b. Infeksi
c.
Bahan toksik
Radiasi
f.
Faktor nutrisi
g. Factor lain seperti merokok, peminum alkohol, bekerja berat pada masa kehamilan, plasenta
previa, kehamilan ganda, obat-obatan, dan sebagainya.
Selain penyebab diatas ada beberapa penyebab kelahiran berat badan lahir rendah yang
berhubungan, yaitu :
1. Faktor ibu
a.
Paritas
Infertilitas
d. Gizi saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun
e.
Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu berat
f.
2. Faktor kehamilan
a. Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum
b. Komplikasi kehamilan : preeklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini
3. Faktor janin
a. Cacat bawaan, infeksi dalam rahim.
b. Infeksi congenital (missal : rubella)
4. Faktor yang masih belum diketahui
3. PATOFISIOLOGI
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram
pada waktu lahir. Secara umum penyebab dari bayi berat badan lahir rendah dipengaruhi oleh
beberapa factor antara lain gizi saat hamil yang kurang dengan umur kurang dari 20 tahun
atau diatas 35 tahun, jarak hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu berat,
penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah, perokok.
BBLR biasanya disebabkan juga oleh hamil dengan hidramnion, hamil ganda,
perdarahan, cacat bawaan, infeksi dalam rahim. Hal ini akan menyebabkan bayi lahir dengan
berat 2500 gram dengan panjang kurang dari 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm kepala
lebih besar, kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang, otot hipotonik
lemah, pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea biasanya terjadi pada umur kehamilan
kurang dari 37 minggu.
Kemungkinan yang terjadi pada bayi dengan BBLR adalah Sindrom aspirasi mekonium,
asfiksia neonatorum, sindrom distres respirasi, penyakit membran hialin, dismatur preterm
terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu, hiperbilirubinemia, patent ductus
arteriosus, perdarahan ventrikel otak, hipotermia, hipoglikemia, hipokalsemia, anemi,
gangguan pembekuan darah, infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC),
bronchopulmonary dysplasia, dan malformasi konginetal
4. TANDA GEJALA
Menurut Huda dan Hardhi. (2013), tanda dan gejala dari bayi berat badan lahir rendah
adalah:
1. Sebelum bayi lahir
a.
Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus, dan lahir mati.
Pergerakan janin pertama terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lambat walaupun
kehamilannya sudah agak lanjut
d. Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut seharusnya. Sering dijumpai
kehamilan dengan oligradramnion gravidarum atau perdarahan anterpartum.
2. Setelah bayi lahir
a.
Bayi small for date sama dengan bayi retardasi pertumbuhan intrauterine.
Berat badan lahir rendah sedang yaitu bayi lahir dengan berat badan 1501 sampai 2500 gram.
b. Berat badan lahir sangat rendah yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari 1500 gram.
c.
Berat badan lahir sangat rendah sekali yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari 1000
gram.
6. PENATALAKSANAAN
a.
Medis
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang berkembang,
ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah
infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat
bayi.
Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya
hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat diberikan melalui
kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat
lahir rendah secara relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi
preterm.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia Pemantauan gas
darah sesuai kebutuhan Titer Torch sesuai indikasi Pemeriksaan
kromosom sesuai indikasi Pemantauan elektrolit Pemeriksaan sinar X
sesuai kebutuhan ( misal : foto thorax )
8. KOMPLIKASI
Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres respirasi, penyakit
membran hialin
Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu
Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak
Hipotermia, Hipoglikemia, Hipokalsemia, Anemi, gangguan pembekuan darah
Infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC)
Bronchopulmonary dysplasia, malformasi konginetal
B. ASUHAN KEPERAWATAN BBLR
1. PENGKAJIAN
1. Data Subyektif
Data subyektif adalah persepsi dan sensasi klien tentang masalah kesehatan. Data subyektif
terdiri dari:
Biodata atau identitas pasien: meliputi nama tempat tanggal lahir jenis kelamin
Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan, pendidikan,
penghasilan pekerjaan, dan alamat
Riwayat kesehatan
a.
Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal pada kasus BBLR
yaitu:
a.
Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk, merokok ketergantungan
obat-obatan atau dengan penyakit seperti diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru.
Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak teratur dan periksa
kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
d. Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan postdate atau
preterm).
e.
Riwayat natalkomplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat dengan
permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji :
f.
g. Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian obat penenang
(narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan.
b. Riwayat post natal
Yang perlu dikaji antara lain :
a.
Agar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3) asfiksia berat, AS (46) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan.
b. Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm 2500 gram lingkar kepala
kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).
c.
Pola nutrisi
Yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi gastrointentinal, muntah
aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu diberikan cairan parentral atau personde sesuai
dengan kondisi bayi untuk mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk
mengkoreksi dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat
intravena.
Pola eliminasi
Yang perlu dikaji pada neonatus adalah BAB : frekwensi, jumlah, konsistensi. BAK :
frekwensi, jumlah
Latar belakang sosial budaya
Kebudayaan yang berpengaruh terhadap BBLR kebiasaan ibu merokok, ketergantungan obatobatan tertentu terutama jenis psikotropikaKebiasaan ibu mengkonsumsi minuman
beralkohol, kebiasaan ibu melakukan diet ketat atau pantang makanan tertentu.
Hubungan psikologis
Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung dengan ibu jika kondisi bayi
memungkinkan. Hal ini berguna sekali dimana bayi akan mendapatkan kasih sayang dan
perhatian serta dapat mempererat hubungan psikologis antara ibu dan bayi. Lain halnya
dengan BBLR karena memerlukan perawatan yang intensif
2. Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan pemeriksaan dengan
menggunakan standart yang diakui atau berlaku.
a.
Keadaan umum
Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya merintih. Keadaan akan
membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis keras. Kesadaran neonatus
dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan
sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi
neonatus yang baik.
b. Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia benar, tepat dan
cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi bila suhu tubuh < 36 C dan
beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh < 37 C. Sedangkan suhu normal tubuh antara
36,5C 37,5C, nadi normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal antara 40-60
kali permenit, sering pada bayi post asfiksia berat pernafasan belum teratur .
c.
Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi preterm terdapat
lanugo dan verniks.
d. Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-ubun besar
cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan intrakranial.
e.
Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding conjunctiva, warna sklera
tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi terhadap cahaya.
f.
Hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
g. Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
h. Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
i.
Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
j.
Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan ronchi, frekwensi
bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
pada garis
papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atau tumor, perut cekung
adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi,
sering terdapat retensi karena GI Tract belum sempurna.
l.
Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda tanda infeksi pada tali
pusat.
m. Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara uretra pada
neonatus laki laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan labia minor, adanya sekresi
mucus keputihan, kadang perdarahan.
n. Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna dari faeses.
o. Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang atau adanya
kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.
p. Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah. Reflek moro dapat
memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau adanya patah tulang
3. Data Penunjang
Data penunjang pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosa atau
kausal yang tepat sehingga kita dapat memberikan obat yang tepat pula. Pemeriksaan yang
diperlukan adalah :
Darah : GDA > 20 mg/dl
Test kematangan paru
CRP
b. Gangguan pertukaran gas b/d kurangnya ventilasi alveolar sekunder terhadap defisiensi
surfaktan
c. Resiko tinggi gangguan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d
ketidakmampuan ginjal mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya
persediaan zat besi, kalsium, metabolisme yang tinggi dan intake yang kurang adekuat
e.
Resiko tinggi hipotermi atau hipertermi b/d imaturitas fungsi termoregulasi atau perubahan
suhu lingkungan
f.
Resiko tinggi terjadi gangguan perfusi jaringan b/d imaturitas fungsi kardiovaskuler
Diagnosa
Tujuan/Kriteria
Rencana
Keperawatan
1.
Tindakan
Ketidakefektifan
pola
tidak
nafas
Pola
nafas
yang
b/d efektif
menurun
Nafas
Pertukaran
metode
Tidak sesak.
