TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa melihat usia gestasi. BBLR merupakan salah satu penyebab
utama morbiditas dan mortalitas neonatus (Tanto, Liwang, 2014)
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan dibawah
2500 gram pada saat lahir (Karyuni, 2009). Berat saat lahir adalah berat bayi
yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. Acuan lain dalam pengukuran
BBLR juga terdapat pada Pedoman Pamantauan Wilayah Setempat (PWS)
gizi. Menurut Depkes, dalam pedoman tersebut BBLR adalah bayi yang lahir
dengan berat kurang dari 2500 gram diukur pada saat lahir atau sampai hari ke
tuju setelah lahir (Putra, 2012)
Dengan pengertian seperti yang telah diterangkan diatas, bayi BBLR dapat
dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
a. Prematuritas murni
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan
berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang
bbulan sesuai untuk masa kehamilan
1. Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm,
lingkar kepala kurang dari 33cm, lingkar dada kurang dari 30 cm
2. Masa gestasi atau umur kehamilan kurang dari 37 minggu
3. Gerakan kurang aktif dan otot masih hipotonis
4. Kepala lebih besar dari badan, rambut tipis dan halus
5. Tulang tengkorak lunak, fontanela besar dan sutura besar
6. Telinga sedikit tulang rawannya dan berbentuk sederhana
7. Kulit tipis da transparan, lanugo (bulu halus) banyak terutama pada
dahi, pelipis, telinga dan lengan
8. Lemak subkutan kurang
9. Pernafasan belum teratur dan sering mengalami serangan apneu
10. Puting susu belum terbentuk sempurna
11. Genetalia belum sempurna, pada wanita labia minora belum tertutup
oleh labia mayora
12. Reflek mengisap dan menelan belum sempurna
1. Berat badan lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2499 gram
2. Berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000-
1499 gram
3. Berat badan lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang
dari 1000 gram
BBLR sesuai masa kehamilan (SMK) adalah bayi saat lahir beratnya
kurang dari 2500 gram yang disebabkan karena lahir prematur atau belum
mencapai usia kehamilan 38 minggu. BBLR tipe ini disebut sesuai masa
kehamilan karena pertumbuhan berat bayi dengan umur kehamilan sesuai
(normal), tidak terjadi distress atau gangguan pertumbuhan. Umur
kehamilan tersebut berat bayi belum mencapai 2500 gram, organ penting
seperti paru-paru belum matang sehigga meningkatkan resiko kematian,
kelainan dan kesakitan terutama pada tahun pertama kehidupannya (Putra,
2012).
b. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan yang
seharusnya untuk usia kehamilannya. Berarti bayi mengalami retardasi
pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa
kehamilannya
BBLR kecil masa kehamilan adalah bayi saat lahir beratnya kurang dari
2500 gram untuk masa gestasi. BBLR tipe ini dapat merupakan bayi
kurang bulan (pre term), cukup bulan (aterm), dan lewat bulan (posttern).
Hal ini dikarenakan janin mengalami gangguan pertumbuhan di dalam
uterus (intra uterin growth retardation) sehingga pertumbuhan janin
mengalami hambatan.
BBLR KMK dibagi menjadi 2 jenis. Proportionate Intra Uterine
Growth Retardation (PIUGR), yaitu janin yang menderita gangguan
pertumbuhan cukup lama mulai berminggu-minggu sampai berbulan-bulan
sebelum lahir. Gangguan pertumbuhan lama tersebut menyebabkan berat
badan, panjang badan, dan lingkar kepala dalam proporsi yang seimbang
tetapi seluruh ukuran antopometri tersebut berada di awah masa gestasi
yang sebenarnya. Disproportionate Intra Uterine Growth Retardation
(DIUGR) adalah janin yang mengalami gangguan pertumbuhan sub-akut.
Gangguan terjadi beberapa minggu sampai beberapa hari sebelum janin
lahir. Panjang badan bayi dan lingkar kepala normal, akan tetapi berat
tidak sesuai dengan masa gestasi dalam keadaan ini.. bayo tampak kurus
dan lebih panjang dengan tanda-tanda sedikit jaringan lemak di bawah
kulit, kulit kering keriput dan mudah diangkat.
