Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULAN

KEPERAWATAN ANAK

BAYI DENGAN BBLR

DI RUANG PERINATOLOGI RSUD UNGARAN

DISUSUN OLEH:

LUTHFI ANNISA

P1337420116036

DIPLOMA III KEPERAWATAN SEMARANG

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2018
I. HALAMAN JUDUL
Laporan Pendahuluan Bayi Dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) di
Ruang Perinatologi RSUD Ungaran

II. KONSEP DASAR


A. Pengertian

Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang
dari 2500 gram pada waktu lahir .

Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru alhir yang
berat badannya 2500 gram atau lebih rendah. Dalam definisi ini tidak
termasuk bayi-bayi dengan berat badan kurang dari 1000 gram.

Bayi berat badan lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat
badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (WHO). Berat badan lahir
rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu
lahir.

Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir
dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia
gestasi (Wong,2009).

BBLR merupakan bayi (neonates) yang lahir dengan memiliki berat


badan kurang dari 2500 gram atau sampai dengan 2499 gram.
B. Etiologi

Menurut huda dan Hardhi dalam NANDA NIC-NOC (2013). Penyebab


kelahiran bayi berat badan lahir rendah,yaitu :

1. Prematur Murni

Premature Murni adalah neonates dengan usia kehamilan kurang dari 37


minggu dan mempunyai berat badan yang sesuai dengan masa kehamilan
atau disebut juga neonates preterm atau BBLR. Faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya persalinan premature atau BBLR adalah :

a. Faktor ibu :
 Riwayat kelahiran premature sebelumnya.
 Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun.
 Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat.
b. Penyakit ibu : HT, jantung, gangguan pembuluh darah (perokok).
c. Primigravidarum.
d. Usia ibu < 20 tahun.
e. Faktor kehamilan
f. Faktor janin
Seperti cacat bawaan,infeksi dalam rahim dan kehamilan ganda,
anomaly congenital.
g. Faktor kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan.

Karakteristik yang dapat ditemukan pada Premature Murni adalah :

 LK <33 cm, LD < 30 cm.


 Gerakan otot bmasih hipotonis.
 Umur kehamilan <37 minggu.
 Kepala lebih besar dari badan dan memiliki rambut tipis dan
halus.
 Pernapasan belum normal dan sering terserang apnea.
 Kulit tipis, lanugo banyak terutama pada bagian dahi dan
pelipis lengan.
 Genetelia belum sempurna, pada wanita labia minora belum
tertutup oleh labia mayora, pada laki-laki testis belum turun.
 Reflek menelan dan reflek batuk masih lemah.
2. Dismature

Dismatur(IUGR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari
berat badan seharusnya untuk masa kehamilan dikarenakan mengalami
gangguan pertumbuhan dalam kandungan. Menurut Renfield (1975) IUGR
dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Proportionate IUGR
Janin yang menderita distress yang lama dimana gangguan
pertumbuhan terjadi berminggu-minggu.
b. Disporpotionate IUGR
Terjadi karena distress subakut gangguan terjadi beberapa minggu
sampai beberapa hari sampai janin lahir. Factor-faktor yang
mempengaruhi BBLR pada dismatur adalah :
a) Faktor ibu (HT,GGK,perokok,DM,toksemia, dan hipoksia ibu)
b) Faktor utery dan plasenta (uterus bicornis,infark plasenta,insersi
tali pusat).
c) Faktor janin (kelainan kromosom,gamelli,cacat bawaan, infeksi
dalam kandungan)
d) Penyebab lain : keadaan sosial ekonomi yang rendah.

C. Tanda dan Gejala

Menurut Huda dan Hardhi. (2013) tanda dan gejala dari bayi berat
badan rendah adalah :

1. Sebelum lahir
 Pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan.
 Pergerakan janin lebih lambat.
 Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai yang
seharusnya.
2. Setelah bayi lahir
 Bayi dengan retadasi pertumbuhan intra uterin.
 Bayi premature yang alhir sebelum kehamilan 37 minggu.
 Bayi small for date sama dengan bayi retradasi pertumbuhan
intra uterine.
 Bayi premature kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam
tubuhnya.

Selain itu ada gambaran klinis BBLR secara umum adalah :

 Berat badan dari 2500 gram.


 Panjang kurang dari 45 cm.
 LD < 30 cm.
 LK < 33 cm.
 Umur kehamilan < 37 minggu
 Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak
kurang.
 Otot hipotonik lemah.
 Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea.
 Ekstremitas : paha abduks, sendi lutut atau kaki fleksi-lurus.
D. Patofisologi

Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang
belum cukup bulan (premature) disamping itu juga disebabkan
dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38
minggu),tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa
kehamilanya,yaitu tidak mencapai 2500 gram. Biasanya hal ini terjadi
karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan
yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta,
infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai
makanan ke bayi jadi berkurang.

Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan


janin tidak mengalami hambatan,dan selanjutnya akan melahirkan bayi
dengan berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, system
reproduksi normal,tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada
masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar
dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya.
Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan
bayi BBLR,vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi,terlebih lagi
bila ibu menderita anemia.

Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar HB


berada di bawah normal. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu
gangguan yang paling sering tyerjadi selama masa kehamilan. Ibu hamil
umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi
kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal.
Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu
turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III. Kekurangan zat besi
dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik
sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian
janin didalam kandungan,abortus,cacat bawaan,BBLR,anemia pada
bayiyang dilahirkan,hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu
dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil yang
menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas maupun
mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan
premature juga lebih besar.
III. PATHWAYS

Sumber : Amin,Hardi(2013).
IV. KOMPLIKASI BBLR

Ada beberapa hal yang dapat terjadi apabila BBLR tidak ditangani
secepatnya menurut Mitayanti, 2009 yaitu :

1. Sindrom aspirasi mekonium (menyababkan kesulitan bernapas pada


bayi).
2. Hipoglikemia simtomatik.
3. Penyakit membrane hialin disebabkan karena surfaktan paru belum
sempurna,sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan inspirasi,
tidak tertinggal udara residu dalam alveoli, sehingga selalu dibutuhkan
tenaga negative yang tinggi untuk yang berikutnya.
4. Asfiksia neonetorom.
5. Hiperbulirubinemia.

V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia.
2. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan.
3. Titer torch sesuai indikasi.
4. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi.
5. Pemantauan elektrolit.
6. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan (mis : fhoto thorak)

VI. PENATALAKSANAAN BBLR


1. Penanganan bayi.
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi. Maka semakin besar
perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan
sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam
incubator.
2. Pelestarian suhu tubuh.
Untuk mencegah hipotermi diperlukan lingkungan yang cukup hangat
dan istirahat konsumsi O2 yang cukup. Bila dirawat dalam incubator
maka suhunya untuk bayi dengan BB 2 kg adalah 35C dan untuk bayi
dengan BB 2-2,5 kg adalah 34c. bila tidak ada incubator hanya dipakai
popok untuk memudahkan pengawasan mengenai keadaan umum,
warna kulit,pernafasan, kejang dan sebagainyasehingga penyakit dapat
dikenali sedini mungkin.
3. Inkubator
Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui jendela atau lengan baju.
Sebelum memasukan bayi kedalam incubator. Incubator terlebih dahulu
dihangatkan sampai sekitar 29,4 C untuk bayi dengan BB 1,7 kg dan
32,20 C untuk bayi yang lebih kecil.
4. Pemberian oksigen
Konsentrasi O2 diberikan sekitar 30-35% dengan menggunakan head
box.
5. Infeksi
Prosedur pencegahan infeksi adalah sebagai berikut :
 Mencuci tangan samoai kesiku dengan sabun dan air mengalir
selama 2 menit.
 Mencuci tangan dengan zat antiseptic sebelum dan sesudah
memegang bayi.
6. Pemberian makanan.
Pemberian makanan sedini mungkin sangat dianjurkan untuk membantu
terjadinya hipoglikemi dan hiperbilirubin. ASI merupakan pilihan
utama, dianjurkan untuk minum pertama sebanyak 1 mllarutan glucose
5% yang steril untuk bayi dengan berat badan kurang dari 1000 gram.
VII. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Tidak efektifnya pola nafas b.d imaturitas fungsi paru dan
neuromuskuler.
2. Tidak efektifnya termoregolasi b.d imaturitas control dan pengatur suhu
tubuh dan berkurangnya lemak sub cutan didalam tubuh.
3. Resiko tinggi infeksi b.d defisiensi pertahanan tubuh (imunologi).
4. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan
tubuh dalam mencerna nutrisi (imaturitas saluran cerna).
5. Resiko gangguan integritas kulit b.d tipisnya jaringan kulit, imobilisasi.
6. Resiko ikterik berhubungan dengan prematuritas.