Gangguan
Berikan oksigen
dengan
adekuat
sedikit nafas
ekstensi
Kebutuhan oksigen
Berikan
kepala
adekuatnya Kriteria :
ekspansi paru
Rasional
Memenuhi
kecukupan
oksigen
dalam
tubuh
Observasi irama,
Mengetahui irama,
kedalaman
dan
kedalaman
dan
frekuensi
frekuensi
pernafasan.
pernafasan.
gas Lakukan isap lendir
Melancarkan jalan
kalau perlu
nafas.
kurangnya
ventilasi
Berikan
Kriteria :
alveolar Tidak sianosis.
oksigen
dengan
metode kebutuhan
Saturasi
oksigen
dalam
normal
surfaktan
Memenuhi
Mengetahui adanya
oksigen kulit.
normal.
Ukur
saturasi sianosis.
oksigen
Observasi tanda-
Memantau
kebutuhan
saturasi oksigen
perburukan
Mengetahui adanya
pernafasan
tanda-tanda
tanda
Lapor
apabila
dokter perburukan
terdapat pernafasan.
tanda-tanda
Mendapatkan
perburukan
tindakan
pernafasan.
tepat.
yang
Mendapatkan
tindakan
yang
tepat.
Memantau hasil
Kolaborasi dalam laboratorium.
pemeriksaan
analisa gas darah.
3
Risiko
gangguan
Kriteria:
Observasi
kulit.
turgor
Mengetahui
keadaan
turgor
keseimbangan
kulit.
Catat intake dan
keseimbangan
Tidak ada edema
Memantau cairan
output.
cairan
dan Produksi urin 1-2
masuk dan cairan
elektrolit
b/d cc/kgbb/jam
Memenuhi
ginjal
dalam batas normal intra vena dan kebutuhan cairan
mempertahankan
keseimbangan
cairan
elektrolit.
dan
dan
elektrolit
elektrolit
elektrolit darah
Memantau
hasil
pemeriksaan
elektrolit darah.
4
dari Kriteria :
dengan
berhubungan
30 gram / hari
dengan
adekuatnya
persediaan
Timbang
tubuh.
berat
Mengetahui
peningkatan
/
berat
badan.
Memantau jumlah
Kolaborasi dalam
cairan masuk dan
pemberiantotal
keluar.
parenteral nutrition
Memenuhi
kalau perlu.
kebutuhan cairan
kalsium, normal
metabolisme yang
tinggi dan intake
yang
Memenuhi
kebutuhan
besi,
Berikan ASI/PASI
kurang
adekuat
dan nutrisi.
5
Risiko
hipotermi
hipertermi
imaturitas
atau Kreteria:
suhu
lingkungan hipotermi
kontak
perubahan
dengan
suhu
lingkungan
hipertermi.
Hindarkan
bayi
Menurunkan risiko
langsung hipotermi
benda hipertermi.
sebagai
sumber
dingin/panas.
Ukur suhu bayi
setiap 3 jam atau
kalau perlu.
Memantau
terjadinya
peningkatan
penurunan
/
suhu
tubuh.
Ganti popok bila
basah.
Menghindarkan
kontak langsung
dengan
kelembaban.
Risiko
tinggi Perfusi
Mengetahui
terjadi
gangguan baik
kalau perlu.
tekanan darah.
Observasi warna
Memantau adanya
b/d
imaturitas
Tekanan
darah kulit.
sianosis.
fungsi
normal
Observasi
Memantau keadaan
kardiovaskuler
Pengisian kembali pengisian kembali
sirkulasi.
kapiler <2 detik
kapiler.
perfusi
jaringan kreteria:
pemeriksaan
Mengetahui hasil
Kesadaran laboratorium.
composmentis
laboratorium.
Kolaborasi dalam
Obat-obatan sangat
pemberian obat- penting
dalam
obatan.
proses
penyembuhan.
Cegah terjadinya
Menurunkan risiko
saraf Kriteria :
hipoksia.
Kesadaran
composmentis
terjadinya
hipoksia.
Ukur
saturasi
oksigen.
Memberikan
saturasi
yang
terkoordinasi
Observasi tepat.
Tidak ada kejang kesadaran
Memantau adanya
dan
ataupun twitching
tanda-tanda
aktifitas bayi.