2.2 Etiologi
BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
a. Faktor ibu
1. Penyakit
a) Pre eklamsi
Pre eklamsia atau eklampsia dapat mengakibatkan keterlambatan
pertumbuhan janin dalam kandungan atau IUGR dan kelahiran
mati. Hal ini disebabkan karena pre eklampsia atau eklampsia pada
ibu akan menyebabkan perkapuran di daerah plasenta, seddangkan
bayi memperoleh makanan dan oksigen dari plasenya.
b) Perdarahan antepartum
Perdarahan antepartum dapat menyebabkan ibu kehilangan F3 dan
O2 sehingga dapat menyebabkan ibu menderita anemia, yang akan
mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga mengganggu
pertumbuhan dan pekembangan janin dalam rahim. Fungsi darah
adalah membawa makanan dan oksigen ke janin. Jika suplai
berkurang, akibatnya pertumbuhan organ janin pun akan terhambat
dan menyebabkan BBLR.
c) Trauma fisik dan psikologis
Kondisi psikologis yang dialami ibu selama hamil, kemudian akan
kembali mempengaruhi aktivitas fisiologis dalam dirinya. Suasana
hati yang kelam dan emosi yang meledak-ledak dapat
memengaruhi detak jantung, tekanan darah, produksi adrenalin,
aktivitas kelenjar keringat, sekeresi asam lambung, dan lain-lain.
Karena perubahan yang terjadi pada fisik mempengaruhi aspek
psikologis dan sebaliknya, maka mudah bagi ibu hamil untuk
mengalami trauma. Menurut Shinto, trauma ini ternyata dapat
dirasakan juga oleh janin. Bahkan janin sudah menunjukkan reaksi
terhadap stimulasi yang berasal dari luar tubuh ibunya. Sementara
dalam masa pekembangan janin, ada masa-masa yang dianggap
kritis yang menyangkut pembentukan organ tubuh. Oleh karena itu,
ibu hamil harus menjaga kondisi fisik maupun psikisya agar
bayinya dapat tumbuh sehat.
d) Diabetes Melitus
Diabetes Melitus Gestasional (DMG) dapat didefinisikan sebagai
gangguan toleransi glukosa berbagai tingkat da diketahui pertama
kali saat hamil tanpa membedakan apakah penderita perlu
mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan trimester pertama
kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan hal ini merupakan
respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin. Sebagian
besar DMG asimtomatis sehingga diagnosis ditentukan secara
kebetulan pada saat pemeriksaan rutin.
2. Usia
a) Usia ibu <20 tahun
Usia wanita saat perkawinan dapat memengaruhi resiko kelahiran,
semakin muda usia ibu dalam perkawinan semakin besar resiko
yang di hadapi bagi keselamatan ibu maupun ana disebabkan
belum matangnya rahim wanita usia muda untuk memproduksi
anak. Ibu cenderung menganggap bahwa ia menjadi jelek setelah
hamil dan tidak menarik lagu, sehingga ibu merasa takut.
Ketakutan atau kecemasan yang berlebihan akan berakibat
terhadap perkembangan janin yang sedang dikandung.
b) Usia ibu >35 tahun
Usia diatas 35 tahun telah terjadi sedikit penurunan curah jantung
yang disebabkan oleh kurangnya kontraksi miokardium. Sehingga,
sirkulasi drah dan pengambiilan oksigen dari darah di paru-paru
yang mengalami penurunan curah jantung ditambah lagi dengan
tekanan darah yang tinggi dan penyakit ibu yang lain yang akan
melemahkan kondisi ibu sehingga dapat mengganggu sirkulasi
darah ibu ke janin akibtanya yang dapat mengakibatkan BBLR.
c) Multigravida yang jarak kehamilannya terlalu dekat
Jarak telalu dekat atau kurang dari dua tahun membuat kondisi ibu
belum pulih betul dari masalah giiz, kehilangan darah serta
kerusakan sistem reproduksi akibat kelahiran yang sebelumnya,
sehingga calon bayi mungkin tidak akan mendapatkan makan yang
dibutuhkannya dan berat badan ketika lahir lebih rendah dari
sistem tubuhnya.
