Anda di halaman 1dari 28

12

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Bayi Prematur
a. Definisi Bayi Prematur
Menurut WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia
kehamilan minggu ke-37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). The
American Academy of Pediatric, mengambil batasan 38 minggu untuk
menyebut prematur. Sebagian besar bayi lahir prematur dengan berat badan
kurang dari 2500 gram (Surasmi, Handayani, & Kusuma 2003).
Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum minggu ke 37, dihitung
dari mulai hari pertama menstruasi terakhir, dianggap sebagai periode
kehamilan memendek (Sacharin, 2004). Sedangkan menurut Brooker
(2008), bayi prematur adalah bayi yang lahir setelah 24 minggu dan
sebelum 37 minggu kehamilan, dengan berat badan 2,5 kg atau kurang saat
lahir, terlepas dari usia kehamilan tepat atau dibawah 37 minggu.
b. Klasifikasi Bayi Prematur
Menurut Manuaba (2007) persalinan prematur murni sesuai dengan
definisi WHO, dapat digolongkan sesuai dengan usia kehamilan dan berat
badan lahir, yaitu:

13

Tabel 2.1 Klasifikasi Bayi Prematur
Batasan Kriteria Keterangan
Sangat
prematur
Usia kehamilan 24-30
minggu
BB bayi 1000-1500 g
Sangat sulit untuk hidup, kecuali
dengan inkubator yang canggih
Dampak sisanya menonjol, terutama
pada IQ neurologis dan pertumbuhan
fisiknya

Prematur
sedang
Usia kehamilan 31-36
minggu
BB bayi 1501-2000 g
Dengan perawatan canggih masih
mungkin hidup tanpa dampak sisa
yang berat

Prematur
borderline
Usia kehamilan 36-38
minggu
Berat bayi 2001-2499 g
Lingkaran kepala 33 cm
Lingkaran dada 30 cm
Panjang badan sekitas 45
cm
Masih sangat mungkin hidup tanpa
dampak sisa yang berat
Perhatikan kemungkinan:
a) Gangguan napas
b) Daya isap lemah
c) Tidak tahan terhadap hipotermia
d) Mudah terjadi infeksi


c. Tanda Bayi Prematur Berdasarkan Klasifikasi
Tanda klinis yang tampak pada bayi prematur sangat bervariasi
bergantung pada usia kehamilan saat bayi dilahirkan. Perbedaan sangat
jelas pada bayi yang lahir prematur dibandingkan dengan bayi yang lahir
dengan cukup bulan. Berikut ini merupakan tanda dan gejala bayi prematur
menurut Bobak, Lowdermilk, & J ensen (2004), penampilan bayi prematur
yang diklasifikasikan dalam tiga golongan, antara lain :
1) Bayi prematur digaris batas
Masa gestasi 37 minggu dengan berat badan 2500 gr. Penampilan:
lipatan pada kaki sedikit, payudara lebih kecil, lanugo banyak, dan
genitalia kurang berkembang.

14

2) Bayi Prematur Sedang
Masa gestasi antara 31-36 minggu dengan berat badan 1500-2500
gram. Penampilan: seperti pada bayi prematur di garis batas tetapi lebih
parah, kulit lebih tipis, lebih banyak pembuluh darah yang tampak.
3) Bayi Sangat Prematur
Masa gestasi antara 24-30 minggu dengan berat badan berkisar
antara 500 1400 gram. Penampilan: ukuran kecil dan tidak memiliki
lemak, kulit sangat tipis, dan seringkali kedua matanya masih
berdempetan.
Sedangkan menurut Surasmi, Handayani, & Kusuma (2003) tanda dan
gejala bayi prematur meliputi: (1) Umur kehamilan sama dengan atau
kurang dari 37 minggu, (2) Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500
gram, (3) Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, (4) Kuku
panjangnya belum melewati ujung jari, (5) Batas dahi dan rambut kepala
tidak jelas, (6) Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, (7)
Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm, (8) Rambut lanugo
masih banyak, (9) J aringan lemak subkutan tipis atau kurang, (10) Tulang
rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, sehingga seolah-
olah tidak teraba tulang rawan daun telinga, (11) Tumit mengkilap, telapak
kaki halus, (12) Alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada
skrotum kurang. Testis belum turun ke dalam skrotum.untuk bayi
perempuan klitoris menonjol, labia minora belum tertutup oleh mayora,

15

(13) Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya
lemah, (14) Fungsi saraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan
reflek isap, menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif, dan
tangisannya lemah, (15) J aringan kelenjar mamae masih kurang akibat
pertumbuhan otot dan jaringan lemak masih kurang, (16) Verniks kaseosa
tidak ada atau sedikit.
d. Penyebab Kelahiran Prematur
Penyebab dari kelahiran prematur menurut Surasmi, Handayani, &
Kusuma (2003) faktor-faktor yang berpengaruh meliputi:
1) Faktor ibu merupakan kelainan atau penyakit yang diderita ibu pada
sebelum kehamilan maupun saat hamil, seperti: toksemia gravidarum
yaitu preeklamsi dan eklamsi; kelainan bentuk uterus; tumor; penyakit
akut dengan gejala panas tinggi mis. tifus abdominalis, malaria dan
kronis; serta trauma pada masa kehamilan baik trauma fisik (misal
jantung) maupun psikologis (misal stress).
2) Faktor janin seperti kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini,
cacat bawaan, infeksi, (misal rubeolla, sifilis, toksoplasmosis),
insufisiesi plasenta, inkompatibilitas darah ibu dan janin (faktor
Rhesus, golongan darah ABO)
3) Faktor plasenta meliputi solusio plasenta dan plasenta previa


