan antara
regulasi emosi dengan kecemasan pada ibu hamil. Artinya ibu hamil yang memiliki
regulasi emosi yang baik, maka tingkat kecemasan yang rendah. Sebaliknya ibu hamil
yang memiliki regulasi emosi yang buruk, maka tingkat kecemasan yang tinggi.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Seiring persiapannya untuk menghadapi peran baru, wanita tersebut mengubah
konsep dirinya agar ia siap menjadi orang tua, begitu pula halnya dengan suami. Selama
kehamilan, kebanyakan wanita mengalami perubahan psikologis dan emosional. Sering
kali kita mendengar seorang wanita mengatakan betapa bahagianya dia karena akan
menjadi seorang ibu dan bahwa dia sudah memilihkan sebuah nama untuk bayi yang akan
dilahirkannya. Namun, tidak jarang ada wanita yang merasa khawatir jika terjadi masalah
dalam kehamilannya, ada kemungkinan dia kehilangan kecantikannya atau kemungkinan
bayinya tidak normal.

21
DAFTAR PUSTAKA

Mansur, Herawati. 2009. Psikologi Ibu dan Anak Untuk Kebidanan. Malang: PT. Salemba
Medika.

Mansur Herawati & Temu Budiarto. 2014. Psikologi Ibu dan Anak Untuk Kebidanan.
Malang: PT. Salemba Medika.

Budi Astuti Arini, dkk. A. 2000. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan
Penyesuaian Diri Perempuan Pada Kehamilan Pertama : Jurnal Psikologi 27 (2), 84-95.
2000.

https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=perubahan+psikologis+pada+ibu+hamil&oq=perubahan+psikologi
s+p#d=gs_qabs&u=%23p%3D24UWM7LNs8MJ (Diakses pada tanggal 14 Oktober 2019)

Maimunah Annisa, dan Sofia Retnowati. 2011. Pengaruh Pelatihan Relaksasi Dengan
Dzikir Untuk Mengatasi Kecemasan Ibu Hamil Pertama : Jurnal Psikologi dan Psikologi
Islam 8(1). 2011.

https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt==
%2C5&q=pengaruh+pelatihan+relaksasi+dengan+dzikir+untuk+mengatasi+kecemasan+ibu+
hamil+pertama&btnG=#d=gs_qabs&u=%23%3Dby14X6z4580J (Diakses pada tanggal 14
Oktober 2019)

Ode Zamriati Wa, dkk. 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecemasan Ibu
Hamil Menjelang Persalinan Di Poli KIA PKM Tuminting : Jurnal Keperawatan 1 (1). 2013.
https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt==
%2C5&q=perubahan+psikologis+pada+ibu+hamil&oq=perubahan+psikologis+#d=gs_qabs
&u=%23%3DCXiKeAdGq01J
(Diakses pada tanggal 14 Oktober 2019)

Aprisandityas, Annie. 2011. Hubungan Antara Regulasi Emosi Dengan Kecemasan Pada Ibu
Hamil. Riau : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim.

22
https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt==
%2C5&q=hubungan+antara+regulasi+emosi+dengan+kecemasan+pada+ibu+hamil&oq=per
ubahan+psikologis+#d=gs_qabs&u=%23%3DRxV-rh181dlJ
(Diakses pada tanggal 14 Oktober 2019)

23

Anda mungkin juga menyukai