3. Keadaan sosial ekonomi
Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi yang rendah
dan perkawinan yang tidak sah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi
yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang
b. Faktor janin
a) Hidramnion
Hidramnion atau disebut juga polihidramnion adalah keadaan dimana
banyaknya air ketuban melebihi 2000cc. Gejala hidramnion terjadi
semata-mata karena faktor mekanik sebagai akibat penekanan uterus
yang besar kepada organ-organ sekitarnya. Hidramnion harus dianggap
sebagai kehamilan dengan resiko tinggi karena dapat membahayakan
ibu dan anak.
b) Kehamilan Ganda
Pertumbuhan janin kembar lebih sering mengalami gangguan
dibandingkan janin tunggal yang tampak pada ukuran ultrasonografi
dan berat lahir. Semakin banyak jumlah bayi semakin besar derajat
retardasi pertumbuhan. Pengaruh kehamilan kembar pada janin dapat
menyebabkan berat badan anak yang lebih kecil dari rata-rata dan
malpresentasi. Mortalitas janin meningkat hingga 4 kali dari pada
kehamilan tunggal. Kehamilan kembar juga berpengaruh terhadap
peregangan uterus yang berlebihan yang mengakibatkan terjadinya
partus prematurus.
c) Kelainan kromosom
Kelainan kromosom pada janin bisa diturunkan dari salah satu
orangtua yang membawa kelainan kromosom, bisa juga terjadi secara
pada saat hamil juga salah satu faktor penyabab kelainan kromosom.
Resiko terjadinya kelainan kromosom pada janin adalah 4 kali lebih
besar jika ibu berusia 35 tahun atau lebih.
d) Cacat bawaan
Kelainan kongenital merupakan kkelainan dalam pertumbuhan struktur
bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang
dilahirkan dengan kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan
sebagai bayi BBLR atau bayi kecil untuk masa kehamilannya bayi
berat lahir rendah dengan kelainan kongenital yang mempunyai berat
kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama kehidupannya.
c. Faktor lingkungan
Konsumsi obat-obatan pada saat hamil: peningkatan penggunaan obat-
obatan (antara 11% dan 27% wanita hamil, bergantung pada lokasi
geografi) telah mengakibatkan makin tingginya insiden kelahiran
prematur, BBLR, defek kongenital, ketidakmampuan belajar, dan gejala
putus obat pada janin. Konsusi alkohol pada saat hamil: penggunaan
alkohol selama masa hamil dikaitkan dengan keguguran, retardasi mental,
BBLR dan sindrom alkohol janin.
2.3 Patofisiologi
Tingkat kematangan fungsi sistem organ neonatus merupakan syarat untuk
dapat beradaptasi dengan kehidupan diluar rahim. Secara umum bayi berat
badan lahir rendah ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup
bulan atau prematur dan disebabkan karena dismaturitas. Biasanya hal ini
terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan
yang disebabkan oleh faktor ibu, komplikasi hamil, komplikasi janin, plasenta
yang menyebabkan suplai makanan ibu ke bayi berkurang. Faktor lainnya
yang menyebabkan bayi berat badan lahir rendah yaitu faktor genetik atau
kromosom, infeksi, kehamilan ganda, perokok, peminum alkohol, dan
sebagainya.
Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum matang, bayi prematur
cenderung mengalami masalah yang bervariasi. Hal ini harus diantisipasi dan
dikelola pada masa neonatal. Berkaitan dengan hal itu, maka menghadapi bayi
prematur harus memperhatikan masalah-masalah sebagai berikut :
a. Sistem pengaturan suhu tubuh (hipotermia)
Dalam kandungan, bayi berada dalam suhu lingkungan yang
normal dan stabil yaitu 36 derajat celcius sampai dengan 37 derajat
celcius. Segera setelah bayi lahir bayi dihadapkan pada suhu lingkungan
yang umumnya lebih rendah. Perbedaan suhu ini memberi pengaruh pada
kehilangan panas tubuh bayi. Hipotermia terjadi apabila suhu tubuh turun
dibawah 36,5 derajat celcius. Apabila seluruh tubuh bayi teraba dingin
maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang. Disebut hipotermia berat
apabila suhu tubuh kurang dari 32 derajat celcius.