16

e. Permasalahan yang terjadi pada bayi prematur
Bayi prematur lebih banyak yang menderita PDA ( Patent Ductus
Arteriosus ), 15% diantaranya baru dapat menutup dalam 3 bulan pertama.
Kejadian PDA ( Patent Ductus Arteriosus ) pada bayi prematur lebih tinggi
dan ini dapat menyebabkan gagal jantung pada neonatus. Keadaan lain
yang mungkin timbul adalah terjadinya hipotensi yang disebabkan oleh
hipovolemia, gangguan fungsi jantung dan terjadinya vasodilatasi akibat
sepsis yang sering kali terjadi pada bayi-bayi prematur. Selain itu dengan
keadaan sistim kardiovaskular yang belum matang akan memperberat
penyakit lain yang diderita neonatus prematur tersebut. Perubahan
kardiovaskular pada bayi pematur memiliki adaptasi sirkular yang lebih
lambat dan kurang sempurna dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Bayi
prematur memiliki tonus arteriol pulmonary yang tinggi, berkurang lebih
lambat, dan labil. Tekanan darah pulmonal tinggi dan bervariasi, berbeda
dengan tekanan darah sistemik yang relatif rendah. Duktus arteriosus tidak
tertutup rapat dan kemungkinan terbuka lagi, ketika terjadi pertemuan
darah antara sirkulasi sistemik dan pulmonar. Ketidakstabilan ini
menyebabkan terjadinya variasai yang signifikan saturasi oksigen pada
sirkulasi perifer (J ohnston & Olds dalam Hariati, 2010; Muttaqin, 2009).
Masalah yang terjadi pada bayi prematur menurut Bobak,
Lowdermilk, & Jensen (2004), pada bayi prematur digaris batas memiliki
masalah yang sering muncul meliputi adanya ketidakstabilan tubuh,

17

kesulitan menyusu, ikterik, respiratory distress syndrome (RDS) mungkin
muncul. Dan pada bayi prematur sedang mengalami masalah adanya
ketidakstabilan tubuh, pengaturan glukosa, RDS, ikterik, anemia, infeksi,
kesulitan menyusu. Serta hampir semua bayi sangat prematur memiliki
masalah komplikasi yang berat.
Menurut Priyono (2010), bayi prematur tidak memiliki perlindungan
yang cukup dalam menghadapi suhu luar yang lebih dingin dibanding suhu
di dalam rahim ibu. Selain itu pengontrolan suhu tubuh bayi prematur
belum mampu bekerja sempurna sehingga walaupun didalam ruangan yang
bersuhu normal, bayi sering mengalami kedinginan. Diperjelas menurut
Farrer (1999), masalah pada bayi prematur salah satunya adalah
hipotermia. Suhu rektal bayi di bawah 35 C diartikan sebagai keadaan
hipotermia, tapi dalam prakteknya setiap suhu yang lebih rendah dari 36 C
sudah memerlukan perhatian khusus dan pelaksanaan prosedur untuk
mempertahankan panas tubuh. Bayi yang paling berisiko untuk mengalami
hipotermia salah satunya adalah bayi-bayi prematur. Bayi yang menderita
hipotermia tampak lemah dan letargik, tidak mau menghisap susu dan
terasa dingin ketika disentuh. J ika tidak diatasi, keadaan hipotermia dapat
menimbulkan neonatal cold injury di mana terjadi edema yang padat
(sklerema), marble baby, yaitu suatu keadaan serius yang seringkali fatal.
Sedangkan menurut Hull, & J ohnston (2008), masalah yang terjadi
pada bayi prematur adalah sebagai berikut :

18

1) Kesulitan pernapasan
Akibat imaturitas, banyak bayi prematur mengalami kesulitan
dalam mengembangkan paru dan kerja pernapasan sangat meningkat
karena sindrom gawat napas idiopatik. Gerakan pernapasan juga
bervariasi. Hal ini tampak pada pola pernapasan periodik yang dapat
menjadi masalah jika menjurus pada serangan apneu yang lama.
2) Perdarahan intraventricular haemorrhage (IVH)
Perdarahan kecil dalam lapisan germinal ventrikel leteral otak
sering dijumpai pada pemeriksaan ultrasonografi bayi prematur,
terutama yang mengalami asfiksia atau masalah pernapasan yang
berat. Perdarahan ini meluas ke dalam sistem ventricular dan sebagian
bayi akan menderita hidrosefalus. Tetapi, sebagian besar bayi hanya
mengalami perdarahan kecil dan akan pulih tanpa pengaruh jangka
panjang yang serius.
3) Imaturitas hati
Ikterus fisiologi sering menjadi lebih nyata dan lebih lama pada
bayi prematur. Namun, dengan perawatan yang cermat, pemberian
minum sejak dini serta penggunaan fototerapi, transfuse tukar jarang
diperlukan. Diduga bahwa otak bayi prematur mempunyai risiko
kerusakan yang lebih besar akibat kadar bilirubin yang tinggi.



