Anda di halaman 1dari 25

A.

Konsep Dasar Penyakit

1. Defenisi BBLR 

Bayi berat badan lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat

 badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (WHO, 1961). Berat badan

lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada

waktu lahir. (Huda dan Hardhi, 2013).

Menurut Ribek dkk. (2011). Berat badan lahir rendah yaitu bayi

yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa

memperhatikan usia gestasi (dihitung satu jam setelah melahirkan).

Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan

kurang dari 2500 gram pada waktu lahir. (Amru Sofian, 2012).
2. Klasifikasi BBLR 

Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya bayi berat

lahir rendah dibedakan dalam beberapa macam (Abdul Bari

saifuddin,2001) :

a. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500 gram-2500 gram.

 b. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR),berat alhir kurang dari 1500

gram.

c. Bayi Berta Lahir Ekstrem Rendah (BBLER) berat lahir kurang dari

1000 gram.

Sedangkan menurut WHO membagi Umur kehamilan dalam tiga

kelompok :

a. Preterm : kurang dari 37 minggu lengkap.


 b. Aterm : mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu

lengkap.

c. Pos term : 42 minggu lengkap atau lebih.

Ada dua macam BBLR yaitu :

a. Prematuritas murni atau bayi yang kurang bulan (KB/SMK) : bayi yang

dilahirkan dengan umur kurang dari 37 minggu dengan berat badan

sesuai.

 b. Dismaturitas : bayi .lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya

untuk masa gestasi itu.

3. Etiologi

Menurut Huda dan Hardhi dalam NANDA NIC-NOC (2013).


Penyebab kelahiran bayi berat badan lahir rendah, yaitu:

a. Faktor genetik atau kromosom

 b. Infeksi

c. Bahan toksik 

d. Insufisiensi atau disfungsi plasenta

e. Radiasi

f. Faktor nutrisi

g. Factor lain seperti merokok, peminum alkohol, bekerja berat pada masa

kehamilan, plasenta previa, kehamilan ganda, obat-obatan, dan

sebagainya.

Selain penyebab diatas ada beberapa penyebab kelahiran berat badan

lahir rendah yang berhubungan, yaitu:


a. Faktor ibu

1) Paritas

2) Abortus spontan sebelumnya

3) Infertilitas

4) Gizi saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diatas

35 tahun

5) Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu berat

6) Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan

pembuluh darah, perokok 

 b. Faktor kehamilan

1) Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum


2) Komplikasi kehamilan : preeklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini

c. Faktor janin

1) Cacat bawaan, infeksi dalam rahim.

2) Infeksi congenital (missal : rubella)

d. Faktor yang masih belum diketahui

4. Patofisiologi BBLR 

5. Pathway BBLR
6. Manifestasi klinis BBLR 

Menurut Huda dan Hardhi. (2013), tanda dan gejala dari bayi berat

 badan lahir rendah adalah:

a. Sebelum bayi lahir 

1) Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus

 prematurus, dan lahir mati.

2) Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.

3) Pergerakan janin pertama terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih

lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut

4) Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut

seharusnya. Sering dijumpai kehamilan dengan oligradramnion


gravidarum atau perdarahan anterpartum.

 b. Setelah bayi lahir 

1) Bayi dengan retadasi pertumbuhan intra uterin

2) Bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu

3) Bayi small for date sama dengan bayi retardasi pertumbuhan

intrauterine.

4) Bayi premature kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam

tubuhnya.

Selain itu ada gambaran klinis BBLR secara umum adalah :

a. Berat kurang dari 2500 gram.

 b. Panjang kurang dari 45 cm.

c. Lingkar dada kurang dari 30 cm.


d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm.

e. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.

f. Kepala lebih besar.

g. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang.

h. Otot hipotonik lemah.

i. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea.

 j. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus.

k. Kepala tidak mampu tegak.

l. Pernapasan 40 – 50 kali / menit.

m. Nadi 100 – 140 kali / menit.