Hipotermia dapat terjadi karena kemampuan untuk
mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksi panas
sangat terbatas karena pertumbuhn otot-otot yang belum cukup memadai,
lemak subkutan yang sedikit, belum matangnya sistem saraf pengatur suhu
tubuh, luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibandingkan dengan berat
badan sehingga mudah kehilangan panas
b. Gangguan pernafasan
Asfiksia adalah suatu keadan kegagalan bernafas secara spontan dan
teratur beberapa saat setelah lahir. Kegagalan ini menyebabkan terjadinya
hipoksia yang diikuti dengan asidosis respiratorik. Apabila proses
berlanjut maka metabolisme sel dalam suasana anaerob akan
menyebabkan asidosis metabolik yang selanjutnya terjadi perubahan
kardiovaskuler. Menurunnya atau terhentinya denyut jantug menyebabkan
iskemia. Iskemia setelah mengalami asfiksia selama 5 menit menyebabkan
penyumbatan pembuluh darah kecil dimana akan mengakibtakan
kerusakan-kerusakan menetap.
c. Hipoglikemia
Glukosa merupakan dumber utama energi selama masa janin. Kecepatan
glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu karena
terputusnya hubungan plasenta dan janin menyebabkn terhentinya
pemberian glukosa. Bayi aterm dapat mempertahankan kadar gula darah
50-60 mg/dL selama 72 jam pertama, sedangkan bayi berat badan lahir
rendah dalam kadar 40 mg/dL. Hal ini disebabkan cadangan glikogen yang
belum mencukupi. Hipoglikemia bila kadar gula darah sama dengan atau
kurang dari 20 mg/dL
d. Sistem imunologi
Kemungkinan terjadi kerentanan pada bayi dengan beratlahir rendah
terhadap infeksi mengalami peningkatan. Konsentrasi Ig G serum pada
bayi sama dengan bayi matur. Ig G ibu ditransfer secara aktif melalui
plasenta ke janin pada trimester terakhir. Konsentrasi Ig G yang rendah
mencerminkan fungsi plasenta yang buruk berakibat pertumbuhan janin
intra uterin yang buruk dan meningkatkan resiko infeksi post natal. Oleh
karena itu bayi dengan berat lahir rendah berpotensi mengalami infeksi
lebih banyak dibandingkan bayi matur.
e. Perdarahan intracranial
Pada bayid dengan berat badan lahir rendah pembuluh darah masih sangat
rapuh hingga mudah pecah. Perdarahan intracranial dapat terjadi karena
trauma lahir, disseminated intravaskular coagulopathy atau
trombositopenia idiopatik. Matriks germinal epidimal yang kaya pembuluh
darah merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap perdarahan selama
minggu pertama kehidupan.
f. Rentan terhadap infeksi
Pemindahan substansi kekebalan dari ibu ke janin terjadi pada mingu
terakhir masa kehamilan. Bayidengan berat badan lahir rendah mudah
menderita infeksi karena imunitas humoral dan seluler masih kurang
hingga bayi mudah menderita infeksi. Selain itu, karena kulit dan selaput
membran bayi dengan berat badan lahir rendah tidak memiliki
perlindungan seperti bayi cukup bulan.
g. Hiperbilirubinemia
Pada bayi dengan berat badan lahir rendnah lebih sering mengalami
hiperbilirubinemia dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Hal ini dapat
terjadi karena belum maturnya fungsi hepar sehingga konjugasi bilirubin
indirek menjadi bilirubin direk belum sempurna. Kadar bilirubin normal
pada bayi dengan berat badan lahir rendah 10 mg/dL. Sesungguhnya
hiperbilirubinemia merupakan keadaan normal pada bayi baru lahir selama
minggu pertama, karena belum sempurnanya metabolisme bilirubin bayi.
2.4 Faktor Predisposisi
Menurut Fortney dan Whitehome, untuk mengidentifikasi ibu hamil yang akan
melahirkan BBLR sangat sulit karena hasil kehamilan ditentukan oleh banyak
faktor yang saling berinteraksi, yang kesemuanya memberikan andil terhadap
hasil kehamilan. Identifikasi dengan menggunakan peralatan yang lengkap
sekalipun hanya dapat diprediksi sebesar 65% ibu-ibu hamil yang benar-benar
melahirkan BBLR
a. Faktor ibu meliputi riwayat kehamilan prematur sebelumnya, perdarahan
antepartum, malnutrisi, kelainan uterus, hidrmnion, penyakit jantung atau
penyakit kronis lainnya, hipertensi, preeklamsi, tumor, ibu yang menderita
penyakit akut dengan gejala paas tinggi dan penyakit kronis seperti TBC,
jantung, tifus abdominalis, umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari
35 tahun, infeksi, jarak kehamilan yang terlalu dekat, trauma, kelainan
letak plasenta, dan lain-lain.
b. Faktor janin meliputi cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, KPD,
infeksi, insufisiensi plasenta, inkompabilitas darah ibu dan janin.