Tidak ada tangisan Observasi tangisan
melengking
bayi.
Hasil USG kepala
dalam batas normal Observasi adanya
kejang.
Lapor
injuri.
Memantau adanya
gangguan
saraf
pusat.
Memantau adanya
dokter
apabila ditemukan
gangguan
saraf
pusat.
Berkolaborasi
dalam
memberikan
Memantau adanya
kelainan kepala.
Risiko
infeksi
imaturitas
imunologik
b/d Kriteria :
Menghindari
kalau
penularan infeksi.
incubator.
Menghindari
dan
sesudah
kontak
dengan
Menghindari
penularan infeksi.
bayi.
Lakukan
tehnik
aseptik
dan
antiseptik
bila
melakukan
prosedur invasive.
9
Risiko
gangguan
Tidak plebitis
tali pusat.
dalam
keadaan
baik.
Observasi tanda Mengetahui kondisi
tanda vital.
pasien.
Kolaborasi
Memantau hasil
pemeriksaan darah
pemeriksaan
rutin.
laboratorium.
Kolaborasi
Obat-obatan sangat
pemberian
penting
dalam
antibiotika.
proses
Kaji kulit bayi dari
penyembuhan.
tanda-tanda
Memantau adanya
kemerahan, iritasi,
kemerahan,
rash, lesi dan lecet
iritasi, rash, lesi
pada daerah yang
tertekan.
dan lecet.
Gunakan plester
terjadinya
seminimal
gangguan
mungkin
Ubah posisi bayi
dan pemasangan
elektrode
atau
Gangguan
persepsi-sensori
: baik
penglihatan,
Kriteria :
pendengaran,
penciuman,
Bayi
Membelai
respon
malakukan
rangsangan
Mengajak
sentuhan.
bayi
Memantau adanya
berbicara
kurang
atau
merangsang
berlebihan
dari
pendengaran bayi
perawatan intensif
terjadinya
sebelum
lingkungan
Menurukan
bayi
Memantau adanya
berespon tindakan.
integritas kulit.
hipoksia jaringan.
sensor.
10
Menurunkan
atau respon
rangsangan suara.
dengan
memutarkan lagu Memantau adanya
lagu yang lembut.
respon
Memberikan
rangsangan
rangsang cahaya
cahaya.
pada mata.
Meningkatkan
Lakukan stimulas
reflex hisap dan
untuk
refleks
menelan.
menghisap
dan
menelan
dengan
memasang dot.
4. IMPLEMENTASI
Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang telah dibuat.
5. EVALUASI
Evaluasi disesuaikan dengan tujuan dan kriteria hasil yang ingin dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
Fishman, Marvin A. 2007. Buku Ajar Pediatri, Volume 3 Edisi 20. Jakarta:EGC.
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan: Difinisi Dan Klasifikasi 2012-2014/Editor,T.
Heather Herdman; Alih Bahasa, Made Suwarwati Dan Nike Budhi Subekti. Jakarta: EGC.
Huda, Nuratif dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
NANDA NIC-NOC. Jakarta: Media Action.
Ribek, Nyoman dkk. 2011. Aplikasi Perawatan Bayi Resiko Tinggi Berdasarkan Kurikulum Berbasis
Kompetensi Program Keperawatan: Digunakan Sebagai Bahan Pembelajaran Praktek Klinik
dan Alat Uji Kompetensi. Denpasar: Poltekkes Denpasar Jurusan Keperawatan.
Sofian, Amru. 2012. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri: Obstetri Operatif Obstetri Sosial Edisi 3 Jilid
1 & 2. Jakarta: EGC
______1961. WHO
KOMPLIKASI
Komplikasi dari BBLR, diantaranya:
Bayi prematur: asfiksia, sindroma gawat nafas neonatus, hipotermia, hipoglikemia,
hipokalsemia, hiperbilirubinemia, perdarahan periintraventrikular, perdarahan paru dan
enterokolitis nekrotikan.
Bayi kecil masa kehamilan: hipoglikemia, asfiksia, infeksi, aspirasi mekoneum,
polisitemia, hiperbilirubinemia, dan kelainan kongenital