19

4) Infeksi
Akibat kulit yang tipis dan daya imunitas yang terbatas, bayi
prematur lebih rentan terhadap infeksi. Karena daya tahan yang lemah,
mereka tidak memperhatikan gejala dan tanda seperti yang terjadi pada
bayi yang lebih tua. Keadaan klinis mereka berubah dengan cepat dari
bakteremia menjadi septikemia dan akhirnya kematian. Meningitis
yang menyertai dapat mudah terlewatkan. Oleh karena itu, pada bayi
yang dicurigai mengalam infeksi perlu dilakukan skrining sepsis
meliputi biakan darah, urin, cairan serebrospinal serta memulai terapi
antibiotik spektrum luas sebelum hasil skrining tiba.
5) Leukomalasia periventrikular (LPV)
Iskemia parenkim otak dapat menjurus pada perubahan yang pada
mulanya dikenal sebagai flare pada pemeriksaan ultrasonografi
kranial. Kadang-kadang kelainan ini menghilang, tetapi pada bayi lain
kerusakan otak ini berubah bentuk menjadi kista. Leukomalasia
perivertrikular kistik mempunyai prognosis jauh lebih buruk dibanding
perdarahan yang hanya terbatas pada ventrikel, yaitu sekitas 9 dari 10
bayi akan menderita palsi serebral spastik.
6) Enterokolitis nekrotikans (EKN)
Enterokolitis nekrotikans merupakan keadaan serius yang
mempengaruhi usus dalam 3 minggu pertama. Hal ini lebih sering
terjadi pada bayi prematur yang paling kecil. Penyebabnya belum

20

diketahui, tapi cedera hipoksia pada dinding usus mungkin
berhubungan dengan keteterisasi vena umbilikalis, serangan apneu,
septokemia, dan kolonisasi usus oleh organisme tertentu mungkin
merupakan faktor presipitasi.
7) Retinopathy of prematurity (ROP)
Bayi prematur yang menghirup gas campuran dengan konsentrasi
oksigen yang tinggi, mempunyai risiko terjadinya vaskularisasi
abnormal dibelakang mata. Walaupun telah dilakukan pengendalian
kadar oksigen secara ketat, beberapa bayi yang sangat imatur
mengalami retinopathy of prematurity dan sebagian akan menjadi buta
parsial ataupun buta komplet.
8) Defisiensi nutrisi
Segera setelah bayi prematur beradaptasi dengan kehidupan
ekstrauteri dan makanan telah diberikan, bayi prematur dapat tumbuh
dengan laju yang serupa dengan pertumbuhan yang akan dicapai in
utero. Laju pertumbuhan yang tinggi ini dapat menimbulkan defisiensi
vitamin, sehingga perlu diberikan suplemen vitamin.
9) Bahaya lain
Bayi prematur sering lahir tanpa diduga dan punya risiko lebih
besar untuk mengalami asfiksia selama kelahiran dan cedera pada
jaringan yang rentan. Bayi prematur yang rentan juga mudah cedera
akibat prosedur perawatan dan prosedur medis.

21

f. Penatalaksanaan Bayi Prematur
Penatalaksanaan bayi prematur bertujuan untuk memberikan
lingkungan, nutrisi dan dukungan yang memungkinkan bayi tersebut
mengatasi semua cacat/kekurangannya akibat kelahiran prematur beserta
segala komplikasinya. Menurut Priyono (2010), bayi yang lahir prematur
akan diletakan dalam alat khusus, yaitu inkubator. Inkubator merupakan
alat yang dilengkapi dengan pengatur suhu dan kelembaban udara agar bayi
selalu hangat. Bayi yang berat badannya dibawah 2000 gram, suhu dalam
inkubator berkisar antara 32C. Bila berat badan <2500 gram, suhu
inkubator 30C.
Menurut Surasmi, Handayani, & Kusuma (2003), bayi prematur atau
berat lahir rendah, fungsi sistem organnya belum matur sehingga dapat
mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan. Berikut ini
merupakan penatalaksanaan pada bayi prematur:
1) Mengupayakan suhu lingkungan netral
Untuk mencegah akibat buruk dari hipotermi karena suhu
lingkungan yang rendah atau dingin harus dilakukan upaya untuk
merawat bayi dalam suhu lingkungan yang netral, yaitu suhu yang
diperlukan agar konsumsi oksigen dan pengeluaran kalori minimal.
Keadaan suhu inti bayi dapat dipertahankan 36,6 C- 37,5 C.



22

2) Bantuan pernapasan
Segera setelah lahir jalan napas orofaring dan nasofaring
dibersihkan dengan isapan yang lembut. Pemberian terapi oksigen
harus hati-hati dan diikuti dengan pemantauan terus menerus tekanan
oksigen darah arteri antara 80-100 mmHg. Untuk memantau kadar
oksigen secara rutin dan efektif dapat digunakan elektroda oksigen
melalui kulit.
3) Pencegahan infeksi
Tindakan pencegahan infeksi sangat penting karena akan
memperburuk keadaan bayi yang sudah bermasalah. Bayi prematur
dan berat badan lahir rendah mudah menderita sakit. Yang perlu
dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi, yaitu: mengunjungi bayi
harus mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi, baik
perawat maupun pengunjung menggunakan masker, pakaian penutup
khusus yang disediakan, sarung tangan.
4) Makanan bayi prematur
Menurut Wiknjosastro (dalam penelitian Nani & Utami, 2012)
alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung kecil,
enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5
gr/kg berat badan dan kalori 110 Kal/kg berat badan, sehingga
pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minuman kepada bayi
dilakukan sekitar 3 jam setelah kelahiran dan didahului dengan

23

menghisap cairan lambung. Refleks menghisap masih lemah, sehingga
pemberian minuman sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi frekuensi
yang lebih sering. Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang paling
utama, sehingga ASI yang paling dahulu diberikan. Bila kurang, maka
ASI dapat diperas dan diminumkan perlahan-lahan atau memasang
sonde menuju lambung. Permulaan cairan diberikan sekitar 5060
cc/kg BB/hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kg
BB/hari.