7. Komplikasi
Ada beberapa hal yang dapat terjadi apabila BBLR tidak ditangani

secepatnya menurut Mitayanti, 2009 yaitu :

a. Sindrom aspirasi mekonium (menyababkan kesulitan bernapas pada

 bayi).

 b. Hipoglikemia simtomatik.

c. Penyakit membrane hialin disebabkan karena surfaktan paru belum

sempurna,sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan

inspirasi, tidak tertinggal udara residu dalam alveoli, sehingga selalu

dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk yang berikutnya.

d. Asfiksia neonetorom.

e. Hiperbulirubinemia

8. Pemeriksaan Diagnostik 
a. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia.

 b. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan.

c. Titer torch sesuai indikasi.

d. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi.

e. Pemantauan elektrolit.

f. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan (mis : fhoto thorak)

9. Penatalaksaan

a. Medis

1) Resusitasi yang adekuat, pengaturan suhu, terapi oksigen

2) Pengawasan terhadap PDA (Patent Ductus Arteriosus)

3) Keseimbangan cairan dan elektrolit, pemberian nutrisi yang cukup


4) Pengelolaan hiperbilirubinemia, penanganan infeksi dengan

antibiotik yang tepat

 b. Penanganan secara umum:

1) Penanganan bayi

Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka

semakin besar perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan

terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus

dilakukan didalam incubator 

2) Pelestarian suhu tubuh

Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan

dalam mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara

memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370


C.Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan

dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha

metabolic yang minimal. Bayi berat rendah yang dirawat dalam

suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan pengendalian

lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25 0  C,

 bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300C untuk 

 bayi dengan berat kurang dari 2000 gram

3) Inkubator 

Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam

incubator. Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“

atau “lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator,


0
incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 C,

untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih

kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini

memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak 

tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah.

4) Pemberin oksigen

Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi

 bayi preterm BBLR, akibat tidak adanya alveolo dan surfaktan.

Konsentrasi O2yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan

menggunakan head box, konsentrasi o2  yang tinggi dalam masa

yang panjangakan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina

 bayi yang dapat menimbulkan kebutaan


5) Pencegahan infeksi

Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system

imunologi yang kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau

tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah

infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan

sebelum dan sesudah merawat bayi.

6) Pemberian makanan

Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk 

membantu mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin.

ASI merupakan pilihan pertama, dapat diberikan melalui kateter 

( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya


lemah. Bayi berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih

 banyak kalori, dibandingkan dengan bayi preterm

B. Masalah Premature

Menurut Proverawati & Sulistyorini (2010), terdapat beberapa masalah

yang dapat terjadi pada bayi prematur baik dalam jangka panjang maupun

 jangka pendek. Masalah jangka pendeknya antara lain adalah sebagai berikut:

1. Gangguan metabolik, antara lain sebagai berikut:

a. Hipotermia

Terjadi karena sedikitnya lemak tubuh pada bayi prematur dan

 pengaturan suhu tubuh bayi yang belum matang.

 b. Hipoglikemia

Hipoglikemia adalah kondisi ketidaknormalan kadar glukosa


serum yang rendah pada bayi yaitu kurang dari 45 mg/dL.. Oleh

karena itu bayi prematur membutuhkan ASI sesegera mungkin

setelah lahir dan minum sering atau setiap 2 jam.

c. Hiperglikemia

Hiperglikemia sering terjadi pada bayi sangat prematur karena

mendapat cairan glukosa berlebihan secara intravena.

d. Masalah pemberian ASI

Masalah pemberian ASI terjadi karena ukuran tubuh bayi

yang kecil, dan keadaan bayi yang kurang energi, lemah serta

lambungnya yang kecil dan tidak dapat mengisap.

2. Gangguan imunitas, antara lain sebagai berikut:

a. Gangguan imonologik 

Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena kadar Ig

G maupun gamma globulin yang rendah.

 b. Kejang saat dilahirkan

Kejang dapat terjadi karena infeksi sebelum lahir (prenatal),

 perdarahan intrakranial atau akibat vitamin B6 yang dikonsumsi

ibu.

c. Ikterus (kadar bilirubin yang tinggi)

Bayi prematur menjadi kuning lebih awal dari pada bayi

cukup bulan pada umumnya.

3. Gangguan pernafasan, antara lain sebagai berikut:

a. Sindroma gangguan pernapasan


Sindroma gangguan pernapasan pada bayi prematur adalah

 perkembangan imatur pada sistem pernafasan atau tidak adekuatnya

 jumlah surfaktan pada paru-paru.

 b. Asfiksia

Dampak kelahiran prematur adalah proses adaptasi bayi

terhadap pernapasan waktu lahir sehingga mengalami asfiksia

waktu lahir dan membutuhan resusitasi.

c. Apneu periodik (henti napas)

Organ paru-paru dan susunan saraf pusat yang belum

sempurna menyebabkan bayi dengan kelahiran prematur berhenti

 bernapas.

d. Paru-paru belum berkembang

Organ paru-paru yang belum berkembang menyebabkan bayi

mengalami sesak napas (asfiksia) dan membutuhkan resusitasi

dengan cepat.

e. Retrolental fibroplasia

Penyakit ini ditemukan pada bayi prematur yang disebabkan

oleh gangguan oksigen yang berlebihan. Kelainan ini sering terjadi

 pada bayi prematur dengan berat badan kurang dari 2000 gram dan

telah mendapat oksigen dengan konsentrasi tinggi atau lebih dari

40%.

4. Gangguan sistem peredaran darah, antara lain sebagai berikut:

a. Masalah perdarahan
Perdarahan pada bayi yang lahir prematur dapat disebabkan

karena kekurangan faktor pembekuan darah atau karena faktor 

fungsi pembekuan darah yang abnormal atau menurun.

 b. Anemia

Anemia pada bayi prematur dapat terjadi lebih dini karena

disebabkan oleh supresi eritropoesis pasca lahir, persediaan zat besi

 janin yang sedikit, serta bertambah besarnya volume darah sebagai

akibat pertumbuhan yang lebih cepat.

c. Gangguan jantung

Gangguan jantung yang sering ditemui pada bayi prematur 

adalah patent ductus ateriosus (PDA).

d. Gangguan pada otak 

Gangguan pada otak yang dapat terjadi pada bayi prematur 

adalah intraventricular hemorrhage

e. Bayi prematur dengan ikterus

Peningkatan kadar bilirubin dalam darah mengakibatkan

 perubahan warna kuning pada kulit, membran mukosa, sklera, dan

organ lain pada bayi.

f. Kejang

Suatu kondisi yang terjadi pada bayi prematur yang ditandai

dengan adanya tremor dan disertai penurunan kesadaran, terjadi

gerakan yang tidak terkendali pada mulut, mata, dan anggota gerak 

lain, serta terjadinya kekakuan seluruh tubuh tanpa adanya


rangsangan

g. Hipoglikemia

Suatu kondisi dimana kadar gula darah bayi yang rendah dan

di bawah normal, yang dapat mengakibatkan bayi menjadi gelisah


dan tremor, apatis, kejang, lemah, letargis, kesulitan makan,

keringat banyak, hipertermi bahkan henti jantung.

5. Gangguan cairan dan elektrolit, antara lain sebagai berikut:

a. Gangguan eliminasi

Pada bayi prematur dapat terjadi edema dan asidosis

metabolik karena ginjal yang imatur baik secara anatomis maupun

fisiologis

 b. Distensi abdomen

Kelainan ini berkaitan dengan usus bayi akibat dari motilitas

usus yang berkurang, volume lambung berkurang sehingga waktu

 pengosongan lambung bertambah, daya untuk mencerna dan

mengabsorbsi zat lemak, laktosa, vitamin, yang larut dalam lemak 

dan beberapa mineral tertentu berkurang.

c. Gangguan pencernaan

Saluran pencernaan pada bayi prematur masih belum

 berfungsi dengan sempurna sehingga penyerapan nutrisi masih

lemah dan kurang baik.

d. Gangguan elektrolit

Cairan yang diperlukan tergantung dari masa gestasi, keadaan


lingkungan, dan penyakit bayi.

Masalah jangka panjang yang dapat terjadi pada bayi prematur 

menurut Proverawati dan Sulistyorini (2010), antara lain adalah sebagai

 berikut:

1. Masalah psikis, antara lain adalah sebagai berikut:

a. Gangguan perkembangan dan pertumbuhan

 b. Gangguan bicara dan komunikasi

c. Gangguan neurologi dan kognisi

d. Gangguan belajar atau masalah pendidikan

e. Gangguan atensi dan hiperaktif 

2. Masalah fisik antara lain adalah sebagai berikut:

a. Penyakit paru kronis

 b. Gangguan penglihatan (retinopati) dan pendengaran

c. Kelainan bawaan (kelainan kongenital)

C. Pemrikssaan penunjang

Menurut Nurarif & Kusuma (2015), pemeriksaan penunjang yang

dapat dilakukan pada bayi prematur dan BBLR adalah sebagai berikut:

1. Jumlah sel darah putih: 18.000/mm3. Neutrofil meningkat hingga

23.000- 24.000/mm3 hari pertama setelah lahir dan menurun bila ada

sepsis.

2. Hematokrit (Ht): 43%-61%. Peningkatan hingga 65% atau lebih

menandakan polisitemia, sedangkan penurunan kadar menunjukkan

anemia atau hemoragic prenatal/perinatal.


3. Hemoglobin (Hb): 15-20 gr/dl. Kadar hemoglobin yang rendah

 berhubungan dengan anemia atau hemolisis yang berlebihan.

4. Bilirubin total: 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl pada 1-2

hari, dan 12 gr/dl pada 3-5 hari.


5. Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah

kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl dan meningkat 60-70 mg/dl pada hari

ketiga.

6. Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl): dalam batas normal pada awal

kehidupan.

7. Pemeriksaan analisa gas darah.

D. Penatalaksanaan

Menurut Rukiyah & Yulianti (2012), beberapa penatalaksanaan atau

 penanganan yang dapat diberikan pada bayi prematur adalah sebagai

 berikut:

1. Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat. Bayi prematur mudah

mengalami hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus

dipertahankan dengan ketat.

2. Mencegah infeksi dengan ketat. Bayi prematur sangat rentan dengan

infeksi, perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk 

mencuci tangan sebelum memegang bayi.

3. Pengawasan nutrisi. Reflek menelan bayi prematur belum sempurna,

oleh sebab itu pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat.


4. Penimbangan ketat. Perubahan berat badan mencerminkan kondisi

gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh

sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.

5. Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan
 bersih serta pertahankan suhu tetap hangat.

6. Kepala bayi ditutup topi dan beri oksigen bila perlu.

7. Tali pusat dalam keadaan bersih.

E. Beri minum dengan sonde/tetes dengan pemberian ASI.


ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BERAT BADAN LAHIR 

RENDAH (BBLR)

A. Pengkajian

1. Biodata atau identitas pasien:  meliputi nama tempat tanggal lahir jenis

kelamin

2. Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau

kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat

3. Riwayat kesehatan

a. Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat

antenatal pada kasus BBLR yaitu:

1) Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk,

merokok ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti

diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru.

2) Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran

multiple, kelainan kongenital, riwayat persalinan preterm.

3) Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi

tidak teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.

4) Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan

(kehamilan postdate atau preterm).

5)  Riwayat natalk  omplikasi persalinan juga mempunyai kaitan

yang sangat erat dengan permasalahan pada bayi baru lahir. Yang

perlu dikaji :
a) Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun

 plasenta previa.

 b) Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena

 pemakaian obat penenang (narkose) yang dapat menekan

sistem pusat pernafasan.

 b. Riwayat post natal

1) Yang perlu dikaji antara lain

2) Agar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua

AS (0-3) asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia

ringan.

3) Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm


2500 gram lingkar kepala kurang atau lebih dari normal (34-36

cm).

4) Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus anetrecial

aesofagal.

4. Pola nutrisi: Yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan

absorbsi gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap

sehingga perlu diberikan cairan parentral atau personde sesuai dengan

kondisi bayi untuk mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan

 juga untuk mengkoreksi dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi

disamping untuk pemberian obat intravena.

5. Pola eliminasi: Yang perlu dikaji pada neonatus adalah BAB : frekwensi,

 jumlah, konsistensi. BAK : frekwensi, jumlah


6. Latar belakang sosial budaya: Kebudayaan yang berpengaruh terhadap

BBLR kebiasaan ibu merokok, ketergantungan obat-obatan tertentu

terutama jenis psikotropikaKebiasaan ibu mengkonsumsi minuman

 beralkohol, kebiasaan ibu melakukan diet ketat atau pantang makanan

tertentu.

7. Hubungan psikologis: Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan

rawat gabung dengan ibu jika kondisi bayi memungkinkan. Hal ini

 berguna sekali dimana bayi akan mendapatkan kasih sayang dan perhatian

serta dapat mempererat hubungan psikologis antara ibu dan bayi. Lain

halnya dengan BBLR karena memerlukan perawatan yang intensif 

8. Keadaan umum : pada neonates dengan BBLR keadaannya lemah dan

hanya merintih.kesadaran neonates dapat dilihat dari responnya terhadap

rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan

usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukan kondisi

neonatos yang baik.

9. Tanda-tanda vital : neonates post asfiksia berat kondisi akan baik apabila

 penanganan asfiksia benar, tepat dan cepat. Suhu normal pada tubuh bayi

n (36 C-37,5C), nadi normal antara (120-140 x/m), untuk respirasi normal

 pada bayi (40-60 x/m), sering pada bayi post asfiksia berat respirasi

sering tidak teratur.

10. Kulit : warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstremitas berwarna biru,

 pada bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.


11. Kepala : kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal

haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya

 peningkatan tekanan intrakranial.

12. Mata : warna conjungtiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding

conjungtiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukan refleksi

terhadap cahaya.

13. Hidung : terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan

lender.

14. Mulut : bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.

15. Telinga : perhatiakan kebersihannya dan adanya kelainan.

16. Leher : perhatikan keberhasilannya karena leher neonates pendek.

17. Thorak : bentuk simetris,terdapat tarikan intercostals,perhatikan suara

wheezing dan ronchi,frekwensi bunyi jantung lebih dari 100x/m.

18. Abdomen : bentuk silindris,hepar bayi terletak 1-2 cm dibawah ascus

costae pada garis papilla mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti

adanya asites atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma,bising

usus timbul 1-2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi

karena GI tract belum sempurna.

19. Umbilicus : tali pusat layu, perhatikan ada perdarahan atau tidak adanya

tanda-tanda infeksi pada tali pusat.

20. Genetalia : pada neonates aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan

letak muara uretra pada neonates laki-laki, neonates perempuan lihat labia
mayir dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang

 perdarahan.

21. Anus : perhatikan adanya darah dalam tinja,frekwensi buang air besar 

serta warna dari feces.

22. Ekstremitas : warna biru,gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya

 patah tulang atau adanya kelumpuhan syraf atau keadaan jari-jari tangan

serta jumlahnya.

23. Reflex : pada neonates preterm post asfiksia berat rflek moro dan sucking

lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan

susunan syaraf pusat atau adanya patah tulang.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d obstruksi jalan nafas oleh

 penumpukan lendir, reflek batuk 

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d

ketidakmampuan ingest/digest/absorb

3. Resiko infeksi b/d ketidakadekuatan system kekebalan tubuh

C. Interensi Keperawatan

 No. Diagnosa Tujuan & kriteria hasil Intervensi & Rasional


1. Bersihan Tujuan: setelah dilakukan 1. Bersihkan lender yang
 jalan nafas intervensi selama 2 x 24 jam menghambat jalan
tidak efektif  dengan kriteria hasil: nafas
– Tidak ada penumpukan Rasional :
cairan di jalan nafas –
Untuk 
– Suara nafas terdengar  membersihkan jalan
vesikuler (normal) nafas bayi
2. Suction cairan yang
menghambat jalan
nafas
Rasional :
– Membuang secret
yang menghambat
 jalan nafas
3. Atur posisi bayi
pronasi Rasional :
– Untuk memberikan
rasa nyaman pada
 bayi
4. Berikan terapi
O2. Rasional :
– Untuk memberikan
rasa nyaman pada
 bayi

2. Ketidak   Tujuan: setelah dilakukan 1. Kaji kemapuan reflek 

seimbangan intervensi selama 2 x 24 jam hisap


nutria kebutuhan nutrisi terpenuhi Rasional :
kurang dari dengan kriteria hasil: – Mengetahui
kebutuhan – Reflek hisap kuat  perkembangan
tubuh – Intek asi adekuat nutrisi bayi
– BB seimbang 2500-3500 2. Monitor asupan intake
dan output cairan
Rasional :
– Membantu suplai
nutrisi untuk tubuh
3. Monitor BB bayi
Rasional :
– Indikasi bayi
mampu menyerap
nutrisi
4. Kolaborasi dengan ahli
gizi pemberian nutrisi
Rasional :

Asupan nutrisi bayi
 bias tercukupi
3. Resiko Tujuan: setelah dilakukan 1. Monitor tanda-tanda
infeksi intervensi selama 2 x 24 jam di infeksi: suhu, leukosit,
harapkan tidak terjadi infeksi  penurunan berat badan
 pada bayi dengan kriteria Rasional :
hasil: –
Mengetahui
– Tidak ada tanda-tanda adanya indikasi
infeksi infeksi
– Jumlah leukosit dalam 2. Batasi jumlah
 batas normal  pengunjung
Rasional :
– Mendeteksi dini
terjadinya infeksi
3. Bersihkan incubator 
secara berkala
Rasional :
– Menjaga incubator 
tetap terjaga
kebersihannya
4. Kolaborasi pemberian
antibiotic

Rasional :
 Mencegah
 penyebaran infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Fishman, Marvin A. 2007.  Buku Ajar Pediatri, Volume 3 Edisi 20.
Jakarta:EGC.
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan: Difinisi Dan Klasifikasi
2012-2014/Editor,T. Heather Herdman; Alih Bahasa, Made Suwarwati
 Dan Nike Budhi Subekti. Jakarta: EGC.
Huda, Nuratif dan Hardhi Kusuma. 2013.  Aplikasi Asuhan Keperawatan
 Berdasarkan Diagnosa NANDA NIC-NOC.  Jakarta: Media Action.
 Nurarif, H. K. (2015).  Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
 Medis dan Nanda NIc-NOC.  (3, Ed.). Jogjakarta: Mediaction publishing
Ribek, Nyoman dkk. 2011.  Aplikasi Perawatan Bayi Resiko Tinggi
 Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi Program Keperawatan:
 Digunakan Sebagai Bahan Pembelajaran Praktek Klinik dan Alat Uji
 Kompetensi. Denpasar: Poltekkes Denpasar Jurusan Keperawatan.
Proverawati A, Sulistyorini CI (2010). Berat badan lahir rendah. Yogyakarta :
 Nuha
Medika
Purwanto, Fitri. 2001. Buku Pedoman Rencana Asuhan Keperawtan Bedah
 Anak. Jakarta : Amarta Jakarta
Rukiyah, Yulianti. 2012. Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : CV. Trans
Info
Media
Sulistiarini, D., & Berliana, M. (2016).  Faktor-Faktor yang Memengaruhi
 Kelahiran Prematur di Indonesia : Analisis Data Riskesdas 2013.  E-
 Journal 
Widya Kesehatan dan Lingkungan, 1(2), 109–115.
Wong, D.L,dkk. 2008. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik. Jakarta. Buku
Kedokteran
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan
 Indonesia
(1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia. Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan
 Indonesia (I).
Jakarta. Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
 Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan
Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Retrieved from
http://www.innappni.or.id
Wong, Donna L, Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong (6 ed.). Jakarta:
EGC, 2012

Anda mungkin juga menyukai