c. Keadaan sosial ekonomi yang rendah
d. Kebiasaan meliputi pekerjaan yang melelahkan, merokok
e. Faktor yang masih belum diketahui
2.5 Diagnosa dan gejala klinis
a. Sebelum bayi lahir
1. Pada anamnesis sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus
premturus dan lahir mati
2. Pembesaran uterus tidak sesuai masa kehamilan
3. Pergeraka janin yang pertama (quickening) terjadi lebih lambat,
gerakan janin lebih lama walaupun kehamilannya sudah agak lanjut
4. Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut
seharusnya
5. Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau bisa pula
dengan hidramnion, hiperemesis gravidarum dan pada hamil lanjut
dengan toksemia gravidarum atau perdarahan antepartum.
b. Setelah bayi lahir
1. Bayi dengan retardasu pertumbuhan intrauteri secara klasik tampak
seperti bayi kelaparan. Tanda-tanda bayi ini adalah tengkorak kepala
keras, gerakan bayi terbatas, verniks kaseosa sedikit atau tidak ada,
kulit tipis, kering, berlipat-lipat, mudah diangkat. Abdomen cekung
atau rata, jaringan lembek dan berwarna kehijauan
2. Bayi prematur yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu. Veniks
kaseosa ada, jaringan lemak dibawah kulit sedikit, tulang tengkorak
lunak mudah bergerak, abdomen buncit, tali pusat tebal dan segar,
menangis lemah, tonus otot hipotoni dan kulit itpis, merah, dan
transparan
3. Bayi small for date sama dengan bayi bayi dengan retardasi
pertumbuhan intrauterin
2.6 Prognosis
Prognosis bayi berat lahir rendah ini tergantung daro berat ringanya masalah
perinatal misalnya masa gestasi (makin mud masa gestasi/ makin rendah berat
bayi, makin tinggi angka kematian), asfiksia, sindrom gangguan pernafasan,
perdarahan interventrikular, fibroplasia retinolenta dna aspirasi pneumonia.
Apabila bayi ini selamat kadang-kadang dijumpai kerusakan pada syaraf dan
akan terjadi gangguan lainya. Prognosis ini juga tergolong dari keadaan sosiak
ekonomi, pendidikan orangtua dan perawatan pada saat kehamilan, persalinan
dan post natal.
2.7 Penatalaksanaan
S: Data subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien
melalui anamnesis sebagai langkah 1 Varney. Reflek hisap membaik,
bayi menyusui dengan adekuat dan berat badan meningkat.
O: Data objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data dari
pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
berupa keadaan umum baik, vital sign normal, refleks sucking/menghisap
membaik, pemeriksaan penunjang dalam keadaan baik.
A: Assesment
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa yaitu bayi baru lahir
pada bayi Ny.X umur Y hari, bersalin spontan, kurang masa kehamilan
dengan riwayat Berat Badan lahir Rendah (BBLR).
P: Plan
Penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan
yang telah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera,
tindakan secara komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi,
evaluasi/follow up dari rujukan sebagai langkah 3,4,5,6 dan 7 Varney.
(Kepmenkes RI No.938/Menkes/SK/VII/2007)
a. Mengevaluasi hasil tindakan yang telah diberikan
b. Memonitor keadaan umum dan tanda-tanda vital (suhu, nadi,
pernafasan) dan menimbang berat badan.
Hasil: keadaan umum baik, suhu dalam keadaan normal, nadi dan
pernafasan normal, dan berat badan meningkat.
c. Menganjurkan ibu memberikan ASI (Pantiawati, 2010)
Hasil: ibu bersedia member ASI
d. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk
melanjutkan terapi dan tindakan sampai berat badan bayi mencukupi
(Hassan, 2005).
Hasil: diharapkan dengan kolaborasi dengan dokter spesialis anak
untuk pemberian terapi dan melanjutkan tindakan sampai bayi dalam
keadaan baik dan berat badan bayi meningkat.
e. Memberikan konseling pada ibu untuk perawatan bayi dengan berat
badan lahir rendah di rumah yaitu bayi dijaga tetap kering, diberikan
selimut, dan topi. Atau dengan metode kangguru yaitu dada dan perut
bayi kontak kulit dengan dada ibu dengan kepala bayi sedikit
ditengadahkan, posisi dipertahankan dengan gendongan kain dan
pakaian ibu (Tanto, Liwang, 2014).
Hasil: ibu bersedia melakukannya di rumah