2. Manifestasi Fisiologis Bayi Prematur
Tanda-tanda vital memberi gambaran tentang fungsi organ-organ spesifik,
terutama jantung, paru-paru dan seluruh sistem tubuh (Morton, 2003).
Perubahan tanda vital juga dapat mengidentifikasi kebutuhan untuk dilakukan
intervensi keperawatan dan medis (Potter & Perry, 2005). Selain beberapa hal
tersebut di atas pengukuran tanda-tanda vital yang periodik merupakan cara
yang cepat dan efesien untuk memantau perkembangan kondisi kesehatan
fisik dan mengevaluasi respon terhadap intervensi keperawatan dan medis
yang dilakukan. Tanda-tanda vital bayi harus diukur sebagai garis besar dalam
rencana asuhan. Secara normal jantung bayi berdenyut lebih cepat dari
jantung orang dewasa. Peningkatan frekuensi denyut jantung dan pernapasan
dapat disebabkan oleh stress (menangis, demam, dan infeksi). Frekuensi

24

denyut jantung dan pernapasan harus diukur saat bayi sedang tenang, baik
ketika bangun maupun tidur (Hegner & Caldwell, 2003).
a. Denyut Nadi
1) Definisi denyut nadi
Nilai denyut nadi merupakan indikator untuk menilai sistem
kardiovaskular. Denyut nadi dapat diperiksa dengan mudah
menggunakan jari tangan (palpasi) atau dapat juga dilakukan dengan
alat elektronik yang sederhana maupun canggih (Hidayat, 2004).
2) Anatomi dan Fisiologis
Kurang lebih 8,5% berat badan neonatus adalah volume darah,
dibandingkan dengan 5% sampai 7,5% pada anak yang lebih besar atau
orang dewasa. Ukuran jantung meningkat sesuai pertumbuhan anak,
dengan penurunan resultan pada denyut jantung. Variasi denyut jantung
lebih dramatis pada anak daripada orang dewasa (Engel, 2008).
Tabel 2.2. Frekuensi Nadi Anak Saat Istirahat menurut Engel (2008).
Usia
Istirahat
(terjaga)
Istirahat
(tidur)
Aktifitas dan
demam
Lahir 100-180 80-160 Sampai 220
1-3 bln 100-220 80-180 Sampai 220
3 bln-2 thn 80-150 70-120 Sampai 200
2-10 thn 70-110 60-100 Sampai 180
10 thn-dewasa 55-90 50-90 Sampai 180



25

3) Faktor yang Mempengaruhi Frekuensi Nadi
Berikut ini merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
frekuensi nadi menurut Engel (2008).
Tabel 2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Frekuensi Nadi
Faktor Dampak
Obat Aminofilin, epineprin rasemik, atropine sulfat meningkatkan
frekuensi nadi. Digoksin menurunkan frekuensi nadi.
Aktifitas Aktifitas meningkatkan frekuensi nadi. Latihan fisik terus
menerus dan teratur pada akhirnya menurunkan frekuensi
denyut nadi. Denyut nadi bervariasi jika anak tidur,
meningkat selama inspirasi dan menurun selama ekspirasi
(sinus aritmia). Menangis dan makan meningkatkan frekuensi
nadi pada bayi.
Demam Meningkatkan frekuensi nadi sekitar 10 sampai 15 kali per C
peningkatan suhu. Demam tinggi disertai dengan denyut nadi
rendah dan frekuensi pernapasan dapat menunjukan reaksi
obat. Demam rendah dengan frekuensi nadi dan pernapasan
yang tinggi dapat menandakan syok septik.
Ketakutan,
nyeri akut
Meningkatkan frekuensi nadi.
Perdarahan Meningkatkan frekuensi nadi.
Peningkatan
tekanan
intrakranial
Menurunkan frekuensi nadi.
Gawat napas Meningkatkan frekuensi nadi pada tahap awal, menurunkan
frekuensi nadi pada tahap lanjut.
4) Pengukuran Nadi
Nadi dapat diukur pada bayi dan anak kecil melalui denyut
apikal (terdengar melalui stetoskop yang diletakkan pada dada di
bagian apeks jantung) lebih dapat diandalkan. Hitung nadi 1 menit
penuh pada bayi atau anak yg masih kecil karena kemungkinan adanya
ketidakteraturan irama jantung. Agar keakuratannya lebih tinggi, ukur
frekuensi denyut apikal ketika anak sedang tidur, catat perilaku anak