VIII. RENCANA KEPERAWATAN


1. Tidak efektifnya pola nafas b.d imaturitas fungsi paru dan neuro
muscular
a. Tujuan : Pola nafas efektif
b. Kriteria Hasil : “RR 30-60 x/mnt,Sianosis (-),Sesak (-),Ronchi (-)
Whezing (-).
c. Intervensi :
 Observasi pola nafas
 Observasi frekuensi dan bunyi nafas
 Observasi adanya sianosis
 Monitor dengan teliti hasil pemeriksaan gas darah
 Tempatkan kepala pada posisi hiperekstensi
 Beri O2 sesuai program dokter
 Observasi respon bayi terhadap ventilator dan terapi O2
 Atur ventilasi ruangan tempat perawatan klien.
 Kolaborasi dengan tenaga medis lainya.
2. Tidak efektifnya termoregulasi b.d imaturasi control dan pengatur suhu
dan berkurangnya lemak subcutan didalam tubuh.
a. Tujuan : Suhu tubuh kembali normal.
b. Kriteria Hasil : Suhu 36- 370C,kulit hangat, Sianosis (-),
Ektremitas hangat.
c. Intervensi :
 Observasi tanda-tanda vital
 Tempatkan bayi pada incubator
 Awasi atau control temperature dalam incubator sesuai
kebutuhan.
 Monitor tanda-tanda hipertermi.
 Hindari bayi dari pengaruh yang dapat menurunkan suhu
tubuh.
 Ganti pakaian setiap basah.
 Observasi adanya sianosis.
3. Resiko infeksi b.d defisiensi pertahanan tubuh (imunologi)
a. Tujuan : Infeksi tidak terjadi
b. Kriteria Hasil : Suhu 36-370C,tidak ada tanda-tanda infeksi,leukosit
5.000 – 10.000.
c. Intervensi :
 Kaji tanda- tanda infeksi.
 Isolasi bayi BBLR dengan bayi lain.
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi.
 Gunakan masker setiap kontak dengan bayi.
 Cegah kontak dengan orang yang terinfeksi
 Pastikan semua perawatan yang kontak dengan bayi dalam
keadaan bersih/steril.
 Kolaborasi dengan dokter.
 Berikan antibiotic sesuai program.
4. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidak mampuan
mencerna nutrisi(imaturasi saluran cerna).
a. Tujuan : Nutrisi terpenuhi
b. Kriteria Hasil : Reflek hisap dan menelan baik,Muntah (-
),Kembung (-),berat badan meningkat 15 gr/hr dan turgor elastic.
c. Intervensi :
 Observasi intake dan output.
 Beri minum sesuai kebutuhan.
 Pasang NGT bila reflek program menghisap dan menelan
tidak ada.
 Monitor tanda-tanda intoleransi terhadap nutrisi parenteral.
 Kaji kesiapan untuk pemberian nutrisi enteral.
 Kaji kesiapan ibu untuk menyusui bayi.
 Timbang berat badan setiap hari.
5. Resiko gangguan integritas kulit b.d tipisnya jaringan kulit,imobilisasi
a. Tujuan : Integritas kulit tidak terjadi
b. Kriteria Hasil : Suhu 36,5-370C, Tidak ada lecet atau kemerahan
pada kulit dan tanda- tanda infeksi (-).
c. Intervensi :
 Observasi vital sign.
 Observasi tekstur dan warna kulit.
 Lakukan tindakan secara aseptic dan antiseptic.
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi.
 Jaga kebersihan kulit.
 Ganti pakaian setiap basah.
 Jaga kebersihan tempat tidur.
 Lakukan mobilisasi tiap 2 jam.
 Monitor suhu dalam incubator.
6. Resiko ikterik berhubungan dengan prematuritas
a. Tujuan : Tidak terjadi ikterik
b. Kriteria hasil : bayi tidak tampak kuning, bayi minum ASI lebbih
sering.
c. Intervensi :
 Amati tanda-tanda ikterik
 Beri minum ASI lebih sering
 Amati tanda-tanda dehindrasi (misalnya depresi fontanel,
turgor kulit mengkerut, turgor kulit mengkerut, kehilangan
berat badan)
 Kolaborasi dengan dokter tentang nilai laboratorium
biliribin
DAFTAR PUSTAKA

Hockenberry, J.M. & Wilson, D. (2010). Nursing care of infants and children.
(8th Edition) St. Louis : Mosby Elsevier.

Nanda-International, (2009). Nursing Diagnoses : Classification & Definition


Classification. Fistr Edition, United Kingdom.

Wong, D.L, Hockenberry, E.M., Wilson, D., Winkelstein, M.L., & Scwartz, P.
(2009). Buku ajar keperawatan pediatrik. Edisi 2. (alih bahasa : Hartono A.,
Kurnianingsih. S, & Setiawan). Jakarta : EGC.

Caepenito,LJ 2008.Buku Saku Diagnosis Keperawatan 10. ECG: Jakarta

Amin,Hardi(2013).Nanda nic-noc.Medi Action Publishing: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai