A. Defenisi BBLR
Bayi berat badan lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari
2500 gram (WHO, 1961). Berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500
gram pada waktu lahir. (Huda dan Hardhi)
Menurut Ribek dkk. (2011). Berat badan lahir rendah yaitu bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (dihitung satu jam setelah melahirkan).
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu
lahir. (Amru Sofian).
B. Klasifikasi BBLR
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya bayi berat lahir rendah dibedakan dalam
beberapa macam (Abdul Bari saifuddin,2001) :
1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500 gram-2500 gram.
2. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR),berat alhir kurang dari 1500 gram.
3. Bayi Berta Lahir Ekstrem Rendah (BBLER) berat lahir kurang dari 1000 gram.
Sedangkan menurut WHO membagi Umur kehamilan dalam tiga kelompok :
1. Preterm : kurang dari 37 minggu (259 hari)..
2. Aterm : mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu (259-293 hari).
3. Pos term : 42 minggu lengkap atau lebih. (294 hari atau lebih)
Ada dua macam BBLR yaitu :
1. Prematuritas murni atau bayi yang kurang bulan (KB/SMK) : bayi yang dilahirkan dengan umur
kurang dari 37 minggu dengan berat badan sesuai.
2. Dismaturitas : bayi .lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya untuk masa gestasi itu.
C. Etiologi
Menurut Huda dan Hardhi dalam NANDA NIC-NOC (2013). Penyebab kelahiran bayi berat
badan lahir rendah, yaitu:
1. Faktor genetik atau kromosom
2. Infeksi
3. Bahan toksik
4. Insufisiensi atau disfungsi plasenta
5. Radiasi
6. Faktor nutrisi
7. Factor lain seperti merokok, peminum alkohol, bekerja berat pada masa kehamilan, plasenta
previa, kehamilan ganda, obat-obatan, dan sebagainya.
Selain penyebab diatas ada beberapa penyebab kelahiran berat badan lahir rendah yang
berhubungan, yaitu:
1. Faktor ibu
a. Paritas
b. Abortus spontan sebelumnya
c. Infertilitas
d. Gizi saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun
e. Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu berat
f. Penyakit ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah, malaria, infeksi menular
seksual, HIV/ AIDS, TORCH
g. Ibu perokok
h. Ibu peminum alcohol
i. Ibu pecandu obat narkotik
j. Penggunaan obat antimetabolik
2. Faktor kehamilan
a. Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum
b. Komplikasi kehamilan : preeklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini
3. Faktor janin
a. Cacat bawaan, infeksi dalam rahim.
b. Infeksi congenital (missal : rubella)
c. Kelainan kromosom (trisomy autosomal)
d. Disautonomia familial
e. Aplasia pancreas
f. Hidramnion
4. Keadaan sosial ekonomi:
a. Kejadian tertinggi terjadinya BBLR adalah keadaan sosial ekonomi yang rendah.
b. Tingkat pendidikan ibu rendah
c. Mengerjakan aktivitas fisik beberapa jam tanpa istrahat.
d. Keadaan gizi yang kurang baik.
e. Pengawasan antenatal yang kurang.
f. Kejadian prematuritas dari bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah, yang ternyata tinggi
bila dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawinan yang sah
5. Faktor Lingkungan
a. Bertempat tinggal di daratan tinggi Terkena radiasi
b. Terpapar zat beracun
D. Patofisiologi BBLR
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada
waktu lahir. Secara umum penyebab dari bayi berat badan lahir rendah dipengaruhi oleh beberapa
factor antara lain gizi saat hamil yang kurang dengan umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun,
jarak hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu berat, penyakit menahun ibu :
hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah, perokok.
BBLR biasanya disebabkan juga oleh hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan, cacat
bawaan, infeksi dalam rahim. Hal ini akan menyebabkan bayi lahir dengan berat 2500 gram dengan
panjang kurang dari 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm kepala lebih besar, kulit tipis, transparan,
rambut lanugo banyak, lemak kurang, otot hipotonik lemah, pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
biasanya terjadi pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
Kemungkinan yang terjadi pada bayi dengan BBLR adalah Sindrom aspirasi mekonium,
asfiksia neonatorum, sindrom distres respirasi, penyakit membran hialin, dismatur preterm terutama
bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu, hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan
ventrikel otak, hipotermia, hipoglikemia, hipokalsemia, anemi, gangguan pembekuan darah, infeksi,
retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC), bronchopulmonary dysplasia, dan malformasi
konginetal.
E. Manifestasi klinis BBLR
Menurut Huda dan Hardhi. (2013), tanda dan gejala dari bayi berat badan lahir rendah adalah:
1. Sebelum bayi lahir
a. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus, dan lahir mati.
b. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.
c. Pergerakan janin pertama terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lambat walaupun
kehamilannya sudah agak lanjut
d. Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut seharusnya. Sering dijumpai
kehamilan dengan oligradramnion gravidarum atau perdarahan anterpartum.
2. Setelah bayi lahir
a. Bayi dengan retadasi pertumbuhan intra uterin
b. Bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu
c. Bayi small for date sama dengan bayi retardasi pertumbuhan intrauterine.
d. Bayi premature kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya.
Selain itu ada gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
1. Berat kurang dari 2500 gram.
2. Panjang kurang dari 45 cm.
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm.
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm.
5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
6. Kepala lebih besar.
7. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang.
8. Otot hipotonik lemah.
9. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea.
10. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus.
11. Kepala tidak mampu tegak.
12. Pernapasan 40 – 50 kali / menit.
13. Nadi 100 – 140 kali / menit.
F. Komplikasi
Ada beberapa hal yang dapat terjadi apabila BBLR tidak ditangani secepatnya menurut
Mitayanti, 2009 yaitu :
1. Sindrom aspirasi mekonium (menyababkan kesulitan bernapas pada bayi).
2. Hipoglikemia simtomatik.
3. Penyakit membrane hialin disebabkan karena surfaktan paru belum sempurna,sehingga alveoli
kolaps. Sesudah bayi mengadakan inspirasi, tidak tertinggal udara residu dalam alveoli, sehingga
selalu dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk yang berikutnya.
4. Asfiksia neonetorom.
5. Hiperbulirubinemia
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia.
2. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan.
3. Titer torch sesuai indikasi.
4. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi.
5. Pemantauan elektrolit.
6. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan (mis : fhoto thorak)
H. Penatalaksaan
1. Medis
a. Resusitasi yang adekuat, pengaturan suhu, terapi oksigen
b. Pengawasan terhadap PDA (Patent Ductus Arteriosus)
c. Keseimbangan cairan dan elektrolit, pemberian nutrisi yang cukup
d. Pengelolaan hiperbilirubinemia, penanganan infeksi dengan antibiotik yang tepat
2. Penanganan secara umum:
a. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan yang
diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi
harus dilakukan didalam incubator
b. Pelestarian suhu tubuh
Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam mempertahankan suhu tubuh. Bayi
akan berkembang secara memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan antara 35,5 0 C s/d
370 C.Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal
tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi berat rendah yang dirawat
dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama.
Suhu perawatan harus diatas 25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 30 0C
untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram
c. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur perawatan dapat
dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator,
incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg
dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini
memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi
terhadap pernafasan lebih mudah.
d. Pemberin oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR, akibat tidak
adanya alveolo dan surfaktan. Konsentrasi O2yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan
menggunakan head box, konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa yang panjangakan menyebabkan
kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan
e. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang berkembang, ia
mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi,
perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi.
f. Pemberian makanan
Pada bayi prematur reflek hisap, menelan dan batuk belum sempurna, kapasitas
lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase masih kurang, disamping itu
kebutuhan protein 3-5 g/hari dan tinggi kalori (110 kal/kg/hari), agar berat badan bertambah.
Pemberian minum dimulai pada waktu bayi berumur 3 jam agar bayi tidak menderita
hipoglikemia dan hiperbilirubinemia.
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya
hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat diberikan melalui
kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir
rendah secara relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi preterm.
Sebelum pemberian minum pertama harus dilakukan pengisapan cairan lambung. Hal
ini untuk mengetahui ada atau tidaknya atresia esophagus dan mencegah muntah. Pada
umumnya bayi dengan berat badan 2000 gram atau lebih dapat menyusu pada ibunya. Bayi
dengan berat badan kurang dari 1500 gram kurang mampu menghisap air susu ibu atau susu
botol, terutama pada hari-hari pertama. Dalam hal ini bayi diberi minum melalui sonde
lambung (orogastric-intubation).
Bila daya hisap dan menelan mulai baik, dapat diganti dengan pipet, sendok atau botol
dengan dot. Bayi yang sangat kecil tanpa gangguan pernafasan dapat diberi makanan melalui
tetesan lambung (gastric lambung) (Sarwono, 2007; h.778).
g. Penimbangan ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan
daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.
h. Pemberian oksigen
Eklampi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR, akibat tidak
adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O 2 yang di berikan sekitar 30-35% dengan
menggunakan head box, konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan
menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan.
i. Pengawasan jalan nafas
Bayi BBLR beresiko mengalami serangan apneu dan defisiensi surfaktan, sehingga tidak
dapat memperoleh oksigen yang cukup yang sebelumnya diperoleh dari plasenta. Dalam
kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan nafas segera setelah lahir (aspirasi lendir),
dibaringkan dalam posisi miring, merangsang pernafasan dengan menepuk atau menjentik
tumit. Bila tindakan ini gagal, dilakukan ventilasi, intubasi endotrakheal, pijatan jantung dan
pemberian oksigen dan selama pemberian intake dicegah terjadinya aspirasi. Dengan
tindakan ini dapat dicegah sekaligus mengatasi asfiksia sehingga memperkecil kematian bayi
BBLR (Atikah dan cahyo, 2010; h. 34-35).
j. Pencegahan kejadian BBLR
Ada beberapa usaha untuk menurunkan kejadian BBLR di masyarakat, yaitu dengan
melakukan beberapa upaya sebagai berikut:
1) Mendorong perawatan kesehatan remaja putri.
2) Mengusahakan semua ibu hamil mendapatkan perawatan antenatal yang koperhensif.
3) Memperbaiki status gizi ibu hamil, dengan mengkonsumsi makanan yang lebih sering atau
lebih banyak, dan lebih diutamakan makanan yang mengandung nutrisi yang memadai.
4) Menghentikan kebiasaan merokok, menggunakan obat-obatan terlarang dan alkohol pada
ibu hamil.
5) Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun
kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Apabila kenaikan berat badannya
kurang dari 1 kg/bulan, sebaiknya segera berkonsultasi dengan yang ahli.
6) Mengkonsumsi tablet besi secara teratur sebanyak 1 tablet/hari. Lakukan minimal 90 tablet.
Mintalah tablet besi saat berkonsultasi dengan ahli.
7) Ibu hamil yang diduga beresiko, terutama faktor resiko yang mengarah melahirkan bayi
BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan
yang lebih mampu.
8) Penyuluhan kesehatan pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda-tanda
bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat
menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik.
9) Menganjurkan banyak istrahat bila kehamilan mendekati aterm atau istrahat baring bila
terjadi keadaan yang menyimpang dari kehamilan normal.
10) Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (20-
34 tahun).
11) Kurangi kegiatan yang melelahkan secara fisik semasa kehamilan.
12) Konseling pada suami istri untuk menjaga jarak antar kehamilan paling sedikit 2 tahun.
13) Meningkatkan penerimaan gerakan Keluarga Berencana (KB), dengan mendorong
penggunaan metode kontrasepsi modern dan sesuai untuk menjarangkan kehamilan.
14) Meningkatkan gizi masyarakat sehingga dapat mencegah terjadinya persalinan dengan
BBLR.
15) Memberikan pengarahan pada ibu hamil dan keluarganya untuk mengenali tanda-tanda
bahaya selama kehamilan dan mendapatkan pengobatan terhadap masalah-masalah
selama kehamilan.
16) Memberikan program stimulasi pada BBLR lebih meningkatkan tingkat perkembangan
anak.
17) Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan
pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses
terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama kehamilan (atikah
dan cahyo, 2010; h. 49).
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata atau identitas pasien: meliputi nama tempat tanggal lahir jenis kelamin dan Rekam Medik
2. Orang tua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan, pendidikan,
penghasilan pekerjaan, dan alamat
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal pada kasus BBLR
yaitu:
1) Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk, merokok ketergantungan
obat-obatan atau dengan penyakit seperti diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru.
2) Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran multiple, kelainan
kongenital, riwayat persalinan preterm.
3) Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak teratur dan periksa
kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
4) Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan postdate atau
preterm).
5) Riwayat natalkomplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat dengan
permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji :
6) Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun plasenta previa.
7) Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian obat penenang
(narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan.
b. Riwayat post natal
1) Yang perlu dikaji antara lain
2) Agar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3) asfiksia berat, AS
(4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan.
3) Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm 2500 gram lingkar kepala
kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).
4) Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus anetrecial aesofagal.
4. Pola nutrisi: Yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi gastrointentinal, muntah
aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu diberikan cairan parentral atau personde sesuai
dengan kondisi bayi untuk mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk
mengkoreksi dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat intravena.
5. Pola eliminasi: Yang perlu dikaji pada neonatus adalah BAB : frekwensi, jumlah, konsistensi. BAK
: frekwensi, jumlah
6. Latar belakang sosial budaya: Kebudayaan yang berpengaruh terhadap BBLR kebiasaan ibu
merokok, ketergantungan obat-obatan tertentu terutama jenis psikotropikaKebiasaan ibu
mengkonsumsi minuman beralkohol, kebiasaan ibu melakukan diet ketat atau pantang makanan
tertentu
7. Hubungan psikologis: Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung dengan ibu
jika kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna sekali dimana bayi akan mendapatkan kasih
sayang dan perhatian serta dapat mempererat hubungan psikologis antara ibu dan bayi. Lain halnya
dengan BBLR karena memerlukan perawatan yang intensif
8. Keadaan umum : pada neonates dengan BBLR keadaannya lemah dan hanya merintih.kesadaran
neonates dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan
sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukan kondisi neonatos
yang baik.
9. Tanda-tanda vital : neonates post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia
benar, tepat dan cepat. Suhu normal pada tubuh bayi n (36 C-37,5C), nadi normal antara (120-140
x/m), untuk respirasi normal pada bayi (40-60 x/m), sering pada bayi post asfiksia berat respirasi
sering tidak teratur.
10.Kulit : warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstremitas berwarna biru, pada bayi preterm terdapat
lanugo dan verniks.
11.Kepala : kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-ubun besar
cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan intrakranial.
12.Mata : warna conjungtiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding conjungtiva, warna sklera
tidak kuning, pupil menunjukan refleksi terhadap cahaya.
13.Hidung : terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lender.
14. Mulut : bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
15. Telinga : perhatiakan kebersihannya dan adanya kelainan.
16. Leher : perhatikan keberhasilannya karena leher neonates pendek.
17. Thorak : bentuk simetris,terdapat tarikan intercostals,perhatikan suara wheezing dan
ronchi,frekwensi bunyi jantung lebih dari 100x/m.
18.Abdomen : bentuk silindris,hepar bayi terletak 1-2 cm dibawah ascus costae pada garis papilla
mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atau tumor, perut cekung adanya hernia
diafragma,bising usus timbul 1-2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI
tract belum sempurna.
19.Umbilicus : tali pusat layu, perhatikan ada perdarahan atau tidak adanya tanda-tanda infeksi pada
tali pusat.
20.Genetalia : pada neonates aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara uretra pada
neonates laki-laki, neonates perempuan lihat labia mayir dan labia minor, adanya sekresi mucus
keputihan, kadang perdarahan.
21.Anus : perhatikan adanya darah dalam tinja,frekwensi buang air besar serta warna dari feces.
22.Ekstremitas : warna biru,gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang atau adanya
kelumpuhan syraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.
23.Reflex : pada neonates preterm post asfiksia berat rflek moro dan sucking lemah. Reflek moro
dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau adanya patah tulang.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b/d imaturitas organ pernafasan
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d obstruksi jalan nafas oleh penumpukan lendir, reflek batuk
3. Risiko ketidakseimbangan temperatur tubuh b/d BBLR, usia kehamilan kurang, paparan
lingkungan dingin/panas.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan ingest/digest/absorb
5. Ketidakefektifan pola minum bayi b/d prematuritas
6. Hipotermi b/d paparan lingkungan dingin
7. Resiko infeksi b/d ketidakadekuatan system kekebalan tubuh
8. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi penyakit bayinya
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
Pola nafas tidak efektif b/d NOC NIC :
imaturitas organ pernafasan - Respiratory status : Airway Management
Ventilation - Buka jalan nafas,
Definisi : Pertukaran udara - Respiratory status : guanakan teknik chin
inspirasi dan/atau ekspirasi Airway patency lift atau jaw thrust bila
tidak adekuat - Vital sign Status perlu
Batasan karakteristik: Kriteria Hasil : - Posisikan pasien untuk
- Penurunan tekanan - Mendemonstrasikan memaksimalkan
inspirasi/ekspirasi batuk efektif dan suara ventilasi
- Penurunan pertukaran nafas yang bersih, tidak - Identifikasi pasien
udara per menit ada sianosis dan perlunya pemasangan
- Menggunakan otot dyspneu (mampu alat jalan nafas buatan
pernafasan tambahan mengeluarkan sputum, - Pasang mayo bila
- Nasal flaring mampu bernafas perlu
- Dyspnea dengan mudah, tidak - Lakukan fisioterapi
- Orthopnea ada pursed lips) dada jika perlu
- Perubahan penyimpangan - Menunjukkan jalan - Keluarkan sekret
dada nafas yang paten (klien dengan batuk atau
- Nafas pendek tidak merasa tercekik, suction
- Assumption of 3-point irama nafas, frekuensi - Auskultasi suara nafas,
position pernafasan dalam catat adanya suara
- Pernafasan pursed-lip rentang normal, tidak tambahan
- Tahap ada suara nafas - Lakukan suction pada
ekspirasi berlangsung abnormal) mayo
sangat lama - Tanda Tanda vital - Berikan bronkodilator
- Peningkatan diameter dalam rentang normal bila perlu
anterior-posterior (tekanan darah, nadi, - Berikan pelembab
- Pernafasan pernafasan) udara Kassa basah NaCl
rata-rata/minimal: Lembab
Bayi : < 25 atau > 60 - Atur intake untuk
Usia 1-4 : < 20 atau > 30 cairan mengoptimalkan
Usia 5-14 : < 14 atau > 25 keseimbangan.
Usia > 14 : < 11 atau > 24 - Monitor respirasi dan
- Kedalaman pernafasan status O2
Dewasa volume tidalnya Oxygen Therapy
500 ml saat istirahat - Bersihkan mulut,
Bayi volume tidalnya 6-8 hidung dan secret trakea
ml/Kg - Pertahankan jalan
- Timing rasio nafas yang paten
- Penurunan kapasitas vital - Atur peralatan
Faktor yang berhubungan : oksigenasi
- Hiperventilasi - Monitor aliran oksigen
- Deformitas tulang - Pertahankan posisi
- Kelainan bentuk dinding pasien
dada - Onservasi adanya
- Penurunan tanda tanda
energi/kelelahan hipoventilasi
- Perusakan/pelemahan - Monitor adanya
muskulo-skeletal kecemasan pasien
- Obesitas terhadap oksigenasi
- Posisi tubuh Vital sign Monitoring
- Kelelahan otot pernafasan - Monitor TD, nadi,
- Hipoventilasi sindrom suhu, dan RR
- Nyeri - Catat adanya fluktuasi
- Kecemasan tekanan darah
- Disfungsi Neuromuskuler - Monitor VS saat
- Kerusakan pasien berbaring,
persepsi/kognitif duduk, atau berdiri
- Perlukaan pada jaringan - Auskultasi TD pada
syaraf tulang belakang kedua lengan dan
- Imaturitas Neurologis bandingkan
- Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
- Monitor kualitas dari
nadi
- Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
- Monitor suara paru
- Monitor pola
pernapasan abnormal
- Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
- Monitor sianosis
perifer
- Monitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan
sistolik)
- Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign
Masalah Keperawatan yang bisa ditegakkan pada bayi dengan BBLR yaitu:
1. Pola nafas tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas pusat pernapasan, keterbatasan
perkembangan otot penurunan otot atau kelemahan, dan ketidakseimbangan metabolik
2. Resiko termoregulasi inefektif yang berhubungan dengan SSP imatur (pusat regulasi residu,
penurunan massa tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak sebkutan, ketidakmampuan
merasakan dingin dan berkeringat, cadangan metabolik buruk)
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan penurunan simpanan nutrisi,
imaturitas produksi enzim, otot abdominal lemah, dan refleks lemah.
4. Resiko infeksi yang berhubungan dengan pertahanan imunologis yang tidak efektif
5. Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan usia dan berat ekstrem, kehilangan
cairan berlebihan (kulit tipis), kurang lapisan lemak, ginjal imatur/ kegagalan mengonsentrasikan
urine.
6. Resiko cedera akibat bervariasinya aliran darah otak, hipertensi atau hipotensi sistemik, dan
berkurangnya nutrient seluler (glukosa dan oksigen) yang berhubungan dengan system sraf
sentral dan respons stress fisiologis imatur.
7. Nyeri yang berhubungan dengan prosedur, diagnosis dan tindakan.
8. Resiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang berhubungan dengan kelahiran
premature, lingkungan NICU tidak alamiah, perpisahan dengan orang tua.
9. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan imobilitas, kelembaban kulit.
10. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi penyakit bayinya ditandai dengan orang tua
klien tampak cemas dan khawatir malihat kondisi bayinya, dan berharap agar bayinya cepat
sembuh.
DAFTAR PUSTAKA
Fishman, Marvin A. 2007. Buku Ajar Pediatri, Volume 3 Edisi 20. Jakarta:EGC.
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan: Difinisi Dan Klasifikasi 2012-2014/Editor,T.
Heather Herdman; Alih Bahasa, Made Suwarwati Dan Nike Budhi Subekti. Jakarta: EGC.
Huda, Nuratif dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa NANDA
NIC-NOC. Jakarta: Media Action.
Ribek, Nyoman dkk. 2011. Aplikasi Perawatan Bayi Resiko Tinggi Berdasarkan Kurikulum Berbasis
Kompetensi Program Keperawatan: Digunakan Sebagai Bahan Pembelajaran Praktek Klinik dan
Alat Uji Kompetensi. Denpasar: Poltekkes Denpasar Jurusan Keperawatan.
Wong, D.L,dkk. 2008. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik. Jakarta. Buku Kedokteran.