26

bersamaan dengan frekuensi jantung (Wong, Hockenberry, Wilson,
Winkelstein, & Schwartz, 2008).
Nadi apikal diukur dengan meletakkan stetoskop di dada di atas
apeks (puncak) jantung dan mendengarkan bunyi jantung yang
menunjukkan penutupan katup. Bunyi ini terjadi pada saat jantung
memompa darah ke dalam arteri. Apeks jantung ditemukan di sisi kiri
depan dada, antara iga kelima dan keenam, atau dibawah puting kiri
(Hegner & Caldwell, 2003).
Nadi diukur pada bayi melalui denyut apikal di bagian apeks jantung. Dalam
penelitian ini menghitung nadi satu menit penuh pada bayi karena kemungkinan
adanya ketidakteraturan irama jantung. Denyut nadi normal pada bayi yang
sedang istirahat atau tidur yaitu 80-160 kali per menit.
b. Pernapasan
1) Definisi pernapasan
Pernapasan eksternal adalah cara tubuh memperoleh oksigen dan
mengeluarkan karbon dioksida (J ohnson, 2004). Fungsi utama
pernapasan adalah untuk menyuplai sel-sel tubuh dengan oksigen dan
untuk membersihkan tubuh dari karbon dioksida yang berlebihan.
Frekuensi pernapasan ditentukan dengan menghitung naik turunnya
dada selama satu menit menggunakan jam tangan detik (Hegner &
Caldwell, 2003).


27

2) Anatomi dan fisiologis
Bayi dan anak yang lebih kecil menghirup jumlah udara yang
relatif kecil, dan menghembuskan jumlah oksigen yang relatif besar.
Bayi dan anak kecil mempunyai lebih sedikir alveoli dan oleh karena
itu, permukaan alveolus sedikit yang merupakan tempat pertukaran
udara terjadi. Faktor-faktor ini, bersama-sama dengan tingkat
metabolik yang lebih tinggi bersifat mempengaruhi peningkatan
frekuensi pernapasan pada bayi dan anak-anak (Engel, 2008).
3) Faktor-faktor yang mempengaruhi pernapasan menurut Engel (2008).
Faktor usia sangat mempengaruhi frekuensi pernapasan pada
bayi. Frekuensi pernapasan menurun saat anak bertambah besar.
Frekuensi cenderung meningkat dramatis pada bayi dan anak kecil
relatif terhadap ansietas, menangis, demam, penyakit. Irama tidak
teratur pada bayi, yang mengalami peningkatan tajam frekuensi dan
apneic spell (15-20 detik atau lebih dianggap patologik).
Faktor selanjutnya yaitu obat analgesik narkotik yang dapat
menurunkan frekuensi pernapasan. Sedangkan Derivate Xantine dapat
menyebabkan peningkatan tajam frekuensi pernapasan. Posisi tubuh
juga dapat menghambat gerakan pernapasan. Sedangkan demam,
peningkatan aktivitas, ansietas atau takut dapat meningkatkan
frekuensi dan kedalaman pernapasan. Pada status patologik, frekuensi,
irama dan kedalaman pernapasan berubah akibat trauma serebral,

28

gangguan pernapasan, perdarahan, anemia, meningitis, dan gangguan
jantung, gangguan infeksi, dan tetanus. Lain halnya jika ada nyeri,
frekuensi pernapasannya dapat meningkat atau menurun.
4) Pengukuran Pernapasan
Hitung frekuensi pernapasan dengan cara seperti pada pasien
dewasa. Walaupun demikian, pada bayi observasi pergerakan abdomen
karena pernapasan bayi terutama pada pernapasan diafragmatik.
Karena pergerakan tersebut tidak teratur, hitung jumlahnya selama 1
menit penuh agar akurat (Wong, Hockenberry, Wilson, Winkelstein, &
Schwartz, 2008).
Berikut ini variasi pernapasan sesuai usia menurut Wong,
Hockenberry, Wilson, Winkelstein, & Schwartz (2008).
Tabel 2.4. Variasi Pernapasan Menurut Usia
Usia Frekuensi (Napas/Menit)
Bayi prematur 40-90
Neonates 30-80
1 tahun 20-40
2 tahun 20-30
3 tahun 20-30

Kesimpulan pengukuran frekuensi pernapasan pada penelitian ini dengan
cara mengobservasi dinding abdomen bayi prematur dan dihitung dalam satu
menit penuh karena pergerakannya tidak teratur. Frekuensi pernapasan pada bayi
prematur mencapai 40-90 kali per menit sedangkan frekuensi pernapasan normal
pada neonatus antara 30-80 kali per menit.

29

3. Terapi Murottal
a. Definisi Terapi Murottal
Al-Quran yang berarti bacaan merupakan mujizat yang diturunkan
oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dan menjadi suatu ibadah
jika membacanya. Seni baca Al-Quran atau disebut dengan Tilawatil Quran
ialah bacaan kitab suci Al-Quran yang bertajwid diperindah oleh irama dan
lagu. Orang yang membacanya disebut qori. Menurut Purna (2006),
pengertian dari murottal merupakan rekaman suara Al-Quran yang
dilagukan oleh seorang qori (pembaca Al-Quran).
Menurut Ad-Dihami (2005), bacaan Al-Quran merupakan obat yang
komplet untuk segala jenis penyakit, baik penyakit hati maupun penyakit
fisik, baik penyakit dunia maupun penyakit akhirat. Sedangkan menurut
Yani (2002) menyatakan bahwa Al-Quran bermanfaat untuk menjadi obat,
penawar dan penyembuh dari berbagai persoalan hidup manusia.
b. Sejarah Terapi Murottal
Ayat suci Al-Quran diturunkan dikota Makkah dan dikota Madinah
Munawarah. Al-Quran adalah kalam Allah SWT yang merupakan mujizat
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Al-Quran adalah kitab
suci yang diyakini kebenarannya, dan dijadikan salah satu syarat keimanan
bagi setiap muslim (Asti, 2009).
Seorang Al-Qadhi, direktur utama Islamic medicine for education and
research yang berpusat di Amerika sekaligus konsultan ahli sebuah klinik

30

di Panama City, Florida Amerika serikat telah melakukan penelitian
tentang pengaruh Al-Quran pada manusia dalam perspektif fisiologis dan
psikologis yang terbagi dalam 2 tahapan. Tahap pertama bertujuan untuk
menentukan kemungkinan adanya pengaruh Al-Quran pada fungsi organ
tubuh sekaligus mengukur intensitas pengaruhnya jika ada (Mahmudi,
2011).
Hasil eksperimen pertama ini membuktikan bahwa 97% responden,
baik muslim maupun non-muslim, baik yang mengerti bahasa Arab
maupun tidak, mengalami beberapa perubahan fisiologis yang
menunjukkan tingkat ketenangan urat syaraf reflektif. Hasilnya
membuktikan bahwa Al-Quran memiliki pengaruh yang mampu
merelaksasi ketegangan urat syaraf tersebut. Fakta ini secara tepat terekam
dalam sistem detektor elektronik yang didukung komputer guna mengukur
perubahan apapun dalam fisiologi (organ) tubuh (Mahmudi, 2011).
Penelitian tersebut juga diketahui bahwa ketegangan urat syaraf
berpotensi mengurangi daya tahan tubuh yang disebabkan terganggunya
keseimbangan fungsi organ dalam tubuh untuk melawan sakit atau
membantu proses penyembuhan. Sementara itu, eksperimen yang kedua
diarahkan guna mengetahui efek relaksasi yang ditimbulkan Al-Quran pada
ketegangan syaraf beserta perubahan-perubahan fisiologis yang
mengiringinya benar-benar disebabkan oleh kalimat-kalimat Al-Quran

31

sendiri secara definitif, tanpa memandang apakah kalimat-kalimat itu dapat
dipahami oleh pendengar atau tidak (Mahmudi, 2011).
c. Manfaat Terapi Murottal
Menurut Heru (2008) manfaat dari murottal (mendengarkan bacaan
ayat-ayat suci Al-quran) antara lain: 1) Mendengarkan bacaan ayat-ayat Al-
Quran dengan tartil akan mendapatkan ketenangan jiwa. 2) Lantunan Al-
Quran secara fisik mengandung unsur suara manusia, suara manusia
merupakan instrumen penyembuhan yang menakjubkan dan alat yang
paling mudah dijangkau. Suara dapat menurunkan hormon-hormon stres,
mengaktifkan hormon endorfin alami, meningkatkan perasaan rileks, dan
mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang, memperbaiki
sistem kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah serta
memperlambat pernapasan, detak jantung, denyut nadi, dan aktivitas
gelombang otak. Laju pernafasan yang lebih dalam atau lebih lambat
tersebut sangat baik menimbulkan ketenangan, kendali emosi, pemikiran
yang lebih dalam dan metabolisme yang lebih baik.
Terapi bacaan Al-Quran dapat berpengaruh adanya perubahan arus
listrik di otot, perubahan sirkulasi darah, perubahan detak jantung dan
kadar darah pada kulit. Perubahan tersebut menunjukan adanya relaksasi
atau penurunan ketegangan urat saraf reflektif yang mengakibatkan
terjadinya pelonggaran pembuluh nadi dan penambahan kadar darah dalam
kulit, diiringi dengan penurunan frekuensi detak jantung. Terapi murottal

32

bekerja pada otak, dimana ketika didorong oleh rangsangan dari luar (terapi
Al-Quran), maka otak memproduksi zat kimia yang disebut neuropeptide.
Molekul ini mengangkutkan kedalam reseptor-reseptor mereka yang ada di
dalam tubuh dan akan memberikan umpan balik berupa kenikmatan atau
kenyamanan (ORiordon, 2002). Penelitian yang dilakukan Widhowati
(2010) menunjukan bahwa terapi audio murottal surat Ar Rahman lebih
efektif dalam menurunkan perilaku kekerasan di RSJ D. Hady, Wahyuni, &
Purwaningsih (2012) membuktikan adanya pengaruh terapi murottal
terhadap perkembangan anak autis dengan memperdengarkan rekaman
Surat Al Baqarah.
d. Pengaruh Bacaan Al-quran Terhadap Bayi Prematur
Musik menghasilkan rangsangan ritmis yang kemudian ditangkap
melalui organ pendengaran dan diolah di dalam sistem saraf tubuh dan
kelenjar pada otak yang selanjutnya mereorganisasi intepretasi bunyi
kedalam ritme internal pendengarannya. Ritme internal ini mempengaruhi
metabolisme tubuh manusia sehingga prosesnya berlangsung dengan lebih
baik. Tubuh akan mampu membangun sistem kekebalan yang lebih baik
dan tubuh menjadi lebih tangguh terhadap kemungkinan serangan penyakit
apabila metabolisme yang baik pula (Satiadarma, 2002 dalam Nani &
Apriliana, 2012). Dengan perubahan pada gelombang otak dapat
mempengaruhi perubahan dalam fungsi tubuh lainnya. Perubahan tersebut
diatur oleh sistem saraf otonom, seperti pernapasan dan detak jantung juga

33

dapat diubah oleh musik dapat membawa perubahan. Hal ini dapat berarti
lebih lambat pernapasan, denyut jantung lebih lambat, dan aktivasi dari
respons relaksasi (Satiadarma, 2001 dalam Nani & Apriliana, 2012).
Menurut Gusmiran (2005) yang dikutip dalam penelitian Faradisi
(2009), terapi bacaan Al-Quran yang merupakan terapi religi dimana
seseorang dibacakan ayat-ayat Al-Quran selama beberapa menit atau jam
sehingga memberikan dampak positif bagi tubuh seseorang. Bacaan Al
Quran secara murottal mempunyai efek relaksasi dan dapat menurunkan
kecemasan apabila diperdengarkan dengan tempo murotal Al-Quran berada
antara 60-70 permenit, irama yang konstan, teratur, dan tidak ada
perubahan yang mendadak, serta nadanya rendah (Widayarti, 2011).
Penelitian Eskandari, Keshavars, Ashayeri, Jahdi, & Hosseini (2012)
menunjukkan bahwa bacaan Al-Quran dapat digunakan sebagai perawatan
komplementer karena bacaan Al-Quran tidak mempengaruhi perawatan
rutin di rumah sakit. Dengan demikian, bacaan Al-Quran aman dan efektif
dalam uji coba penelitian pada bayi prematur, khususnya di negara-negara
Islam. Sedangkan menurut hasil penelitian Haslbeck (2004) suara Al-
Quran dapat digunakan untuk mengurangi stres dan meningkatkan situasi
fisiologis bayi prematur sebagai perawatan pelindung. Khadem (dalam
Sadeghi, 2011) dengan konsep ayat-ayat Al-Quran menunjukkan bahwa
tingkat kelangsungan hidup bayi yang lahir setelah 28 minggu, fertilitas
meningkat dibanding waktu sebelum usia kehamilan. Diperjelas pula oleh

34

Keshavarz, Eskandari, J ahdi, Ashayeri, Hosayni, Kalani (2010), suara Al-
Quran memiliki pengaruh yang signifikan terhadap respon fisiologis seperti
tingkat kejenuhan oksigen darah, laju pernapasan dan detak jantung pada
bayi prematur.
e. Prosedur Terapi Murottal
Penelitian Eskandari, Keshavars, Ashayeri, Jahdi, & Hosseini (2012)
terdapat pengaruh fisiologis pada bayi prematur yang diperdengarkan
rekaman surat Yusuf ayat 7-23 dibacakan oleh Shahat Mohammad Anwar
selama 20 menit. Upoyo, Ropi, & Sitoru (2012) stimulasi murottal Al-
Quran mempengaruhi peningkatan nilai GCS pada pasien struke iskemik
durasi 30 menit sehari selama 3 hari. Penilaian GCS dilakukan di hari
pertama dan ketiga. Sedangkan menurut Nani & Dewi (2012) dari hasil
penelitiannya menunjukan bahwa pengambilan data setelah hari ke-3 lebih
berpengaruh dalam penurunan denyut nadi bayi prematur dibandingkan
hari ke-6 yang diberikan terapi musik mozart.
Menurut Smith (dalam Upoyo, Ropi, & Sitoru 2012) menerangkan
bahwa intensitas suara yang rendah merupakan intensitas suara kurang dari
60 desibel sehingga menimbulkan kenyamanan dan tidak nyeri. Murottal
merupakan salah satu musik dengan intensitas 50 desibel yang membawa
pengaruh positif bagi pendengarnya (Wijaya, 2009). Eskandari, Keshavars,
Ashayeri, J ahdi, & Hosseini (2012) bacaan Al-Quran yang diperdengarkan
melalui headphone dengan kisaran volume 50-60 desibel dapat

35

meningkatkan respon fisiologis bayi baru lahir prematur termasuk tingkat
saturasi oksigen, pernapasan dan detak jantung.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti mendasar dari penelitian
sebelumnya yang manfaatnya lebih efektif terhadap fisiologis bayi
prematur yaitu terapi murottal dengan memperdengarkan rekaman surat
Yusuf ayat 1-55 dengan durasi 20 menit. Penelitian dilakukan selama 3
hari berturut-turut pada bayi prematur. Peneliti memperdengarkan rekaman
Al-Quran pada bayi prematur di dalam inkubator dengan nada rendah yaitu
50-60 desibel, menurut American Academy of Pediatrics
merekomendasikan volume untuk bayi tidak lebih dari 75 desibel, sehingga
volume 50-60 desibel masih aman untuk pendengaran bayi yang dapat
mempengaruhi fisiologisnya.











36

B. Kerangka Teori
Berdasarkan landasan teori yang dikemukakan oleh Engel (2008), Bobak,
Lowdermilk, & J ensen (2004), Farrer (1999), ORiordon (2002), dan Nani &
Dewi (2012) dapat digambarkan kerangka sebagai berikut :


















Masalah yang Terjadi Pada Bayi
Prematur :
Hipotermi, RDS,
Ketidakstabilan tubuh,
Kesulitan menyusu, Ikterik,
Pengaturan glukosa, Anemia,
Infeksi
Manfaat Terapi Murottal :
1. hormon-hormon stres
2. Perubahan arus listrik di otot
3. Perubahan sirkulasi darah
4. Penambahan kadar darah pada kulit
5. Relaksasi atau ketegangan urat
saraf reflektif
6. Mengalihkan perhatian dari rasa
takut, cemas dan tegang
Bayi Prematur Sedang
(1500-2500 gram)
Karakteristik Bayi Prematur
Sedang :
- Usia kehamilan 31-36
minggu
- Lipatan pada kaki lebih
sedikit
- Payudara lebih kecil
- Lanugo sangat banyak
- Genitalia kurang
berkembang
- Lebih banyak pembuluh
darah yang tampak
- Kulit lebih tipis
Denyut Nadi :
Obat, aktifitas,
demam, ketakutan,
perdarahan, TIK,
gawat napas.
Pernapasan :
Usia, obat, posisi,
demam, aktivitas,
ansietas, status
patologik.
Penatalaksanaan Bayi Prematur :
1. Farmakologis : terapi oksigen, relaksan otot,
aminofilin, epineprin, digoksin, analgetik narkotik
2. Non farmakologis:
Terapi Musik Mozart
Terapi Murottal

Murottal bekerja pada otak,
didorong oleh rangsangan dari
luar (terapi Al Quran), otak
memproduksi zat kimia yang
disebut neuropeptide. Molekul ini
mengangkutkan kedalam
reseptor-reseptor yang ada di
dalamtubuh dan akan
memberikan umpan balik berupa
kenikmatan atau kenyamanan.
Gambar 2.5. Bagan Kerangka Teori

37

Bayi prematur sedang (1500-2000 gram) yang mempunyai karakteristik
meliputi: usia kehamilan 31-36 minggu, lipatan pada kaki lebih sedikit, payudara
lebih kecil, lanugo sangat banyak, genitalia kurang berkembang, lebih banyak
pembuluh darah yang tampak, dan kulit lebih tipis. Faktor yang mempengaruhi
denyut nadi diantaranya: obat, aktifitas, demam, ketakutan, perdarahan,
meningkatkan TIK, gawat napas. Faktor yang mempengaruhi pernapasan: usia, obat,
posisi, demam, aktivitas berlebih, ansietas, status patologik. Masalah yang terjadi
pada bayi prematur antara lain: hipotermi, RDS, ketidakstabilan tubuh, kesulitan
menyusu, ikterik, pengaturan glukosa, anemia, dan infeksi. Masalah yang terjadi pada
bayi prematur dapat ditangani oleh terapi farmakologi dan non farmakologi. Terapi
farmakologi yang diberikan berupa obat terapi oksigen, relaksan otot, aminofilin,
epineprin, digoksin, analgetik narkotik. Sedangkan terapi non farmakologi dapat
dengan terapi musik Mozart, terapi murottal. Terapi non farmakologi yang menjadi
intervensi penelitian ini menggunakan terapi murottal yaitu memperdengarkan
rekaman bacaan Al Quran yang bekerja pada otak, didorong oleh rangsangan dari
luar (terapi Al Quran), otak memproduksi zat kimia yang disebut neuropeptide.
Molekul ini mengangkutkan kedalam reseptor-reseptor di dalam tubuh dan akan
memberikan umpan balik berupa kenikmatan atau kenyamanan, menurunkan
hormon-hormon stress, perubahan arus listrik di otot, perubahan sirkulasi darah,
relaksasi atau menurunkan ketegangan urat saraf reflektif, mengalihkan perhatian dari
rasa takut, cemas dan tegang.


38

C. Kerangka konsep
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara
konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang
akan dilakukan (Notoatmodjo, 2005).
















Gambar 2.6. Bagan Kerangka Konsep
Variabel bebas
Terapi murottal bayi
prematur sedang
denyut nadi &
pernapasan
Variabel terikat
1. Aktivitas
2. Usia
3. Demam
4. Gawat napas
5. Bayi dengan gangguan
pendengaran
6. Lingkungan
7. Posisi tubuh
8. Menangis
Variabel pengganggu
1. Stress / ansietas
2. Obat
3. Agens farmakologi
4. Peningkatan intrakranial
5. Nyeri akut
6. Perdarahan
7. Satatus patologik

39

Bayi prematur sedang (1500-2000 gram) mengalami beberapa masalah
pada fisiologisnya, misalnya denyut nadi dan frekuensi pernapasan yang cepat,
sehingga akan dilakukan intervensi untuk membantu pemulihan keadaan
fisiologis bayi prematur sedang dengan cara pemberian terapi non farmakologis
yaitu terapi murottal. Terdapat faktor pengganggu yang akan peneliti teliti
diantaranya: aktivitas, usia, obat, demam, gawat napas, bayi dengan gangguan
pendengaran, posisi tubuh dan menangis. Sedangan faktor pengganggu yang
tidak diteliti lebih lanjut oleh peneliti antara lain: stress/ansietas, lingkungan,
agens farmakologi, peningkatan intrakranial, nyeri akut, perdarahan, variasi
diurnal, dan satatus patologik. Terapi murottal diberikan pada kelompok
intervensi dan akan dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan
terapi murottal.

D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pertanyaan penelitian yang
telah dirumuskan (Hidayat, 2003). Hipotesis yang dipakai pada penelitian ini
adalah Hipotesis alternative (Ha) terdiri dari:
1. Ada pengaruh pemberian terapi murottal terhadap denyut nadi bayi prematur
pada kelompok intervensi.
2. Ada pengaruh pemberian terapi murottal terhadap frekuensi pernapasan bayi
prematur pada kelompok intervensi.

Anda mungkin juga menyukai